Translate

Thursday, February 28, 2019

Reverse Coaching ... (Learning from Younger Generations).

Reverse Coaching ...
(Learning from Younger Generations).

Saya mengenal seorang CEO yang rajin sekali belajar dari pegawainya.
Setiap kali ada waktu kosong pasti dia bilang ke sekretarisnya untuk memanggil seorang karyawannya yang masih junior dan muda. Kemudian sang CEO akan meminta karyawan selama 1 jam untuk mengajarinya tentang konsep konsep seperti digital marketing, fintech, digital banking, IT security ... dan lain lain.
Dengan gaya humornya yang khas sang CEO biasanya akan berkata,"Make me look smart in front of the journalist".
Dan dia melakukan hal ini hampir setiap minggu.

Pertama tama mungkin ada yang kebingungan, mengapa seorang CEO (yang mestinya sudah pinter banget dan menguasai banyak hal) masih merasa perlu belajar dari yang muda? 

Well, jawabnya adalah tidak perduli setinggi apapun level anda pasti ada saja bidang bidang yang masih baru dan bisa saja anda pelajari. (Lihat contoh dari daftar topik yang saya sebutkan di atas). 

Kedua, pada saat kita merekrut banyak karyawan baru, bukankah mereka juga membawa banyak sekali skills dan knowledge baru yang tadinya tidak dipunyai di perusahaan anda.
Alangkah sayangnya kalau hal ini tidak dimanfaatkan. 
What  a waste.
Padahal kalau kita belajar dari mereka, bayangkan betapa banyaknya knowledge baru yang kita dapatkan. 

Selama ini kita selalu beranggapan bahwa yang tua selalu lebih banyak pengalaman dan lebih pinter. 
Mungkin itu benar.
Tapi bukankah sepintar apapun kita masih tetap ada saja pengetahuan baru yang belum kita miliki dan kita bisa belajar dari generasi yang lebih muda?

Kemudian, kita seringkali melihat betapa susahnya orang yang datang dari luar untuk beradaptasi dan berintegrasi di lingkungan perusahaan yang baru.
Sepertinya semua orang (termasuk bawahannya) mencibir dan berkata,"Come on, show us how good you are.... we want to see you fail"
Padahal kalau perusahaan merekrut dia kan berarti perusahaan melihat kebutuhan yang harus diisi. Dan mestinya semua akan membantu yang baru dan senang melihat dia sukses. 
Sayang sekali yang terkadi kadang-kadang bukan seperti itu.
Dan akibatnya seringkali orang baru merasa tidak betah dan kemudian demotivasi, kemudian gagal di pekerkaannya sebelum akhirnya memutuskan keluar juga. 
Dan semua orang , terutama perusahaan akan mengalami kerugian (baik uang maupun waktu).

Nah, dengan melakukan reverse coaching seperti yang dilakukan CEO di atas, where we ask the younger or the new comer, to share his knowledge or experience, we will build a strong cohesiveness that will create a much stronger team work.

So, basically the benefits of reverse coaching are:
- for the coachee to get more knowledge in the new area that he is not familiar with
- for the coach so he can get the access to the senior leader or the people who have been in the company for much longer
- for the team and the company to build a much stronger cohesiveness and collaboration.

Saya jadi bertanya tanya berapa CEO di Indonesia yang melakukan hal ini? Dan sebenarnya tidak usah setinggi CEO. Semua level juga bisa melakukan hal ini. Mau level CEO, General Manager, Vice President, 
Manager atau level apapun pasti bisa melakukan reverse coaching ini dengan seseorang yang lebih muda.

Berikut ini adalah 5 langkah untuk melakukan reverse coaching:
1) identify the areas that you need to learn
2) identify the persons with whom you can learn about that new knowledge
3) ask the person nicely and with respect (remember even though you are the senior, but you are the one asking for help)
4) Focus and listen during your coaching session. Throw your gadget and email away. The person is willing and committed to help you. You want to show respect . Looking every 3 minutes to your gadget IS NOT RESPECT.

5) Say thank you in the end of the session and offer him your time also if he needs coaching on other topics.

In the end of the day, for your personal development, you have to learn news things everyday:
- learning from books
- learning online
- learning from experince at work
- learning from our seniors
- and also learning from our juniors
...

Warm regards

Pambudi Sunarsihanto

Fanky Christian
IT Infrastructure Specialist
Smartcityindo.com
StartSmeUp.Id

Chairman DPD DKI APTIKNAS
Vice Chairman ASISINDO
Secretary ACCI

AI predictions for 2019

Story telling in business

Saturday, February 16, 2019

Technologies in enterprise

Worldwide Cloud IT Infrastructure Market Forecast - IDC 2018

Market of artificial intelligence services by 2025

Wheel of disruption

4 cara tingkatkan Sales

THE FIVE LEVELS OF LEADERSHIP

THE FIVE LEVELS OF LEADERSHIP

(LIMA LEVEL KEPEMIMPINAN)

Sabtu pagi yang cerah, saya masih hobby menyetir sendiri. Dan pagi itu saya trip bersama beberapa teman, saya diundang ke Bandung untuk menjadi dosen tamu di sebuah perguruan tinggi ternama.
Saya suka berangkat jam 4 pagi untuk menghindari kemacetan Cipularang. Sementara yang lain ketiduran di belakang, di kursi depan duduklah Fauzan (bukan nama aslinya) yang menemani perjalanan saya.
Fauzan masih muda dan baru meniti kariernya di bidang Human Resources. Dia saat ini bekerja di sebuah perusahaan asing, dan mempunyai prospek karier yang sangat menjanjikan.
Dan Fauzan pun memulai pertanyaannya," Saya kan baru memulai karier saya ... Jadi saya ingin menanyakan nih dari awal. Sebenarnya bagaimana sih caranya untuk menjadi leader yang baik itu"
Fauzan menambahkan," Soalnya kok banyak banget yang bermasalah dengan bossnya. Saya punya masalah dengan boss  saya yang suka uring uringan. Teman saya punya masalah dengan bossnya yang pemarah. Ada lagi yang bermasalah dengan bossnya yang perfectionist dan menuntut terlalu tinggi. Memang mungkin gak sih sebenarnya jadi leader yang baik itu? Dan bagaimana?"

Fauzan berhenti sejenak dan meneguk botol Aqua kecil di depannya.

Pertanyaan Fauzan tentang leadership mengingatkan saya pada salah satu buku koleksi saya yang dikarang oleh John Maxwell "The Five level of Leadership."
Buku itu menerangkan dengan jelas konsep leadership.
Kita bahas di sini yuk ...anggap saja sebagai bedah buku.

Menurut John Maxwell, Leadership itu melalui 5 level....

1. Level 1 ( POSITION)

Maksudnya seseorang menjadi leader di posisi ini , dan tentunya semua orang wajib memandang dia sebagai leader karena posisinya.
Unfortunately, mungkin pada level ini, tim menganggap dia sebagai leader hanya karena dia yang ditunjuk oleh manajemen untuk menempati.
Akibatnya anak buahnya sering ogah-ogahan dan hanya melakukan apa yang memang seharusnya dilakukan tanpa ingin melebihi itu (padahal kita mengharapkan semua orang melakukan extra milles).
Jadi sebaiknya seorang leader melangkah dari Level 1 ke Level 2.

2. Level 2 (RELATIONSHIP)

Pada level 2 ini tim mulai menyukai leadernya karena orangnya baik (he is very nice). Senyum dan baik pada semua orang. Jadi semua orang juga menyukai dia. Sayangnya anda hanya bisa stay di posisi ini untuk beberapa lama saja. Setelah itu anda kan tidak bisa bertahan lama di situ hanya karena anda baik dan mempunyai hubungan baik dengan semua orang. You have to bring the result ..
That's why you have to move to the next level ...

3. LEVEL 3 (RESULT)

Pada level ini, orang orang di sekilingnya menghormati leader karena dia memang menghasilkan result dan business impact yang significant untuk bisnis.
Semuanya mulai memandang dan berfikir,"Wah ... ternyata leader ini productive juga ya ... dan ternyata performance dan resultnya bagus"

Voila ...., pada level ini
1. Anda mendapatkan posisinya
2. Anda disukai orang
3. Anda menghasilkan sesuatu yang berarti bagi perusahaan.

Keren kan? Eiiits, tunggu dulu... ada 2 level lagi di atasnya

4. Level 4 (PEOPLE DEVELOPER)

Pada level ini orang orang menghormati anda, karena...
- anda menempati posisi leadership
- anda baik dan disukai
- anda menghasilkan sesuatu yang sangat productive untuk perusahaan

DAN ANDA SELALU MENDIDIK DAN MENGEMBANGKAN ANAK BUAH ANDA.
(You always develop your people).
Anda mempunyai reputasi bahwa anak buah anda selalu mendapatkan promosi karena keberhasilan anda mengembangkan mereka.
Sebagian bahkan diminati oleh atasan yang lain, karena reputasi mereka.
Bravo ... you are  not only a great leader with great business result, but you are also a people developer.

5. LEVEL 5 (RESPECT)

Pada level ini, orang orang sangat menghargai anda karena anda secara konsisten dan bertahun tahun selalu melakikan perilaku yang digambarkan pada leadership level Satu, Dua, Tiga dan Empat.
Semua orang sangat menghormati anda.
Dan peribahasanya anda mampu memindahkan gunung tanpa menyentuhnya ( moving the mountain without touching it).
That's leadership through influence. You can influence and mobilize people to go to the same direction, and they will follow you becase of your personality, your capability, proven track record and your credibility.

Obviously, sekarang kita harus meng-assess diri kita sendiri dan menentukan di mana leadership level kita?
And wherever your level is, it is ok, because the most important thing is not to understand what your level is. The most important is to create action plan and implement it so you can move from one level to the next level.

Jadi ingat ya ... lima level of Leadership yang dituliskan oleh John Maxwell ...

1. Position
2. Relationship
3. Result
4. People Developer
5. Repect

Lets learn, assess, create our own action plan, implement and improve.

Salam Hangat

Pambudi Sunarsihanto

Fanky Christian
IT Infrastructure Specialist
Smartcityindo.com
StartSmeUp.Id

Chairman DPD DKI APTIKNAS
Vice Chairman ASISINDO
Secretary ACCI

Apakah GDPR

What has limited the widespread consumer adoption of mobile and digital health tools

6 Digital transformation trends in automotive industry - #industry4

Industrial IoT