Mungkin begitulah istilah tepatnya hidup kita ini. Bahkan dalam urusan rezeki. Belum lama, selama Agustus kemarin, sulit sekali mencari proyek. Semuanya seolah tertutup. Meskipun peluang yang ada selalu berlimpah, tetapi tidak semua berhasil cepat.
Anehnya, begitu september tiba, semuanya kayaknya mau cepat-cepat semua. Semuanya ingin ngasih pekerjaan, dan alhasil beberapa proyek jalan paralel mulai september ini, jadi kalo orang bilang September Ceria, ya benar juga kali ya.
Nah, ini menggambarkan suatu hal menarik yang saya amati. Pada saat sedang sulit, ya bertahanlah, bersabarlah dengan apa yang kita punya. Oleh karena itu, ada baiknya secara uang, kita harus menabung. Demikian pula sebaliknya, apabila sedang banjir order, uang melimpah, bertahanlah utk tidak boros, bersabarlah untuk tidak menghamburkan apa yang Tuhan beri. Tapi tabunglah. Jadi ingat cerita Yusuf membantu Firaun, membuat bangsa Mesir melewati masa kesulitan dan kekeringan selama 7 tahun.
Ada satu hal menarik lagi. Sebagian besar transaksi terjadi oleh karena referensi, oleh karena perkataan teman. Jadi, berharga sekali teman itu. Teman membantu, teman menjadi tangan perpanjangan Tuhan.
Thanks God. Kamu bekerja dengan caraMu sendiri, yang kerap kali tidak ku-mengerti.
Saya hanya seorang yang berpikiran sederhana, mencoba memahami dunia penuh kerumitan, mensyukuri setiap langkah yang diberkati, mendoakan harapan dan berharap hidup saya membuat banyak orang merasa sungguh hidup..
Translate
Sunday, October 01, 2006
Saturday, September 16, 2006
Kondisi Usaha TI di Indonesia
e-Entrepreneurship
Kondisi Usaha TI di Indonesia
Penulis: Ekananta - detikInet
e-Entrepreneurship
e-Entrepreneurship, Catatan Redaksi: Tulisan ini merupakan bagian ketiga yang merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya dengan tajuk 'Syarat Utama Entrepreneur TI'.
Sebuah perusahaan ibaratnya sebuah bibit tanaman yang disebarkan di permukaan tanah. Tumbuh tidaknya sebuah bibit selain ditentukan oleh kualitas bibit itu sendiri juga ditentukan oleh lingkungan tempat bibit tersebut berada. Dalam melakukan kegiatan sebagai entrepreneur bidang IT di Indonesia, lingkungan dan kondisi usaha di Indonesia sangatlah menentukan sukses tidaknya perusahaan yang baru dibangun oleh seorang entrepreneur.
Secara umum, lingkungan dan kondisi usaha di Indonesia masih belum mampu mendukung seorang entrepreneur untuk dengan mudah mendirikan dan menjalankan perusahaan sendiri khususnya usaha dalam bidang IT. Beberapa kondisi ekonomi dan dunia usaha Indonesia yang tidak kondusif seperti:
- Belum adanya regulasi khusus yang mendukung kegiatan perusahaan start-up seperti tidak adanya insentif pajak dari pemerintah. Di Indonesia, semua perusahaan baik perusahaan kecil atau besar mengikuti peraturan yang sama. Hal ini memang seringkali dirasakan memberatkan bagi perusahaan start-up yang tentunya terbatas dalam bidang operasi dan pendanaannya.
- Belum adanya dukungan dari dunia komunitas keuangan Indonesia seperti belum adanya kredit dari perbankan untuk operasi perusahaan dengan bunga dan persyaratan yang memadai. Hampir semua bank mensyaratkan agunan (kolateral) dalam bentuk bangunan atau deposito untuk setiap usulan pendanaan yang dipastikan sangat sulit dilakukan oleh sebuah perusahaan start-up. Bahkan dalam lingkungan entrepreneurship sering dikenal sebuah pameo yang mengatakan perbankan hanya meminjamkan uang kepada perusahaan yang tidak membutuhkan pendanaan, sedangkan perusahaan yang membutuhkan pendanaan sangat sulit dalam mengakses fasilitas keuangan yang ada.
- Masih lemahnya perlindungan dan penghargaan dalam bidang patent yang berakibat masih kurangnya entrepreneur Indonesia yang menekuni pengembangan perangkat lunak aplikasi, karena tidak ada jaminan bahwa aplikasi mereka tidak digandakan secara illegal.
- Belum adanya semangat untuk mendukung dunia wirausaha dari perusahaan pemerintah di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peraturan pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan negara atau BUMN dilakukan minimal 30 hari setelah semua dokumen disetujui.
Persyaratan ini berlaku bagi perusahaan besar dan juga perusahaan kecil yang berarti bahwa perusahaan kecil atau baru memberikan pinjaman selama setidaknya 30 hari kepada perusahaan negara atau BUMN tersebut. Hal ini tentunya sangat memberatkan perusahaan start-up.
Itulah kondisi dan lingkungan dunia usaha di Indonesia yang menurut pandangan penulis sampai saat ini belum kondusif untuk mendukung semangat kewirausahaan (entrepreneurship) di Indonesia. Sebagai perbandingan, di Canada terdapat sebuah badan yang disebut IRAP (Industrial Research Assistance Programme) yang merupakan bagian atau program dari National Research Council.
Misi dari IRAP ini adalah membantu industri kecil dan menengah dalam mengembangkan kemampuannya di bidang teknologi dan inovasi . IRAP memberikan konsultasi pada usaha bisnis baru tentang potensi, kelemahan dari bisnis tersebut, kompetitor, dan pakar-pakar di Canada yang dapat dihubungi untuk melakukan konsultasi teknologi, dan hal-hal lain yang sangat berguna bagi perusahaan yang baru berkembang.
Semua jasa konsultasi tersebut dapat diperoleh dengan biaya yang sangat terjangkau. Di samping itu, Canada juga memiliki sebuah pasar modal yang dikhususkan bagi perusahaan start-up yang sebagian besar merupakan perusahaan IT.
Kondisi di Canada ini merupakan kondisi ideal yang seharusnya diciptakan di Indonesia untuk dapat mendukung semangat dan tumbuhnya jiwa-jiwa entrepreneurship di kalangan muda di Indonesia khususnya dalam bidang IT, yang pada akhirnya mampu mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Penutup
Dunia entrepreneurship merupakan dunia yang cukup menantang terutama bagi mereka yang membutuhkan tantangan pekerjaan lebih berat dibandingkan hanya sebagai karyawan sebuah perusahaan.
Dunia ini juga menjanjikan imbalan berupa kesuksesan karir dan finansial bagi yang berhasil menjalaninya dan secara umum entrepreneur juga memberikan kontribusi bagi perekonomian negara Indonesia dalam bentuk tersedianya lapangan kerja baru dan adanya perusahaan pembayar pajak baru.
Salah satu bidang usaha yang banyak menghasilkan entrepreneur muda sukses adalah bidang IT. Bidang ini merupakan bidang yang paling terbuka untuk entrepreneur tetapi juga merupakan bidang yang paling ketat persaingannya.
Kemudahan untuk memasuki bidang IT ini hampir sama dengan kemudahan terlempar keluar dari bidang ini karena persaingan usaha, sehingga kemampuan untuk memilih usaha yang tepat serta memiliki keterampilan yang tepat sangat diperlukan oleh setiap entrepreneur yang akan memasuki bidang usaha IT.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh seorang entrepreneur adalah kondisi lingkungan usaha tempat perusahaan itu didirikan. Lingkungan usaha yang kondusif ibarat tanah subur yang akan mendorong tumbuh suburnya bibit-bibit perusahan baru hasil karya dari jiwa dan semangat entrepreneurship yang dipupuk terus-menerus.
Kondisi Usaha TI di Indonesia
Penulis: Ekananta - detikInet
e-Entrepreneurship
e-Entrepreneurship, Catatan Redaksi: Tulisan ini merupakan bagian ketiga yang merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya dengan tajuk 'Syarat Utama Entrepreneur TI'.
Sebuah perusahaan ibaratnya sebuah bibit tanaman yang disebarkan di permukaan tanah. Tumbuh tidaknya sebuah bibit selain ditentukan oleh kualitas bibit itu sendiri juga ditentukan oleh lingkungan tempat bibit tersebut berada. Dalam melakukan kegiatan sebagai entrepreneur bidang IT di Indonesia, lingkungan dan kondisi usaha di Indonesia sangatlah menentukan sukses tidaknya perusahaan yang baru dibangun oleh seorang entrepreneur.
Secara umum, lingkungan dan kondisi usaha di Indonesia masih belum mampu mendukung seorang entrepreneur untuk dengan mudah mendirikan dan menjalankan perusahaan sendiri khususnya usaha dalam bidang IT. Beberapa kondisi ekonomi dan dunia usaha Indonesia yang tidak kondusif seperti:
- Belum adanya regulasi khusus yang mendukung kegiatan perusahaan start-up seperti tidak adanya insentif pajak dari pemerintah. Di Indonesia, semua perusahaan baik perusahaan kecil atau besar mengikuti peraturan yang sama. Hal ini memang seringkali dirasakan memberatkan bagi perusahaan start-up yang tentunya terbatas dalam bidang operasi dan pendanaannya.
- Belum adanya dukungan dari dunia komunitas keuangan Indonesia seperti belum adanya kredit dari perbankan untuk operasi perusahaan dengan bunga dan persyaratan yang memadai. Hampir semua bank mensyaratkan agunan (kolateral) dalam bentuk bangunan atau deposito untuk setiap usulan pendanaan yang dipastikan sangat sulit dilakukan oleh sebuah perusahaan start-up. Bahkan dalam lingkungan entrepreneurship sering dikenal sebuah pameo yang mengatakan perbankan hanya meminjamkan uang kepada perusahaan yang tidak membutuhkan pendanaan, sedangkan perusahaan yang membutuhkan pendanaan sangat sulit dalam mengakses fasilitas keuangan yang ada.
- Masih lemahnya perlindungan dan penghargaan dalam bidang patent yang berakibat masih kurangnya entrepreneur Indonesia yang menekuni pengembangan perangkat lunak aplikasi, karena tidak ada jaminan bahwa aplikasi mereka tidak digandakan secara illegal.
- Belum adanya semangat untuk mendukung dunia wirausaha dari perusahaan pemerintah di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peraturan pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan negara atau BUMN dilakukan minimal 30 hari setelah semua dokumen disetujui.
Persyaratan ini berlaku bagi perusahaan besar dan juga perusahaan kecil yang berarti bahwa perusahaan kecil atau baru memberikan pinjaman selama setidaknya 30 hari kepada perusahaan negara atau BUMN tersebut. Hal ini tentunya sangat memberatkan perusahaan start-up.
Itulah kondisi dan lingkungan dunia usaha di Indonesia yang menurut pandangan penulis sampai saat ini belum kondusif untuk mendukung semangat kewirausahaan (entrepreneurship) di Indonesia. Sebagai perbandingan, di Canada terdapat sebuah badan yang disebut IRAP (Industrial Research Assistance Programme) yang merupakan bagian atau program dari National Research Council.
Misi dari IRAP ini adalah membantu industri kecil dan menengah dalam mengembangkan kemampuannya di bidang teknologi dan inovasi . IRAP memberikan konsultasi pada usaha bisnis baru tentang potensi, kelemahan dari bisnis tersebut, kompetitor, dan pakar-pakar di Canada yang dapat dihubungi untuk melakukan konsultasi teknologi, dan hal-hal lain yang sangat berguna bagi perusahaan yang baru berkembang.
Semua jasa konsultasi tersebut dapat diperoleh dengan biaya yang sangat terjangkau. Di samping itu, Canada juga memiliki sebuah pasar modal yang dikhususkan bagi perusahaan start-up yang sebagian besar merupakan perusahaan IT.
Kondisi di Canada ini merupakan kondisi ideal yang seharusnya diciptakan di Indonesia untuk dapat mendukung semangat dan tumbuhnya jiwa-jiwa entrepreneurship di kalangan muda di Indonesia khususnya dalam bidang IT, yang pada akhirnya mampu mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Penutup
Dunia entrepreneurship merupakan dunia yang cukup menantang terutama bagi mereka yang membutuhkan tantangan pekerjaan lebih berat dibandingkan hanya sebagai karyawan sebuah perusahaan.
Dunia ini juga menjanjikan imbalan berupa kesuksesan karir dan finansial bagi yang berhasil menjalaninya dan secara umum entrepreneur juga memberikan kontribusi bagi perekonomian negara Indonesia dalam bentuk tersedianya lapangan kerja baru dan adanya perusahaan pembayar pajak baru.
Salah satu bidang usaha yang banyak menghasilkan entrepreneur muda sukses adalah bidang IT. Bidang ini merupakan bidang yang paling terbuka untuk entrepreneur tetapi juga merupakan bidang yang paling ketat persaingannya.
Kemudahan untuk memasuki bidang IT ini hampir sama dengan kemudahan terlempar keluar dari bidang ini karena persaingan usaha, sehingga kemampuan untuk memilih usaha yang tepat serta memiliki keterampilan yang tepat sangat diperlukan oleh setiap entrepreneur yang akan memasuki bidang usaha IT.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh seorang entrepreneur adalah kondisi lingkungan usaha tempat perusahaan itu didirikan. Lingkungan usaha yang kondusif ibarat tanah subur yang akan mendorong tumbuh suburnya bibit-bibit perusahan baru hasil karya dari jiwa dan semangat entrepreneurship yang dipupuk terus-menerus.
Lulusan TI, Karyawan atau Entrepreneur?
e-Entrepreneurship
Lulusan TI, Karyawan atau Entrepreneur?
Penulis: Argogalih - detikInet
e-Entrepreneurship
e-Entrepreneurship, Siapa sih yang tidak bangga menjadi orang TI (Teknologi Informasi)? Saya pun bangga menjadi orang TI, sama seperti Anda. Namun saat ini kebanggaan saya menjadi orang TI sedikit terusik. Mengapa? Karena beberapa hari yang lalu, tanpa sengaja, saya mendengar secara langsung pembicaraan beberapa mahasiswa di salah satu cafe terkemuka di Jakarta.
Terus terang, saya sangat terkejut mendengarnya ketika mereka mengatakan bahwa saat ini ada usaha tersembunyi (terselubung), hampir semua perguruan tinggi di Jakarta, untuk mengarahkan mahasiswa lulusan jurusan TI-nya menjadi seorang wirausaha, atau bahasa kerennya adalah seorang entrepreneur.
Mereka bilang semua itu adalah KONSPIRASI! Konspirasi untuk menutupi kegagalan perguruan tinggi dalam menjalankan fungsinya sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi. Khususnya kegagalan dalam hal menciptakan lulusan TI yang berkualitas guna menghadapi persaingan yang ketat (kompetitif) di bursa tenaga kerja.
Atau dengan kata lain, perguruan tinggi gagal menciptakan SDM yang berkualitas (tidak bisa memenuhi standar kualitas kebutuhan tenaga kerja diberbagai macam bidang industri). Kondisi inilah yang akhirnya mendorong lahirnya sebuah konspirasi bersama antar perguruan tinggi. Sebuah konspirasi yang katanya diberi nama entrepreneur.
Alamak! Sebuah tuduhan yang sangat berat dan juga sekaligus sangat menyesatkan! Dalam konteks seperti ini, saya rasa harapan semua perguruan tinggi di mana-mana adalah sama. Yakni semua lulusan TI harus mampu dan mahir menggunakan komputer (tentunya sesuai dengan jurusan atau disiplin bidang ilmu yang ditekuninya).
Dengan kata lain adalah lulusan TI diharapkan akan menjadi pakar TI! Itulah sebabnya mengapa semua perguruan tinggi selalu berusaha memperbaiki kurikulum pendidikan dari tahun ke tahun. Semua semata-mata hanya untuk meningkatkan kualitas pendidikan saja. Masalah kemudian Anda ingin jadi seorang karyawan ataupun entrepreneur, itu urusan lain. Perguruan tinggi tidak dapat mencampuri pilihan hidup Anda.
Perlu Anda ketahui, belakangan ini ada pro dan kontra seputar opini pilihan karier seseorang di masa depan, apakah harus menjadi seorang karyawan ataukah entrepreneur, khususnya dikalangan perguruan tinggi. Semua ini sebenarnya berawal dari buku karangan Valentino Dinsi, yang terbit ditahun 2004, berjudul "Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian".
Tidak lama kemudian di tahun 2005, teori dalam buku tersebut berusaha dipatahkan oleh Safir Senduk, pakar perencana keuangan, dalam bukunya yang berjudul "Siapa Bilang Jadi Karyawan Nggak Bisa Kaya?". Di sinilah awal wacana perdebatan antara pro dan kontra seputar entrepreneur itu dimulai. Sebenarnya dulu juga sudah pernah terjadi, namun tidak seheboh ini.
Lalu jalan manakah yang harus dipilih oleh lulusan TI? Jadi seorang karyawan ataukah entrepreneur? Cukup memusingkan memang. Setiap pilihan memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing. Memang benar, dalam hal ini, Anda tidak mudah mengambil keputusan. Butuh banyak pertimbangan. Namun kalau boleh saya beri saran, lulusan TI lebih baik jadi seorang entrepreneur saja. Kubur mimpi Anda untuk menjadi karyawan di sebuah perusahan.
Lulusan TI, Karyawan atau Entrepreneur?
Penulis: Argogalih - detikInet
e-Entrepreneurship
e-Entrepreneurship, Siapa sih yang tidak bangga menjadi orang TI (Teknologi Informasi)? Saya pun bangga menjadi orang TI, sama seperti Anda. Namun saat ini kebanggaan saya menjadi orang TI sedikit terusik. Mengapa? Karena beberapa hari yang lalu, tanpa sengaja, saya mendengar secara langsung pembicaraan beberapa mahasiswa di salah satu cafe terkemuka di Jakarta.
Terus terang, saya sangat terkejut mendengarnya ketika mereka mengatakan bahwa saat ini ada usaha tersembunyi (terselubung), hampir semua perguruan tinggi di Jakarta, untuk mengarahkan mahasiswa lulusan jurusan TI-nya menjadi seorang wirausaha, atau bahasa kerennya adalah seorang entrepreneur.
Mereka bilang semua itu adalah KONSPIRASI! Konspirasi untuk menutupi kegagalan perguruan tinggi dalam menjalankan fungsinya sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi. Khususnya kegagalan dalam hal menciptakan lulusan TI yang berkualitas guna menghadapi persaingan yang ketat (kompetitif) di bursa tenaga kerja.
Atau dengan kata lain, perguruan tinggi gagal menciptakan SDM yang berkualitas (tidak bisa memenuhi standar kualitas kebutuhan tenaga kerja diberbagai macam bidang industri). Kondisi inilah yang akhirnya mendorong lahirnya sebuah konspirasi bersama antar perguruan tinggi. Sebuah konspirasi yang katanya diberi nama entrepreneur.
Alamak! Sebuah tuduhan yang sangat berat dan juga sekaligus sangat menyesatkan! Dalam konteks seperti ini, saya rasa harapan semua perguruan tinggi di mana-mana adalah sama. Yakni semua lulusan TI harus mampu dan mahir menggunakan komputer (tentunya sesuai dengan jurusan atau disiplin bidang ilmu yang ditekuninya).
Dengan kata lain adalah lulusan TI diharapkan akan menjadi pakar TI! Itulah sebabnya mengapa semua perguruan tinggi selalu berusaha memperbaiki kurikulum pendidikan dari tahun ke tahun. Semua semata-mata hanya untuk meningkatkan kualitas pendidikan saja. Masalah kemudian Anda ingin jadi seorang karyawan ataupun entrepreneur, itu urusan lain. Perguruan tinggi tidak dapat mencampuri pilihan hidup Anda.
Perlu Anda ketahui, belakangan ini ada pro dan kontra seputar opini pilihan karier seseorang di masa depan, apakah harus menjadi seorang karyawan ataukah entrepreneur, khususnya dikalangan perguruan tinggi. Semua ini sebenarnya berawal dari buku karangan Valentino Dinsi, yang terbit ditahun 2004, berjudul "Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian".
Tidak lama kemudian di tahun 2005, teori dalam buku tersebut berusaha dipatahkan oleh Safir Senduk, pakar perencana keuangan, dalam bukunya yang berjudul "Siapa Bilang Jadi Karyawan Nggak Bisa Kaya?". Di sinilah awal wacana perdebatan antara pro dan kontra seputar entrepreneur itu dimulai. Sebenarnya dulu juga sudah pernah terjadi, namun tidak seheboh ini.
Lalu jalan manakah yang harus dipilih oleh lulusan TI? Jadi seorang karyawan ataukah entrepreneur? Cukup memusingkan memang. Setiap pilihan memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing. Memang benar, dalam hal ini, Anda tidak mudah mengambil keputusan. Butuh banyak pertimbangan. Namun kalau boleh saya beri saran, lulusan TI lebih baik jadi seorang entrepreneur saja. Kubur mimpi Anda untuk menjadi karyawan di sebuah perusahan.
Tim Mahasiswa ITB dan Unpad Memenangkan Imagine Cup 2006 Indonesia Software Design
Tim Mahasiswa ITB dan Unpad Memenangkan Imagine Cup 2006 Indonesia Software Design
Mereka akan Mewakili Indonesia pada Final Imagine Cup 2006 di India
JAKARTA, 24 Mei 2006 - Setelah melalui proses panjang, tim Gatot Kaca yang terdiri dari tiga mahasiswa Institut Teknologi Bandung (Narenda Wicaksono, Wildan Fakhri dan Hardani Maulana) serta satu mahasiswa Kedokteran Universitas Padjadjaran (Renaldi Prasetia) akhirnya berhasil memenangkan Imagine Cup 2006 Indonesia Software Design melalui kreasi rancangan piranti lunaknya yang disebut project Sigap!. Tim ini kemudian akan dikirim bersama tim Academic Developer Evangelist Microsoft Indonesia untuk berkompetisi mewakili Indonesia pada ajang serupa tingkat internasional, yaitu Worldwide Software Design Invitational of Imagine Cup 2006 yang akan berlangsung di New Delhi, India, pada bulan Agustus ini.
Imagine Cup 2006 Indonesia Software Design merupakan bagian dari ajang kompetisi global tingkat mahasiswa tahunan yang digelar oleh Microsoft Corporation. Melalui ajang ini, mahasiswa-mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk memperkenalkan karya ciptanya dan berkompetisi dengan mahasiswa lainnya dari berbagai negara di seluruh dunia.
Imagine Cup kali ini telah memasuki tahun keempat sejak pertama kali inisiatif ini dilaksanakan pada tahun 2003. Di Indonesia sendiri, ajang ini baru memasuki tahun ketiga. Setiap kali pelaksanaan, Imagine Cup memiliki tema yang berbeda. Tema yang diusung pada tahun 2006 adalah mengenai peran teknologi piranti lunak yang memungkinkan kita hidup dalam sebuah kehidupan yang lebih sehat - "Imagine a world where technology enables us to live healthier lives".
Imagine Cup 2006 Indonesia Software Design
Imagine Cup 2006 Indonesia Software Design
Click here for a high-res version.
"Ajang ini merupakan sarana bagi para generasi penerus untuk menunjukan potensi diri mereka di ajang internasional dalam hal IT. Imagine Cup menantang mahasiswa untuk membayangkan dunia yang lebih baik yang dapat diciptakan melalui kejeniusannya, kreativitas, dan energinya menciptakan solusi teknologi yang inovatif dan menawarkan kegunaan yang praktis," ungkap Ari Kunwidodo, Wakil Presiden Direktur PT Microsoft Indonesia.
Dalam setiap ajang kompetisi, terdapat enam kategori yang dilombakan, antara lain: (1) Software Design; (2) Algorithm; (3) IT; (4) Project Hoshimi; (5) Short Film; dan, (6) Interface Designer. Imagine Cup 2006 Indonesia kali ini masuk pada kategori perlombaan untuk Software Design.
Terdapat tiga hal utama yang menjadi kunci penilaian ajang kompetisi, yaitu: Inovasi, aplikasi memecahkan permasalahan baru atau memecahkan permasalahan lama dari sisi yang belum pernah terpikirkan; Impact, apakah aplikasi meninggalkan kesan kepada user. Apakah aplikasi tersebut hanya bermanfaat untuk orang tertentu saja atau dapat digunakan oleh seluruh jajaran masyarakat, atau oleh user tertentu yang memberikan dampak pada orang banyak seperti pemerintahan; efektif, seberapa persen aplikasi piranti lunak tersebut dapat memecahkan permasalahan yang dirumuskan.
"Imagine Cup yang didukung penuh oleh perusahaan penyedia piranti lunak terbesar dunia, Microsoft, ini sudah merupakan jalur yang paling tepat bagi para mahasiswa untuk menunjukan kebolehannya dalam menciptakan solusi piranti lunak. Maka, kesempatan ini harus kita manfaatkan sebaik-baiknya," kata Dr. Ir. Richard Mengko, Staf Ahli Bidang Teknologi Informasi, Kementerian Negara Riset Dan Teknologi yang juga menjadi salah satu juri Imagine Cup 2006 Indonesia Software Design.
Tim Gatotkaca yang telah memenangkan Imagine Cup 2006 Indonesia Software Design mengalahkan empat tim lainnya yang masuk ke babak final dengan beragam kreasi ciptaannya menggunakan teknologi Microsoft(R) dan .NET Web Services. Berikut adalah lima aplikasi yang masuk babak final:
1. Project Runtastic. Dikembangkan oleh tim mahasiswa ITB, merupakan aplikasi yang berjalan pada perangkat mobile (PDA) untuk membuat olahraga jogging lebih menyenangkan. Aplikasi ini memungkinkan user dapat berkompetisi dengan para jogger lain di belahan dunia lain untuk memotivasi user. User juga mendapat bimbingan dari personal traineer berkelas dunia selama melakukan olahraganya, sehingga user yakin telah melakukan olahraga dengan sempurna.
2. Project Personal Food Guide (PFG). Dikembangkan oleh tim mahasiswa ITS, merupakan aplikasi yang memungkinkan user selalu mendapatkan menu yang sehat berdasarkan catatan medis user. PFG mengkolaborasikan keahlian dari pemerintahan, restoran-restoran dan para ahli nutrisi ke dalam satu layanan tunggal. Aplikasi ini memungkinkan user mencari dan mendapatkan menu sehat dari restoran melalui perangkat mobile, memasak makanan sehat berdasarkan resep-resep yang bisa didownload serta mendapatkan info-info terbaru mengenai makanan sehat dari restoran-restoran di lokasi terdekat.
3. Project MAc (Mobile Acupuncture). Dikembangkan oleh tim mahasiswa ITB, merupakan aplikasi mobile yang menyediakan fasilitas terapi akupuntur tanpa harus berhubungan langsung dengan ahli terapisnya. Mac dapat digunakan kapan saja dan dimana saja dengan men-seting Electro-Acupunture Unit dan Body-Censor unit yang terintegrasi dalam hardware MacWare pada tubuh user dan dikoneksikan menggunakan PDA melalui Bluetooth.
4. Project MediXob. Dikembangkan oleh tim mahasiswa ITS, merupakan aplikasi yang memfasilitasi user untuk berkonsultasi mengenai kesehatannya dengan cara yang sangat flexible, cepat, mudah dan terjangkau melalui handphone atau PC. User tinggal mengirimkan keluhannya via sms, mms, WAP atau internet. MediXob mempermudah penyampaian keluhan untuk dimengerti dengan disertakan Text Analysis dan Expert System.
5. Project Sigap!. Dikembangkan oleh tim mahasiswa ITB dan UNPAD, merupakan aplikasi yang berguna bagi user untuk mendapatkan jangka waktu paling tepat untuk berlatih cardio secara menyenangkan yaitu dengan menyesuaikan detak jantung user dengan beat lagu favorit pada saat berlatih.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Imagine Cup 2006 beserta rancangan aplikasi para finalis, silahkan kunjungi: http://www.microsoft.com/indonesia/students/imagine_cup.aspx
Mereka akan Mewakili Indonesia pada Final Imagine Cup 2006 di India
JAKARTA, 24 Mei 2006 - Setelah melalui proses panjang, tim Gatot Kaca yang terdiri dari tiga mahasiswa Institut Teknologi Bandung (Narenda Wicaksono, Wildan Fakhri dan Hardani Maulana) serta satu mahasiswa Kedokteran Universitas Padjadjaran (Renaldi Prasetia) akhirnya berhasil memenangkan Imagine Cup 2006 Indonesia Software Design melalui kreasi rancangan piranti lunaknya yang disebut project Sigap!. Tim ini kemudian akan dikirim bersama tim Academic Developer Evangelist Microsoft Indonesia untuk berkompetisi mewakili Indonesia pada ajang serupa tingkat internasional, yaitu Worldwide Software Design Invitational of Imagine Cup 2006 yang akan berlangsung di New Delhi, India, pada bulan Agustus ini.
Imagine Cup 2006 Indonesia Software Design merupakan bagian dari ajang kompetisi global tingkat mahasiswa tahunan yang digelar oleh Microsoft Corporation. Melalui ajang ini, mahasiswa-mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk memperkenalkan karya ciptanya dan berkompetisi dengan mahasiswa lainnya dari berbagai negara di seluruh dunia.
Imagine Cup kali ini telah memasuki tahun keempat sejak pertama kali inisiatif ini dilaksanakan pada tahun 2003. Di Indonesia sendiri, ajang ini baru memasuki tahun ketiga. Setiap kali pelaksanaan, Imagine Cup memiliki tema yang berbeda. Tema yang diusung pada tahun 2006 adalah mengenai peran teknologi piranti lunak yang memungkinkan kita hidup dalam sebuah kehidupan yang lebih sehat - "Imagine a world where technology enables us to live healthier lives".
Imagine Cup 2006 Indonesia Software Design
Imagine Cup 2006 Indonesia Software Design
Click here for a high-res version.
"Ajang ini merupakan sarana bagi para generasi penerus untuk menunjukan potensi diri mereka di ajang internasional dalam hal IT. Imagine Cup menantang mahasiswa untuk membayangkan dunia yang lebih baik yang dapat diciptakan melalui kejeniusannya, kreativitas, dan energinya menciptakan solusi teknologi yang inovatif dan menawarkan kegunaan yang praktis," ungkap Ari Kunwidodo, Wakil Presiden Direktur PT Microsoft Indonesia.
Dalam setiap ajang kompetisi, terdapat enam kategori yang dilombakan, antara lain: (1) Software Design; (2) Algorithm; (3) IT; (4) Project Hoshimi; (5) Short Film; dan, (6) Interface Designer. Imagine Cup 2006 Indonesia kali ini masuk pada kategori perlombaan untuk Software Design.
Terdapat tiga hal utama yang menjadi kunci penilaian ajang kompetisi, yaitu: Inovasi, aplikasi memecahkan permasalahan baru atau memecahkan permasalahan lama dari sisi yang belum pernah terpikirkan; Impact, apakah aplikasi meninggalkan kesan kepada user. Apakah aplikasi tersebut hanya bermanfaat untuk orang tertentu saja atau dapat digunakan oleh seluruh jajaran masyarakat, atau oleh user tertentu yang memberikan dampak pada orang banyak seperti pemerintahan; efektif, seberapa persen aplikasi piranti lunak tersebut dapat memecahkan permasalahan yang dirumuskan.
"Imagine Cup yang didukung penuh oleh perusahaan penyedia piranti lunak terbesar dunia, Microsoft, ini sudah merupakan jalur yang paling tepat bagi para mahasiswa untuk menunjukan kebolehannya dalam menciptakan solusi piranti lunak. Maka, kesempatan ini harus kita manfaatkan sebaik-baiknya," kata Dr. Ir. Richard Mengko, Staf Ahli Bidang Teknologi Informasi, Kementerian Negara Riset Dan Teknologi yang juga menjadi salah satu juri Imagine Cup 2006 Indonesia Software Design.
Tim Gatotkaca yang telah memenangkan Imagine Cup 2006 Indonesia Software Design mengalahkan empat tim lainnya yang masuk ke babak final dengan beragam kreasi ciptaannya menggunakan teknologi Microsoft(R) dan .NET Web Services. Berikut adalah lima aplikasi yang masuk babak final:
1. Project Runtastic. Dikembangkan oleh tim mahasiswa ITB, merupakan aplikasi yang berjalan pada perangkat mobile (PDA) untuk membuat olahraga jogging lebih menyenangkan. Aplikasi ini memungkinkan user dapat berkompetisi dengan para jogger lain di belahan dunia lain untuk memotivasi user. User juga mendapat bimbingan dari personal traineer berkelas dunia selama melakukan olahraganya, sehingga user yakin telah melakukan olahraga dengan sempurna.
2. Project Personal Food Guide (PFG). Dikembangkan oleh tim mahasiswa ITS, merupakan aplikasi yang memungkinkan user selalu mendapatkan menu yang sehat berdasarkan catatan medis user. PFG mengkolaborasikan keahlian dari pemerintahan, restoran-restoran dan para ahli nutrisi ke dalam satu layanan tunggal. Aplikasi ini memungkinkan user mencari dan mendapatkan menu sehat dari restoran melalui perangkat mobile, memasak makanan sehat berdasarkan resep-resep yang bisa didownload serta mendapatkan info-info terbaru mengenai makanan sehat dari restoran-restoran di lokasi terdekat.
3. Project MAc (Mobile Acupuncture). Dikembangkan oleh tim mahasiswa ITB, merupakan aplikasi mobile yang menyediakan fasilitas terapi akupuntur tanpa harus berhubungan langsung dengan ahli terapisnya. Mac dapat digunakan kapan saja dan dimana saja dengan men-seting Electro-Acupunture Unit dan Body-Censor unit yang terintegrasi dalam hardware MacWare pada tubuh user dan dikoneksikan menggunakan PDA melalui Bluetooth.
4. Project MediXob. Dikembangkan oleh tim mahasiswa ITS, merupakan aplikasi yang memfasilitasi user untuk berkonsultasi mengenai kesehatannya dengan cara yang sangat flexible, cepat, mudah dan terjangkau melalui handphone atau PC. User tinggal mengirimkan keluhannya via sms, mms, WAP atau internet. MediXob mempermudah penyampaian keluhan untuk dimengerti dengan disertakan Text Analysis dan Expert System.
5. Project Sigap!. Dikembangkan oleh tim mahasiswa ITB dan UNPAD, merupakan aplikasi yang berguna bagi user untuk mendapatkan jangka waktu paling tepat untuk berlatih cardio secara menyenangkan yaitu dengan menyesuaikan detak jantung user dengan beat lagu favorit pada saat berlatih.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Imagine Cup 2006 beserta rancangan aplikasi para finalis, silahkan kunjungi: http://www.microsoft.com/indonesia/students/imagine_cup.aspx
Business Start-up Award 2006
Business Start-up Award 2006
YES Programme atau Program Wirausahawan Muda Pemula adalah sebuah inisiatif untuk membantu anak muda Indonesia membangun usaha mandiri (wirausaha) sebagai suatu pilihan karir. Inisiatif tersebut dikoordinasikan oleh Yayasan Indonesia Business Links (IBL) dan dalam pelaksanaannya mendapatkan dukungan dari berbagai organisasi dan korporasi, diantaranya adalah Shell Companies in Indonesia, International Finance Corporation (IFC), Standard Chartered Bank, McKinsey & Company, dan Yayasan Progressio Indonesia.
Inisiatif ini terdiri dari tiga kegiatan utama; (1) pembangunan kesadaran pada anak muda Indonesia bahwa wirausaha merupakan salah satu pilihan karir yang pantas bagi masa depan melalui pelaksanaan workshop ‘Bright Ideas’ di Jakarta, Bandung dan Yogya, (2) pemilihan wirausahawan muda pemula berpotensi yang dapat dijadikan acuan bagi anak muda Indonesia dalam ajang ‘Business Start-up Award (BSA) 2006’, serta (3) pembinaan/mentoring dan pelatihan teknis bagi wirausahawan muda pemula yang mempunyai potensi untuk berkembang.
Business Start-up Award bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada wirausahawan muda pemula terpilih yang mempunyai potensi untuk berkembang menjadi wirausahawan yang sukses, yang nantinya dapat dijadikan sebagai acuan (role model) bagi anak muda Indonesia yang ingin menjadikan wirausaha sebagai salah satu pilihan dalam berkarir.
Ajang ini terbuka bagi pemuda/pemudi Indonesia dengan usia antara 18 sampai dengan 32 tahun; mempunyai usaha sendiri yang sudah berjalan sampai dengan dua tahun (tahap start-up) serta usahanya berlokasi di wilayah DKI Jakarta & sekitarnya, Kota Bandung & sekitarnya, serta Kota Yogya & sekitarnya.
Business Start-up Award 2006 telah dimulai pada tanggal 17 Januari 2006 dengan melakukan launching promosi dan pembukaan pendaftaran di tiga kota: Jakarta, Bandung, Yogya. Sampai dengan tanggal terakhir pendaftaran (26 Februari 2006) telah terkumpul 1447 profil usaha (lihat: daftar peserta) yang dikirimkan oleh para wirausahwan muda. Setelah melalui proses seleksi tingkat awal yang dilaksanakan oleh manajemen, terdapat 87 buah profil usaha yang memenuhi prasyarat utama BSA: pengusaha berusia 18-32 tahun dan usaha sudah berjalan paling lama dua tahun. Ke-87 profil usaha tersebut diminta untuk dijabarkan oleh si pengusaha muda dalam sebuah rencana usaha (business plan).
Hanya 26 orang wirausahawan muda (lihat: daftar semifinalis) yang mengirimkan rencana usahanya. Ke-26 orang tersebut diseleksi kembali oleh Panel Juri di tingkat lokal. Penilaian dilakukan terhadap rencana usaha yang diajukan serta potensi diri dari wirausahawan yang dinilai pada saat dilakukan wawancara oleh panel juri pada tanggal 5 April 2006 (Bandung), 11 April 2006 (Jakarta), serta 12 April 2006 (Yogya). Penilaian terhadap rencana usaha melihat pada tiga aspek: Produk, Pasar, serta Organisasi/Manajemen. Juri (lihat: daftar juri lokal) terdiri dari kombinasi wirausahawan lokal yang sukses serta kalangan professional.
Dari hasil penilaian tersebut, saat ini terdapat 8 orang wirausahawan muda dan usahanya (lihat: daftar finalis) dinilai layak untuk lolos ke babak final.
Babak final dilaksanakan bersamaan dengan penyelenggaraan BSA 2006 Ehibition and Inauguration Night pada tanggal 16 Juni 2006 di Hotel Mulia, Jakarta. Final diselenggarakan dalam bentuk eksibisi/pameran dimana akan disediakan stan-stan pameran bagi para finalis untuk memasarkan produk mereka. Para penilai akan memilih lima peserta terbaik yang akan dianugerahi penghargaan berupa hibah/grant senilai Rp 25.000.000 sebagai modal usaha.
Acara BSA 2006 Exhibition and Inauguration Night terselenggara berkat dukungan Merrill Lynch, sebagai tuan rumah (host) acara; serta bantuan dari Yayasan Indonesia Business Links, Shell Companies in Indonesia, International Finance Corporation, dan Accenture dalam penyelenggaraannya.
YES Programme atau Program Wirausahawan Muda Pemula adalah sebuah inisiatif untuk membantu anak muda Indonesia membangun usaha mandiri (wirausaha) sebagai suatu pilihan karir. Inisiatif tersebut dikoordinasikan oleh Yayasan Indonesia Business Links (IBL) dan dalam pelaksanaannya mendapatkan dukungan dari berbagai organisasi dan korporasi, diantaranya adalah Shell Companies in Indonesia, International Finance Corporation (IFC), Standard Chartered Bank, McKinsey & Company, dan Yayasan Progressio Indonesia.
Inisiatif ini terdiri dari tiga kegiatan utama; (1) pembangunan kesadaran pada anak muda Indonesia bahwa wirausaha merupakan salah satu pilihan karir yang pantas bagi masa depan melalui pelaksanaan workshop ‘Bright Ideas’ di Jakarta, Bandung dan Yogya, (2) pemilihan wirausahawan muda pemula berpotensi yang dapat dijadikan acuan bagi anak muda Indonesia dalam ajang ‘Business Start-up Award (BSA) 2006’, serta (3) pembinaan/mentoring dan pelatihan teknis bagi wirausahawan muda pemula yang mempunyai potensi untuk berkembang.
Business Start-up Award bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada wirausahawan muda pemula terpilih yang mempunyai potensi untuk berkembang menjadi wirausahawan yang sukses, yang nantinya dapat dijadikan sebagai acuan (role model) bagi anak muda Indonesia yang ingin menjadikan wirausaha sebagai salah satu pilihan dalam berkarir.
Ajang ini terbuka bagi pemuda/pemudi Indonesia dengan usia antara 18 sampai dengan 32 tahun; mempunyai usaha sendiri yang sudah berjalan sampai dengan dua tahun (tahap start-up) serta usahanya berlokasi di wilayah DKI Jakarta & sekitarnya, Kota Bandung & sekitarnya, serta Kota Yogya & sekitarnya.
Business Start-up Award 2006 telah dimulai pada tanggal 17 Januari 2006 dengan melakukan launching promosi dan pembukaan pendaftaran di tiga kota: Jakarta, Bandung, Yogya. Sampai dengan tanggal terakhir pendaftaran (26 Februari 2006) telah terkumpul 1447 profil usaha (lihat: daftar peserta) yang dikirimkan oleh para wirausahwan muda. Setelah melalui proses seleksi tingkat awal yang dilaksanakan oleh manajemen, terdapat 87 buah profil usaha yang memenuhi prasyarat utama BSA: pengusaha berusia 18-32 tahun dan usaha sudah berjalan paling lama dua tahun. Ke-87 profil usaha tersebut diminta untuk dijabarkan oleh si pengusaha muda dalam sebuah rencana usaha (business plan).
Hanya 26 orang wirausahawan muda (lihat: daftar semifinalis) yang mengirimkan rencana usahanya. Ke-26 orang tersebut diseleksi kembali oleh Panel Juri di tingkat lokal. Penilaian dilakukan terhadap rencana usaha yang diajukan serta potensi diri dari wirausahawan yang dinilai pada saat dilakukan wawancara oleh panel juri pada tanggal 5 April 2006 (Bandung), 11 April 2006 (Jakarta), serta 12 April 2006 (Yogya). Penilaian terhadap rencana usaha melihat pada tiga aspek: Produk, Pasar, serta Organisasi/Manajemen. Juri (lihat: daftar juri lokal) terdiri dari kombinasi wirausahawan lokal yang sukses serta kalangan professional.
Dari hasil penilaian tersebut, saat ini terdapat 8 orang wirausahawan muda dan usahanya (lihat: daftar finalis) dinilai layak untuk lolos ke babak final.
Babak final dilaksanakan bersamaan dengan penyelenggaraan BSA 2006 Ehibition and Inauguration Night pada tanggal 16 Juni 2006 di Hotel Mulia, Jakarta. Final diselenggarakan dalam bentuk eksibisi/pameran dimana akan disediakan stan-stan pameran bagi para finalis untuk memasarkan produk mereka. Para penilai akan memilih lima peserta terbaik yang akan dianugerahi penghargaan berupa hibah/grant senilai Rp 25.000.000 sebagai modal usaha.
Acara BSA 2006 Exhibition and Inauguration Night terselenggara berkat dukungan Merrill Lynch, sebagai tuan rumah (host) acara; serta bantuan dari Yayasan Indonesia Business Links, Shell Companies in Indonesia, International Finance Corporation, dan Accenture dalam penyelenggaraannya.
Kewirausahaan TI di Indonesia
Kamis , 24/08/2006 07:01 WIB
e-Entrepreneurship
Kewirausahaan TI di Indonesia
Penulis: Ekananta - detikInet
e-Entrepreneurship
e-Entrepreneurship, Entrepreneurship atau kewirausahaan adalah sebuah tema yang cukup menarik untuk dibicarakan dan coba ditekuni oleh beberapa orang karena menjanjikan sebuah kesuksesan karir dan finansial bagi yang berhasil menjalaninya.
Di Indonesia, pembicaraan mengenai entrepreneurship semakin sering terdengar dalam beberapa tahun terakhir ini antara lain dipicu oleh suksesnya penjualan buku "Rich-Dad-Poor-Dad" karangan Robert Kiyosaki yang secara eksplisit menyarankan kepada pembacanya untuk beriwirausaha sebagai bagian untuk memperoleh kebebasan finansial.
Bahkan beberapa pemuda bertutur bahwa mereka ingin menjadi wirausaha dengan mendirikan perusahaan dan memperoleh kebebasan finansial seperti yang disarankan oleh Kiyosaki tanpa menghiraukan bidang apa yang akan mereka terjuni dan hambatan apa saja yang akan mereka temui dalam berwirausaha.
Di samping itu, dunia Information Technology (IT) adalah sebuah dunia usaha dan teknologi yang paling banyak menghasilkan enterpreneur yang sukses baik secara bisnis maupun keuangan. Nama-nama seperti Hewlet-Packard, Bill Gates, Lerry Elison, Steve Jobs, dan Michael Dell merupakan nama-nama pendiri perusahaan di bidang Teknologi Informasi, dan merupakan entrepreneur murni karena mereka memulai usaha yang baru sama sekali dan di usia yang cukup muda.
Melihat kondisi inilah maka tidak heran kalau banyak sekali enterpreneur yang ingin mendirikan usaha dalam bidang IT, bahkan di era dot-com, hampir semua entrepreneur berusaha mendirikan perusahaan dot-com. Seiring dengan berlalunya era dot-com dan dengan jatuhnya banyak perusahaan dot-com, tetap tidak mengurangi semangat para entrepreneur muda untuk mencoba peruntungan mereka dalam dunia IT ini.
Dalam tulisan ini, penulis ingin menyoroti prospek entrepreneurship di bidang IT di negara Indonesia berdasarkan atas pengamatan dan pengalaman yang pernah dijalani penulis dalam membangun dan menjalankan sebuah perusahaan strart-up di bidang IT.
Walaupun usaha yang dilakukan belum pantas untuk disebut sukses, tetapi penulis ingin berbagi beberapa pengalaman yang pernah dialami yang mungkin berguna bagi perkembangan jiwa dan semangat entrepreneurship di Indonesia.
Membangun usaha dalam bisnis IT
Dunia IT merupakan sebuah dunia yang sangat menjanjikan bagi para entrepreneur muda karena sifatnya yang sangat terbuka bagi siapa saja yang berminat memasukinya, bahkan untuk menggambarkan betapa terbukanya bidang ini dinyatakan oleh pernyataan seorang aktor dalam sebuah film fiksi tentang perusahaan IT yang berjudul "Anti Trust" mengatakan bahwa "Every student who works on their garage is potentianly become a competitor in this business".
Setiap mahasiswa yang bekerja dari sebuah garasi di rumahnya untuk membuat perangkat lunak IT berpotensi untuk menjadi pesaing bagi perusahaan yang telah beroperasi terlebih dahulu. Seperti juga sebuah bisnis pada umumnya, jika gampang memasukinya maka gampang pula untuk terlempar keluar dari persaingan, oleh sebab itu pemahaman dan pemilihan dalam membangun sebuah bisnis, khususnya dalam bidang IT sangat menentukan sukses tidaknya usaha tersebut dijalankan.
Walaupun banyak sekali bidang bisnis IT, tetapi pada umumnya bidang usaha yang sering dimasuki oleh seorang pebisnis baru adalah:
- Perusahaan pengembangan perangkat lunak aplikasi (software house).
- Konsultan Implementasi Teknologi Informasi baik itu implementasi hardware maupun implementasi software.
- Distributor dari produk-produk IT, baik hardware ataupun software.
- Training dan pendidikan bidang IT.
Dari keempat bidang ini, muncul berbagai varians dari bisnis IT yang biasanya merupakan bentuk spesialisasi dari keempat bidang usaha tersebut. Untuk sukses dalam bisnis dalam bidang ini faktor yang paling berpengaruh adalah ketepatan memasuki pasar (time-to-market) dan juga kualitas sebuah produk atau solusi yang dimiliki.
Terlambat memasuki pasar berarti akan kehilangan kesempatan menjadi market leader, sedangkan terlalu awal masuk pasar akan dibebani biaya besar untuk melakukan pendidikan pasar. Faktor yang kedua yaitu kualitas dari produk atau solusi yang akan menjamin kesinambungan perusahaan dalam bisnis ini. Kualitas yang jelek akan menyebabkan hilangnya kepercayaan dari pelanggan, walaupun time-to-market nya sudah tepat.
e-Entrepreneurship
Kewirausahaan TI di Indonesia
Penulis: Ekananta - detikInet
e-Entrepreneurship
e-Entrepreneurship, Entrepreneurship atau kewirausahaan adalah sebuah tema yang cukup menarik untuk dibicarakan dan coba ditekuni oleh beberapa orang karena menjanjikan sebuah kesuksesan karir dan finansial bagi yang berhasil menjalaninya.
Di Indonesia, pembicaraan mengenai entrepreneurship semakin sering terdengar dalam beberapa tahun terakhir ini antara lain dipicu oleh suksesnya penjualan buku "Rich-Dad-Poor-Dad" karangan Robert Kiyosaki yang secara eksplisit menyarankan kepada pembacanya untuk beriwirausaha sebagai bagian untuk memperoleh kebebasan finansial.
Bahkan beberapa pemuda bertutur bahwa mereka ingin menjadi wirausaha dengan mendirikan perusahaan dan memperoleh kebebasan finansial seperti yang disarankan oleh Kiyosaki tanpa menghiraukan bidang apa yang akan mereka terjuni dan hambatan apa saja yang akan mereka temui dalam berwirausaha.
Di samping itu, dunia Information Technology (IT) adalah sebuah dunia usaha dan teknologi yang paling banyak menghasilkan enterpreneur yang sukses baik secara bisnis maupun keuangan. Nama-nama seperti Hewlet-Packard, Bill Gates, Lerry Elison, Steve Jobs, dan Michael Dell merupakan nama-nama pendiri perusahaan di bidang Teknologi Informasi, dan merupakan entrepreneur murni karena mereka memulai usaha yang baru sama sekali dan di usia yang cukup muda.
Melihat kondisi inilah maka tidak heran kalau banyak sekali enterpreneur yang ingin mendirikan usaha dalam bidang IT, bahkan di era dot-com, hampir semua entrepreneur berusaha mendirikan perusahaan dot-com. Seiring dengan berlalunya era dot-com dan dengan jatuhnya banyak perusahaan dot-com, tetap tidak mengurangi semangat para entrepreneur muda untuk mencoba peruntungan mereka dalam dunia IT ini.
Dalam tulisan ini, penulis ingin menyoroti prospek entrepreneurship di bidang IT di negara Indonesia berdasarkan atas pengamatan dan pengalaman yang pernah dijalani penulis dalam membangun dan menjalankan sebuah perusahaan strart-up di bidang IT.
Walaupun usaha yang dilakukan belum pantas untuk disebut sukses, tetapi penulis ingin berbagi beberapa pengalaman yang pernah dialami yang mungkin berguna bagi perkembangan jiwa dan semangat entrepreneurship di Indonesia.
Membangun usaha dalam bisnis IT
Dunia IT merupakan sebuah dunia yang sangat menjanjikan bagi para entrepreneur muda karena sifatnya yang sangat terbuka bagi siapa saja yang berminat memasukinya, bahkan untuk menggambarkan betapa terbukanya bidang ini dinyatakan oleh pernyataan seorang aktor dalam sebuah film fiksi tentang perusahaan IT yang berjudul "Anti Trust" mengatakan bahwa "Every student who works on their garage is potentianly become a competitor in this business".
Setiap mahasiswa yang bekerja dari sebuah garasi di rumahnya untuk membuat perangkat lunak IT berpotensi untuk menjadi pesaing bagi perusahaan yang telah beroperasi terlebih dahulu. Seperti juga sebuah bisnis pada umumnya, jika gampang memasukinya maka gampang pula untuk terlempar keluar dari persaingan, oleh sebab itu pemahaman dan pemilihan dalam membangun sebuah bisnis, khususnya dalam bidang IT sangat menentukan sukses tidaknya usaha tersebut dijalankan.
Walaupun banyak sekali bidang bisnis IT, tetapi pada umumnya bidang usaha yang sering dimasuki oleh seorang pebisnis baru adalah:
- Perusahaan pengembangan perangkat lunak aplikasi (software house).
- Konsultan Implementasi Teknologi Informasi baik itu implementasi hardware maupun implementasi software.
- Distributor dari produk-produk IT, baik hardware ataupun software.
- Training dan pendidikan bidang IT.
Dari keempat bidang ini, muncul berbagai varians dari bisnis IT yang biasanya merupakan bentuk spesialisasi dari keempat bidang usaha tersebut. Untuk sukses dalam bisnis dalam bidang ini faktor yang paling berpengaruh adalah ketepatan memasuki pasar (time-to-market) dan juga kualitas sebuah produk atau solusi yang dimiliki.
Terlambat memasuki pasar berarti akan kehilangan kesempatan menjadi market leader, sedangkan terlalu awal masuk pasar akan dibebani biaya besar untuk melakukan pendidikan pasar. Faktor yang kedua yaitu kualitas dari produk atau solusi yang akan menjamin kesinambungan perusahaan dalam bisnis ini. Kualitas yang jelek akan menyebabkan hilangnya kepercayaan dari pelanggan, walaupun time-to-market nya sudah tepat.
Wednesday, September 13, 2006
Doa Hari Selasa, 12 September 2006
Doa Hari Selasa, 12 September 2006
Terima kasih Tuhan Yesusku,
Engkau telah memberi kami negeri ini,
negeri yang luas dan subur
yang dapat ditumbuhi benih apa pun.
Kami mohon berkat-Mu untuk para petani
agar mereka tetap tekun bekerja
menggarap sawah, ladang dan kebun,
dan agar hasil usaha mereka melimpah
demi kemakmuran dan kesejahteraan bangsa kami.
Sertailah di dalam setiap usaha mereka.
Berilah cuaca yang baik yang mendukung akan
pertumbuhan setiap benih yang mereka tanam.
Tolonglah mereka di dalam setiap kendala yang
mereka hadapi, baik di dalam usaha mereka,
maupun setiap permasalahan di dalam kehidupan
mereka.
Berilah mereka ini kesehatan yang baik,
dan rejeki yang berkecukupan daripadaMu.
Terima kasih Tuhan
yang Maha Pengasih.
Semoga berkat-Mu atas para petani
menjadi rahmat bagi bangsa kami,
dan membuat kami selalu bersyukur
dan tunduk di hadapan-Mu.
Amin.
Terima kasih Tuhan Yesusku,
Engkau telah memberi kami negeri ini,
negeri yang luas dan subur
yang dapat ditumbuhi benih apa pun.
Kami mohon berkat-Mu untuk para petani
agar mereka tetap tekun bekerja
menggarap sawah, ladang dan kebun,
dan agar hasil usaha mereka melimpah
demi kemakmuran dan kesejahteraan bangsa kami.
Sertailah di dalam setiap usaha mereka.
Berilah cuaca yang baik yang mendukung akan
pertumbuhan setiap benih yang mereka tanam.
Tolonglah mereka di dalam setiap kendala yang
mereka hadapi, baik di dalam usaha mereka,
maupun setiap permasalahan di dalam kehidupan
mereka.
Berilah mereka ini kesehatan yang baik,
dan rejeki yang berkecukupan daripadaMu.
Terima kasih Tuhan
yang Maha Pengasih.
Semoga berkat-Mu atas para petani
menjadi rahmat bagi bangsa kami,
dan membuat kami selalu bersyukur
dan tunduk di hadapan-Mu.
Amin.
The Sidoarjo mudflow as an acid test for CSR
The Jakarta Post, HEADLINE, Tuesday 12 Sept 2006
The Sidoarjo mudflow as an acid test for CSR
B. Herry-Priyono, Jakarta
On Aug. 29, the three-month anniversary of the Sidoarjo mudflow in East
Java, there was a strange move by several desperate groups to demand the
government declare the calamity a national disaster.
This demand may have arisen from a genuine concern for the plight of the
victims. By declaring the calamity a national disaster, it was expected
the victims would at last receive proper attention. Very noble! We may
have been seduced by the demand, if only for its compassionate appearance.
Reality, however, is always less happy than fantasy.
The fantasy was to rally public concern, yet in reality there were dire
legal implications; dire in the sense that by buying into such a move, we
would be succumbing to a state of affairs in which we would be digging our
own grave by swallowing the bait prepared by Lapindo Brantas.
Indeed, for the company that drilled the gas well from which the mud has
flowed, nothing could be sweeter than the costs of its colossal fault
being borne by the wider public. If not blatantly hit up for donations for
the colossal repair and compensation costs, the public would have to bear
the costs, partly or fully, through government expenditure. This surely
means public money, including our tax money. In theory at least, that
would be the meaning of the Sidoarjo calamity being declared a national
disaster.
This is certainly not the only possibility, for there could be other
arrangements. But once a problem is declared a national disaster, nothing
in legal terms can halt an imperative wherein the government is forced to
get involved in bearing the costs. The route to this state of affairs is
not as remote as it first appears, and on many occasions Vice President
Jusuf Kalla has unambiguously suggested the government will share the
financial responsibility of the disaster.
In my view, the most proper role for the government in the Sidoarjo affair
is as an overseer. And by no means should the government spend public
money to pay for the cleanup and compensation. That would be like a repeat
of the Bank Indonesia liquidity funds scandal, where trillions of rupiah
were looted by indebted bankers.
Surely it is not easy for the government to stick to its role as an
overseer. There are at least two powerful forces that are likely to push
the government to abandon this role. The first is a naive demand, based on
an outdated political philosophy, that the government must be responsible
for any malady befalling the country. This demand is likely to be based on
the seemingly lofty argument that government is elected to take care of
its citizens. This sort of argument is like a wolf in sheep's clothing.
The second force is none other than a compulsion intrinsic to any business
power, i.e. to socialize costs and privatize profits. To socialize costs
is simply another term for "externalities", in technical economic
parlance.
The arid sound of the term should not deceive us, for what is meant is
plain: profit is mine, the cost someone else's problem. If this can only
be done by collusion or nepotism, so be it. This may sound harsh, but the
harshness comes from the fact that we live in an age where we, if
unconsciously, venerate corporate executives as knights on white horses.
We are awed even before raising questions.
It is interesting to note that the Sidoarjo calamity has occurred at a
times when there is much talk about corporate social responsibility (CSR).
The coincidence could not have been better placed. In an age where the
"externalized-cost-is-privatized-profit" motive has become the business of
business itself, CSR is indeed a tall order.
It was back in 1962 when Milton Friedman, that militant market
fundamentalist economist, said that a company's social responsibility
beyond the interests of stockholders is immoral. In his words, "there is
one and only one social responsibility of business -- to use its resources
and engage in activities designed to increase its profits".
This peculiarly provocative statement is, of course, a provocation.
Although he marshals a good deal of logical wits, he is essentially an
economic mandarin looking for practical convenience.
In Friedman's view, there is only one instance when CSR can be tolerated,
that is when it serves no other purpose but the company's profit. In his
words, it's like "putting a good-looking girl in front of an automobile to
sell an automobile; that is not to promote pulchritude, but in order to
sell cars". Lofty ideals are immaterial, for hypocrisy is virtuous when it
serves the bottom line.
It is apparently this issue that prompted Robert Monks, that prominent
businessman and shareholder activist, to say that "corporate power is an
externalizing machine, in the same way that a shark is a killing machine".
Indeed, a company's built-in compulsion to externalize costs is at the
root of many environmental ills, for the costs saved by externalization
only reappear elsewhere. In some cases, the "elsewhere" is environmental
disaster, in other instances social ills, and still in other cases it is
economic ruin.
This, of course, is not to belittle so-called "positive externalities" in
the form of, say, job creation. The point, rather, is that the trade-off
is hardly in favor of positive externalities.
But who is in charge of ensuring that the public at large will not bear
the brunt of this built-in compulsion? It is the overseer. Alas, in
economic policymaking circles regulation is the subject that dares not
speak its name. Of course, if "regulation" means "red tape", no regulation
is to be tolerated. But the type of regulation to force companies to
internalize costs that would otherwise be externalized onto society and
the environment is indispensable.
This, however, hasn't touched the bottom line. CSR is not alms-giving. It
is rather a movement to make any corporate ventures re-embedded. This
cannot but be reflected in the bookkeeping scorecard that counts not only
benefits and costs to shareholders but also to the stakeholding public,
including the environment. Otherwise, we couldn't distinguish whether it
is the entrepreneurs who have arrived, or the barbarians.
Or is it possible that they are the same?
The writer, a lecturer in the Postgraduate Program at Driyarkara School of
Philosophy, Jakarta, holds a PhD from the London School of Economics.
The Sidoarjo mudflow as an acid test for CSR
B. Herry-Priyono, Jakarta
On Aug. 29, the three-month anniversary of the Sidoarjo mudflow in East
Java, there was a strange move by several desperate groups to demand the
government declare the calamity a national disaster.
This demand may have arisen from a genuine concern for the plight of the
victims. By declaring the calamity a national disaster, it was expected
the victims would at last receive proper attention. Very noble! We may
have been seduced by the demand, if only for its compassionate appearance.
Reality, however, is always less happy than fantasy.
The fantasy was to rally public concern, yet in reality there were dire
legal implications; dire in the sense that by buying into such a move, we
would be succumbing to a state of affairs in which we would be digging our
own grave by swallowing the bait prepared by Lapindo Brantas.
Indeed, for the company that drilled the gas well from which the mud has
flowed, nothing could be sweeter than the costs of its colossal fault
being borne by the wider public. If not blatantly hit up for donations for
the colossal repair and compensation costs, the public would have to bear
the costs, partly or fully, through government expenditure. This surely
means public money, including our tax money. In theory at least, that
would be the meaning of the Sidoarjo calamity being declared a national
disaster.
This is certainly not the only possibility, for there could be other
arrangements. But once a problem is declared a national disaster, nothing
in legal terms can halt an imperative wherein the government is forced to
get involved in bearing the costs. The route to this state of affairs is
not as remote as it first appears, and on many occasions Vice President
Jusuf Kalla has unambiguously suggested the government will share the
financial responsibility of the disaster.
In my view, the most proper role for the government in the Sidoarjo affair
is as an overseer. And by no means should the government spend public
money to pay for the cleanup and compensation. That would be like a repeat
of the Bank Indonesia liquidity funds scandal, where trillions of rupiah
were looted by indebted bankers.
Surely it is not easy for the government to stick to its role as an
overseer. There are at least two powerful forces that are likely to push
the government to abandon this role. The first is a naive demand, based on
an outdated political philosophy, that the government must be responsible
for any malady befalling the country. This demand is likely to be based on
the seemingly lofty argument that government is elected to take care of
its citizens. This sort of argument is like a wolf in sheep's clothing.
The second force is none other than a compulsion intrinsic to any business
power, i.e. to socialize costs and privatize profits. To socialize costs
is simply another term for "externalities", in technical economic
parlance.
The arid sound of the term should not deceive us, for what is meant is
plain: profit is mine, the cost someone else's problem. If this can only
be done by collusion or nepotism, so be it. This may sound harsh, but the
harshness comes from the fact that we live in an age where we, if
unconsciously, venerate corporate executives as knights on white horses.
We are awed even before raising questions.
It is interesting to note that the Sidoarjo calamity has occurred at a
times when there is much talk about corporate social responsibility (CSR).
The coincidence could not have been better placed. In an age where the
"externalized-cost-is-privatized-profit" motive has become the business of
business itself, CSR is indeed a tall order.
It was back in 1962 when Milton Friedman, that militant market
fundamentalist economist, said that a company's social responsibility
beyond the interests of stockholders is immoral. In his words, "there is
one and only one social responsibility of business -- to use its resources
and engage in activities designed to increase its profits".
This peculiarly provocative statement is, of course, a provocation.
Although he marshals a good deal of logical wits, he is essentially an
economic mandarin looking for practical convenience.
In Friedman's view, there is only one instance when CSR can be tolerated,
that is when it serves no other purpose but the company's profit. In his
words, it's like "putting a good-looking girl in front of an automobile to
sell an automobile; that is not to promote pulchritude, but in order to
sell cars". Lofty ideals are immaterial, for hypocrisy is virtuous when it
serves the bottom line.
It is apparently this issue that prompted Robert Monks, that prominent
businessman and shareholder activist, to say that "corporate power is an
externalizing machine, in the same way that a shark is a killing machine".
Indeed, a company's built-in compulsion to externalize costs is at the
root of many environmental ills, for the costs saved by externalization
only reappear elsewhere. In some cases, the "elsewhere" is environmental
disaster, in other instances social ills, and still in other cases it is
economic ruin.
This, of course, is not to belittle so-called "positive externalities" in
the form of, say, job creation. The point, rather, is that the trade-off
is hardly in favor of positive externalities.
But who is in charge of ensuring that the public at large will not bear
the brunt of this built-in compulsion? It is the overseer. Alas, in
economic policymaking circles regulation is the subject that dares not
speak its name. Of course, if "regulation" means "red tape", no regulation
is to be tolerated. But the type of regulation to force companies to
internalize costs that would otherwise be externalized onto society and
the environment is indispensable.
This, however, hasn't touched the bottom line. CSR is not alms-giving. It
is rather a movement to make any corporate ventures re-embedded. This
cannot but be reflected in the bookkeeping scorecard that counts not only
benefits and costs to shareholders but also to the stakeholding public,
including the environment. Otherwise, we couldn't distinguish whether it
is the entrepreneurs who have arrived, or the barbarians.
Or is it possible that they are the same?
The writer, a lecturer in the Postgraduate Program at Driyarkara School of
Philosophy, Jakarta, holds a PhD from the London School of Economics.
Thursday, August 17, 2006
Nasionalisme apa?
Nasionalisme apa?
17 Agustus 2006, pagi hari ini aku memulai dengan mencari obat untuk anakku, si Vicky yang lagi sakit batuk. Berkeliling di pagi ini, seharusnya banyak toko sudah mulai buka, tetapi hari ini tidak ada yang buka. Cuma satu apotik, dan puji Tuhan, cukup lengkap, sehingga obat yang aku cari aku temukan di sana. Kenapa semua tutup? Ooo rupanya hari ini, hari libur krn tujuh-belasan. Istilah yang akrab di telinga kita, karena setiap tanggal 17 agustus inilah kita memperingati kemerdekaan, hidup merdeka sebagai negara, dan kali ini tepat 61 tahun yang lalu.
Topik persekutuan pemuda minggu lalu pun membahas soal nasionalisme. Sang pembicara, Pdt. Ferry dari GKI Terate, mengangkat suatu hal yang berbeda. Dia mengambil topik tentang apa yang kau perbuat untuk sesamu, engkau melakukannya untuk Aku. Terbesit kebingungan menghubungkan antara kepedulian dengan nasionalisme. Tetapi begitu mencari akar-nya dari kepedulian, yaitu kasih, terutama kasih kepada sesama, maka barulah kebersamaan, rasa memiliki secara bersama, terutama sebagai satu bangsa, satu negara, barulah bisa berujung kepada nasionalisme. Perenungan yang cukup menarik, yaitu bagaimana kita hidup berdampingan sebagai satu bangsa, satu negara, merasakan kepedulian, saling memperhatikan bersama, seperti teladan yang Yesus berikan.
Menyimak pemberitaan beberapa hari ini, terkait dengan pengiriman teman-teman muslim ke negara Libanon, untuk ikut berperang (bukan membantu menangani korban perang!), maka kembali saya mempertanyakan, apakah ini rasa nasionalisme yang selama ini kita bangun. Apakah upacara bendera di senin pagi, menghormati bendera merah putih, menyanyikan lagu merah putih, menghafal Pancasila, dan bahkan berdoa mensyukuri kemerdekaan yang kita acapkali lakukan itu, menghasilkan nasionalisme seperti ini? Nasionalisme yang luntur-kah ini?
Begitu salah satu kampung berpenduduk mayoritas Kristen terkenal rudal Israel, maka beberapa teman terusik, dan berkata siap berperang. Wallah.. ini apa? Apa yang terjadi dengan kita? Di satu pihak ada kepedulianyang tadi kita bahas, terutama untuk sesama kita, dan khususnya saudara kita seiman. Sebuah perasaan yang memang tidak dapat dibantah, tidak perlu dibuang, tetapi harus tetap dipupuk, dan saat ini isu global bahkan telah menjadi isu lokal, perhatian kita kepada kepedulian rakyat Libanon adalah suatu hal yang baik. Kemudian, kalo kita semua berangkat berperang untuk rakyat Libanon, tetapi kita sendiri tidak mau peduli, tidak merasa bangga dengan menjadi rakyat Indonesia, apakah kita tidak malu?
Saya sangat setuju, bahwa nasionalisme sudah bukan hanya soal cinta negara. Saya tersinggung pada waktu transit di Singapore beberapa tahun lalu, orang di depan saya berkata menunjuk orang lain (yang notabene adalah bos saya) dan berkata bahwa dia mirip teroris, apalagi berasal dari Indonesia. Ampun!.. negara saya ini apakah sarangnya teroris. Mentang-mentang bos saya botak, keturunan Arab bertubuh tinggi kekar. Indonesia kita ini sudah dianggap apa? Negara besar tapi keropos. Negara yang luasnya luar biasa, tetapi dianggap sebelah mata, bahkan tidak diperhitungkan.
Dan saya sangat setuju, apabila nasionalisme yang kita miliki, kita harus arahkan ke hal-hal yang lebih positif. Peduli terhadap sesama, mungkin itulah yang selama beberapa tahun inikita alami. Coba lihat, gempa semalam, pagi-pagi sudah beredar kotak sumbangan. Longsor kemaren, hari ini bantuan berdatangan. Tapi sekarang kelihatan, ternyata sumbangan yang demikian besar dan banyak dimobilisasi, bahkan oleh banyak pihak besar, tak urung sampai juga kepada mereka yang membutuhkan. Luar biasa. Terpuruk, dan semakin terpuruk.
Jadi, sekarang mau bilang apa? Nasionalisme seperti apa yang harus kita miliki, sehingga kita ini tidak hanya mencintai negara kita, berusaha bangkit dan bangun dari ketiarapan kita selama ini, dengan saling berbagi, saling peduli kepada sesama kita. Saya tidak tahu lagi harus bilang apa, apakah ini kesalahan lingkungan masyarakat kita, apakah ini kesalahan sistem pendidikan kita, ataukah ini semua memang kesalahan yang disengaja.
Jadi sekarang, dengan nasionalisme yang seperti sekarang ini, berapa lama lagi Indonesia yang besar dan luas ini akan berdiri. Berapa lama lagi kita akan dipecah-pecah, tidak hanya dengan suku, mulai marak dengan lokasi, apalagi dengan agama. Semua ini malah tidak menjunjung nasionalisme, melainkan semakin membuat kita semua terkotak-kotak.
Mudah-mudahan pengamatan salah seorang mengenai Indonesia yang sedang memasuki kurva J, kurva yang menunjukkan kebangkitan kembali, ini tidak hanya soal ekonomi, tidak hanya soal korupsi, tetapi juga kebangsaan dan nasionalisme. Saya ingat benar, salah seorang teman dari Korea Selatan, dengan bangga menunjukkan foto-foto pada waktu wajib militer yang pernah dialaminya. Dia mengatakan, bahwa sampai sekarang pun, Korea adalah negara-nya, meskipun sudah puluhan tahun tinggal di Indonesia. Bandingkan dengan warga negara kita yang tinggal di negeri lain, yang berkata, memang enak tinggal di Indonesia, tetapi jauh lebih nyaman tinggal di negara asing. Begitukah Indonesia kita? Begitukah nasionalisme yang akan kita wariskan kepada anak-anak kita ?
Salam merdeka!
Fankychristian.blogspot.com
17Aug2006, 11.00am
17 Agustus 2006, pagi hari ini aku memulai dengan mencari obat untuk anakku, si Vicky yang lagi sakit batuk. Berkeliling di pagi ini, seharusnya banyak toko sudah mulai buka, tetapi hari ini tidak ada yang buka. Cuma satu apotik, dan puji Tuhan, cukup lengkap, sehingga obat yang aku cari aku temukan di sana. Kenapa semua tutup? Ooo rupanya hari ini, hari libur krn tujuh-belasan. Istilah yang akrab di telinga kita, karena setiap tanggal 17 agustus inilah kita memperingati kemerdekaan, hidup merdeka sebagai negara, dan kali ini tepat 61 tahun yang lalu.
Topik persekutuan pemuda minggu lalu pun membahas soal nasionalisme. Sang pembicara, Pdt. Ferry dari GKI Terate, mengangkat suatu hal yang berbeda. Dia mengambil topik tentang apa yang kau perbuat untuk sesamu, engkau melakukannya untuk Aku. Terbesit kebingungan menghubungkan antara kepedulian dengan nasionalisme. Tetapi begitu mencari akar-nya dari kepedulian, yaitu kasih, terutama kasih kepada sesama, maka barulah kebersamaan, rasa memiliki secara bersama, terutama sebagai satu bangsa, satu negara, barulah bisa berujung kepada nasionalisme. Perenungan yang cukup menarik, yaitu bagaimana kita hidup berdampingan sebagai satu bangsa, satu negara, merasakan kepedulian, saling memperhatikan bersama, seperti teladan yang Yesus berikan.
Menyimak pemberitaan beberapa hari ini, terkait dengan pengiriman teman-teman muslim ke negara Libanon, untuk ikut berperang (bukan membantu menangani korban perang!), maka kembali saya mempertanyakan, apakah ini rasa nasionalisme yang selama ini kita bangun. Apakah upacara bendera di senin pagi, menghormati bendera merah putih, menyanyikan lagu merah putih, menghafal Pancasila, dan bahkan berdoa mensyukuri kemerdekaan yang kita acapkali lakukan itu, menghasilkan nasionalisme seperti ini? Nasionalisme yang luntur-kah ini?
Begitu salah satu kampung berpenduduk mayoritas Kristen terkenal rudal Israel, maka beberapa teman terusik, dan berkata siap berperang. Wallah.. ini apa? Apa yang terjadi dengan kita? Di satu pihak ada kepedulianyang tadi kita bahas, terutama untuk sesama kita, dan khususnya saudara kita seiman. Sebuah perasaan yang memang tidak dapat dibantah, tidak perlu dibuang, tetapi harus tetap dipupuk, dan saat ini isu global bahkan telah menjadi isu lokal, perhatian kita kepada kepedulian rakyat Libanon adalah suatu hal yang baik. Kemudian, kalo kita semua berangkat berperang untuk rakyat Libanon, tetapi kita sendiri tidak mau peduli, tidak merasa bangga dengan menjadi rakyat Indonesia, apakah kita tidak malu?
Saya sangat setuju, bahwa nasionalisme sudah bukan hanya soal cinta negara. Saya tersinggung pada waktu transit di Singapore beberapa tahun lalu, orang di depan saya berkata menunjuk orang lain (yang notabene adalah bos saya) dan berkata bahwa dia mirip teroris, apalagi berasal dari Indonesia. Ampun!.. negara saya ini apakah sarangnya teroris. Mentang-mentang bos saya botak, keturunan Arab bertubuh tinggi kekar. Indonesia kita ini sudah dianggap apa? Negara besar tapi keropos. Negara yang luasnya luar biasa, tetapi dianggap sebelah mata, bahkan tidak diperhitungkan.
Dan saya sangat setuju, apabila nasionalisme yang kita miliki, kita harus arahkan ke hal-hal yang lebih positif. Peduli terhadap sesama, mungkin itulah yang selama beberapa tahun inikita alami. Coba lihat, gempa semalam, pagi-pagi sudah beredar kotak sumbangan. Longsor kemaren, hari ini bantuan berdatangan. Tapi sekarang kelihatan, ternyata sumbangan yang demikian besar dan banyak dimobilisasi, bahkan oleh banyak pihak besar, tak urung sampai juga kepada mereka yang membutuhkan. Luar biasa. Terpuruk, dan semakin terpuruk.
Jadi, sekarang mau bilang apa? Nasionalisme seperti apa yang harus kita miliki, sehingga kita ini tidak hanya mencintai negara kita, berusaha bangkit dan bangun dari ketiarapan kita selama ini, dengan saling berbagi, saling peduli kepada sesama kita. Saya tidak tahu lagi harus bilang apa, apakah ini kesalahan lingkungan masyarakat kita, apakah ini kesalahan sistem pendidikan kita, ataukah ini semua memang kesalahan yang disengaja.
Jadi sekarang, dengan nasionalisme yang seperti sekarang ini, berapa lama lagi Indonesia yang besar dan luas ini akan berdiri. Berapa lama lagi kita akan dipecah-pecah, tidak hanya dengan suku, mulai marak dengan lokasi, apalagi dengan agama. Semua ini malah tidak menjunjung nasionalisme, melainkan semakin membuat kita semua terkotak-kotak.
Mudah-mudahan pengamatan salah seorang mengenai Indonesia yang sedang memasuki kurva J, kurva yang menunjukkan kebangkitan kembali, ini tidak hanya soal ekonomi, tidak hanya soal korupsi, tetapi juga kebangsaan dan nasionalisme. Saya ingat benar, salah seorang teman dari Korea Selatan, dengan bangga menunjukkan foto-foto pada waktu wajib militer yang pernah dialaminya. Dia mengatakan, bahwa sampai sekarang pun, Korea adalah negara-nya, meskipun sudah puluhan tahun tinggal di Indonesia. Bandingkan dengan warga negara kita yang tinggal di negeri lain, yang berkata, memang enak tinggal di Indonesia, tetapi jauh lebih nyaman tinggal di negara asing. Begitukah Indonesia kita? Begitukah nasionalisme yang akan kita wariskan kepada anak-anak kita ?
Salam merdeka!
Fankychristian.blogspot.com
17Aug2006, 11.00am
Wednesday, August 16, 2006
Melayani dengan Sukarela atau Cuma-cuma
Melayani dengan Sukarela atau Cuma-cuma
Pada waktu membaca salah satu buku Manajemen Gereja, saya menemukan kata-kata ini unsur melayani (dengan cuma-cuma) menjadi tujuan kerja. Lantas saya ingat, suatu kata yang selalu seolah erat dengan melayani, yaitu sukarela. Kemudian mana yang benar ini? Sukarela atau cuma-cuma?
Pertama, tugas kita sebagai pengikut Kristus adalah menyebarkan kabar baik tentang Yesus Kristus sepanjang hidup kita, apapun yang kita kerjakan, kita menjadi saksi hidup bahwa Yesus-lah Juruslamat kita. Dan ini wajib, bukan tugas yang setengah-setengah, bukan tugas yang mudah juga. Kemudian dari tugas ini, berkembanglah semangat untuk melayani Tuhan. Semangat untuk memberikan waktu, hidup dan tenaga kita kepada Tuhan, baik di dalam rumah Tuhan (gereja) ataupun dalam kehidupan kita sehari-hari. Maka, artinya pelayanan kita kepada Tuhan adalah suatu keharusan dalam hidup kita. Tidak ada tawar menawar dalam hal ini. Oleh karena itu, istilah melayani Tuhan dengan sukarela adalah suatu kesalahan besar. Melayani Tuhan tidak boleh dengan sukarela, karena hidup kita, waktu kita, tenaga kita ini, semuanya berasal dari Tuhan.
Biasanya yang timbul kemudian adalah kebingungan. Kebingungan saya harus melayani Tuhan seperti apa? Mulailah dengan apa yangbisa kita lakukan ! Kita mulai dengan mendoakan orang. Kita mulai dengan mempelajari Firman Tuhan, mengetahui hal-hal baik yang Tuhan ajarkan, dan menerapkannya dalam keseharian hidup kita. Mulailah dengan apa yang kita punya. Kita punya waktu, sediakan waktu itu untuk Tuhan, carilah kegiatan apa yang bisa kita lakukan terkait dengan Tuhan. Kita punya tenaga, berikan untuk Tuhan, lihat di gereja apa yang bisa kita lakukan dengan tenaga kita. Lihat apa juga yang bisa kita berikan untuk sekitar kita. Kita punya uang, jangan ragu juga untuk memberikannya untuk pekerjaan Tuhan. Semuanya mudah, tapi tidak semua orang berani mencoba. Ada yang lebih suka menunggu dilawat. Ada yang lebih suka menunggu orang lain memulai dahulu. Ada yang lebih suka bersama-sama dengan teman untuk melayani Tuhan. Ada yang lebih suka berdiam diri. Bahkan, ada yang lebih suka mengkritik pelayanan orang, bersungut-sungut atas pelayanan orang lain, dibandingkan mencoba melayani sendiri. Silahkan lihat, Anda termasuk yang mana?
Tetapi sekali lagi saya tandaskan, melayani adalah kewajiban kita sebagai murid Kristus, sebagai orang Kristen, sebagai orang yang dalam KTP nya tertuliskan Kristen! Dan melayani Tuhan tidak hanya di gereja. Melayani Tuhan adalah sepanjang hidup kita. Di waktu kitabangun, berjalan, bekerja, makan siang, berinteraksi dengan orang lain, semuanya. Ingat Firman Tuhan yang mengatakan, apapun yang kita lakukan untuk sesama kita, kita melakukannya untuk Tuhan. Jadi, target pelayanan kita adalah sesama kita, mereka yang ada di sekitar kita. Entah itu si Ucok dengan sikapnya yang arogan, si Acong yang kerjanya nongkrong terus, atau siapapun, merekalah yang ada di sekitar kita yang menjadi target pelayanan kita. Adalah lebih baik lagi apabila kita melayani mereka yang diam dalam rumah Tuhan, dalam gereja. Dalam kegiatan-kegiatan gereja, terlibatlah, dan rasakan sukacita bersama Tuhan. Jadi itulah artinya melayani adalah kewajiban, bukan sukarela.
Sekarang bagaimana dengan cuma-cuma, gratis, tidak berbayar, tidak ada imbalan. Tuhan Yesus sendiri datang ke dunia ini, bukan untuk dilayani, melainkan melayani, dan memberikan nyawanya untuk menebus kita (Mrk 10:45). Ia juga meminta murid-muridNya (baca: KITA) untuk melakukan hal yang sama. Hal bahwa kita ada bukan untuk DILAYANI melainkan MELAYANI, dan memberikan YANG TERBAIK dalam hidup kita untuk melayani Tuhan dan sesama kita. Wuuihh,.. beratnya. Memang berat, tapi coba baca kalimat tadi dengan pelan-pelan, kita ada bukan untuk dilayani .. coba lihat, berapa banyak diantara kita yang merasa kesal karena tidak diperhatikan orang lain. Berapa banyak diantara kita yang lebih suka dilawat, dikunjungi orang lain, dibandingkan dengan mengunjungi orang lain. Berapa banyak diantara kita yang lebih suka disumbang daripada menyumbang apapun alasannya. Berapa banyak diantara kita yang lebih mengkritik pelayanan orang lain, daripada memulai melayani Tuhan dan sesama kita. Jadi lebih mudah dilayani bukan, daripada melayani.. Inilah kesalahan besar kita, hidup kita yang merupakan anugrah, hidup kita yang merupakan berkat tidak kita gunakan. Kita sia-siakan. Bangun pagi, kita mendoakan diri kita sendiri berapa banyak dari kita yang bangun pagi kemudian mendoakan orang lain baca warta kita, ada banyak orang yang butuh doa-doa kita. Kita makan pagi dengan makanan terbaik yang bisa kita beli, pernahkan terpikirkan berapa banyak orang yang belum makan pada pagi itu. Kita berangkat kerja, berebutan naik kendaraan umum, sumpah-serapah di pagi hari karena mobil kita disabot dari kiri dan kanan,semuanya berburu dengan waktu. Masih ingatkah kita, betapa beruntungnya kita masih bisa bekerja. Bekerja dengan semangat, semangat untuk mengalahkan orang lain, berkompetisi, berpolitik dalam kantor, menggosipi si A dan si B, dan lain sebagainya. Dan, semuanya membutuhkan waktu kita, tenaga kita, pikiran kita tersedot habis. Tinggal kita pulang dengan lelah, istirahat dan melupakan hari-hari yang kita lalui. Itukah nilai hidup yang kita dapat dari perjuangan Kristus menebus dosa kita ? Hanya itukah ? Kemudian Tuhan mendapatkan sisanya, waktu istirahat minggu, datang ke gereja selama 1 2 jam, kemudian pulang dan menghabiskan waktu untuk diri kita sendiri. Itukah yang Tuhan inginkan ?
Hidup kita yang kita dapat sekarang, waktu yang kita punya, tenaga dan pikiran kita, semuanya anugrah. Tidak ada seorang pun diantara kita yang bisa menambah umurnya. Bila Tuhan menghendaki, habislah waktu kita di dunia. Bila Tuhan menghendaki hal lain, apakah yang dapat kita perbuat ? Dalam suatu kesempatan, saya bertanya kepada adik-adik sekolah minggu kelas VI. Yang pertama saya tanyakan adalah cita-cita mereka. Oo., beragam pernyataan cita-cita mereka nyatakan, tapi ada juga yang tidak bisa mengatakan cita-cita yang dia inginkan. Semuanya menyebut dokter, pilot, guru dll. Saya bersuka, karena mereka umumnya memiliki cita-cita yang baik. Kemudian saya bertanya lagi, apa tujuan hidup mereka? Apa yang mereka ingin capai dalam hidup mereka ? Beberapa dari mereka dengan lancar menjawab hal yang mungkin dengan mudah kita sampaikan juga, seperti hidup mandiri, hidup sukses, menyenangkan orang tua, bahkan jadi orang yang berbahagia. Terbayangkah oleh kita, dulu waktu kita kecil, apa yang menjadi cita-cita kita? Silahkan sebutkan. Kemudian apa cita-cita sekarang ? Bandingkan dengan tujuan hidup kita ? Kemudian apa tujuan hidup kita sekarang. Apabila kita dapat menyebutkan ke-empat hal tersebut, maka percayalah Tuhan bekerja dalam hidup Saudara. Kita menyadari apa cita-cita dan tujuan hidup kita. Tapi, coba cek lagi, adakah cita-cita dan tujuan hidup kita itu menyangkut atau berhubungan dengan Tuhan? Adakah cita-cita kita menyebut kata Tuhan, adakah tujuan hidup kita menyatakan kata Tuhan di dalamnya?
Di akhir perenungan tulisan saya di pagi hari ini, saya berdiam diri mendengarkan suara azan masjid di depan rumah saya. Pagi-pagi, orang itu bangun, bersiap diri, menyampaikan suara azan di masjid dengan lantang. Sering terdengar seperti orang mengantuk, mendayu-dayu. Tapi, lihat apa yang dia lakukan ? Dia meng-agungkan nama Tuhan di pagi hari, dia menyerukan orang lain untuk melakukan hal yang sama. Dia melakukannya mungkin dibayar, tapi dia-lah satu dari sekian yang rela, yang mau, bangun pagi-pagi dan melakukannya untuk orang lain. Dia melayani orang lain, dia melayani Tuhan.
Dia saja bisa melakukannya, masakan kita tidak. Mulailah dengan merapikan kembali cita-cita dan tujuan hidup kita, jangan ragu untuk melakukannya. Karena apa? Karena seharusnya cita-cita dan tujuan hidup kita menyangkut Tuhan di dalamnya. Ada Tuhan di dalam hidupkita. Karena kita diberikan hidup, nafas kehidupan, keseharian kita, itu semua pemberian Tuhan. Maka, pelayanan yang kita berikan pun, merupakan nafas dari Tuhan, semangat dari Tuhan, api yang Tuhan berikan kepada kita untuk kita berikan kepada orang lain. Tuhan berkata agar pelayanan yang dikerjakan dilakukan dengan cuma-Cuma (Mat 10:5-8), dan dengan mengosongkan diriseperti teladan Tuhan (Fil 2:1-11).
Maka seharusnyalah, melayani Tuhan adalah kewajiban kita, bukan sukarela, tidak menuntut balas, perhatian, biaya dll. Dan seharusnyalah judul tulisan ini saya revisi menjadi melayani Tuhan adalah kewajiban dan cuma-cuma.
Tuhan memberkati.
fankychristian.blogspot.com
15Aug2006, Bekasi.
Pada waktu membaca salah satu buku Manajemen Gereja, saya menemukan kata-kata ini unsur melayani (dengan cuma-cuma) menjadi tujuan kerja. Lantas saya ingat, suatu kata yang selalu seolah erat dengan melayani, yaitu sukarela. Kemudian mana yang benar ini? Sukarela atau cuma-cuma?
Pertama, tugas kita sebagai pengikut Kristus adalah menyebarkan kabar baik tentang Yesus Kristus sepanjang hidup kita, apapun yang kita kerjakan, kita menjadi saksi hidup bahwa Yesus-lah Juruslamat kita. Dan ini wajib, bukan tugas yang setengah-setengah, bukan tugas yang mudah juga. Kemudian dari tugas ini, berkembanglah semangat untuk melayani Tuhan. Semangat untuk memberikan waktu, hidup dan tenaga kita kepada Tuhan, baik di dalam rumah Tuhan (gereja) ataupun dalam kehidupan kita sehari-hari. Maka, artinya pelayanan kita kepada Tuhan adalah suatu keharusan dalam hidup kita. Tidak ada tawar menawar dalam hal ini. Oleh karena itu, istilah melayani Tuhan dengan sukarela adalah suatu kesalahan besar. Melayani Tuhan tidak boleh dengan sukarela, karena hidup kita, waktu kita, tenaga kita ini, semuanya berasal dari Tuhan.
Biasanya yang timbul kemudian adalah kebingungan. Kebingungan saya harus melayani Tuhan seperti apa? Mulailah dengan apa yangbisa kita lakukan ! Kita mulai dengan mendoakan orang. Kita mulai dengan mempelajari Firman Tuhan, mengetahui hal-hal baik yang Tuhan ajarkan, dan menerapkannya dalam keseharian hidup kita. Mulailah dengan apa yang kita punya. Kita punya waktu, sediakan waktu itu untuk Tuhan, carilah kegiatan apa yang bisa kita lakukan terkait dengan Tuhan. Kita punya tenaga, berikan untuk Tuhan, lihat di gereja apa yang bisa kita lakukan dengan tenaga kita. Lihat apa juga yang bisa kita berikan untuk sekitar kita. Kita punya uang, jangan ragu juga untuk memberikannya untuk pekerjaan Tuhan. Semuanya mudah, tapi tidak semua orang berani mencoba. Ada yang lebih suka menunggu dilawat. Ada yang lebih suka menunggu orang lain memulai dahulu. Ada yang lebih suka bersama-sama dengan teman untuk melayani Tuhan. Ada yang lebih suka berdiam diri. Bahkan, ada yang lebih suka mengkritik pelayanan orang, bersungut-sungut atas pelayanan orang lain, dibandingkan mencoba melayani sendiri. Silahkan lihat, Anda termasuk yang mana?
Tetapi sekali lagi saya tandaskan, melayani adalah kewajiban kita sebagai murid Kristus, sebagai orang Kristen, sebagai orang yang dalam KTP nya tertuliskan Kristen! Dan melayani Tuhan tidak hanya di gereja. Melayani Tuhan adalah sepanjang hidup kita. Di waktu kitabangun, berjalan, bekerja, makan siang, berinteraksi dengan orang lain, semuanya. Ingat Firman Tuhan yang mengatakan, apapun yang kita lakukan untuk sesama kita, kita melakukannya untuk Tuhan. Jadi, target pelayanan kita adalah sesama kita, mereka yang ada di sekitar kita. Entah itu si Ucok dengan sikapnya yang arogan, si Acong yang kerjanya nongkrong terus, atau siapapun, merekalah yang ada di sekitar kita yang menjadi target pelayanan kita. Adalah lebih baik lagi apabila kita melayani mereka yang diam dalam rumah Tuhan, dalam gereja. Dalam kegiatan-kegiatan gereja, terlibatlah, dan rasakan sukacita bersama Tuhan. Jadi itulah artinya melayani adalah kewajiban, bukan sukarela.
Sekarang bagaimana dengan cuma-cuma, gratis, tidak berbayar, tidak ada imbalan. Tuhan Yesus sendiri datang ke dunia ini, bukan untuk dilayani, melainkan melayani, dan memberikan nyawanya untuk menebus kita (Mrk 10:45). Ia juga meminta murid-muridNya (baca: KITA) untuk melakukan hal yang sama. Hal bahwa kita ada bukan untuk DILAYANI melainkan MELAYANI, dan memberikan YANG TERBAIK dalam hidup kita untuk melayani Tuhan dan sesama kita. Wuuihh,.. beratnya. Memang berat, tapi coba baca kalimat tadi dengan pelan-pelan, kita ada bukan untuk dilayani .. coba lihat, berapa banyak diantara kita yang merasa kesal karena tidak diperhatikan orang lain. Berapa banyak diantara kita yang lebih suka dilawat, dikunjungi orang lain, dibandingkan dengan mengunjungi orang lain. Berapa banyak diantara kita yang lebih suka disumbang daripada menyumbang apapun alasannya. Berapa banyak diantara kita yang lebih mengkritik pelayanan orang lain, daripada memulai melayani Tuhan dan sesama kita. Jadi lebih mudah dilayani bukan, daripada melayani.. Inilah kesalahan besar kita, hidup kita yang merupakan anugrah, hidup kita yang merupakan berkat tidak kita gunakan. Kita sia-siakan. Bangun pagi, kita mendoakan diri kita sendiri berapa banyak dari kita yang bangun pagi kemudian mendoakan orang lain baca warta kita, ada banyak orang yang butuh doa-doa kita. Kita makan pagi dengan makanan terbaik yang bisa kita beli, pernahkan terpikirkan berapa banyak orang yang belum makan pada pagi itu. Kita berangkat kerja, berebutan naik kendaraan umum, sumpah-serapah di pagi hari karena mobil kita disabot dari kiri dan kanan,semuanya berburu dengan waktu. Masih ingatkah kita, betapa beruntungnya kita masih bisa bekerja. Bekerja dengan semangat, semangat untuk mengalahkan orang lain, berkompetisi, berpolitik dalam kantor, menggosipi si A dan si B, dan lain sebagainya. Dan, semuanya membutuhkan waktu kita, tenaga kita, pikiran kita tersedot habis. Tinggal kita pulang dengan lelah, istirahat dan melupakan hari-hari yang kita lalui. Itukah nilai hidup yang kita dapat dari perjuangan Kristus menebus dosa kita ? Hanya itukah ? Kemudian Tuhan mendapatkan sisanya, waktu istirahat minggu, datang ke gereja selama 1 2 jam, kemudian pulang dan menghabiskan waktu untuk diri kita sendiri. Itukah yang Tuhan inginkan ?
Hidup kita yang kita dapat sekarang, waktu yang kita punya, tenaga dan pikiran kita, semuanya anugrah. Tidak ada seorang pun diantara kita yang bisa menambah umurnya. Bila Tuhan menghendaki, habislah waktu kita di dunia. Bila Tuhan menghendaki hal lain, apakah yang dapat kita perbuat ? Dalam suatu kesempatan, saya bertanya kepada adik-adik sekolah minggu kelas VI. Yang pertama saya tanyakan adalah cita-cita mereka. Oo., beragam pernyataan cita-cita mereka nyatakan, tapi ada juga yang tidak bisa mengatakan cita-cita yang dia inginkan. Semuanya menyebut dokter, pilot, guru dll. Saya bersuka, karena mereka umumnya memiliki cita-cita yang baik. Kemudian saya bertanya lagi, apa tujuan hidup mereka? Apa yang mereka ingin capai dalam hidup mereka ? Beberapa dari mereka dengan lancar menjawab hal yang mungkin dengan mudah kita sampaikan juga, seperti hidup mandiri, hidup sukses, menyenangkan orang tua, bahkan jadi orang yang berbahagia. Terbayangkah oleh kita, dulu waktu kita kecil, apa yang menjadi cita-cita kita? Silahkan sebutkan. Kemudian apa cita-cita sekarang ? Bandingkan dengan tujuan hidup kita ? Kemudian apa tujuan hidup kita sekarang. Apabila kita dapat menyebutkan ke-empat hal tersebut, maka percayalah Tuhan bekerja dalam hidup Saudara. Kita menyadari apa cita-cita dan tujuan hidup kita. Tapi, coba cek lagi, adakah cita-cita dan tujuan hidup kita itu menyangkut atau berhubungan dengan Tuhan? Adakah cita-cita kita menyebut kata Tuhan, adakah tujuan hidup kita menyatakan kata Tuhan di dalamnya?
Di akhir perenungan tulisan saya di pagi hari ini, saya berdiam diri mendengarkan suara azan masjid di depan rumah saya. Pagi-pagi, orang itu bangun, bersiap diri, menyampaikan suara azan di masjid dengan lantang. Sering terdengar seperti orang mengantuk, mendayu-dayu. Tapi, lihat apa yang dia lakukan ? Dia meng-agungkan nama Tuhan di pagi hari, dia menyerukan orang lain untuk melakukan hal yang sama. Dia melakukannya mungkin dibayar, tapi dia-lah satu dari sekian yang rela, yang mau, bangun pagi-pagi dan melakukannya untuk orang lain. Dia melayani orang lain, dia melayani Tuhan.
Dia saja bisa melakukannya, masakan kita tidak. Mulailah dengan merapikan kembali cita-cita dan tujuan hidup kita, jangan ragu untuk melakukannya. Karena apa? Karena seharusnya cita-cita dan tujuan hidup kita menyangkut Tuhan di dalamnya. Ada Tuhan di dalam hidupkita. Karena kita diberikan hidup, nafas kehidupan, keseharian kita, itu semua pemberian Tuhan. Maka, pelayanan yang kita berikan pun, merupakan nafas dari Tuhan, semangat dari Tuhan, api yang Tuhan berikan kepada kita untuk kita berikan kepada orang lain. Tuhan berkata agar pelayanan yang dikerjakan dilakukan dengan cuma-Cuma (Mat 10:5-8), dan dengan mengosongkan diriseperti teladan Tuhan (Fil 2:1-11).
Maka seharusnyalah, melayani Tuhan adalah kewajiban kita, bukan sukarela, tidak menuntut balas, perhatian, biaya dll. Dan seharusnyalah judul tulisan ini saya revisi menjadi melayani Tuhan adalah kewajiban dan cuma-cuma.
Tuhan memberkati.
fankychristian.blogspot.com
15Aug2006, Bekasi.
Automate your network monitoring process
by Deb Shinder | More from Deb Shinder | Published: 8/14/06
Takeaway:
As your network starts to grow, you need a way to automate the tedious process of monitoring your servers and network. Luckily, there are plenty of solutions out there, from freeware to commercial enterprise packages.
Monitoring the health and status of network components is a big part of any network administrator's job, and it’s a constantly ongoing process. There are many devices that make up a network: workstations, servers, routers, switches, firewalls, WAPs, cables, UPSs and other components that are more or less critical to the operation of the network.
Even in a small network, manually checking each of these on a daily (or more frequent) basis can be tedious and time consuming. In the enterprise environment, automating the monitoring process is essential.
Why you should monitor
The purpose of monitoring is to catch problems -- or potential problems -- which they’re small and rectify them before damage is done. The consequences of a downed mail server or file server or a bandwidth bottleneck can be hours or even days of lost productivity. A hardware problem such as a disk failure could result in data loss (if appropriate backup measures aren’t in place or don’t work properly). The more quickly you know what’s going on, the more quickly you can fix it.
What to monitor
The first decision in creating an effective monitoring strategy, which will be crucial in determining what methods and software package(s) to use, is exactly what aspects of the network you want to monitor. At the least, you’ll probably want to monitor some or all of the following:
* Hardware failures on servers
* Software problems on servers
* Resource usage by servers
* Operation of mission-critical services and applications on servers
* Disk space on servers and workstations
* CPU and memory usage; performance metrics
* Network bandwidth usage
Selecting a monitoring solution
If your network is small and you’re on a tight budget, you can use tools built into the operating system and/or free utilities to keep tabs on your systems and network. A comprehensive monitoring strategy on a shoestring may require that you implement a combination of several software solutions to cover all bases.
Built-in and free monitoring tools
For example, you can use the System Monitor/Performance Monitor that’s included with the Windows server operating systems to identify any performance bottlenecks that may spell trouble now or in the future. You can select from a huge number of counters to measure the performance of many of the server’s services as well as processor, memory, network interface(s), physical disk and so forth. And you can monitor counters from remote computers as well as the local one. The Performance Logs and Alerts feature can be used to log events and to send a network message when a specified threshold value is reached.
The Windows event logs are also useful tools for monitoring system and application activities, as well as security-related events. Warnings and error messages can indicate brewing or extant problems.
You can view the event logs on remote Windows computers using WMI or with third-party software products such as the (free) Event Log Explorer.
There are many free network and server monitoring tools available. Some of these include:
* Sysinternals monitoring utilities: includes CPUMon, DiskMon, FileMon (for Windows or Linux), PMon, PortMon, Process Explorer, RegMon, TCPView, TDIMon, TokenMon and others.
* Big Brother: free (for non-commercial use) "little brother" of the more robust Big Brother Professional Edition, displays information about the status of your systems via a web page or WML pages for WAP-enabled devices, with a sophisticated notification feature.
* WaveXMonX: Easy to install, examines event logs, backups, disk space, CPU, memory, services, newly added or removed applications. When a problem is detected, the software queries the WaveX database and emails a notification. Works with NT4, Windows 2000, Server 2003 and SBS 2000/2003. You can download a free version on the site.
* ManageEngineOpManager: monitors CPU, memory, disk space, event logs and services, firewall and UPS, switch and printers, URL monitoring, WAN link, application monitoring for Oracle, MS SQL, Exchange, Lotus Notes. Supports email and SMS notification. Free version allows you to monitor and manage up to 20 network devices. More info at Commercial monitoring solutions
# In addition to all the free monitoring programs out there, you can find even more commercial software packages with prices and features to fit the budget of almost any business. Some well suited for small and medium businesses include:
# Servers Alive: works on Windows 2000, XP and Server 2003, features monitoring of popular services (TCP/UDP, DNS, web services, databases), SNMP support, ability to write custom checks. Standard edition costs $139, free add-ons are available for applications such as MySQL, Lotus Notes/Domino database, SMTP2/POP3 and others. Free evaluation with no time limit.
# Power Admin Server Monitor Pro: includes disk space monitor, web page monitor, event log monitor, ping monitor, log file monitor, file and directory monitor, mail server monitor, performance monitor, service monitor, and more. Can send alerts to mail boxes, mobile phones and devices, pagers. Can start applications, start or stop services, reboot the server, and execute scripts. Pro site license (unlimited use at a site) costs $699, or $299 for five monitored servers.
Some examples of enterprise level monitoring tools include:
* GFI Network Server Monitor: monitors important services such as Exchange, IIS, SQL, terminal services as well as Linux servers. Can restart services or reboot the server, or run a script or batch job when a failure is detected and provides alerts via email, pager or SMS. Costs $750 for up to 25 IPs.
* NimBUS: server monitoring for Windows, Linux, UNIX, Netware and AS400 from a centralized console; supports compliance reporting, notification options, can support up to thousands of servers.
* Tembria Enterprise Edition: Includes 35 core event monitors, graphs and trend data, customizable dashboards and web based reports. Monitors Windows servers and workstations as well as Linux and network devices (e.g., switches). Agentless and easy to use. Costs $995 (base price) for unlimited number of network devices.
Takeaway:
As your network starts to grow, you need a way to automate the tedious process of monitoring your servers and network. Luckily, there are plenty of solutions out there, from freeware to commercial enterprise packages.
Monitoring the health and status of network components is a big part of any network administrator's job, and it’s a constantly ongoing process. There are many devices that make up a network: workstations, servers, routers, switches, firewalls, WAPs, cables, UPSs and other components that are more or less critical to the operation of the network.
Even in a small network, manually checking each of these on a daily (or more frequent) basis can be tedious and time consuming. In the enterprise environment, automating the monitoring process is essential.
Why you should monitor
The purpose of monitoring is to catch problems -- or potential problems -- which they’re small and rectify them before damage is done. The consequences of a downed mail server or file server or a bandwidth bottleneck can be hours or even days of lost productivity. A hardware problem such as a disk failure could result in data loss (if appropriate backup measures aren’t in place or don’t work properly). The more quickly you know what’s going on, the more quickly you can fix it.
What to monitor
The first decision in creating an effective monitoring strategy, which will be crucial in determining what methods and software package(s) to use, is exactly what aspects of the network you want to monitor. At the least, you’ll probably want to monitor some or all of the following:
* Hardware failures on servers
* Software problems on servers
* Resource usage by servers
* Operation of mission-critical services and applications on servers
* Disk space on servers and workstations
* CPU and memory usage; performance metrics
* Network bandwidth usage
Selecting a monitoring solution
If your network is small and you’re on a tight budget, you can use tools built into the operating system and/or free utilities to keep tabs on your systems and network. A comprehensive monitoring strategy on a shoestring may require that you implement a combination of several software solutions to cover all bases.
Built-in and free monitoring tools
For example, you can use the System Monitor/Performance Monitor that’s included with the Windows server operating systems to identify any performance bottlenecks that may spell trouble now or in the future. You can select from a huge number of counters to measure the performance of many of the server’s services as well as processor, memory, network interface(s), physical disk and so forth. And you can monitor counters from remote computers as well as the local one. The Performance Logs and Alerts feature can be used to log events and to send a network message when a specified threshold value is reached.
The Windows event logs are also useful tools for monitoring system and application activities, as well as security-related events. Warnings and error messages can indicate brewing or extant problems.
You can view the event logs on remote Windows computers using WMI or with third-party software products such as the (free) Event Log Explorer.
There are many free network and server monitoring tools available. Some of these include:
* Sysinternals monitoring utilities: includes CPUMon, DiskMon, FileMon (for Windows or Linux), PMon, PortMon, Process Explorer, RegMon, TCPView, TDIMon, TokenMon and others.
* Big Brother: free (for non-commercial use) "little brother" of the more robust Big Brother Professional Edition, displays information about the status of your systems via a web page or WML pages for WAP-enabled devices, with a sophisticated notification feature.
* WaveXMonX: Easy to install, examines event logs, backups, disk space, CPU, memory, services, newly added or removed applications. When a problem is detected, the software queries the WaveX database and emails a notification. Works with NT4, Windows 2000, Server 2003 and SBS 2000/2003. You can download a free version on the site.
* ManageEngineOpManager: monitors CPU, memory, disk space, event logs and services, firewall and UPS, switch and printers, URL monitoring, WAN link, application monitoring for Oracle, MS SQL, Exchange, Lotus Notes. Supports email and SMS notification. Free version allows you to monitor and manage up to 20 network devices. More info at Commercial monitoring solutions
# In addition to all the free monitoring programs out there, you can find even more commercial software packages with prices and features to fit the budget of almost any business. Some well suited for small and medium businesses include:
# Servers Alive: works on Windows 2000, XP and Server 2003, features monitoring of popular services (TCP/UDP, DNS, web services, databases), SNMP support, ability to write custom checks. Standard edition costs $139, free add-ons are available for applications such as MySQL, Lotus Notes/Domino database, SMTP2/POP3 and others. Free evaluation with no time limit.
# Power Admin Server Monitor Pro: includes disk space monitor, web page monitor, event log monitor, ping monitor, log file monitor, file and directory monitor, mail server monitor, performance monitor, service monitor, and more. Can send alerts to mail boxes, mobile phones and devices, pagers. Can start applications, start or stop services, reboot the server, and execute scripts. Pro site license (unlimited use at a site) costs $699, or $299 for five monitored servers.
Some examples of enterprise level monitoring tools include:
* GFI Network Server Monitor: monitors important services such as Exchange, IIS, SQL, terminal services as well as Linux servers. Can restart services or reboot the server, or run a script or batch job when a failure is detected and provides alerts via email, pager or SMS. Costs $750 for up to 25 IPs.
* NimBUS: server monitoring for Windows, Linux, UNIX, Netware and AS400 from a centralized console; supports compliance reporting, notification options, can support up to thousands of servers.
* Tembria Enterprise Edition: Includes 35 core event monitors, graphs and trend data, customizable dashboards and web based reports. Monitors Windows servers and workstations as well as Linux and network devices (e.g., switches). Agentless and easy to use. Costs $995 (base price) for unlimited number of network devices.
Friday, August 11, 2006
Sepuluh Tips untuk Kesuksesan Web
Sepuluh Tips untuk Kesuksesan Web
By Widia Yurnalis
Pekerjaan terbesar webmaster adalah meningkatkan trafik mereka menjaga agar pelanggan kembali lagi. Pembuatan situs adalah satu hal, namun asal buat dan posting sebuah website tidak menjamin trafik-nya.
Cara untuk Menarik Pengunjung Situs
(1) Internet Adalah Media Baru
Paling tidak dibandingkan dengan media massa cetak. Situs adalah sampah jika hanya mengulang kembali sesuatu yang tidak dapat disajikan oleh media cetak. Jangan jadikan situs hanya sebagai brosur online. Masukkan fitur yang mengambil keuntungan internet sebagai media komunikasi. Saring informasi darinya. Sediakan kemampuan pencarian. Sediakan interaktivitas dengan fitur seperti forum, kuis, dan perangkat. Pengunjung menyukai web sebagai sarana berinteraksi.
(2) Jaga Kunjungan Pelanggan Sebagai Hal yang Sangat Bernilai.
Jika seseorang mengunjungi situs Anda, Anda dapatkan perhatiannya atas nilai waktu kunjungan tersebut. Anda dapat memanfaatkan hal tersebut atau justru kehilangannya – dengan cepat. Mayoritas pengunjung memiliki durasi perhatian yang pendek, rancangan apa yang hendak dibuat untuk homepage situs Anda agar perhatian pengunjung tertawan dan memberikan cara tepat atas apa yang mereka cari, seperti berjalan menuju restoran. Jika Anda masuk dan hanya ada di sana tanpa ada yang menghampiri dan menyapa, Anda mungkin heran atas apa yang terjadi. Tetapi, jika tuan rumah datang dan menyapa Anda segera dan menunjukkan tempat yang masih kosong, lantas Anda ada di sana beberapa saat dan menikmati makanan Anda. Analogi serupa juga berlaku bagi situs. Jangan memperumit homepage situs Anda. Hasil terbaik akan didapat jika Anda sejelas mungkin membuatkan area yang dapat diklik untuk menemukan apa yang dicari.
(3) Rancang Situs untuk Kebutuhan Pelanggan, Bukan Perusahaan.
Situs Anda harus memuaskan kebutuhan pelanggan, bukan perusahaan. Maka, jangan masukkan konten yang tidak berguna bagi pelanggan situs. Hindari publikasi pemasaran berlebihan tentang perusahaan. Hal tersebut hanya meningkatkan ego perusahaan lebih besar daripada membantu pelanggan Anda.
(4) Libatkan Pengunjung.
Pertahankan agar pengunjung tetap terlibat dan buat mereka merasa seperti kontributor berharga. Secara aktif mintakan feedback dan saran. Lakukan komunikasi dengan pengunjung dan jawab pertanyaan yang diajukannya dengan segera. Ketika berkomunikasi seperti itulah, catat alamat emailnya. Hal ini mungkinkan Anda tetap berkomunikasi dengan mereka walaupun mungkin mereka telah berpaling atau melupakan Anda.
(5) Tetap Up to date.
Anda butuh konten untuk situs yang tersedia dan relevan dengan kehidupan pengunjung. Posting berita bulan lalu tidak menarik. Posting informasi produk kering yang tidak pernah berubah tidak akan menarik. Anda harus memiliki informasi produk dan lainnya pada situs yang tidak akan berubah banyak, namun Anda juga dapat memasukkan lebih banyak konten tepat waktu. Anda bisa, mengirimkan konten tentang bagaimana produk Anda dapat digunakan dalam situasi kehidupan tertentu. Sediakan tips dan teknik – hal yang segera dapat diaplikasikan dan memecahkan masalah.
(6) Beri Perhatian pada Bentuk/Rancangan.
Beberapa situs terlihat berlebihan. Grafik besar hanya lebih menarik perancang situs bukan pengunjung. Jangan gunakan grafik yang besar dan tak bernilai. Ingat, beberapa pengunjung mungkin masih mengakses situs Anda menggunakan dial-up. Situs Anda harus mampu melakukan loading dengan cepat bagi semua pengguna. Situs lambat akan menyebabkan pengguna Anda pergi dengan cepat. Maka dari itu, perhatikan ukuran grafik dan rancangannya. Beberapa web designer hanya bekerja pada resolusi layar yang tinggi dan terkadang lupa bahwa bahkan grafik terlihat biasa bagi Anda, tetap saja akan terlihat besar bagi pengguna dengan resolusi kecil. Pada flip side, jangan terlalu mengkilat pada grafik. Situs yang dirancang sederhana dan menggunakan default font dan tanpa warna juga tidak telihat cantik. Beberapa pengunjung situs, entah itu sengaja atau tidak, mengomentari perusahaan Anda dari situsnya atau mereka dapatkan sesuatu untuk dimanfaatkan. Situs yang dirancang dengan baik mengkomunikasikan profesionalisme. Terlalu sedikit rancangan juga menjadikan situs seperti ketinggalan jaman.
(7) Promosi.
Jika pengunjung menghubungi Anda melalui e-Mail, paling bagus menggunakan bentuk web. Bukan memberikan kemungkinan alamat email Anda disalahgunakan oleh spammer, namun untuk keperluan pengajuan pertanyaan kepada kustomer tentang alamat email mereka dan menyimpan alamat tersebut untuk keperluan mendatang. Aktifkan strategi pemasaran "push/pull". Pengunjung yang datangi situs Anda adalah tarikan, namun selanjutnya Anda dapat menggulirkan konten kepada mereka dalam bentuk newsletter atau materi promosi. Jalankan mailing list dan manfaatkan. Undang pengunjung untuk mendaftarkan diri. Promosi dapat membangun atau bahkan merusak bisnis, dan selama Anda respek terhadap pertimbangan etika mailing list tersebut, Anda dapat memanfaatkannya.
(8) Jangan Lakukan Isolasi.
Internet adalah media yang dibagi dengan jutaan pengguna lainnya. Ketika membuat situs, jangan memfungsikannya seolah-olah Anda adalah pulau tersendiri. Keluarlah dan cermati apa yang tengah terjadi pada situs lainnya yang berhubungan dengan situs Anda. Ikut ambil bagian dalam forum. Cantumkan link ke situs lainnya dan mintakan sambungan balik dari link tersebut. Bentuk kemitraan dengan situs lainnya jika memungkinkan. Jika menyangkut masalah komunikasi, orang lebih menyukai hubungan personal. Penyembunyian alamat e-Mail umum seperti "penjualan" dan "informasi" tidak apa-apa selama ada cara juga menghubungi Anda dengan tepat. Situs perusahaan yang memungkinkan e-Mail langsung menuju pihak manajemen itu bagus. Namun ingatlah berapa besar Anda tidak menyukai pemanggilan pihak perusahaan dan terjebak dalam sistem telepon mereka. Terkadang Anda hanya perlu berbicara dengan seseorang. Beri pengunjung Anda kemungkinan itu.
(9) Buat Rencana Menarik Kembali Trafik.
Gunakan newsletter, e-Mail keluar, kontes, forum, klub, lelang – apa saja yang dapat menarik kembali pengunjung ke situs Anda. Jika memasukkan link ke situs lain, jangan hanya mengirimkan pengunjung Anda ke tempat lain. Mereka tidak akan kembali lagi. Sediakan mereka exit page. Sediakan pop-up jika mereka berusaha meninggalkan situs Anda atau kecilkan kemungkinan munculnya link eksternal dibuka dalam jendela baru.
(10) Telusuri Pengunjung Anda
Cermati statistik situs Anda dan ambil tindakan signifikan. Apa yang dibaca pengunjung? Bagaimana cara mereka menemukan Anda? Apakah mereka hanya muncul dan pergi begitu saja meninggalkan homepage Anda? Berapa lama mereka mengunjungi situs Anda? Apakah mereka kembali lagi? Data tersebut jelas sangat berguna dalam pembuatan situs Anda yang bagus sesuai kebutuhan dan keinginan pengunjung Anda. Ingat, kesalahan terbesar beberapa webmaster adalah pembuatan rancangan situs untuk kebutuhan mereka saja. Situs yang sukses dirancang untuk pengunjung targetnya, bukan mengesankan pemilik situsnya.
http://www.pcmedianet.com/tw17.htm
By Widia Yurnalis
Pekerjaan terbesar webmaster adalah meningkatkan trafik mereka menjaga agar pelanggan kembali lagi. Pembuatan situs adalah satu hal, namun asal buat dan posting sebuah website tidak menjamin trafik-nya.
Cara untuk Menarik Pengunjung Situs
(1) Internet Adalah Media Baru
Paling tidak dibandingkan dengan media massa cetak. Situs adalah sampah jika hanya mengulang kembali sesuatu yang tidak dapat disajikan oleh media cetak. Jangan jadikan situs hanya sebagai brosur online. Masukkan fitur yang mengambil keuntungan internet sebagai media komunikasi. Saring informasi darinya. Sediakan kemampuan pencarian. Sediakan interaktivitas dengan fitur seperti forum, kuis, dan perangkat. Pengunjung menyukai web sebagai sarana berinteraksi.
(2) Jaga Kunjungan Pelanggan Sebagai Hal yang Sangat Bernilai.
Jika seseorang mengunjungi situs Anda, Anda dapatkan perhatiannya atas nilai waktu kunjungan tersebut. Anda dapat memanfaatkan hal tersebut atau justru kehilangannya – dengan cepat. Mayoritas pengunjung memiliki durasi perhatian yang pendek, rancangan apa yang hendak dibuat untuk homepage situs Anda agar perhatian pengunjung tertawan dan memberikan cara tepat atas apa yang mereka cari, seperti berjalan menuju restoran. Jika Anda masuk dan hanya ada di sana tanpa ada yang menghampiri dan menyapa, Anda mungkin heran atas apa yang terjadi. Tetapi, jika tuan rumah datang dan menyapa Anda segera dan menunjukkan tempat yang masih kosong, lantas Anda ada di sana beberapa saat dan menikmati makanan Anda. Analogi serupa juga berlaku bagi situs. Jangan memperumit homepage situs Anda. Hasil terbaik akan didapat jika Anda sejelas mungkin membuatkan area yang dapat diklik untuk menemukan apa yang dicari.
(3) Rancang Situs untuk Kebutuhan Pelanggan, Bukan Perusahaan.
Situs Anda harus memuaskan kebutuhan pelanggan, bukan perusahaan. Maka, jangan masukkan konten yang tidak berguna bagi pelanggan situs. Hindari publikasi pemasaran berlebihan tentang perusahaan. Hal tersebut hanya meningkatkan ego perusahaan lebih besar daripada membantu pelanggan Anda.
(4) Libatkan Pengunjung.
Pertahankan agar pengunjung tetap terlibat dan buat mereka merasa seperti kontributor berharga. Secara aktif mintakan feedback dan saran. Lakukan komunikasi dengan pengunjung dan jawab pertanyaan yang diajukannya dengan segera. Ketika berkomunikasi seperti itulah, catat alamat emailnya. Hal ini mungkinkan Anda tetap berkomunikasi dengan mereka walaupun mungkin mereka telah berpaling atau melupakan Anda.
(5) Tetap Up to date.
Anda butuh konten untuk situs yang tersedia dan relevan dengan kehidupan pengunjung. Posting berita bulan lalu tidak menarik. Posting informasi produk kering yang tidak pernah berubah tidak akan menarik. Anda harus memiliki informasi produk dan lainnya pada situs yang tidak akan berubah banyak, namun Anda juga dapat memasukkan lebih banyak konten tepat waktu. Anda bisa, mengirimkan konten tentang bagaimana produk Anda dapat digunakan dalam situasi kehidupan tertentu. Sediakan tips dan teknik – hal yang segera dapat diaplikasikan dan memecahkan masalah.
(6) Beri Perhatian pada Bentuk/Rancangan.
Beberapa situs terlihat berlebihan. Grafik besar hanya lebih menarik perancang situs bukan pengunjung. Jangan gunakan grafik yang besar dan tak bernilai. Ingat, beberapa pengunjung mungkin masih mengakses situs Anda menggunakan dial-up. Situs Anda harus mampu melakukan loading dengan cepat bagi semua pengguna. Situs lambat akan menyebabkan pengguna Anda pergi dengan cepat. Maka dari itu, perhatikan ukuran grafik dan rancangannya. Beberapa web designer hanya bekerja pada resolusi layar yang tinggi dan terkadang lupa bahwa bahkan grafik terlihat biasa bagi Anda, tetap saja akan terlihat besar bagi pengguna dengan resolusi kecil. Pada flip side, jangan terlalu mengkilat pada grafik. Situs yang dirancang sederhana dan menggunakan default font dan tanpa warna juga tidak telihat cantik. Beberapa pengunjung situs, entah itu sengaja atau tidak, mengomentari perusahaan Anda dari situsnya atau mereka dapatkan sesuatu untuk dimanfaatkan. Situs yang dirancang dengan baik mengkomunikasikan profesionalisme. Terlalu sedikit rancangan juga menjadikan situs seperti ketinggalan jaman.
(7) Promosi.
Jika pengunjung menghubungi Anda melalui e-Mail, paling bagus menggunakan bentuk web. Bukan memberikan kemungkinan alamat email Anda disalahgunakan oleh spammer, namun untuk keperluan pengajuan pertanyaan kepada kustomer tentang alamat email mereka dan menyimpan alamat tersebut untuk keperluan mendatang. Aktifkan strategi pemasaran "push/pull". Pengunjung yang datangi situs Anda adalah tarikan, namun selanjutnya Anda dapat menggulirkan konten kepada mereka dalam bentuk newsletter atau materi promosi. Jalankan mailing list dan manfaatkan. Undang pengunjung untuk mendaftarkan diri. Promosi dapat membangun atau bahkan merusak bisnis, dan selama Anda respek terhadap pertimbangan etika mailing list tersebut, Anda dapat memanfaatkannya.
(8) Jangan Lakukan Isolasi.
Internet adalah media yang dibagi dengan jutaan pengguna lainnya. Ketika membuat situs, jangan memfungsikannya seolah-olah Anda adalah pulau tersendiri. Keluarlah dan cermati apa yang tengah terjadi pada situs lainnya yang berhubungan dengan situs Anda. Ikut ambil bagian dalam forum. Cantumkan link ke situs lainnya dan mintakan sambungan balik dari link tersebut. Bentuk kemitraan dengan situs lainnya jika memungkinkan. Jika menyangkut masalah komunikasi, orang lebih menyukai hubungan personal. Penyembunyian alamat e-Mail umum seperti "penjualan" dan "informasi" tidak apa-apa selama ada cara juga menghubungi Anda dengan tepat. Situs perusahaan yang memungkinkan e-Mail langsung menuju pihak manajemen itu bagus. Namun ingatlah berapa besar Anda tidak menyukai pemanggilan pihak perusahaan dan terjebak dalam sistem telepon mereka. Terkadang Anda hanya perlu berbicara dengan seseorang. Beri pengunjung Anda kemungkinan itu.
(9) Buat Rencana Menarik Kembali Trafik.
Gunakan newsletter, e-Mail keluar, kontes, forum, klub, lelang – apa saja yang dapat menarik kembali pengunjung ke situs Anda. Jika memasukkan link ke situs lain, jangan hanya mengirimkan pengunjung Anda ke tempat lain. Mereka tidak akan kembali lagi. Sediakan mereka exit page. Sediakan pop-up jika mereka berusaha meninggalkan situs Anda atau kecilkan kemungkinan munculnya link eksternal dibuka dalam jendela baru.
(10) Telusuri Pengunjung Anda
Cermati statistik situs Anda dan ambil tindakan signifikan. Apa yang dibaca pengunjung? Bagaimana cara mereka menemukan Anda? Apakah mereka hanya muncul dan pergi begitu saja meninggalkan homepage Anda? Berapa lama mereka mengunjungi situs Anda? Apakah mereka kembali lagi? Data tersebut jelas sangat berguna dalam pembuatan situs Anda yang bagus sesuai kebutuhan dan keinginan pengunjung Anda. Ingat, kesalahan terbesar beberapa webmaster adalah pembuatan rancangan situs untuk kebutuhan mereka saja. Situs yang sukses dirancang untuk pengunjung targetnya, bukan mengesankan pemilik situsnya.
http://www.pcmedianet.com/tw17.htm
IBM tries regenerating mainframe software community
IBM tries regenerating mainframe software community
8th May 2006
By Tony Baer
Citing the all-too-familiar numbers that the mainframe remains alive and
quite well, IBM Corp is rolling out a blitz to address the lack of
software, third party support, and skills base.
The announcement, first disclosed at an analyst briefing in New York,
covered products from IBM's WebSphere, Tivoli, and Rational brands, plus
various initiatives aimed at rebuilding the mainframe community itself.
Available immediately, IBM is releasing Rational development and runtime
tools for COBOL. It follows up in June with the release of WebSphere
Process Server and the WebSphere Enterprise Service Bus. Later in the
year, IBM will release DB2 Viper (the database that adds XML as a native
data type), WebSphere Portal 6.0, and Tivoli Federated Identity Manager.
Some of these products have unique features. For instance, the Rational
COBOL generator isn't a COBOL IDE per se. Instead, it is a development
environment for Enterprise Generation Language, a simplified version of
COBOL developed by IBM that targets development of forms-based
applications to simplify data access. With EGL, you can generate COBOL
on the back end while generating JSP and Java servlets on the commerce
server end.
EGL is not new, but the Rational development tools based on the
mainframe are.
With EGL, IBM is trying to reach beyond the limited population of COBOL
programmers so e commerce apps for accessing legacy data can be written
more quickly. Otherwise, if you have to wait for the limited pool of
COBOL developers, who are probably busy in maintenance mode, the apps
might otherwise never get written.
Making EGL more available is part of a larger strategy to broaden the
skills pool for mainframe development. IBM cited IDC statistics that the
population of COBOL developers has actually stabilized since 2002.
Actually, the fact that COBOL populations haven't declined recently
might be seen as a good sign, since it is not exactly a popular topic in
computer science curricula.
According to IBM stats, mainframe data is doubling annually. That alone
makes IBM quite concerned about the looming skills gap. Consequently,
another obvious pillar is aiming at student programs.
IBM is sponsoring development of new courseware. According to Jim Rhyne,
an IBM distinguished engineer in the System z group, the new curricula
won't necessarily be restricted to teaching COBOL. Instead, it will deal
with topics like designing and managing systems for extreme scalability.
Additionally, IBM is sponsoring a new global "Master the Mainframe"
contest aimed at students, plus new university courseware.
Another pillar is boosting ISV support. IBM will expand no-cost access
to IBM IT architects, plus the usual array of IBM PartnerWorld joint
marketing, sales, and technical support.
Looking forward, IBM is also ramping up work on mainframe SOA. According
to Rhyne, in many cases, it would make more sense to expose CICS
transactions as web services, rather than go through the intermediate
stage of encapsulating them as Enterprise Java Beans (EJBs).
Compounding the issue, IBM is suggesting that in many cases, it makes
more sense to deploy collapse some of the functionality now distributed
to outer tiers back to the mainframe. "If I have a component that
interacts with data, why shouldn't I try to collocate the component in
the same place where the data resides?" asked Rhyne, explaining the
rationale.
According to Rhyne, IBM will base much of its work to expose CICS
transactions as web services on work being done in emerging Service
Component Architectures (SCA) and Service Data Objects (SDO) which seek
to apply component-based development to web services, are part of this
direction.
For IBM, the obvious motivation of all this is to protect its mainframe
business, which continues to grow at a compound rate of roughly 20%
annually. Altogether, IBM's software thrust, adding its z versions of
its own offerings, partner programs, and student initiatives are
intended to make sure that System z growth does not occur in a vacuum.
Source:
http://www.cbronline.com/article_news.asp?guid=EB538F8B-6FA0-425B-BA7A-2
F7A9977FDAA&z=rc_ServersandMainframes
8th May 2006
By Tony Baer
Citing the all-too-familiar numbers that the mainframe remains alive and
quite well, IBM Corp is rolling out a blitz to address the lack of
software, third party support, and skills base.
The announcement, first disclosed at an analyst briefing in New York,
covered products from IBM's WebSphere, Tivoli, and Rational brands, plus
various initiatives aimed at rebuilding the mainframe community itself.
Available immediately, IBM is releasing Rational development and runtime
tools for COBOL. It follows up in June with the release of WebSphere
Process Server and the WebSphere Enterprise Service Bus. Later in the
year, IBM will release DB2 Viper (the database that adds XML as a native
data type), WebSphere Portal 6.0, and Tivoli Federated Identity Manager.
Some of these products have unique features. For instance, the Rational
COBOL generator isn't a COBOL IDE per se. Instead, it is a development
environment for Enterprise Generation Language, a simplified version of
COBOL developed by IBM that targets development of forms-based
applications to simplify data access. With EGL, you can generate COBOL
on the back end while generating JSP and Java servlets on the commerce
server end.
EGL is not new, but the Rational development tools based on the
mainframe are.
With EGL, IBM is trying to reach beyond the limited population of COBOL
programmers so e commerce apps for accessing legacy data can be written
more quickly. Otherwise, if you have to wait for the limited pool of
COBOL developers, who are probably busy in maintenance mode, the apps
might otherwise never get written.
Making EGL more available is part of a larger strategy to broaden the
skills pool for mainframe development. IBM cited IDC statistics that the
population of COBOL developers has actually stabilized since 2002.
Actually, the fact that COBOL populations haven't declined recently
might be seen as a good sign, since it is not exactly a popular topic in
computer science curricula.
According to IBM stats, mainframe data is doubling annually. That alone
makes IBM quite concerned about the looming skills gap. Consequently,
another obvious pillar is aiming at student programs.
IBM is sponsoring development of new courseware. According to Jim Rhyne,
an IBM distinguished engineer in the System z group, the new curricula
won't necessarily be restricted to teaching COBOL. Instead, it will deal
with topics like designing and managing systems for extreme scalability.
Additionally, IBM is sponsoring a new global "Master the Mainframe"
contest aimed at students, plus new university courseware.
Another pillar is boosting ISV support. IBM will expand no-cost access
to IBM IT architects, plus the usual array of IBM PartnerWorld joint
marketing, sales, and technical support.
Looking forward, IBM is also ramping up work on mainframe SOA. According
to Rhyne, in many cases, it would make more sense to expose CICS
transactions as web services, rather than go through the intermediate
stage of encapsulating them as Enterprise Java Beans (EJBs).
Compounding the issue, IBM is suggesting that in many cases, it makes
more sense to deploy collapse some of the functionality now distributed
to outer tiers back to the mainframe. "If I have a component that
interacts with data, why shouldn't I try to collocate the component in
the same place where the data resides?" asked Rhyne, explaining the
rationale.
According to Rhyne, IBM will base much of its work to expose CICS
transactions as web services on work being done in emerging Service
Component Architectures (SCA) and Service Data Objects (SDO) which seek
to apply component-based development to web services, are part of this
direction.
For IBM, the obvious motivation of all this is to protect its mainframe
business, which continues to grow at a compound rate of roughly 20%
annually. Altogether, IBM's software thrust, adding its z versions of
its own offerings, partner programs, and student initiatives are
intended to make sure that System z growth does not occur in a vacuum.
Source:
http://www.cbronline.com/article_news.asp?guid=EB538F8B-6FA0-425B-BA7A-2
F7A9977FDAA&z=rc_ServersandMainframes
Thursday, August 10, 2006
Mulailah atau.. nanti akan terlambat..
Mungkin menunda pekerjaan salah satu favorit hal yang paling aku suka lakukan. Mulai dari bayar tagihan di selalu hari terakhir, hingga berangkat keluar kantor selalu 15 menit sebelum janji meeting dengan klien. Huuuhh.. mungkin sudah tabiat, jadi agak susah dihindarkan.
Tetapi, meskipun sudah belajar, dan berupaya sebaik mungkin memperbaiki, tetap saja saya merasakan sering terjebak dalam suasana yang sama.
Tetapi tidak dengan masa pelayanan yang selama ini, puji Tuhan, saya layani.
Dan semakin hari, makin saja penasaran, apa yang bisa aku buat untuk Tuhan. Memang kata Tuhan, ladang banyak tersedia, tetapi sedikit pekerja. Dan itu benar. Hari ini aja, saya penasaran sekali. Bukan karena saya tidak senang mendapat telepon dari Ibu Ari - petugas Sekretariat Gereja, tetapi karena saya penasaran, kenapa sering sekali saya ditelpon diminta untuk bertugas melayani di kebaktian sore hari, khususnya kedukaan.
Jumlah penatua kami 36 orang, tetapi mencari 3 orang saja yang dpt bertugas pada hari ini, sudah membuat tim Sekretariat gereja pusing tujuh keliling. Alhasil, seringkali tidak kedapatan, keduluan acara yang lain.
Ini membuat saya penasaran, sebenarnya prioritas pelayanan kita itu mendapat nomor berapa sich dalam hidup kita? Apakah kerja untuk Yesus itu, dengan serta merta akan terkalahkan acara makan malam keluarga, acara makan bersama teman, ketemu Klien di Pizza Hut, dan serangkaian acara lain, yang disebut dengan kata simple 'aduch, maaf saya tidak bisa bertugas'.
Jadi, kalo sekarang kita bicara komitmen dan motivasi, kalo diantara penatua sendiri saja, ini masih kurang, ya jangan salahkan dengan para aktifisnya yang juga memble. Saya tidak mencela siapapun, tapi ini otokritik untuk diri saya, yang seringkali memang menomorduakan pelayanan ini, dibandingkan dengan meeting sore hari dengan prospek client.
Jadi, saya bertanya ke diri saya sendiri, lalu mau apa? Jangan bisa bicara soal komitmen dan motivasi, kalo diri kita sendiri saja tidak benar. Jangan minta orang lain rajin ke gereja, kalo diri kita sendiri saja hanya datang bertugas , baru ke gereja.
Maka, sekali lagi, saya mau bilang (kepada diri saya sendiri). Mulailah dengan diri saya sendiri, tumbuhkan motivasi pelayanan itu, kembangkan komitmen. Bukan karena kita dilihat orang, tampil di muka, tetapi di hati, bergalau bagai perasaan. Dan bertanya di dalam hati, Tuhan, apakah aku layak menjadi pelayanMu? Aku ini sering mangkir. Aku ini sering lalai akan tugas yang Engkau berikan. Aku ini sering lupa tanggung jawabku, lebih asyik mengkritik dan membicarakan orang lain.
.. atau.. nanti akan terlambat. Terlambat dimana Tuhan tidak akan memakai diri saya lagi. Terlambat di mana Tuhan tidak akan mengindahkan saya lagi. Lalu, apabila demikian.. untuk apa saya hidup? bukankah hidup kita seharusnya untuk Tuhan.
salam,
midnight@cipinang
Tetapi, meskipun sudah belajar, dan berupaya sebaik mungkin memperbaiki, tetap saja saya merasakan sering terjebak dalam suasana yang sama.
Tetapi tidak dengan masa pelayanan yang selama ini, puji Tuhan, saya layani.
Dan semakin hari, makin saja penasaran, apa yang bisa aku buat untuk Tuhan. Memang kata Tuhan, ladang banyak tersedia, tetapi sedikit pekerja. Dan itu benar. Hari ini aja, saya penasaran sekali. Bukan karena saya tidak senang mendapat telepon dari Ibu Ari - petugas Sekretariat Gereja, tetapi karena saya penasaran, kenapa sering sekali saya ditelpon diminta untuk bertugas melayani di kebaktian sore hari, khususnya kedukaan.
Jumlah penatua kami 36 orang, tetapi mencari 3 orang saja yang dpt bertugas pada hari ini, sudah membuat tim Sekretariat gereja pusing tujuh keliling. Alhasil, seringkali tidak kedapatan, keduluan acara yang lain.
Ini membuat saya penasaran, sebenarnya prioritas pelayanan kita itu mendapat nomor berapa sich dalam hidup kita? Apakah kerja untuk Yesus itu, dengan serta merta akan terkalahkan acara makan malam keluarga, acara makan bersama teman, ketemu Klien di Pizza Hut, dan serangkaian acara lain, yang disebut dengan kata simple 'aduch, maaf saya tidak bisa bertugas'.
Jadi, kalo sekarang kita bicara komitmen dan motivasi, kalo diantara penatua sendiri saja, ini masih kurang, ya jangan salahkan dengan para aktifisnya yang juga memble. Saya tidak mencela siapapun, tapi ini otokritik untuk diri saya, yang seringkali memang menomorduakan pelayanan ini, dibandingkan dengan meeting sore hari dengan prospek client.
Jadi, saya bertanya ke diri saya sendiri, lalu mau apa? Jangan bisa bicara soal komitmen dan motivasi, kalo diri kita sendiri saja tidak benar. Jangan minta orang lain rajin ke gereja, kalo diri kita sendiri saja hanya datang bertugas , baru ke gereja.
Maka, sekali lagi, saya mau bilang (kepada diri saya sendiri). Mulailah dengan diri saya sendiri, tumbuhkan motivasi pelayanan itu, kembangkan komitmen. Bukan karena kita dilihat orang, tampil di muka, tetapi di hati, bergalau bagai perasaan. Dan bertanya di dalam hati, Tuhan, apakah aku layak menjadi pelayanMu? Aku ini sering mangkir. Aku ini sering lalai akan tugas yang Engkau berikan. Aku ini sering lupa tanggung jawabku, lebih asyik mengkritik dan membicarakan orang lain.
.. atau.. nanti akan terlambat. Terlambat dimana Tuhan tidak akan memakai diri saya lagi. Terlambat di mana Tuhan tidak akan mengindahkan saya lagi. Lalu, apabila demikian.. untuk apa saya hidup? bukankah hidup kita seharusnya untuk Tuhan.
salam,
midnight@cipinang
Friday, August 04, 2006
Aku Ingin Melayani Tuhan !!
Sepulang dari retret jemaat bulan lalu, saya sungguh merasakan sangat beruntung. Beruntung karena saya bisa mengikuti kedua gelombang pelaksanaan retret yang ada. Di gelombang pertama, saya ikut terlibat aktif. Sedangkan di gelombang kedua, saya hanya sebagai peserta, dan mendampingi Victoria balita imut saya. Pada waktu mengikuti salah satu sesi, saya mendapatkan kedua hal ini, dan ini yang terus membuat otak saya berputar keras, mencari apa dan bagaimana-nya. Pertama, pelayanan adalah suatu kewajiban. Waktu pertanyaan dilontarkan pembicara sesi, sebagian besar peserta menjawab, pelayanan adalah sukarela. Pelayanan adalah suatu hal yang tidak bisa dipaksakan. Dan, ternyata, kami salah. Pelayanan adalah kewajiban kita, terutama sebagai murid Kristus. Saya penasaran. Pada beberapa kesempatan bertemu dengan teman-teman aktifis di Komisi, saya menanyakan hal ini kepada mereka. Dan ternyata jawabannya sama dengan jawaban saya dulu, yaitu bahwa pelayanan adalah sukarela, bukan kewajiban. Aduh. Ada apa ini ? Semua orang menjawab dan berpikir bahwa pelayanan adalah suatu kegiatan sukarela, dan bukan suatu kewajiban.
Kedua, si pembicara dengan gamblang, menyatakan bahwa GKI (baca: gereja kita) belum memiliki pola khusus dalam merekrut aktifis. Dia menggambarkan, betapa banyak orang yang mau melayani, tetapi tidak tahu, kemana harus memulai.Waduh. Ternyata GKI yang selama ini tertata baik, masih mengakui juga bahwa pola rektrutmen para aktifisnya belum terlaksana dengan baik.
Kedua pernyataan ini, menimbulkan pertanyaan dalam diri saya. Apakah semua dari kita sudah tahu tentang mengapa kita harus melayani Tuhan, dan bagaimana memulai, bagaimana juga mengajak orang lain untuk melayani Tuhan. Dalam pencarian saya, saya menemukan buku saku Bagaimana memotivasi jemaat melayanioleh Pdt. Herman Soekahar, B.Th. Buku tahun 1987 ini, setelah saya bolak-balik, ternyata masih cukup layak untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi.
Konsepsi pelayanan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dapat diringkas menjadi :
1. Pelayanan yang kita lakukan bukanlah paspor masuk Surga (Mat 7:21-23).
Jelas sekali. Kita mendapatkan anugrah keselamatan, bukan karena upaya kita. Jadi kita mendapatkan hadiahAllah itu, bukan karena apa dan seberapa banyak hal yang kita buat (baca: pahala), melainkan kita telah (bukan belum!!) mendapatkan keselamatan, mendapatkan anugrah dari Tuhan. Artinya juga, kalo Anda belum melayani Tuhan, tetap tidak mengapa, karena bukan karena itu Anda diselamatkan, semata oleh karena kasih Tuhan. Dan, untuk kita yang telah melayani Tuhan, kita telah melakukan kehendak Bapa. Kehendak Kristus untuk mengabarkan Kabar Baik dalam hidup kita, kepada sesama kita. Kita memang melayani Allah, dan wujud nyatanya adalah kita melayani sesama kita. Jadi karena melakukan kehendak Bapainilah yang memberi hak kepada kita untuk memasuki kerajaan Sorga Allah. Nach, pelayanan yang dikerjakan tidak seturut dengan kehendak Allah Bapa adalah identik dengan melakukan kejahatan di hadapan Tuhan, sekalipun kita mengatakan hal itu kubuat demi Nama Tuhan. Janganlah sedikit pun kita mengambil kemuliaan Tuhan dalam pelayanan kita.
2. Diperlukan pergumulan dalam doa untuk mendapatkan pekerja Kristus yang baik (Mt 9:37-38).
Pengertian pekerja Kristus disini tidak hanya para Pendeta, tetapi juga semua orang yang menyediakan waktu, tenaga, uang, dan apa saja yang dimiliki untuk Kristus. Memang tidak semua orang memiliki kemampuan, waktu, tenaga bahkan uang untuk mendukung pelayanan, oleh karena itu, kita harus senantiasa berdoa, bergumul, memohon kepada Tuhan untuk mempersiapkan, dan mengirimkan pekerja-pekerja yang tepat untuk ladang Tuhan. Oke, perhatikan, pertama ada unsur penyerahan kepada Tuhan bahwa Dia lah sendiri yang akan mengirim, mempersiapkan dan melengkapi umat pilihanNya untuk menjadi pekerja Kristus. Saya pernah, dalam suatu ketika diminta menjadi ketua panitia,yang dimana saya selama bertahun-tahun hanya mengambil bagian kecil di dalamnya. Dengan penuh keraguan, saya pasrah, dan meminta Tuhan mengambil alih semua peran itu. Dan memang kepasrahan inilah yang akhirnya menguatkan saya menyelesaikan tugas itu. Sekali lagi berdoalah.
3. Yang melayani membutuhkan kuasa ilahi. (Mat 10:1)
Ingat apa yang kita peroleh dari Tuhan senantiasa ?? Roh Kudus ! Roh Kudus yang menguatkan kita, roh itu juga yang akan memimpin kita melayani Tuhan. Tanpa perlengkapan rohani ini, tidaklah mungkin kita melayani Tuhan dengan maksimal. Oleh karena itu, singkirkan segala ego, segala pikiran mau menang sendiri. Karena, apapun yang kita buat, apabila Tuhan tidak melengkapi. Jangan harap Anda dapat berhasil. Mengapa ? Karena hidup kita ini, Tuhan yang punya.
4. Pelayanan tidak boleh diperjualbelikan. (Mat 10:8)
Dalam pelayanan kita, banyak hal baik terjadi. Yang berduka terhiburkan. Yang susah hidupnya tertolong. Yang butuh perhatian dan doa terlawat. Yang ingin mendengarkan firman Allah terhiburkan. Ada banyak orang yang mengalami keadaan baik dari pelayanan mereka. Ada kepuasan tertentu, ada sukacita tertentu bahkan pada saat saya menuliskan bahan ini. Semua yang terbaik dari Tuhan. Oleh karena itu, jangan mengambil kemuliaan Tuhan. Perkataan Yesus Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah dengan cuma-cuma juga.
5. Dalam pelayanan diperlukan keseimbangan antara sifat cerdik dan tulus (Mat 10:16).
Tuhan Yesus mengingatkan kita yang diutusnya untuk cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Mengapa ? Karena kita diutus ke lingkungan bagaikan domba di tengah-tengah serigala. Cerdik seperti ular artinya adalah tanggap terhadap bahaya yang akan muncul dan cekatan untuk menghindarkan diri dari bahaya. Tulus sperti merpati artinya adalah memiliki karakter yang polos. Kita harus meminta hikmat dari Tuhan agar dapat menjadi orang yang cerdik tetapi memiliki karakter yang polos. Jangan hanya memikirkan kepentingan sendiri, kepentingan komisi, kepentingan kelompok sendiri, keseluruhannya adalah milik Kristus, oleh karena itu terbukalah untuk berdiskusi, mencari cara penyelesaian, saling menghormati, dan saling mendukung. Saya yakin, yang cerdik banyak sekali, karena lingkungan hidup kita memaksa kita untuk berpikir dan bekerja dengan cerdik, terutama di perkotaan seperti Jakarta. Tetapi karakter yang polos, inilah yang mungkin jarang. Sedikit sekali yang melakukannya karena memahami bahwa yang diberikannya adalah untuk Tuhan, melalui sesama manusia. Lebih banyak berpikir untuk manusia melalui Tuhan (baca: gereja). Istilah yang baru saya dapat beberapa minggu lalu, aktualisasi diri bukan aktualisasi kasih Tuhan. Pikirkanlah, apakah yang kita buat untuk mencari aktualisasi diri atau aktualisasi kasih Tuhan. Tentukan sikap kita.
6. Pelayanan menuntut kerelaan berkorban untuk Tuhan dan orang yang dilayani (rk 10:43-45).
Teladan Kristus dalam memberikan nyawaNya untuk kita, membuat kita juga harus melakukan hal yang sama. Memberikan yang terbaik dalam hidup kita, kita harus rela berkorban. Saya pernah ditegur karena hampir setiap hari pulang malam, rapat di gereja. Wah, saya katakan, bahwa ada yang lebih parahdari saya, yang lebih berkomitmen, yang lebih memberikan waktunya untuk Tuhan, memberikan waktunya untuk orangyang dilayani. Saya hanya menghabiskan waktu 2-3 jam per hari, tetapi ada yang seharian keliling melawat, mendoakan dan mendukung orang lain. Ada yang rela, dan itu harus. Bagian inilah yang dikatakan sukarela. Suka dan rela berkorban untuk Tuhan.
7. Tidaklah patut untuk membanggakan diri karena telah melayani (Luk 10:17-20 ; 17:7-10).
Ada bahaya besar yang akan mengancam mereka yang telah sukses dalam melayani Allah, yaitu merebut kemuliaan Allah bagi dirinya sendiri. Keberhasilan kita bukanlah kehebatan kita, tetapi karena kita diberikan wewenang untuk melakukan itu, sebab kita telah menerima kuasa dari Tuhan. Setiap mereka yang melayani, haruslah menyadari hal ini baik-baik. Bukanlah dari kuantitas, kita mengukur pelayanan kita. Bukan dari nama pembicara besar, atau penyanyi terkenal yang kita berhasil undang tapi dari efek, akibat positif yang dirasakan, yang dipahami bahwa kebesaran nama Tuhan ada di balik itu semua.
8. Yang melayani harus bersedia mengikut Yesus dimana pun Yesus berada. (Yoh 12:26).
Ini yang susah. Pada saat melayani Tuhan, hidup kita harus berubah. Kita harus siap, dan rela dicemooh, dihina, difitnah, ditolak. Saya ingat benar, betapa susah melakukan suatu hal dalam pelayanan, apabila orang lain tidak atau kurang mengetahui apa yang kita buat dalam pelayanan. Yang bertugaskolekte dibilang lambat. Yang jadi penatua dibilang tidak bisa menyanyi. Yang tampil di depan jemaat kelihatan grogi. Bahkan yang memimpin berdoa persembahan ditegur karena ada kata persembahan kami yang sedikit. Belum lagi, difitnah, digosipi ini dan itu. Yang katanya si A demikian, si B demikian. Bahkan, ditolak melayani karena ketahuan mencuri. O, Tuhan. Tidak mudah rupanya melayani di ladangMu, kami benar-benar merasa seperti domba di tengah serigala, oleh karena itu, ingatlah senantiasa siapa yang kita layani. Gumuli dan bawa semua permasalahan kita dalam doa. Kata kerennya pikullah salib bersama Yesus.
Wah. Cukup sudah. Banyak sekali yang harus kita lakukan (dan kelihatannya berat) apabila kita melayani Tuhan. Memang! Saya katakan sekali lagi. Tidak mudah! Tapi, tujuan hidup kita ya cuma itu. Melayani Tuhan. Saya ingat beberapa tahun lalu, hidup saya berfokus untuk menjadi orang hidup senang. Dan baru saya sadari, ternyata hidup senang atau hidup suksesitu bukanlah dari materi. Bukan dari apa yang banyak saya miliki toch, tidak akan kita bawa. Hidup saya itu, semata anugrah, oleh sebab sepatutnyalah saya mensyukurinya, dan saya berusaha memberikannya untuk Kristus dalam kehidupan sehari-hari, bekerja, belajar, baik waktu tenaga dan pikiran. Simple khan..
Nah, karena pemikiran dasarnya itu. Maka lantas kita pasti berusaha mencari tahu, apa yang bisa saya kerjakan untuk Tuhan. Mulailah dengan apa kemampuan Anda ? Cari tahu, apa yang bisa Anda lakukan dengan amat baik. Contoh, ternyata, saya hanya punya mobil dan waktu, jadi Anda bisa bertugas menjemput jemaat lain ke gereja atau persekutuan wilayah. Saya terharu, ada jemaat yang meluangkan waktunya menjemput jemaat lain satu persatu untuk berkumpul di kebaktian wilayah.
Contoh lain, saya akuntan. Saya bisa membantu gereja menghitung pengeluaran dan pemasukan gereja. Datangilah ke Sekretariat, cari bidang Sarana Prasarana, tawarkan bantuan Anda. Wah, kalo saya, bisa bernyanyi dengan baik, terutama solo . Datanglah ke Komisi Musik, cari vocal group yang membutuhkan penyanyi, bergabunglah bersama mereka. Kalau saya bisa mengajar, terutama anak-anak, kemana ya ? Datanglah ke Komisi Anak, daftar sebagai Guru Sekolah Minggu, dan nikmati pelayanan sekolah minggu. Saya anak muda, saya butuh teman . Datanglah ke Komisi Remaja atau Komisi Pemuda, bergabunglah dalam kegiatan mereka. Kemudian cari tahu apa yang Anda bisa bantu.
Dari contoh-contoh diatas, semuanya didasari oleh motivasi Andasendiri untuk tergerak, untuk bergerak mencari. Nah, sekarang bagaimana kalau dibalik. Bagaimana kalau Gereja membutuhkan orang yang bisa ini, bisa itu. Apakah Anda mau terlibat ? Ya, dan harus. Tuhan dan gereja akan memperlengkapi Anda dalam melayani, sampaikan apa yang Anda butuhkan. Tuhan pasti akan mendengar, dan menjawab. Selamat melayani Tuhan..
Kedua, si pembicara dengan gamblang, menyatakan bahwa GKI (baca: gereja kita) belum memiliki pola khusus dalam merekrut aktifis. Dia menggambarkan, betapa banyak orang yang mau melayani, tetapi tidak tahu, kemana harus memulai.Waduh. Ternyata GKI yang selama ini tertata baik, masih mengakui juga bahwa pola rektrutmen para aktifisnya belum terlaksana dengan baik.
Kedua pernyataan ini, menimbulkan pertanyaan dalam diri saya. Apakah semua dari kita sudah tahu tentang mengapa kita harus melayani Tuhan, dan bagaimana memulai, bagaimana juga mengajak orang lain untuk melayani Tuhan. Dalam pencarian saya, saya menemukan buku saku Bagaimana memotivasi jemaat melayanioleh Pdt. Herman Soekahar, B.Th. Buku tahun 1987 ini, setelah saya bolak-balik, ternyata masih cukup layak untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi.
Konsepsi pelayanan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dapat diringkas menjadi :
1. Pelayanan yang kita lakukan bukanlah paspor masuk Surga (Mat 7:21-23).
Jelas sekali. Kita mendapatkan anugrah keselamatan, bukan karena upaya kita. Jadi kita mendapatkan hadiahAllah itu, bukan karena apa dan seberapa banyak hal yang kita buat (baca: pahala), melainkan kita telah (bukan belum!!) mendapatkan keselamatan, mendapatkan anugrah dari Tuhan. Artinya juga, kalo Anda belum melayani Tuhan, tetap tidak mengapa, karena bukan karena itu Anda diselamatkan, semata oleh karena kasih Tuhan. Dan, untuk kita yang telah melayani Tuhan, kita telah melakukan kehendak Bapa. Kehendak Kristus untuk mengabarkan Kabar Baik dalam hidup kita, kepada sesama kita. Kita memang melayani Allah, dan wujud nyatanya adalah kita melayani sesama kita. Jadi karena melakukan kehendak Bapainilah yang memberi hak kepada kita untuk memasuki kerajaan Sorga Allah. Nach, pelayanan yang dikerjakan tidak seturut dengan kehendak Allah Bapa adalah identik dengan melakukan kejahatan di hadapan Tuhan, sekalipun kita mengatakan hal itu kubuat demi Nama Tuhan. Janganlah sedikit pun kita mengambil kemuliaan Tuhan dalam pelayanan kita.
2. Diperlukan pergumulan dalam doa untuk mendapatkan pekerja Kristus yang baik (Mt 9:37-38).
Pengertian pekerja Kristus disini tidak hanya para Pendeta, tetapi juga semua orang yang menyediakan waktu, tenaga, uang, dan apa saja yang dimiliki untuk Kristus. Memang tidak semua orang memiliki kemampuan, waktu, tenaga bahkan uang untuk mendukung pelayanan, oleh karena itu, kita harus senantiasa berdoa, bergumul, memohon kepada Tuhan untuk mempersiapkan, dan mengirimkan pekerja-pekerja yang tepat untuk ladang Tuhan. Oke, perhatikan, pertama ada unsur penyerahan kepada Tuhan bahwa Dia lah sendiri yang akan mengirim, mempersiapkan dan melengkapi umat pilihanNya untuk menjadi pekerja Kristus. Saya pernah, dalam suatu ketika diminta menjadi ketua panitia,yang dimana saya selama bertahun-tahun hanya mengambil bagian kecil di dalamnya. Dengan penuh keraguan, saya pasrah, dan meminta Tuhan mengambil alih semua peran itu. Dan memang kepasrahan inilah yang akhirnya menguatkan saya menyelesaikan tugas itu. Sekali lagi berdoalah.
3. Yang melayani membutuhkan kuasa ilahi. (Mat 10:1)
Ingat apa yang kita peroleh dari Tuhan senantiasa ?? Roh Kudus ! Roh Kudus yang menguatkan kita, roh itu juga yang akan memimpin kita melayani Tuhan. Tanpa perlengkapan rohani ini, tidaklah mungkin kita melayani Tuhan dengan maksimal. Oleh karena itu, singkirkan segala ego, segala pikiran mau menang sendiri. Karena, apapun yang kita buat, apabila Tuhan tidak melengkapi. Jangan harap Anda dapat berhasil. Mengapa ? Karena hidup kita ini, Tuhan yang punya.
4. Pelayanan tidak boleh diperjualbelikan. (Mat 10:8)
Dalam pelayanan kita, banyak hal baik terjadi. Yang berduka terhiburkan. Yang susah hidupnya tertolong. Yang butuh perhatian dan doa terlawat. Yang ingin mendengarkan firman Allah terhiburkan. Ada banyak orang yang mengalami keadaan baik dari pelayanan mereka. Ada kepuasan tertentu, ada sukacita tertentu bahkan pada saat saya menuliskan bahan ini. Semua yang terbaik dari Tuhan. Oleh karena itu, jangan mengambil kemuliaan Tuhan. Perkataan Yesus Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah dengan cuma-cuma juga.
5. Dalam pelayanan diperlukan keseimbangan antara sifat cerdik dan tulus (Mat 10:16).
Tuhan Yesus mengingatkan kita yang diutusnya untuk cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Mengapa ? Karena kita diutus ke lingkungan bagaikan domba di tengah-tengah serigala. Cerdik seperti ular artinya adalah tanggap terhadap bahaya yang akan muncul dan cekatan untuk menghindarkan diri dari bahaya. Tulus sperti merpati artinya adalah memiliki karakter yang polos. Kita harus meminta hikmat dari Tuhan agar dapat menjadi orang yang cerdik tetapi memiliki karakter yang polos. Jangan hanya memikirkan kepentingan sendiri, kepentingan komisi, kepentingan kelompok sendiri, keseluruhannya adalah milik Kristus, oleh karena itu terbukalah untuk berdiskusi, mencari cara penyelesaian, saling menghormati, dan saling mendukung. Saya yakin, yang cerdik banyak sekali, karena lingkungan hidup kita memaksa kita untuk berpikir dan bekerja dengan cerdik, terutama di perkotaan seperti Jakarta. Tetapi karakter yang polos, inilah yang mungkin jarang. Sedikit sekali yang melakukannya karena memahami bahwa yang diberikannya adalah untuk Tuhan, melalui sesama manusia. Lebih banyak berpikir untuk manusia melalui Tuhan (baca: gereja). Istilah yang baru saya dapat beberapa minggu lalu, aktualisasi diri bukan aktualisasi kasih Tuhan. Pikirkanlah, apakah yang kita buat untuk mencari aktualisasi diri atau aktualisasi kasih Tuhan. Tentukan sikap kita.
6. Pelayanan menuntut kerelaan berkorban untuk Tuhan dan orang yang dilayani (rk 10:43-45).
Teladan Kristus dalam memberikan nyawaNya untuk kita, membuat kita juga harus melakukan hal yang sama. Memberikan yang terbaik dalam hidup kita, kita harus rela berkorban. Saya pernah ditegur karena hampir setiap hari pulang malam, rapat di gereja. Wah, saya katakan, bahwa ada yang lebih parahdari saya, yang lebih berkomitmen, yang lebih memberikan waktunya untuk Tuhan, memberikan waktunya untuk orangyang dilayani. Saya hanya menghabiskan waktu 2-3 jam per hari, tetapi ada yang seharian keliling melawat, mendoakan dan mendukung orang lain. Ada yang rela, dan itu harus. Bagian inilah yang dikatakan sukarela. Suka dan rela berkorban untuk Tuhan.
7. Tidaklah patut untuk membanggakan diri karena telah melayani (Luk 10:17-20 ; 17:7-10).
Ada bahaya besar yang akan mengancam mereka yang telah sukses dalam melayani Allah, yaitu merebut kemuliaan Allah bagi dirinya sendiri. Keberhasilan kita bukanlah kehebatan kita, tetapi karena kita diberikan wewenang untuk melakukan itu, sebab kita telah menerima kuasa dari Tuhan. Setiap mereka yang melayani, haruslah menyadari hal ini baik-baik. Bukanlah dari kuantitas, kita mengukur pelayanan kita. Bukan dari nama pembicara besar, atau penyanyi terkenal yang kita berhasil undang tapi dari efek, akibat positif yang dirasakan, yang dipahami bahwa kebesaran nama Tuhan ada di balik itu semua.
8. Yang melayani harus bersedia mengikut Yesus dimana pun Yesus berada. (Yoh 12:26).
Ini yang susah. Pada saat melayani Tuhan, hidup kita harus berubah. Kita harus siap, dan rela dicemooh, dihina, difitnah, ditolak. Saya ingat benar, betapa susah melakukan suatu hal dalam pelayanan, apabila orang lain tidak atau kurang mengetahui apa yang kita buat dalam pelayanan. Yang bertugaskolekte dibilang lambat. Yang jadi penatua dibilang tidak bisa menyanyi. Yang tampil di depan jemaat kelihatan grogi. Bahkan yang memimpin berdoa persembahan ditegur karena ada kata persembahan kami yang sedikit. Belum lagi, difitnah, digosipi ini dan itu. Yang katanya si A demikian, si B demikian. Bahkan, ditolak melayani karena ketahuan mencuri. O, Tuhan. Tidak mudah rupanya melayani di ladangMu, kami benar-benar merasa seperti domba di tengah serigala, oleh karena itu, ingatlah senantiasa siapa yang kita layani. Gumuli dan bawa semua permasalahan kita dalam doa. Kata kerennya pikullah salib bersama Yesus.
Wah. Cukup sudah. Banyak sekali yang harus kita lakukan (dan kelihatannya berat) apabila kita melayani Tuhan. Memang! Saya katakan sekali lagi. Tidak mudah! Tapi, tujuan hidup kita ya cuma itu. Melayani Tuhan. Saya ingat beberapa tahun lalu, hidup saya berfokus untuk menjadi orang hidup senang. Dan baru saya sadari, ternyata hidup senang atau hidup suksesitu bukanlah dari materi. Bukan dari apa yang banyak saya miliki toch, tidak akan kita bawa. Hidup saya itu, semata anugrah, oleh sebab sepatutnyalah saya mensyukurinya, dan saya berusaha memberikannya untuk Kristus dalam kehidupan sehari-hari, bekerja, belajar, baik waktu tenaga dan pikiran. Simple khan..
Nah, karena pemikiran dasarnya itu. Maka lantas kita pasti berusaha mencari tahu, apa yang bisa saya kerjakan untuk Tuhan. Mulailah dengan apa kemampuan Anda ? Cari tahu, apa yang bisa Anda lakukan dengan amat baik. Contoh, ternyata, saya hanya punya mobil dan waktu, jadi Anda bisa bertugas menjemput jemaat lain ke gereja atau persekutuan wilayah. Saya terharu, ada jemaat yang meluangkan waktunya menjemput jemaat lain satu persatu untuk berkumpul di kebaktian wilayah.
Contoh lain, saya akuntan. Saya bisa membantu gereja menghitung pengeluaran dan pemasukan gereja. Datangilah ke Sekretariat, cari bidang Sarana Prasarana, tawarkan bantuan Anda. Wah, kalo saya, bisa bernyanyi dengan baik, terutama solo . Datanglah ke Komisi Musik, cari vocal group yang membutuhkan penyanyi, bergabunglah bersama mereka. Kalau saya bisa mengajar, terutama anak-anak, kemana ya ? Datanglah ke Komisi Anak, daftar sebagai Guru Sekolah Minggu, dan nikmati pelayanan sekolah minggu. Saya anak muda, saya butuh teman . Datanglah ke Komisi Remaja atau Komisi Pemuda, bergabunglah dalam kegiatan mereka. Kemudian cari tahu apa yang Anda bisa bantu.
Dari contoh-contoh diatas, semuanya didasari oleh motivasi Andasendiri untuk tergerak, untuk bergerak mencari. Nah, sekarang bagaimana kalau dibalik. Bagaimana kalau Gereja membutuhkan orang yang bisa ini, bisa itu. Apakah Anda mau terlibat ? Ya, dan harus. Tuhan dan gereja akan memperlengkapi Anda dalam melayani, sampaikan apa yang Anda butuhkan. Tuhan pasti akan mendengar, dan menjawab. Selamat melayani Tuhan..
Wednesday, July 05, 2006
AdventNet ServiceDesk Plus Offers Multi-Language Support for Its HelpDesk and IT Asset Management Software in Response to Customer Demand
AdventNet ServiceDesk Plus Offers Multi-Language Support for Its HelpDesk and IT Asset Management Software in Response to Customer Demand
PLEASANTON, Calif.--June 28,2006--AdventNet, Inc., the leading provider of affordable Enterprise IT management software today announced the general availability of multi-language support for ServiceDesk Plus, a comprehensive help desk and IT asset management software that empowers organizations to streamline their IT Help Desk functions. ServiceDesk Plus will now be available in Chinese, French, German, Japanese, Portuguese, Spanish and Swedish.
ServiceDesk Plus is a completely web-based, cost-effective help desk and asset management software, that offers an integrated package with Request management, Asset Tracking, Purchasing, Contract management, Self-service portal, and Knowledge Base at a lower price point than the other major vendors. ServiceDesk Plus provides a complete IT help desk solution for increased productivity.
"ServiceDesk Plus Rocks! We have a small IT Help Desk team, and we were looking for an affordable help desk solution with comprehensive features. Most of the other help desk solutions vendors charge for every module with an additional add-on cost. ServiceDesk Plus was the only one that was a complete solution with a world class web interface, but still at a price we could afford," said Mark Lovell of Real Journeys, New Zealand.
"We are still searching for Italian helpdesk software as good as ServiceDesk Plus. Nobody offers all those features with such a great web user interface. We are now thinking of buying ServiceDesk Plus and asking users to learn enough English to complete a request web form," said, Nicola Violetta of IZS dell'Umbria e delle Marche, Italy.
"When we came to know that customers were learning English to use ServiceDesk Plus, it was really a satisfying moment for us. We will continue our commitment to offer a productive and affordable IT Help Desk Software for businesses of all sizes," said Girish Mathrubootham, Director -- Product development at AdventNet. "With this multi-language release, we are sure that our customers will extend the ServiceDesk Plus experience to non-English users as well," he added.
Availability and Pricing
The latest release of ServiceDesk Plus with multi-language support can downloaded directly from the website (www.servicedeskplus.com). ServiceDesk Plus offers a30-day evaluation license and a permanent Free Edition is also available for small businesses. The annual subscription price for multi-language Edition starts at $595 for two technicians and unlimited number of end-users. There are no add-on costs for any modules. You can download from: www.servicedeskplus.com/download.html
About AdventNet
Enabling Management Your Way(TM)
AdventNet provides affordable software in the areas of network applications and Founded in 1996, AdventNet is a software company with a broad portfolio of elegantly designed, affordable products and web services. AdventNet offerings span a spectrum of vertical areas, including network & systems management (ManageEngine.com), security (SecureCentral.com), collaboration, CRM & office productivity applications (Zoho.com), database search and migration (SQLOne.com), and test automation tools (QEngine.com). AdventNet has a large and rapidly growing global customer base, and has presence in all the major markets.
AdventNet is headquartered in Pleasanton, CA with offices in NJ, NH, India, UK, China and Japan. It has a well-trained partner base around the globe and thousands of customers worldwide. Visit us at www.adventnet.com
PLEASANTON, Calif.--June 28,2006--AdventNet, Inc., the leading provider of affordable Enterprise IT management software today announced the general availability of multi-language support for ServiceDesk Plus, a comprehensive help desk and IT asset management software that empowers organizations to streamline their IT Help Desk functions. ServiceDesk Plus will now be available in Chinese, French, German, Japanese, Portuguese, Spanish and Swedish.
ServiceDesk Plus is a completely web-based, cost-effective help desk and asset management software, that offers an integrated package with Request management, Asset Tracking, Purchasing, Contract management, Self-service portal, and Knowledge Base at a lower price point than the other major vendors. ServiceDesk Plus provides a complete IT help desk solution for increased productivity.
"ServiceDesk Plus Rocks! We have a small IT Help Desk team, and we were looking for an affordable help desk solution with comprehensive features. Most of the other help desk solutions vendors charge for every module with an additional add-on cost. ServiceDesk Plus was the only one that was a complete solution with a world class web interface, but still at a price we could afford," said Mark Lovell of Real Journeys, New Zealand.
"We are still searching for Italian helpdesk software as good as ServiceDesk Plus. Nobody offers all those features with such a great web user interface. We are now thinking of buying ServiceDesk Plus and asking users to learn enough English to complete a request web form," said, Nicola Violetta of IZS dell'Umbria e delle Marche, Italy.
"When we came to know that customers were learning English to use ServiceDesk Plus, it was really a satisfying moment for us. We will continue our commitment to offer a productive and affordable IT Help Desk Software for businesses of all sizes," said Girish Mathrubootham, Director -- Product development at AdventNet. "With this multi-language release, we are sure that our customers will extend the ServiceDesk Plus experience to non-English users as well," he added.
Availability and Pricing
The latest release of ServiceDesk Plus with multi-language support can downloaded directly from the website (www.servicedeskplus.com). ServiceDesk Plus offers a30-day evaluation license and a permanent Free Edition is also available for small businesses. The annual subscription price for multi-language Edition starts at $595 for two technicians and unlimited number of end-users. There are no add-on costs for any modules. You can download from: www.servicedeskplus.com/download.html
About AdventNet
Enabling Management Your Way(TM)
AdventNet provides affordable software in the areas of network applications and Founded in 1996, AdventNet is a software company with a broad portfolio of elegantly designed, affordable products and web services. AdventNet offerings span a spectrum of vertical areas, including network & systems management (ManageEngine.com), security (SecureCentral.com), collaboration, CRM & office productivity applications (Zoho.com), database search and migration (SQLOne.com), and test automation tools (QEngine.com). AdventNet has a large and rapidly growing global customer base, and has presence in all the major markets.
AdventNet is headquartered in Pleasanton, CA with offices in NJ, NH, India, UK, China and Japan. It has a well-trained partner base around the globe and thousands of customers worldwide. Visit us at www.adventnet.com
Monday, July 03, 2006
BERTEMAN DENGAN PERUBAHAN
SmartWork:
BERTEMAN DENGAN PERUBAHAN
(diadaptasi dari "Breaking Free: A Prescription for Personal and Organizational Change", David M. Noer)
Pameo terkenal mengatakan tiada yang tetap kecuali perubahan. Meski sudah
sedemikian terkenal, kita masih juga harus belajar bagaimana menghadapi
perubahan. Tak luput bagaimana kita menghadapi perubahan di tempat kerja,
terutama mengenai karier kita. Berikut, beberapa tips dari "Breaking Free: A
Prescripition for Personal and Organizational Change" oleh David M. Noer
agar kita tidak canggung berteman dengan perubahan di tempat kerja dan
karier kita.
1--Jangan letakkan semua telur anda dalam satu keranjang organisasi. Jangan
biarkan kepercayaan diri anda dan rasa memiliki anda hanya diberikan pada
satu organisasi saja. Hal ini akan mengurangi kebebasan dan menyebabkan anda
menjadi korban pelengkap penderita saja.
2--Fokuskan kerja anda menampakkan hasilnya keluar organisasi. Layani
konsumen, bukan hanya atasan dan karier anda saja. Dengan melayani konsumen,
anda menolong diri anda sendiri dan organisasi anda. Menyenangkan atasan dan
bermain politik kantor mungkin melicinkan karier anda, tetapi itu hanyalah
cara kuno yang tidak sehat.
3--Sesuaikan siapa diri anda dengan apa yang anda kerja, bukan dimana anda
sedang bekerja. Siapakah diri anda bukan dimanakah diri anda bekerja. Rasa
percaya diri dan identitas anda jangan hanya diletakkan pada hubungan
organisasi. Hal ini menyebabkan anda menjadi korban tetap suatu hubungan
kerja.
4--Temukan pekerjaan yang menyegarkan jiwa anda. Anda akan mendapatkan
kekuatan, kegembiraan dan produktivitas yang luar biasa bila nilai-nilai dan
misi pribadi anda seirama dengan pekerjaan anda.
5--Bangunlah hubungan antar sesama yang saling mendukung. Kita semua
melakukan lebih baik saat kita memiliki rekan yang dapat memberikan nasehat
dan umpan balik, dukungan dan semangat. Orang yang dapat membantu anda
terdapat di dalam dan luar organisasi anda.
BERTEMAN DENGAN PERUBAHAN
(diadaptasi dari "Breaking Free: A Prescription for Personal and Organizational Change", David M. Noer)
Pameo terkenal mengatakan tiada yang tetap kecuali perubahan. Meski sudah
sedemikian terkenal, kita masih juga harus belajar bagaimana menghadapi
perubahan. Tak luput bagaimana kita menghadapi perubahan di tempat kerja,
terutama mengenai karier kita. Berikut, beberapa tips dari "Breaking Free: A
Prescripition for Personal and Organizational Change" oleh David M. Noer
agar kita tidak canggung berteman dengan perubahan di tempat kerja dan
karier kita.
1--Jangan letakkan semua telur anda dalam satu keranjang organisasi. Jangan
biarkan kepercayaan diri anda dan rasa memiliki anda hanya diberikan pada
satu organisasi saja. Hal ini akan mengurangi kebebasan dan menyebabkan anda
menjadi korban pelengkap penderita saja.
2--Fokuskan kerja anda menampakkan hasilnya keluar organisasi. Layani
konsumen, bukan hanya atasan dan karier anda saja. Dengan melayani konsumen,
anda menolong diri anda sendiri dan organisasi anda. Menyenangkan atasan dan
bermain politik kantor mungkin melicinkan karier anda, tetapi itu hanyalah
cara kuno yang tidak sehat.
3--Sesuaikan siapa diri anda dengan apa yang anda kerja, bukan dimana anda
sedang bekerja. Siapakah diri anda bukan dimanakah diri anda bekerja. Rasa
percaya diri dan identitas anda jangan hanya diletakkan pada hubungan
organisasi. Hal ini menyebabkan anda menjadi korban tetap suatu hubungan
kerja.
4--Temukan pekerjaan yang menyegarkan jiwa anda. Anda akan mendapatkan
kekuatan, kegembiraan dan produktivitas yang luar biasa bila nilai-nilai dan
misi pribadi anda seirama dengan pekerjaan anda.
5--Bangunlah hubungan antar sesama yang saling mendukung. Kita semua
melakukan lebih baik saat kita memiliki rekan yang dapat memberikan nasehat
dan umpan balik, dukungan dan semangat. Orang yang dapat membantu anda
terdapat di dalam dan luar organisasi anda.
Friday, June 30, 2006
Kemajemukan - Peduli atau Enggak..
Dari acara semalam, sarasehan pemikiran Pak Eka (alm), khususnya mengenai pluralisme dan gereja, ada beberapa hal yang memang, dan mungkin baru saya dengar di sana.
Yang pertama, adalah kita sebenarnya tahu dengan pasti, betapa majemuknya bangsa dan negara Indonesia ini. Dan memang batas-batas etnis dll, sudah tidak jelas, atau sedikitnya selama ini tidak jelas. Mungkin baru beberapa tahun ini, orang mulai memilah-milah, berdasarkan suku, berdasarkan agama, berdasarkan minat tertentu, dll. Pokoknya community based.
Yang kedua, adalah isu kesetaraan, kesejajaran, persamaan hak dan kewajiban, hingga persamaan wujud di hadapan yang maha kuasa. Ini yang mungkin sudah mulai rame. Ribut pada saat, bahwa karena semua orang sama di hadapan orang lain, maka sudah seharusnya dan selayaknya semua orang mendapatkan hak dan kebebasan yang sama. Tidak ada batasnya, tiap orang, selama tidak mengganggu hak asasi atau hak orang lain, maka kebebasan, kesetaraan itu ada.
Yang ketiga, ini yang rada ruwet. Apabila keduanya di atas digabungkan dalam koridor agama. Tiap agama sama (bingung 1), tiap orang yang memeluk agama dan keyakinan adalah sama dihadapan Pencipta - dan sesama manusia (bingung 2), dan kita tidak boleh memaksakan agama dan keyakinan kita kepada orang lain, meskipun kita percaya dengan sangat amat pasti, bahwa agama dan kepercayaan kitalah yang terbaik, yang tepat (bingung 3).
suatu ketika muncul pertanyaan dari seorang ibu, mengenai , apakah di ijinkan anaknya berpacaran dengan yang lain agama, karena toch semuanya sama di hadapan sang Pencipta.
lalu, dalam konteks Kristen, dimana Kristocentris berlaku, jalan keselamatan hanya ada pada Yesus Kristus, artinya semua agama sama, dan ini bertolak belakang.
ok, saya pikir, dua itu dulu, sementara saya mencari tahu jawabnya dalam beberapa buku yang saya beli hari ini.
trus, yang terakhir, kita peduli gak sich dengan semua itu ?
let see later ya.
Yang pertama, adalah kita sebenarnya tahu dengan pasti, betapa majemuknya bangsa dan negara Indonesia ini. Dan memang batas-batas etnis dll, sudah tidak jelas, atau sedikitnya selama ini tidak jelas. Mungkin baru beberapa tahun ini, orang mulai memilah-milah, berdasarkan suku, berdasarkan agama, berdasarkan minat tertentu, dll. Pokoknya community based.
Yang kedua, adalah isu kesetaraan, kesejajaran, persamaan hak dan kewajiban, hingga persamaan wujud di hadapan yang maha kuasa. Ini yang mungkin sudah mulai rame. Ribut pada saat, bahwa karena semua orang sama di hadapan orang lain, maka sudah seharusnya dan selayaknya semua orang mendapatkan hak dan kebebasan yang sama. Tidak ada batasnya, tiap orang, selama tidak mengganggu hak asasi atau hak orang lain, maka kebebasan, kesetaraan itu ada.
Yang ketiga, ini yang rada ruwet. Apabila keduanya di atas digabungkan dalam koridor agama. Tiap agama sama (bingung 1), tiap orang yang memeluk agama dan keyakinan adalah sama dihadapan Pencipta - dan sesama manusia (bingung 2), dan kita tidak boleh memaksakan agama dan keyakinan kita kepada orang lain, meskipun kita percaya dengan sangat amat pasti, bahwa agama dan kepercayaan kitalah yang terbaik, yang tepat (bingung 3).
suatu ketika muncul pertanyaan dari seorang ibu, mengenai , apakah di ijinkan anaknya berpacaran dengan yang lain agama, karena toch semuanya sama di hadapan sang Pencipta.
lalu, dalam konteks Kristen, dimana Kristocentris berlaku, jalan keselamatan hanya ada pada Yesus Kristus, artinya semua agama sama, dan ini bertolak belakang.
ok, saya pikir, dua itu dulu, sementara saya mencari tahu jawabnya dalam beberapa buku yang saya beli hari ini.
trus, yang terakhir, kita peduli gak sich dengan semua itu ?
let see later ya.
Thursday, June 29, 2006
Saat Teduh.. Tuliskanlah..
Saat Teduh.. Tuliskanlah..
Metode ini, baru saya mulai. Setelah beberapa lama
menikmati saat teduh, saya mencoba pola baru ini. Saya
menyediakan buku sendiri, dimana saya menuliskan
beberapa hal mengenai saat teduh yang saya baca setiap
harinya.
Pertama, saya berdoa, membaca Firman Tuhan, membaca
buku panduan saat teduh, kemudian saya menuliskan
beberapa hal.
Diantaranya,
- Isi Firman Tuhan.
ini merangkum, intisari dari apa isi
Firman Tuhan, contoh: berterimakasihlah, mengucap
syukurlah kepada Tuhan.
- Bagaimana melakukannya?
disini saya tulis apa yang saya harus lakukan thd
isi Firman Tuhan, contoh saya tulis:
- tlp mama, bilang terimakasih krn sudah bersabar
terhadap saya selama ini.
- ucapkan terimakasih kepada tim saya di kantor yang
selama ini telah mendukung saya luarbiasa.
- mengucapkan terimakasih kepada dua teman akrab
saya yang mendukung pekerjaan saya.
- Pokok doa
disini saya tuliskan apa yang saya doakan secara
khusus pada saat teduh itu.
Nah, ternyata dengan cara ini, saya menemukan beberapa
hal baru, seperti:
- saya bisa membuka kembali catatan saat teduh ini,
untuk melihat apakah saya telah melakukannya ? Apakah
saya telah melihat jawaban atas doa saya ?
- saya bisa mengingat lebih baik, dibandingkan saya
tidak menuliskannya sama sekali.
- pandangan kita tentang saat teduh dapat semakin baik
krn ternyata saat teduh, bukanlah sesaat saja, bukan
krn bangun pagi - hening - berdoa - membaca Firman
Tuhan saja, tetapi juga membuat Firman Tuhan itu
nyata, bagaimana melakukan Firman Tuhan itu, dan
bukankah ini juga bagian terpenting yang Tuhan minta.
- ternyata, setelah dijalankan, saat teduh menjadi
waktu yang enak. Waktu yang sama enaknya, pada saat
saya mencoba menuliskan agenda kegiatan hari ini,
waktu yang enak, yang sama pada waktu saya menuliskan
apa yang saya dengar dan catat pada rapat penting
di kantor. Dan memang, menulis memang membuat kita
lebih ingat. Dan buat saya, saya jadi ingat, suatu
saat, bahwa saya pernah menuliskan ini dimana, dan
saya dapat membukanya kembali untuk memahami lebih
baik.
Selamat memulai menulis di saat teduh..
fanky-29062006
Metode ini, baru saya mulai. Setelah beberapa lama
menikmati saat teduh, saya mencoba pola baru ini. Saya
menyediakan buku sendiri, dimana saya menuliskan
beberapa hal mengenai saat teduh yang saya baca setiap
harinya.
Pertama, saya berdoa, membaca Firman Tuhan, membaca
buku panduan saat teduh, kemudian saya menuliskan
beberapa hal.
Diantaranya,
- Isi Firman Tuhan.
ini merangkum, intisari dari apa isi
Firman Tuhan, contoh: berterimakasihlah, mengucap
syukurlah kepada Tuhan.
- Bagaimana melakukannya?
disini saya tulis apa yang saya harus lakukan thd
isi Firman Tuhan, contoh saya tulis:
- tlp mama, bilang terimakasih krn sudah bersabar
terhadap saya selama ini.
- ucapkan terimakasih kepada tim saya di kantor yang
selama ini telah mendukung saya luarbiasa.
- mengucapkan terimakasih kepada dua teman akrab
saya yang mendukung pekerjaan saya.
- Pokok doa
disini saya tuliskan apa yang saya doakan secara
khusus pada saat teduh itu.
Nah, ternyata dengan cara ini, saya menemukan beberapa
hal baru, seperti:
- saya bisa membuka kembali catatan saat teduh ini,
untuk melihat apakah saya telah melakukannya ? Apakah
saya telah melihat jawaban atas doa saya ?
- saya bisa mengingat lebih baik, dibandingkan saya
tidak menuliskannya sama sekali.
- pandangan kita tentang saat teduh dapat semakin baik
krn ternyata saat teduh, bukanlah sesaat saja, bukan
krn bangun pagi - hening - berdoa - membaca Firman
Tuhan saja, tetapi juga membuat Firman Tuhan itu
nyata, bagaimana melakukan Firman Tuhan itu, dan
bukankah ini juga bagian terpenting yang Tuhan minta.
- ternyata, setelah dijalankan, saat teduh menjadi
waktu yang enak. Waktu yang sama enaknya, pada saat
saya mencoba menuliskan agenda kegiatan hari ini,
waktu yang enak, yang sama pada waktu saya menuliskan
apa yang saya dengar dan catat pada rapat penting
di kantor. Dan memang, menulis memang membuat kita
lebih ingat. Dan buat saya, saya jadi ingat, suatu
saat, bahwa saya pernah menuliskan ini dimana, dan
saya dapat membukanya kembali untuk memahami lebih
baik.
Selamat memulai menulis di saat teduh..
fanky-29062006
Monday, June 19, 2006
Finding an open source programming job
NewsForge
The Online Newspaper for Linux and Open Source
http://business.newsforge.com/
Title Finding an open source programming job
Date 2004.05.05 4:00
Author Robin 'Roblimo' Miller
Topic
http://business.newsforge.com/article.pl?sid=04/05/04/1058254
Brian Aker, director of architecture for MySQL AB, says one good way to find an open source programming job is to contact him. He's looking. And his criteria are uniquely open source. "I'm not looking for someone who sends a resume to my mailbox and hasn't looked at our product," he says, "or who has a resume that has the all hottest current skills and every popular certification listed on it."
Aker is more interested in accompishments than credentials. He checks who's speaking at software conferences, and regularly checks open source project updates listed at freshmeat. "People whose names show up there frequently tend to get my notice," he says.
MySQL also has several email lists. The one Brian watches most closely is the internal one that "deals with the guts of the server." If someone has posted intelligently on that list, and has contributed patches, sooner or later Brian is likely to ask, "Hey, dude, would you like a job with us?"
To Brian, familiarity with MySQL is obviously an important hiring criterion. Beyond that knowledge, he says, "I'm looking for people with pure system skills, not just somebody who took Java for four years in a college class."
What makes an open source developer?
Brian says one of the major differences between proprietary and open source developers is that open source developers "tend not to want to reimplement everything themselves. They have familiarity with other projects, and know what bits of code from elswehere can be incorporated into what they're working on -- a skill you don't find in most commercial developers."
Another major difference he sees is that open source people tend to need less tech support. He says he's talked to commercial developers "who sit in their office and program but don't know how their computers work, while most open source people know how to set up a compiler (and sometimes build their own computers and set up their own networks). There's a lot less handholding needed."
"The best way to get a job is to do something"
It can be participation in an existing open source project or starting your own. Or writing documentation, especially for new grads trying to get started in the field. Brian says, "If somebody's trying to get a break, there are open source jobs besides being a developer. Documentation is not a bad starting place." He notes that most open source project leaders tend to be good communicators, and that writing documentation is a good way to show off your communications skills. "And then you get the publishers coming around wanting you to write books, too," he says, "and that's nice."
Another method of worming your way into an open source company's good graces is offering to do a project on spec. That is, if you see a feature lacking in one of its products, offer to write it and accept pay only if it works out. Many of Brian's most successful hires have started with a trial project. He notes that this is not common practice in the U.S. but is normal in many other countries, which may give an edge to non-U.S. applicants in some situations not because of exchange rates or cost of living differences, but because "try before you buy" testing of prospective employees is more common elsewhere.
(MySQL AB is headquarted in Sweden. Brian Aker lives in Seattle, Washington, USA, so technically he's an "offshore" employee. The staff he supervises is scattered all over the world, with a majority of MySQL staff developers working from their homes, connected to the company via email, IM, IRC, and telephone.)
Of course, the "something" you do if you're aiming for an open source job doesn't specifically have to be with the hiring company's code. One of the great advantages a manager has when evaluating an applicant with open source experience, says Brian, is that "the code (he or she has written) is out there. It's immediately available to look at."
Brian says, "In a typical white board interview I might ask 100 questions the applicants learned all the answers to in college. I still don't get a good feeling for them out of that. But if they've implemented open source code, I can go read it and see what they did."
Where are the open source jobs?
Brian says, "At this point ask yourself, 'How many open source companies are out there?' It's a trick question. Is Google an open source company? The answer is yes."
And Google is only one of thousands of companies competing for top open source developers. Brian says, "I can't go around hiring leaders from big-name open source projects. They're all hired. If they don't have day jobs it's because they don't need them."
Often, as with MySQL, companies that use open source heavily will give a job prospect a trial project to work on, although sometimes they'll only do this if the applicant mentions the idea. "Ask for the opportunity," Brian says, "and follow up on it."
He also notes, "You can go to Microsoft and say, 'I'll implement this wonderful feature in Windows,' and they have no way for you to do this. But someone can look at MySQL's code, say the same thing, and we can say, 'Go right ahead.'"
Even companies that aren't committed to open source can often be talked into allowing programmers to work on open source projects as part of their jobs. "I think if you say, 'I want so much of my work to be open source,' you can often get what you ask for," says Brian. He warns that such requests should be gentle, not couched in radical political terms or as a good vs. evil choice, because "companies don't like militancy." But, he adds, "If you really believe in yourself, you can get away with a lot more than if you don't."
Indeed, Brian suggests that finding a job where you can write open source software at least part of the time is a good career move even if you expect to spend most of your working life writing proprietary code. The reason for this is not idealism, but pure, pragmatic self-interest.
"When you go to the next company," he says, "you can actually point to lines in a program and say, 'This is what I've done.'"
The Online Newspaper for Linux and Open Source
http://business.newsforge.com/
Title Finding an open source programming job
Date 2004.05.05 4:00
Author Robin 'Roblimo' Miller
Topic
http://business.newsforge.com/article.pl?sid=04/05/04/1058254
Brian Aker, director of architecture for MySQL AB, says one good way to find an open source programming job is to contact him. He's looking. And his criteria are uniquely open source. "I'm not looking for someone who sends a resume to my mailbox and hasn't looked at our product," he says, "or who has a resume that has the all hottest current skills and every popular certification listed on it."
Aker is more interested in accompishments than credentials. He checks who's speaking at software conferences, and regularly checks open source project updates listed at freshmeat. "People whose names show up there frequently tend to get my notice," he says.
MySQL also has several email lists. The one Brian watches most closely is the internal one that "deals with the guts of the server." If someone has posted intelligently on that list, and has contributed patches, sooner or later Brian is likely to ask, "Hey, dude, would you like a job with us?"
To Brian, familiarity with MySQL is obviously an important hiring criterion. Beyond that knowledge, he says, "I'm looking for people with pure system skills, not just somebody who took Java for four years in a college class."
What makes an open source developer?
Brian says one of the major differences between proprietary and open source developers is that open source developers "tend not to want to reimplement everything themselves. They have familiarity with other projects, and know what bits of code from elswehere can be incorporated into what they're working on -- a skill you don't find in most commercial developers."
Another major difference he sees is that open source people tend to need less tech support. He says he's talked to commercial developers "who sit in their office and program but don't know how their computers work, while most open source people know how to set up a compiler (and sometimes build their own computers and set up their own networks). There's a lot less handholding needed."
"The best way to get a job is to do something"
It can be participation in an existing open source project or starting your own. Or writing documentation, especially for new grads trying to get started in the field. Brian says, "If somebody's trying to get a break, there are open source jobs besides being a developer. Documentation is not a bad starting place." He notes that most open source project leaders tend to be good communicators, and that writing documentation is a good way to show off your communications skills. "And then you get the publishers coming around wanting you to write books, too," he says, "and that's nice."
Another method of worming your way into an open source company's good graces is offering to do a project on spec. That is, if you see a feature lacking in one of its products, offer to write it and accept pay only if it works out. Many of Brian's most successful hires have started with a trial project. He notes that this is not common practice in the U.S. but is normal in many other countries, which may give an edge to non-U.S. applicants in some situations not because of exchange rates or cost of living differences, but because "try before you buy" testing of prospective employees is more common elsewhere.
(MySQL AB is headquarted in Sweden. Brian Aker lives in Seattle, Washington, USA, so technically he's an "offshore" employee. The staff he supervises is scattered all over the world, with a majority of MySQL staff developers working from their homes, connected to the company via email, IM, IRC, and telephone.)
Of course, the "something" you do if you're aiming for an open source job doesn't specifically have to be with the hiring company's code. One of the great advantages a manager has when evaluating an applicant with open source experience, says Brian, is that "the code (he or she has written) is out there. It's immediately available to look at."
Brian says, "In a typical white board interview I might ask 100 questions the applicants learned all the answers to in college. I still don't get a good feeling for them out of that. But if they've implemented open source code, I can go read it and see what they did."
Where are the open source jobs?
Brian says, "At this point ask yourself, 'How many open source companies are out there?' It's a trick question. Is Google an open source company? The answer is yes."
And Google is only one of thousands of companies competing for top open source developers. Brian says, "I can't go around hiring leaders from big-name open source projects. They're all hired. If they don't have day jobs it's because they don't need them."
Often, as with MySQL, companies that use open source heavily will give a job prospect a trial project to work on, although sometimes they'll only do this if the applicant mentions the idea. "Ask for the opportunity," Brian says, "and follow up on it."
He also notes, "You can go to Microsoft and say, 'I'll implement this wonderful feature in Windows,' and they have no way for you to do this. But someone can look at MySQL's code, say the same thing, and we can say, 'Go right ahead.'"
Even companies that aren't committed to open source can often be talked into allowing programmers to work on open source projects as part of their jobs. "I think if you say, 'I want so much of my work to be open source,' you can often get what you ask for," says Brian. He warns that such requests should be gentle, not couched in radical political terms or as a good vs. evil choice, because "companies don't like militancy." But, he adds, "If you really believe in yourself, you can get away with a lot more than if you don't."
Indeed, Brian suggests that finding a job where you can write open source software at least part of the time is a good career move even if you expect to spend most of your working life writing proprietary code. The reason for this is not idealism, but pure, pragmatic self-interest.
"When you go to the next company," he says, "you can actually point to lines in a program and say, 'This is what I've done.'"
KIAT MEMENANGKAN PENULISAN e-MAIL RESUME
Dr. Rudy Kastono Post Date : 27 March 2006
Meskipun anda adalah kandidat terbaik,
anda dapat ditolak pada tahap awal karena mengabaikan rincian keterampilan anda.
Fakta
• Lebih dari 60% resume ditolak pada menit pertama karena majikan tak dapat membuka resume, ejaan yang buruk, atau penyajian pemohon dibawah nilai baku.
• Lebih dari 80% pemohon hanya mengirimkan resume begitu saja dan berharap mendapatkan yang terbaik. Mereka kurang pengetahuan yang dibutuhkan, terlalu sibuk, atau terlalu malas berupaya agar permohonannya dibuat benar sejak awal.
Kiat ini ditujukan untuk membekalkan saran umum kepada anda sebagai kandidat potensial mengenai bagaimana memenangkan penulisan email resume, disusun dari pertimbangan praktis dan pendapat pakar.
Persiapan
1. Kualifikasi
Baca dengan teliti sebelum anda menjawab iklan tawaran kerja. Apakah persyaratan kerjanya cocok dengan kualifikasi anda?
2. Upaya Memasarkan
• Menulis resume adalah, pada akhirnya, suatu upaya memasarkan. Ini cara mengiklankan dan memperlihatkan diri anda di pasar yang dipenuhi oleh pekerja-pekerja berketerampilan dan berpengalaman yang setara atau lebih baik dari anda. Setiap pencari kerja yang berpengalaman mengetahui bahwa resume yang baik adalah kunci panggilan ke wawancara, dan pada akhirnya dipekerjakan. Selain meringkaskan kemampuan, pengalaman, pendidikan, suatu resume harus memperlihatkan nilai jual unik diri anda sehingga majikan potensial ingin mengenal anda lebih baik.
• Rahasia suatu resume yang menawan adalah cocok terhadap kerja yang ditawarkan dan posisi yang dibutuhkan. Resume yang dibuat sesuai kebutuhan lebih berdampak daripada satu resume untuk semua kebutuhan. Ingatlah, resume anda tidak dimaksudkan agar anda mendapat kerja. Misinya hanya agar anda dipanggil wawancara yang selanjutnya diharapkan akan mengantarkan ke tawaran kerja.
• Kumpulkan bahan-bahan anda. Mulailah dengan menuliskan semuanya, rincian kontak, riwayat kerja dan pencapaian, latarbelakang akademik, kehadiran pada seminar, penghargaan yang diterima, keterampilan dan keahlian, rincian pribadi, dsb. Pada titik ini jangan dipusingkan oleh penyusunannya; hanya pastikan segala yang utama, bermakna dan berkaitan tak ada yang luput. Berikan perhatian pada waktu dan tempat, masa kerja, karena kesalahan di sini dapat meninggalkan kesan anda ceroboh, kacau dan berbohong.
3. Resume vs. Curriculum Vita
Bila anda melamar kerja di dunia industri, gunakan istilah RESUME. Kerangka format resume adalah sebagai berikut:
• Keterangan Identitas Pribadi
• Objektif Kerja
• Ringkasan
• Riwayat Kerja
• Pendidikan
• Keterlibatan Profesional
• Keterlibatan Masyarakat
Catatan:
Curriculum vita (jamak: curriculum vitae) seringkali dipertukarkan dengan resume. Tetapi, menurut definisi, curriculum vita mengacu pada kerangka rinci, panjang dan terstruktur dari latar belakang pendidikan, publikasi, proyek-proyek, penghargaan dan riwayat kerja. Ini bisa mencapai 20 halaman, ditujukan untuk pendidik dan ilmuwan yang membanggakan status akademik dan profesinya untuk mencari posisi di dunia pendidikan atau riset. Berikut adalah format yang disarankan untuk curriculum vita:
• Keterangan Pribadi
• Pendidikan
• Publikasi
• Proyek-proyek
• Penghargaan
• Riwayat Kerja
4. Format Berkas
Upayakan sederhana. Kebanyakan reaksi majikan terhadap dokumen rumit yang butuh beberapa menit untuk membukanya akan dikesampingkan atau lebih buruk lagi dihapus. Resume yang butuh 10 menit waktu yang berharga untuk diformat ulang sebelum diambil atau dilihat dapat dipastikan pergi ke dasar tumpukan, atau langsung ke keranjang sampah. Cobalah mengunakan format yang kurang rumit untuk mengatasi masalah ini. Para ahli menyarankan penggunaan format ASCII (American Standard Code for Information Interchange) karena PC, Macintosh, UNIX workstations dan terminal mainframe, secara universal mengenalinya. Tiga format ASCII yang umum dikenal adalah teks sederhana – dicirikan oleh akhiran .TXT, teks diperkaya - dicirikan oleh akhiran .RTF dan hiperteks – dicirikan oleh akhiran .HTM or .HTML.
5. Lampiran
• Bila anda diminta mengirimkan melalui e-mail, selalu pindahkan resume anda ke kolom pesan e-mail. Meskipun kebanyakan format seperti huruf tebal, miring dan garis bawah hilang pada resume elektronik, anda dapat menggunakan huruf besar, tanda kutip, dan bahkan bintang, untuk menegaskan judul dan kata penting. Lampiran tak selalu disarankan, bukan karena sistem operasi penerima tak dapat membacanya, juga karena kebanyakan majikan takut ikut menarik virus komputer.
• Tetapi, bila anda harus melampirkan, lebih baik diformat dengan MS Word. Lalu resume disimpan sebagai nama anda seperti rudykastono.doc, bukan resume.doc ataupun cv.doc. Gabung surat lamaran & resume pada satu lampiran, ini membuat email cepat dibaca, mengapa harus mengambil risiko kedua dokumen terpisah.
• Hindari penggunaan .JPG, atau .PDF karena membutuhkan software khusus untuk membacanya. Beberapa komputer penerima mungkin tidak mengenali format ini. Disamping itu, editor akan kesulitan menyunting resume anda.
• Berhati-hati bila menyusun resume pada jaringan komputer perusahaan anda. Mungkin di berkas anda tersimpan masalah tersembunyi bagi jaringan lain: menghilangnya semua makro, kata kunci, logo, grafik, kolom, tepi, pola perusahaan; ini semua mungkin tidak sesuai dengan sistem lain.
6. Ukuran Dokumen
Resume biasanya dibaca dalam 30 detik atau kurang, jadi harus singkat, langsung ke sasaran. Jangan sia-siakan peluang memasarkan keterampilan anda. Gunakan penanda untuk informasi penting. Juga jarak paragraph, garis dan angka. Resume baku harus tidak melebihi dua halaman - empat halaman paling banyak bila anda punya banyak pengalaman profesional. Bila lebih, resume anda perlu disunting secara serius. Fokuskan pada keterampilan dan pengalaman saat ini; anda dapat menyediakan rincian hanya bila diminta, atau pada waktu wawancara.
7. Dijamin terbaca & Mudah dibaca
• Tak ada kesalahan huruf atau ejaan pada resume anda. Bila menggunakan angka, anda harus periksa kembali peletakan desimal atau angka nol. Tanda baca dan format tanggal harus konsisten. Sebagai contoh, bila anda menulis “25 February 2005” di suatu sesi, jangan menulis “February 25, 2005” di sesi lain.
• Resume anda harus juga enak dipandang; pengaturan resume yang sembarangan dan berantakan mencerminkan betapa malangnya anda. Jadi, buatlah agar mudah dibaca dengan memberi jarak, huruf tidak lebih kecil dari ukuran 10, garis bawah dan huruf tebal seperlunya, hanya untuk menunjukkan informasi bermakna atau mengindikasikan perpindahan seksi.
• Setelah selesai, perlihatkan resume ke teman atau kolega anda. Dengarkan komentar dan sarannya, terutama pada betapa mudah atau betapa sulit menemukan informasi penting dalam sekilas. Pertimbangkan semua ketika menulis ulang naskah akhir anda. Mengapa harus mengorbankan karir anda dengan mempercayakannya pada perusahaan, manager ataupun agensi pekerjaan untuk menulis ulang atau memperbaiki resume anda, sederhananya mereka tak punya waktu memperbaiki kesalahan anda. Menurut majikan, menjadi tanggung jawab pencari kerja untuk berkomunikasi secara jelas; ini berarti dengan membuat permohonan email yang mudah dibaca. Kerjakan dengan baik sejak awal: memboroskan waktu majikan bukan cara memajukan karir; ini pasti tidak mengesankan mereka dengan sikap dan keterampilan berkomunikasi anda.
8. Periksa Virus
Berkas Microsoft Word dapat berisiko tertular virus serius; anda harus memeriksanya untuk mencegah penolakan oleh majikan.
9. Singkatan
Penggunaan istilah dan singkatan dalam industri merefleksikan anda terbiasa dengan bisnis majikan, tetapi jangan menjadikan resume anda sulit untuk dibaca dan sulit dipahami. Anda mungkin mengerti arti istilah atau singkatan tersebut; tetapi yang ditugaskan menyeleksi belum tentu. Untuk menghindari penolakan, cobalah menjelaskan kata-kata spesifik di dalam kurung bila tidak dipahami, seperti NDT (Non Destructive Test) dan tetap memakai singkatan terutama untuk istilah-istilah teknis.
Isi Resume
1. Keterangan Pribadi
• Mulai dengan nama dan rincian kontak anda. Informasi kontak anda harus di atas resume setelah nama anda agar memudahkan rujukan bagi pembaca. Masukkan semua rincian kontak: alamat pos, nomor telepon tetap dan genggam, nomor fax dan alamat email. Yang terakhir penting, karena di masa canggih ini, alamat email menunjukkan anda, paling tidak, paham komputer. Gunakan personal email, bukan company email.
• Untuk membebaskan ruang yang terbatas, simpanlah nama dan pekerjaan orang tua, hobi dan minat, tempat lahir, dsb. untuk wawancara.
2. Objektif Kerja
• Nyatakan objektif kerja spesifik. Berhati-hati menggunakan objektif umum seperti “bekerja pada posisi yang sesuai dengan kualifikasi saya”. Pernyataan objektif kerja yang baik dapat memperlihatkan diri anda sebagai individu yang fokus. Bila anda menanggapi suatu iklan, job objektif anda dapat sesingkat titel jabatan (misalnya “Electrical Engineer”). Tetapi, bila anda bermaksud pilihan anda terbuka untuk posisi lain dalam batas kemampuan anda, anda dapat menulis uraian umum mengenai kerja dan lingkungan perusahaan yang anda inginkan ( misalnya, “Memanfaatkan pengalaman saya yang luas dalam rekayasa untuk posisi insinyur proyek senior di perusahaan multi-budaya yang maju dan berwawasan ke depan.”).
• Jangan membebani resume anda dengan pernyataan samar seperti Aggressive, Ambitious, Competent, Creative, Detail-oriented, Determined, Efficient, Experienced, Flexible, Goal-oriented, Hard-working, Independent, Innovative, Knowledgeable, Logical, Motivated, Meticulous, People person, Professional, Reliable, Resourceful, Self-motivated, Successful, Team player, Well-organized. Sangat baik bila anda mempunyai etos kerja, tetapi sebelum anda menyatakannya di dalam resume anda, pastikan anda dapat membuktikannya.
3. Ringkasan
• Tulislah ringkasan kualifikasi. Banyak majikan menghargai resume yang jelas menyediakan ringkasan kualifikasi. Mereka terkesan bahwa pemohon mengetahui kekuatannya dengan baik, tetapi yang lebih penting, ini membantu majikan menilai kemampuan anda dalam satu paragraf.
• Ringkasan kualifikasi anda harus memuat:
? Jumlah tahun pengalaman profesional
? Bidang keahlian dan karir penting (misalnya, “pada usia 26, insinyur termuda yang di promosikan ke manager pada industri rekayasa XX”)
? Keterampilan dan kemampuan unik (misalnya, “instruktur las GTAW paruh-waktu pada Institut Pelatihan Industri XY”)
? Informasi lain tentang kualifikasi khusus yang terkait dengan pekerjaan.
• Ringkasan dimaksudkan agar kecakapan anda terlihat lebih awal. Jadi, buatlah singkat; dua atau tiga kalimat sudah cukup.
4. Riwayat Kerja
• Mulailah dengan pengalaman profesional. Bila anda bukan lulus baru, anda harus mengisi resume dengan kerangka pengalaman kerja, mulai dari yang terakhir. Diurut ke bawah semua kerja yang pernah, nama perusahaan, masa kerja, jabatan dan tanggung-jawab. Daftar jangan disensor; masukkan semua. Anda harus menyediakan waktu dan upaya agar mendapat kata kunci yang tepat dan benar dari riwayat anda; jujur bila menguraikan keterampilan dan pengalaman anda. Waktu yang anda sediakan untuk ini penting bagi kesuksesan; meskipun anda adalah kandidat terbaik, anda dapat ditolak pada tahap awal karena mengabaikan rincian keterampilan anda. Tahapan karir disajikan dalam urutan terbalik, mulai dari posisi sekarang atau terakhir. Setiap posisi harus berisi uraian singkat tanggung-jawab dan apa-apa yang telah dicapai. Urutan ke bawah secara langsung dari pengalaman kerja anda menunjukkan riwayat kerja anda yang kuat dan konsisten. Kuantitaskan pengalaman anda. Angka adalah alat yang kuat.
• Ketak-teraturan dimana anda melompat dari satu perusahaan ke yang lain dalam waktu singkat, atau tidak mencatat masa kosong, akan mengundang pertanyaan mengenai etos kerja, stabilitas, loyalitas, dsb. Jadi, jangan meninggalkan kesenjangan. Isilah dengan apa saja, meskipun di luar kerja profesional (misalnya, “2000-2003—Mengasuh Anak” atau “2001-2002—Belajar dan Bepergian”).
• Tonjolkan pencapaian nyata. Ketika menguraikan pengalaman profesional anda, jangan dipenuhi dengan uraian tanggung-jawab kerja anda semata. Uraian lengkap demikian hanya memenuhi resume; simpanlah untuk wawancara. Sebagai gantinya, tekankan pada pencapaian-pencapaian kerja. Gunakan angka, statistik dan persentase bila memungkinkan.
• Banyak majikan mencari kata atau kalimat kunci tertentu yang menjadi barometer kualifikasi kandidat potensial. Ini adalah kata kerja aktif yang menguraikan si pemohon berorientasi hasil, individu yang dinamis, cerdas, berperanserta, seperti “menyelesaikan, mencapai, menganalisis, mendelegasikan, membangun.” Dengan kata lain, uraikan kerja anda dengan kalimat aktif, bukan pasif. Mengapa harus mengatakan, misalnya “Bertanggung-jawab langsung dalam pengorganisasian proyek rekayasa ” bila anda dapat mengatakan “Pimpinan proyek rekayasa dengan anggaran 5 milyar rupiah, membawahi 6 insinyur dan 3 designer; proyek berjalan lancar dan tepat waktu dalam 3 bulan.”
5. Pendidikan
• Tekankan kesiapan pendidikan anda. Bila anda baru lulus tanpa pengalaman profesional, mulailah dengan latar belakang akademik, penghargaan, dan kegiatan ektrakurikuler. Jangan percaya bila hal tersebut tidak berpengaruh di dunia nyata; pada awalnya ada pengaruhnya.
• Latar-belakang pendidikan anda harus selalu positif dan berguna, untuk mendukung pemikiran bahwa anda telah mempersiapkan diri dengan baik menghadapi ketatnya dunia usaha.
• Sertakan keterampilan dan keahlian khusus. Hal ini penting, terutama di industri berbasis pengetahuan yang sangat bersaing. Pada resume anda, muat jabatan, waktu, tempat, dan jadwal aktivitas semua pelatihan dan pendidikan berkelanjutan, baik formal ataupun informal. Harus spesifik: jangan hanya mengatakan, “Pelatihan komputer,” bila anda dapat mengatakan, “pelatihan Visual Basic, SAP,” dsb. Bila anda fasih lebih dari satu bahasa, nyatakan juga fakta itu.
• Tidak perlu mengikutsertakan rujukan. Ini hanya memperpanjang resume, tetapi disediakan pada kertas lain yang bisa diberikan bila diminta. Gunakan kalimat baku “Rujukan tersedia bila diminta”. Tetapi bila anda mengikutsertakan rujukan, hendaknya memuat rincian kontak—terutama nomor telepon dan alamat email, dan juga waktu yang tepat untuk menghubunginya.
6. Keterlibatan Profesional & Kemasyarakatan
Majikan potensial yang memahami akan memberikan prioritas kepada orang muda yang memperlihatkan tugas akademik dan aktivitas yang terkait dengan sekolah. Posisi tanggung-jawab pada organisasi ekstra-kurikuler, profesional dan kemasyarakatan juga indikator yang dapat dipercaya mengenai kepemimpinan dan keterampilan interaksi sosial. Jadi, pastikan semua terikut dalam resume anda.
Ketika tiba saat wawancara, Bawalah ke sesi wawancara sedikitnya 2 eksemplar resume lengkap dan dokumen pendukungnya disertai dokumen-dokumen asli untuk tujuan pengesahan (check & recheck), seperti ijazah termasuk sertifikat keahlihan atau pelatihan, surat pengalaman kerja, dsb. Juga sedikitnya 4 lembar pasfoto 4 x 6 cm yang terbaru. Gunakan printer laser. Saat ini dengan layanan cetak laser yang tersedia bahkan di penyewaan komputer di dekat rumah anda, tinggalkan pencetakan resume dengan jet ink, karena mudah luntur dan berceceran. Pastikan hasil cetak tak bergeser, terpercik atau huruf tak jelas. Akhirnya, gunakan kertas putih atau berwarna muda yang bermutu baik. Silakan hias rumah anda, bukan resume anda. Jadi, jangan menggunakan warna norak seperti biru atau hijau, atau dihiasi grafik dan gambar; tetaplah sederhana dan langsung.
Dr. Rudy Kastono
Bina Adidaya Mandiri (BAM) International
Perkantoran Taman Pondok Kelapa A/14, Jakarta 13450
Tel. +62-21-8656085 - Fax. +62-21-8650401
Email: bamint_l@yahoo.com
http://groups.yahoo.com/group/BAM-International
http://groups.google.com/group/BAM-International
Meskipun anda adalah kandidat terbaik,
anda dapat ditolak pada tahap awal karena mengabaikan rincian keterampilan anda.
Fakta
• Lebih dari 60% resume ditolak pada menit pertama karena majikan tak dapat membuka resume, ejaan yang buruk, atau penyajian pemohon dibawah nilai baku.
• Lebih dari 80% pemohon hanya mengirimkan resume begitu saja dan berharap mendapatkan yang terbaik. Mereka kurang pengetahuan yang dibutuhkan, terlalu sibuk, atau terlalu malas berupaya agar permohonannya dibuat benar sejak awal.
Kiat ini ditujukan untuk membekalkan saran umum kepada anda sebagai kandidat potensial mengenai bagaimana memenangkan penulisan email resume, disusun dari pertimbangan praktis dan pendapat pakar.
Persiapan
1. Kualifikasi
Baca dengan teliti sebelum anda menjawab iklan tawaran kerja. Apakah persyaratan kerjanya cocok dengan kualifikasi anda?
2. Upaya Memasarkan
• Menulis resume adalah, pada akhirnya, suatu upaya memasarkan. Ini cara mengiklankan dan memperlihatkan diri anda di pasar yang dipenuhi oleh pekerja-pekerja berketerampilan dan berpengalaman yang setara atau lebih baik dari anda. Setiap pencari kerja yang berpengalaman mengetahui bahwa resume yang baik adalah kunci panggilan ke wawancara, dan pada akhirnya dipekerjakan. Selain meringkaskan kemampuan, pengalaman, pendidikan, suatu resume harus memperlihatkan nilai jual unik diri anda sehingga majikan potensial ingin mengenal anda lebih baik.
• Rahasia suatu resume yang menawan adalah cocok terhadap kerja yang ditawarkan dan posisi yang dibutuhkan. Resume yang dibuat sesuai kebutuhan lebih berdampak daripada satu resume untuk semua kebutuhan. Ingatlah, resume anda tidak dimaksudkan agar anda mendapat kerja. Misinya hanya agar anda dipanggil wawancara yang selanjutnya diharapkan akan mengantarkan ke tawaran kerja.
• Kumpulkan bahan-bahan anda. Mulailah dengan menuliskan semuanya, rincian kontak, riwayat kerja dan pencapaian, latarbelakang akademik, kehadiran pada seminar, penghargaan yang diterima, keterampilan dan keahlian, rincian pribadi, dsb. Pada titik ini jangan dipusingkan oleh penyusunannya; hanya pastikan segala yang utama, bermakna dan berkaitan tak ada yang luput. Berikan perhatian pada waktu dan tempat, masa kerja, karena kesalahan di sini dapat meninggalkan kesan anda ceroboh, kacau dan berbohong.
3. Resume vs. Curriculum Vita
Bila anda melamar kerja di dunia industri, gunakan istilah RESUME. Kerangka format resume adalah sebagai berikut:
• Keterangan Identitas Pribadi
• Objektif Kerja
• Ringkasan
• Riwayat Kerja
• Pendidikan
• Keterlibatan Profesional
• Keterlibatan Masyarakat
Catatan:
Curriculum vita (jamak: curriculum vitae) seringkali dipertukarkan dengan resume. Tetapi, menurut definisi, curriculum vita mengacu pada kerangka rinci, panjang dan terstruktur dari latar belakang pendidikan, publikasi, proyek-proyek, penghargaan dan riwayat kerja. Ini bisa mencapai 20 halaman, ditujukan untuk pendidik dan ilmuwan yang membanggakan status akademik dan profesinya untuk mencari posisi di dunia pendidikan atau riset. Berikut adalah format yang disarankan untuk curriculum vita:
• Keterangan Pribadi
• Pendidikan
• Publikasi
• Proyek-proyek
• Penghargaan
• Riwayat Kerja
4. Format Berkas
Upayakan sederhana. Kebanyakan reaksi majikan terhadap dokumen rumit yang butuh beberapa menit untuk membukanya akan dikesampingkan atau lebih buruk lagi dihapus. Resume yang butuh 10 menit waktu yang berharga untuk diformat ulang sebelum diambil atau dilihat dapat dipastikan pergi ke dasar tumpukan, atau langsung ke keranjang sampah. Cobalah mengunakan format yang kurang rumit untuk mengatasi masalah ini. Para ahli menyarankan penggunaan format ASCII (American Standard Code for Information Interchange) karena PC, Macintosh, UNIX workstations dan terminal mainframe, secara universal mengenalinya. Tiga format ASCII yang umum dikenal adalah teks sederhana – dicirikan oleh akhiran .TXT, teks diperkaya - dicirikan oleh akhiran .RTF dan hiperteks – dicirikan oleh akhiran .HTM or .HTML.
5. Lampiran
• Bila anda diminta mengirimkan melalui e-mail, selalu pindahkan resume anda ke kolom pesan e-mail. Meskipun kebanyakan format seperti huruf tebal, miring dan garis bawah hilang pada resume elektronik, anda dapat menggunakan huruf besar, tanda kutip, dan bahkan bintang, untuk menegaskan judul dan kata penting. Lampiran tak selalu disarankan, bukan karena sistem operasi penerima tak dapat membacanya, juga karena kebanyakan majikan takut ikut menarik virus komputer.
• Tetapi, bila anda harus melampirkan, lebih baik diformat dengan MS Word. Lalu resume disimpan sebagai nama anda seperti rudykastono.doc, bukan resume.doc ataupun cv.doc. Gabung surat lamaran & resume pada satu lampiran, ini membuat email cepat dibaca, mengapa harus mengambil risiko kedua dokumen terpisah.
• Hindari penggunaan .JPG, atau .PDF karena membutuhkan software khusus untuk membacanya. Beberapa komputer penerima mungkin tidak mengenali format ini. Disamping itu, editor akan kesulitan menyunting resume anda.
• Berhati-hati bila menyusun resume pada jaringan komputer perusahaan anda. Mungkin di berkas anda tersimpan masalah tersembunyi bagi jaringan lain: menghilangnya semua makro, kata kunci, logo, grafik, kolom, tepi, pola perusahaan; ini semua mungkin tidak sesuai dengan sistem lain.
6. Ukuran Dokumen
Resume biasanya dibaca dalam 30 detik atau kurang, jadi harus singkat, langsung ke sasaran. Jangan sia-siakan peluang memasarkan keterampilan anda. Gunakan penanda untuk informasi penting. Juga jarak paragraph, garis dan angka. Resume baku harus tidak melebihi dua halaman - empat halaman paling banyak bila anda punya banyak pengalaman profesional. Bila lebih, resume anda perlu disunting secara serius. Fokuskan pada keterampilan dan pengalaman saat ini; anda dapat menyediakan rincian hanya bila diminta, atau pada waktu wawancara.
7. Dijamin terbaca & Mudah dibaca
• Tak ada kesalahan huruf atau ejaan pada resume anda. Bila menggunakan angka, anda harus periksa kembali peletakan desimal atau angka nol. Tanda baca dan format tanggal harus konsisten. Sebagai contoh, bila anda menulis “25 February 2005” di suatu sesi, jangan menulis “February 25, 2005” di sesi lain.
• Resume anda harus juga enak dipandang; pengaturan resume yang sembarangan dan berantakan mencerminkan betapa malangnya anda. Jadi, buatlah agar mudah dibaca dengan memberi jarak, huruf tidak lebih kecil dari ukuran 10, garis bawah dan huruf tebal seperlunya, hanya untuk menunjukkan informasi bermakna atau mengindikasikan perpindahan seksi.
• Setelah selesai, perlihatkan resume ke teman atau kolega anda. Dengarkan komentar dan sarannya, terutama pada betapa mudah atau betapa sulit menemukan informasi penting dalam sekilas. Pertimbangkan semua ketika menulis ulang naskah akhir anda. Mengapa harus mengorbankan karir anda dengan mempercayakannya pada perusahaan, manager ataupun agensi pekerjaan untuk menulis ulang atau memperbaiki resume anda, sederhananya mereka tak punya waktu memperbaiki kesalahan anda. Menurut majikan, menjadi tanggung jawab pencari kerja untuk berkomunikasi secara jelas; ini berarti dengan membuat permohonan email yang mudah dibaca. Kerjakan dengan baik sejak awal: memboroskan waktu majikan bukan cara memajukan karir; ini pasti tidak mengesankan mereka dengan sikap dan keterampilan berkomunikasi anda.
8. Periksa Virus
Berkas Microsoft Word dapat berisiko tertular virus serius; anda harus memeriksanya untuk mencegah penolakan oleh majikan.
9. Singkatan
Penggunaan istilah dan singkatan dalam industri merefleksikan anda terbiasa dengan bisnis majikan, tetapi jangan menjadikan resume anda sulit untuk dibaca dan sulit dipahami. Anda mungkin mengerti arti istilah atau singkatan tersebut; tetapi yang ditugaskan menyeleksi belum tentu. Untuk menghindari penolakan, cobalah menjelaskan kata-kata spesifik di dalam kurung bila tidak dipahami, seperti NDT (Non Destructive Test) dan tetap memakai singkatan terutama untuk istilah-istilah teknis.
Isi Resume
1. Keterangan Pribadi
• Mulai dengan nama dan rincian kontak anda. Informasi kontak anda harus di atas resume setelah nama anda agar memudahkan rujukan bagi pembaca. Masukkan semua rincian kontak: alamat pos, nomor telepon tetap dan genggam, nomor fax dan alamat email. Yang terakhir penting, karena di masa canggih ini, alamat email menunjukkan anda, paling tidak, paham komputer. Gunakan personal email, bukan company email.
• Untuk membebaskan ruang yang terbatas, simpanlah nama dan pekerjaan orang tua, hobi dan minat, tempat lahir, dsb. untuk wawancara.
2. Objektif Kerja
• Nyatakan objektif kerja spesifik. Berhati-hati menggunakan objektif umum seperti “bekerja pada posisi yang sesuai dengan kualifikasi saya”. Pernyataan objektif kerja yang baik dapat memperlihatkan diri anda sebagai individu yang fokus. Bila anda menanggapi suatu iklan, job objektif anda dapat sesingkat titel jabatan (misalnya “Electrical Engineer”). Tetapi, bila anda bermaksud pilihan anda terbuka untuk posisi lain dalam batas kemampuan anda, anda dapat menulis uraian umum mengenai kerja dan lingkungan perusahaan yang anda inginkan ( misalnya, “Memanfaatkan pengalaman saya yang luas dalam rekayasa untuk posisi insinyur proyek senior di perusahaan multi-budaya yang maju dan berwawasan ke depan.”).
• Jangan membebani resume anda dengan pernyataan samar seperti Aggressive, Ambitious, Competent, Creative, Detail-oriented, Determined, Efficient, Experienced, Flexible, Goal-oriented, Hard-working, Independent, Innovative, Knowledgeable, Logical, Motivated, Meticulous, People person, Professional, Reliable, Resourceful, Self-motivated, Successful, Team player, Well-organized. Sangat baik bila anda mempunyai etos kerja, tetapi sebelum anda menyatakannya di dalam resume anda, pastikan anda dapat membuktikannya.
3. Ringkasan
• Tulislah ringkasan kualifikasi. Banyak majikan menghargai resume yang jelas menyediakan ringkasan kualifikasi. Mereka terkesan bahwa pemohon mengetahui kekuatannya dengan baik, tetapi yang lebih penting, ini membantu majikan menilai kemampuan anda dalam satu paragraf.
• Ringkasan kualifikasi anda harus memuat:
? Jumlah tahun pengalaman profesional
? Bidang keahlian dan karir penting (misalnya, “pada usia 26, insinyur termuda yang di promosikan ke manager pada industri rekayasa XX”)
? Keterampilan dan kemampuan unik (misalnya, “instruktur las GTAW paruh-waktu pada Institut Pelatihan Industri XY”)
? Informasi lain tentang kualifikasi khusus yang terkait dengan pekerjaan.
• Ringkasan dimaksudkan agar kecakapan anda terlihat lebih awal. Jadi, buatlah singkat; dua atau tiga kalimat sudah cukup.
4. Riwayat Kerja
• Mulailah dengan pengalaman profesional. Bila anda bukan lulus baru, anda harus mengisi resume dengan kerangka pengalaman kerja, mulai dari yang terakhir. Diurut ke bawah semua kerja yang pernah, nama perusahaan, masa kerja, jabatan dan tanggung-jawab. Daftar jangan disensor; masukkan semua. Anda harus menyediakan waktu dan upaya agar mendapat kata kunci yang tepat dan benar dari riwayat anda; jujur bila menguraikan keterampilan dan pengalaman anda. Waktu yang anda sediakan untuk ini penting bagi kesuksesan; meskipun anda adalah kandidat terbaik, anda dapat ditolak pada tahap awal karena mengabaikan rincian keterampilan anda. Tahapan karir disajikan dalam urutan terbalik, mulai dari posisi sekarang atau terakhir. Setiap posisi harus berisi uraian singkat tanggung-jawab dan apa-apa yang telah dicapai. Urutan ke bawah secara langsung dari pengalaman kerja anda menunjukkan riwayat kerja anda yang kuat dan konsisten. Kuantitaskan pengalaman anda. Angka adalah alat yang kuat.
• Ketak-teraturan dimana anda melompat dari satu perusahaan ke yang lain dalam waktu singkat, atau tidak mencatat masa kosong, akan mengundang pertanyaan mengenai etos kerja, stabilitas, loyalitas, dsb. Jadi, jangan meninggalkan kesenjangan. Isilah dengan apa saja, meskipun di luar kerja profesional (misalnya, “2000-2003—Mengasuh Anak” atau “2001-2002—Belajar dan Bepergian”).
• Tonjolkan pencapaian nyata. Ketika menguraikan pengalaman profesional anda, jangan dipenuhi dengan uraian tanggung-jawab kerja anda semata. Uraian lengkap demikian hanya memenuhi resume; simpanlah untuk wawancara. Sebagai gantinya, tekankan pada pencapaian-pencapaian kerja. Gunakan angka, statistik dan persentase bila memungkinkan.
• Banyak majikan mencari kata atau kalimat kunci tertentu yang menjadi barometer kualifikasi kandidat potensial. Ini adalah kata kerja aktif yang menguraikan si pemohon berorientasi hasil, individu yang dinamis, cerdas, berperanserta, seperti “menyelesaikan, mencapai, menganalisis, mendelegasikan, membangun.” Dengan kata lain, uraikan kerja anda dengan kalimat aktif, bukan pasif. Mengapa harus mengatakan, misalnya “Bertanggung-jawab langsung dalam pengorganisasian proyek rekayasa ” bila anda dapat mengatakan “Pimpinan proyek rekayasa dengan anggaran 5 milyar rupiah, membawahi 6 insinyur dan 3 designer; proyek berjalan lancar dan tepat waktu dalam 3 bulan.”
5. Pendidikan
• Tekankan kesiapan pendidikan anda. Bila anda baru lulus tanpa pengalaman profesional, mulailah dengan latar belakang akademik, penghargaan, dan kegiatan ektrakurikuler. Jangan percaya bila hal tersebut tidak berpengaruh di dunia nyata; pada awalnya ada pengaruhnya.
• Latar-belakang pendidikan anda harus selalu positif dan berguna, untuk mendukung pemikiran bahwa anda telah mempersiapkan diri dengan baik menghadapi ketatnya dunia usaha.
• Sertakan keterampilan dan keahlian khusus. Hal ini penting, terutama di industri berbasis pengetahuan yang sangat bersaing. Pada resume anda, muat jabatan, waktu, tempat, dan jadwal aktivitas semua pelatihan dan pendidikan berkelanjutan, baik formal ataupun informal. Harus spesifik: jangan hanya mengatakan, “Pelatihan komputer,” bila anda dapat mengatakan, “pelatihan Visual Basic, SAP,” dsb. Bila anda fasih lebih dari satu bahasa, nyatakan juga fakta itu.
• Tidak perlu mengikutsertakan rujukan. Ini hanya memperpanjang resume, tetapi disediakan pada kertas lain yang bisa diberikan bila diminta. Gunakan kalimat baku “Rujukan tersedia bila diminta”. Tetapi bila anda mengikutsertakan rujukan, hendaknya memuat rincian kontak—terutama nomor telepon dan alamat email, dan juga waktu yang tepat untuk menghubunginya.
6. Keterlibatan Profesional & Kemasyarakatan
Majikan potensial yang memahami akan memberikan prioritas kepada orang muda yang memperlihatkan tugas akademik dan aktivitas yang terkait dengan sekolah. Posisi tanggung-jawab pada organisasi ekstra-kurikuler, profesional dan kemasyarakatan juga indikator yang dapat dipercaya mengenai kepemimpinan dan keterampilan interaksi sosial. Jadi, pastikan semua terikut dalam resume anda.
Ketika tiba saat wawancara, Bawalah ke sesi wawancara sedikitnya 2 eksemplar resume lengkap dan dokumen pendukungnya disertai dokumen-dokumen asli untuk tujuan pengesahan (check & recheck), seperti ijazah termasuk sertifikat keahlihan atau pelatihan, surat pengalaman kerja, dsb. Juga sedikitnya 4 lembar pasfoto 4 x 6 cm yang terbaru. Gunakan printer laser. Saat ini dengan layanan cetak laser yang tersedia bahkan di penyewaan komputer di dekat rumah anda, tinggalkan pencetakan resume dengan jet ink, karena mudah luntur dan berceceran. Pastikan hasil cetak tak bergeser, terpercik atau huruf tak jelas. Akhirnya, gunakan kertas putih atau berwarna muda yang bermutu baik. Silakan hias rumah anda, bukan resume anda. Jadi, jangan menggunakan warna norak seperti biru atau hijau, atau dihiasi grafik dan gambar; tetaplah sederhana dan langsung.
Dr. Rudy Kastono
Bina Adidaya Mandiri (BAM) International
Perkantoran Taman Pondok Kelapa A/14, Jakarta 13450
Tel. +62-21-8656085 - Fax. +62-21-8650401
Email: bamint_l@yahoo.com
http://groups.yahoo.com/group/BAM-International
http://groups.google.com/group/BAM-International
Subscribe to:
Posts (Atom)