Translate

Sunday, April 28, 2019

Smart Factory by PwC

Perlunya reskilling atau upskilling di 2019



Data dari WEF 2018 di atas menunjukkan hal yang sangat penting. Seiring dengan perkembangan teknologi dan industri 4.0, terutama di Indonesia. Kita harus menyiapkan diri.

Karena 54% dari semua karyawan menunjukkan perlunya peningkatan kemampuan, baik dalam bentuk reskilling ataupun upskilling.

Dan training harus dilakukan dalam 6 bulan sejumlah 35%, jumlah yang sangat besar.
Dimana 9% perlu reskilling dalam waktu 6-12 bulan ke depan, dan terakhir 10% perlu tambahan skill training dalam waktu 1 tahun lebih.

Jadi tunggu apa lagi, sangat penting untuk reskilling dan upskilling tim anda.

Saturday, April 20, 2019

5 steps Content Marketing Checklist

BUILD YOUR COURAGE


BUILD YOUR COURAGE
(Membangun keberanian anda)

Namanya Aisha, hari itu dia bertemu saya di sebuah restaurant di Kuningan City.
Aisha saat ini bekerja dengan  posisi senior di sebuah IT consulting ternama. Dan sekarang dia mendapatkan ide bisnis yang cemerlang yang ingin dia jalankan sebagai enterpreneur. Apalagi dia mendapatkan banyak support dan dukungan dari keluarganya. 
The timing cannot be more perfect. So she will do it!

Saya kagum pada keberanian Aisha, saya tahu banyak sekali yang ragu-ragu memulai perualangan baru menjadi enterpreneur, saya pun bertanya,"Are you sure about your decision?"

"Yes I do," kata Aisha dengan senyum manis di bibir pink (alami) nya yang merekah.
"I have been dreaming about this for some times, and I know the timing is right"

Aisha meneruskan ceritanya,"Saya sudah bermimpi tentang ini sekian lama. Dan kemudian tiba-tiba saya mendengar sebuah quote - The salary is a drug that a company give you to kill your dream-"

Suddenly Aisha woke up and and she realized that she had to do something to achieve her dream.

Aisha punya keberanian, sementara banyak orang yang ketakutan dan terus bertanya-tanya,"Beranikan saya  melakukan itu?
Bagaimana kalau saya gagal? Bagaimana kalau saya bangkrut?"

Ternyata banyak yang seringkali ketakutan pada saat mau memulai petualangan.
Saya pernah mengalami pindah negara selama 7 kali, dan setiap kali saya masih juga deg-degan pada awalnya. Apakah saya (dan keluarga saya) akan bisa menyesuaikan diri dengan local culture?
Saya juga pernah pindah ke lima perusahaan yang berbeda, dan setiap kali saya juga masih deg-degan. Tetapi seperti Aisha, I did it anyway. Sometimes I succeed, sometimes I learn!

Felix Baumgartner adalah seorang penerjun bebas. Ia mencetak rekor dunia setelah terjun dari ketinggian 39 kilometer (128000 ft), mencapai kecepatan 1342 kilometer per jam (834 mph).Ia juga terkenal karena aksi yang ia lakukan sepanjang kariernya. Felix pernah melompat dari Gedung Petronas di KL,  Patung Yesus Kristus di Rio de Jenario dan menjadi manusia pertama yang mengalahkan kecepatan suara tanpa menggunakan mesin apapun.

Felix bilang,"Pada saat saya siap terjun, detik terakhir adalah detik yang paling menegangkan. Saat itu saya masih bisa memutuskan untuk terus terjun atau batal. Kemudian saya teruskan untuk terjun. Dan saya terjun dengan kecepatan yang makin lama makin tinggi. Kemudian saya membuka parasut saya, dan saya mendarat di tanah , ternyata saya masih hidup. Saya pun melihat ke langit di atas sana.
That's the total freedom.

Feeling yang sama dialami oleh Aisha pada saat Aisha akan memulai petualangan barunya sebagai enterpreneur, atau waktu saya pindah dari satu negara ke negara lain!

You need the courage to progress in your life!
Anda memerlukan keberanian untuk mencapai kemajuan dalam hidup anda!
Tanpa keberanian, anda akan jalan di tempat, ketinggalan karier oleh kolega anda, dan pelan-pelan kompetensi (dan peran anda) menjadi tidak relevant!

Jadi bagaimana kita bisa membangun dan membentuk keberanian itu? Kita coba ikuti beberapa rekomendasi di bawah ini:

a) DEFINE YOUR DREAM

Michelangelo once said, "The greater danger for most of us lies not in setting our aim too high and falling short; but in setting our aim too low, and achieving our mark." Padahal banyak di antara kita yang takut bermimpi terlalu tinggi dan kecewa karena tidak mencapainya.

Mulailah dengan menggambarkan mimpi anda sendiri.
Dan pikirkan apa yang harus anda lakukan untuk mencapainya.

b) Break Your Big Vision Into Small Steps

Martin Luther King Jr pernah berkata, "Anda tidak usah membayangkan ujung tangga di atas sana. Anda hanya perlu melihat dan menaiki anak tangga berikutnya"

Jadi, pada saat anda harus mencapai tujuan anda, jangan berfikir bahwa anda harus mengetahui semua yang harus anda lakukan pada langkah pertama.
Yang penting adalah mengetahui arah (direction) yang anda ingin lalui.

Once you know the direction, then think about what you would like to be doing 12 months from now that would move you toward it. Then think about what you'd be doing six months from now. Then two months from now. Then two weeks from now. Then tomorrow.  Then today.

 c) Walk With Giants

Orang-orang di sekeliling anda mempunyai pengaruh yang sangat besar pada bagaimana anda melihat diri anda, tantangan anda dan dunia sekeliling anda.

Kalau anda ingin mencapai cita-cita yang tinggi, anda harus mengelilingi diri anda sendiri dengan orang-orang yang juga bercita-cita tingi dan berambisi.

Kalau anda ingin menjadi singa, jangan  berkumpul dengan tikus!

Hindarilah orang-orang yang berfikiran  negative dan membuat anda pesimis dan membuat anda meninggalkan mimpi anda!

d) Train The Brave , everyday

Keberanian itu seperti otot yang bisa dilatih. Semakin anda berlatih, maka keberanian anda semakin kuat.
Berlatihlah dengan tekun setiap hari untuk menghadapi ketakutan anda sendiri.
Carilah hal-hal yang anda takuti (ketemu boss, ketemu teman kerja yang sadis, ketemu customer yang jahat ....) dan pikirkan bagaimana anda akan menghadapi mereka. Kalau sukses teruskan. 
Kalau anda sudah berusaha dan anda tetap gagal , it is ok  , learn from it and improve yourself!

Jadi ingat keempat langkah ini untuk membangun keberanian anda sendiri memulai petualangan baru:
a) Define your dream
b) Break your vision into small steps
c) Walk with the giants
d) Train the Brave, everyday

Salam Hangat

Pambudi Sunarsihantoanky Christian
IT Infrastructure Specialist
Smartcityindo.com
StartSmeUp.Id

Chairman DPD DKI APTIKNAS
Vice Chairman ASISINDO
Secretary ACCI

Tuesday, April 09, 2019

PARENTING BY EXAMPLES

PARENTING BY EXAMPLES 
(Memberikan teladan yang baik bagi anak-anak kita)

Namanya Dian, seorang ibu rumah tangga dengan tiga anak yang pintar, dan seorang suami yang sukses dalam kariernya. Hari itu kami makan malam di sebuah cafe Perancis di Mega Kuningan.

Saya sangat kagum pada self confidence Dian. Malam itu dia tampil dengan gaun sederhana dan wajah polos tanpa make up sedikitpun. Rambutnya tergerai panjang melengkapi kecantikan alaminya.

Saya bertanya,"Dian, kayaknya happy banget ya? Suaminya sukses di karier, dan tiga anak yang pintar di sekolahnya. How did you do that?"
Dian terkejut,"Kok tanya sama gua? Tanya sama suami dan anak-anak gua dong. You should ask them how did they do that"

Saya menyela,"Tentu saja karena saya tahu di belakang suami yang sukses ada istri yang sangat cerdas!"
Dian menyambung,"Sebenarnya sederhana saja kok. Saya sangat mengerti  bahwa pada sebuah pertuniukan yang sukses ada aktor-aktor yang bermain di depan panggung. Tetapi ada juga tim yang luar biasa yang bermain di belakang panggung. Problemnya terjadi pada saat semua berebut posisi di depan panggung. 
Saya memilih untuk memerankan peran saya di belakang panggung,
mendukung karier suami saya dan mendorong anak-anak saya agar berprestasi! It was a choice.
Dan Saya sangat bahagia dan bangga melihat mereka dengan achievement mereka!"

Wah keren banget!
Saya pun bertanya lagi,"Terus untuk mendidik anak-anak dimana Dian punya tiga anak yang berprestasi, bahkan yang pertama mendapatkan beasiswa ke Amerika, pasti peran Dian sangat penting, mengingat suami sangat sibuk dengan kariernya kan?"
Salad yang kami pesan sudah datang, pembicaraan kami terhenti sebentar.
Setelah minum Aqua (ssssst pesan sponsor nih:-), 
Dian menyambung,"Ya tetap harus dua duanya. Tetapi ya kalau memang yang satu lebih sibuk ya berarti strategy (dalam mendidik anak) harus kuat dan kemudian saya harus lebih disiplin dalam memonitor implementasi sehari/hari nya kan."

Diskusi semakin menarik, Dian bahkan sudah menggunakan kata-kata strategy dan implementasi dalam mendidik anak-anak mereka.
Sepertinya mereka menerapkan strategy bisnis dalam mendidik anak-anak mereka.
Terus sebenarnya strategy mereka apa sih?

Dian meringkasnya dalam beberapa point ini:
Develop based on strength (mengembangkan anak berdasarkan bakat mereka)
Balancing character and competence (mendidik dua aspek sama pentingnya: pengengembangan karakter dan prestasi akademis)
Encourage the children to work hard (talent/bakat itu gak penting, yang lebih penting adalah usaha dan kerja keras kita untuk mencapai sesuatu)

Salad kami sudah habis, dan sekarang kami sedang menikmati
miso soup kami.
Saya meneruskan,"Terus bagaimana memastikan bahwa strategy (mendidik anak) itu berhasil dijalankan ?"

Dian menambahkan,"Pada saat anak-anak memasuki usia remaja, they stop listening to the parents. Jadi gak ada gunanya menggurui, memberi tahu, menasihati atau memberikan petuah yang panjang-panjang. It just does not work anymore?"

"Really? Then what should we do then?"
"GIVING EXAMPLES ! Memberikan contoh. Berarti orang tua harus mengerjakan sesuatu apa yang dia akan suruh ke anaknya"
Kalau mau anak kita mencuci piring ya kita harus mencuci piring di depan mereka.
Kalau mau anak kita solat lima waktu, ya kita harus solat di depan mereka.
Kalau kita ingin anak-anak kita belajar, ya kita harus baca buku dan belajar di depan mereka!

It is called PARENTING BY EXAMPLE, menjadi orang tua yang baik dengan memberikan contoh yang baik ke anak-anak kita.
Jangan terlalu banyak memberikan petuah atau nasihat atau khotbah. Anda cukup memberikan mereka contoh yang baik. Anda hanya harus mengerjakan seusatu terlebih dahulu sebelum anda menyuruh mereka mengerjakan hal yang sama. 

"Belajar? Jadi suami Dian dan Dian juga masih belajar?"
"Ya iyalah! Suami saya di rumah masih belajar dari buku, YouTube dan audio learning setiap hari. Dan saya kuliah lagi (usia Dian yang hampir 50 tahun) , jadi setiap hari saya belajar,
mengerjakan PR dan mempersiapkan test!"
Wow! Semangatnya hebat banget!
"Mengapa Dian harus kuliah lagi?"
Dian menjawab,"Pertama,
untuk mempersiapkan diri menghadapi masa depan yang terus berubah.
Kedua, mempersiapkan kegiatan utk saya sendiri  3 tahun kedepan setelah anak anak pergi kuliah nanti. Ketiga, untuk memberi contoh dan memberi semangat agar mereka juga mau belajar karena melihat contohnya!"

Saya kagum banget pada semangatnya dan pada filosofinya. Kedengaran sangat mudah, dan mungkin sulit diterapkan, tetapi karena Dian menikmati proses  belajar itu makanya bisa dijalankan dengan konsisten.

Sebelum makan malam kami berakhir, saya menanyakan apa yang dilakukan sehari-hari Dian dan suaminya dengan anak-anaknya sehari-hari.
Sambil tersenyum, Dian menambahkan beberapa hal ini:

a) Spend time with them, listen and understand them, help them

Jangan percaya dengan spending quality time.
Pada akhirnya kita harus spend both quantity time dan quality time.
Lalui waktu bersama anak-anak anda, agar anda bisa mengenal mereka, mengerti mereka dan membantu mereka.

b) Help them to build their dream
Tugas anda  bukan mendiktekan apa yang harus mereka lakukan di masa depan.Tetapi anda berdiskusi dan membuk wawasan mereka agar anak-anak anda dapat mempunyai cita-cita mereka sendiri.

c) Teach them that if they want to achieve more than others, they will have to work harder, much harder

Begitu banyak yang mengagung-agungkan IQ atau bakat. Bahkan banyak yang menyuruh anaknya melakukan tes bakat.
Padahal sehebat apapun bakatnya , tanpa usaha dan kerja keras juga hak mungkin cita-cita anak bisa dicapai.
Jadi anak-anak kita harus bekerja keras dan cerdas (work hard and smart at the same time).

d) BUILD THE TRUST IN THE FAMILY, TRUST YOUR CHILDREN, TRUST EACH-OTHER

Banyak orang tua yang menghabiskan waktunya mengontrol dan menelpon anak anaknya setiap kali dan menanyakan mereka lagi ngapain.
Percayalah, kalau anak anda ingin melakukan sesuatu yang tidak baik, mereka akan menemukan cara untuk menyembunyikannya dari anda (they are smart, dont underestimate them).
Yang harus dilakukan adalah mendidik nilai-nilai agar mereka tahu mana yang benar dan mana yang salah, dan kemudian lepaskanlah mereka ke alam bebas dan percayalah pada mereka,

Terima kasih Dian, yang sudah memberikan ide tulisan  berdasarkan kisah nyata ini.

Salam Hangat


Pambudi Sunarsihanto

Fanky Christian
IT Infrastructure Specialist
Smartcityindo.com
StartSmeUp.Id

Chairman DPD DKI APTIKNAS
Vice Chairman ASISINDO
Secretary ACCI

10 things will became obsolete because of IoT

Future Reality

Friday, April 05, 2019

Teach Your Children to Tell A Story

Teach Your Children to Tell A Story

(Ajarkan anak-anak anda agar mereka mampu bercerita)

Sebut saja Namanya Sean. CEO di sebuah perusahaan start-up di California. Saya bertemu dengan dia seusai dia presentasi di sebuah event internasional.
Tapi saya sengaja mengajak ngobrol dengannya setelah itu. Karena saya terpukau dengan kemampuannya bercerita (story telling).
Pada saat Sean presentasi di depan ratusan orang di Los Angeles waktu itu....
- people listen to him
- people believe in him
- people remember him

Maka saya pun ingin belajar dari Sean. Dan saya bertanya, "Bagaimana presentasi mu begitu memukau dan begitu banyak orang yang terkesima?"
Sean menjawab,"Who did presentation? I did not conduct a presentation. I did a story telling."

Voila! Sekarang saya mengerti mengapa story Sean  begitu menarik ...
Sean meneruskan,"Semua orang sudah alergi mendengarkan presentasi. Semua sudah bosan melihat presentasi. Kita tidak bisa lagi menggunakan presentasi. Kita harus menggantinya dengan story telling (teknik bercerita)"

Dengan presentasi orang akan:
- bosan
- ngantuk
- buka smartphone
- gelisah
- pergi ke toilet

Sementara, siapa yang tidak tertarik dengan cerita , story telling ...
Sejak kecil sebagai manusia, memang kita suka mendengarkan cerita, apakah itu membaca novel, melihat film, melihat theater atau apapun bentuknya.
Makanya banyak leader dan marketing manager yang sudah menggunakan teknik storytelling itu untuk lead team mereka atau untuk tell a story about their brand.
Dengan story telling ...
- orang ingin mendengarkan
- orang ingin mempercayai anda
- orang penasaran ingin mendengarkan kelanjutannya
- orang ingin melakukan apa yang anda sarankan dalam cerita itu

Panteslah orang yang menggunakan story telling akan mencapai objective nya lebih effective dibandingkan yang presentasi.

Dan panteslah perusahaan-perusahaan di Amerika seperti Microsoft, P&G, Nike, Motorola, NASA, Workd  Bank dan masih banyak lagisudah mewajibkan leader-leadernya menggunakan teknik story telling dalam menyampaikan ide dan visinya.

Saya pun bertanya kepada Sean,"How did you develop your story telling ability?"
Dia menjawab,"My father teach me that"
Sean minum sparkling water di depannya kemudian meneruskan.
"Ayah saya dulu banyak menceritakan dongeng (fairy tales) ke saya waktu kecil. Banyak ayah melakukan itu. Bedanya ayah saya meminta saya mendongengkan kembali ke dia, apa yang dia ceritakan ke saya sehari sebelumnya. That's the difference!"

Sean menambahkan ,"In the end of the day it is about practice. Practice, practice, practice!"

Seperti halnya seorang pilot, semakin banyak jam terbang akan semakin hebat kemampuannya.
Bayangkan kemampuan story telling yang dia latih sejak kecil!

Saya jadi membayangkan ayah saya (the best mentor I ever had in my life), yang juga secara teratur bercerita wayang ke saya.
Saya ingat waktu kecil, ayah saya menceritakan adegan akhir perang Barata Yuda. Dia menggambarkan adegan itu dengan sangat hidup, menampilkan karakter karakter yang kuat (Bima, Duryudana, Kresna ...etc). Dan saya pun sangat memvisualisasikan hal itu. Esok paginya saya menceritakan adegan itu ke teman teman saya (waktu itu saya kelas 3 SD). Dan teman teman saya pun suka menagih cerita ke saya pada jam istirahat. Saya dengan senang hati menceritakan itu. Before I know it, ternyata kakak kakak kelas saya ikut mendengarkan. Saya waktu itu klas 3 SD, dan saya sudah mengumpulkan 60 orang sebagai audience saya. Dan seperti halnya Sean, saya juga melakukan itu secara regular, di mana ayah saya adalah sumber cerita saya, dan teman teman saya adalah Audience saya.

I learn from Sean. Ternyata "bakat" menjadi tidak begitu penting. Yang jauh lebih penting adalah "latihan" dan "kerja keras".
Semakin banyak kita bekeja  keras dan latihan akan semakin bagus kemampuan kita.
Sebaliknya semakin hebat bakat kita, tetapi kalau tidak banyak latihan dan kerja keras ya percuma saja!

Nah, karena saya bertemu Sean, saya jadi ingat bahwa saat ini hampir semua great leader yang saya kenal adalah juga seorang great story teller.
Karena kemampuan mereka untuk membangunkan mindset, vision dan membuat follower mereka bergerak menuju ke satu tujuan yang sama.

Padahal ternyata kemampuan story telling itu ternyata sebaiknya dipupuk sejak kita kecil.
Dan ini tentu mengingatkan tugas kita sebagai orang tua?
Apakah kita menyiapkan mereka sebagai great leaders?
Apalah kita menyiapkan mereka sebagai great story tellers?
Apakah kita memang menceritakan dongeng (fairy tales) kepada anak anak kita?
Apakah kita memang menyuruh anak anak kita untuk menceritakan kembali dongeng dongeng itu?
Apakah kita punya kesabaran untuk mendengarkan mereka?
Jangan jangan kita punya waktu sedikit banget dan anak anak kita menghabiskan seluruh waktu kita dengan gadget mereka?

Ok, masa depan anak anak anda ada di tangan anda sendiri.
Kita masih punya waktu untuk mendidik merekA.
Kita masih punya waktu untuk membentuk karakter mereka.
Kita masih punya waktu agar mereka menjadi great story tellers, which is one of the future requiremeng to become great leaders ....
Lets do our job!

Terus bagaimana kita mendidik anak anak kita menjadi story tellers?
Kita baca dan terapkan yuk beberapa tips di bawah ini ...

1. Tell them stories
Lead by example!
Kalau anda ingin mereka menjadi story teller, anda harus memulai dengan sering sering menceritakan dongeng kepada mereka.
Dongeng apa saja. Fairy Tales . Hans Christian Anderson. Dongeng Nusantara. Sejarah. Cerita motivasi tokoh terkenal.
Ceritakan secara teratur!

2. Ask them to repeat your story
Keesokan harinya bujuk dia untuk menceritakan cerita yang sama kepada anda.
Puji dia. Suruh dia menceritakan pelan pelan. Bantu dia mengingat bagian yang dia lupa.

3. Build a story together
Kadang kadang, ajak dia membuat (mengarang) cerita bersama sama.
Saya melakukan itu sekeluarga, dengan permainan "satu orang satu kalimat".
Saya akan mengucapkan,"Pada suatu hari , seorang pangeran pergi ke hutan"
Istri saya menambahkan,"Pangeran itu bernama William, dia tampan, dan naik kuda putih ke mana mana"
Ilma, anak saya pertama menambahkan,"Hari itu Kudanya berlari menuju telaga"
Nadia meneruskan,"Tetapi ternyata air telaga itu beracun"
Adrian, anak saya yang ketiga menambahkan,"Kudanya mati. Pangeran pun kebingungan di pinggir telaga"
Kembali ke giliran saya lagi," Dari kejauhan, datanglah seekor singa"

Saya rasa di sini anda sudah tahu maksudnya. Build the story together. Bisa dua orang, tiga orang atau lima orang, terserah.
Intinya bagaimana anda membangun sebuah cerita bersama sama.

4. Develop a strong character in the story

Cerita yang bagus selalu diawali dengan seorang karakter yang kuat (Raksasa jahat, pangeran tampan, putri yang baik hati, anjing yang lucu)
Karaker itu akan membuat cerita anda lebih hidup.

5. Visualize the story
Visualisasikan cerita anda. Tambahkan hutan, danau, rumah yang tua, pasar yang ramai, atau airport yang bising.

6. Ask them to tell a short stories
Nah, pada waktunya, setelah beberapa kali latihan, sekarang dorong dan bujuklah agar dia mulai menceritakan ceritanya sendiri.
Mulailah dengan menceritakan kepada diri anda sendiri, kepada keluarga, di kelas dan di sekolah.
Dengan prinsip yang sama saya melatih anak anak saya, dan sekarang mereka semua sudah confident dan percaya diri tampil di depan ratusan orang.

7. Reward and compliment them for telling stories

Jangan lupa memberi hadiah. Ingat berani tampil, berani tell a story, berani presentasi juga adalah prestasi. Jangan hanya memberikan hadiah kalau anak anak anda mendapatkan nilai raport yang bagus. Berikan hadiah pada saat mereka berani tampil, meskipun hanya di tengah tengah keluarga, apalagi kalau di depan ratusan orang di sekolahnya.

8. Practice, practice, practice
Latihan, latihan, latihan. Latih sebanyak banyaknya. Di kamar tidur, di sekolah, di acara keluarga.
Carilah kesempatan agar mereka berani tampil. Semakin sering semakin baik !

Just remember, the 8 steps to Teach Your Children To "Tell a Story"

1. Tell them stories
2. Ask them to repeat your story
3. Build a story together
4. Develop a strong character in the story
5. Visualize the story
6. Ask them to tell a short stories
7. Reward and compliment them for telling stories
8. Practice, practice, practice

Salam Hangat 

Pambudi Sunarsihanto

Fanky Christian IT Infrastructure Specialist Smartcityindo.com StartSmeUp.Id Chairman DPD DKI APTIKNAS Vice Chairman ASISINDO Secretary ACCI

The decision frame and out of box thinking

Heat map of key IoT opportunities varies by industry and application

IoT in organizations

Monday, April 01, 2019

THE MAIN PURPOSE OF THE BUSINESS IS NOT TO MAKE MONEY

THE MAIN PURPOSE OF THE BUSINESS IS NOT TO MAKE MONEY

(Ternyata tujuan utama bisnis itu bukan untuk menghasilkan uang)

Hari itu saya sempat Fitness di Jatomi (Kuningan City) pagi pagi. Dan ternyata di sana saya bertemu seorang teman yang sudah lama tak berjumpa. Sebut saja namanya Herman.
Jadilah kami akhirnya breakfast dan catch-up di Starbuck di bawahnya.
Ternyata cerita Herman menarik untuk dibahas....

Tadinya Herman bekerja sebuah perusahaan manufacturing lokal di sini.
Pada mulanya perusahaannya berjalan dengan cukup efisien dan cukup menguntungkan.
Kemudian datanglah investor asing yang membeli perusahaan itu.
Dan mulailah pembenahan-pembenahan dilakukan.
Seperti biasa yang dilakukan adalah :
1. Cost efficiency
2. Restructuring (pengurangan jumlah layer manajemen),
3. Product simplification (product locak dihentikan, product global difokuskan).
Sekilas tidak ada yang salah dengan program program itu.
Wajar, siapa sih yang tidak ingin lebih efisien.
Makanya program program itu pun mendapatkan full endorsement dari stakeholders.
Dan mulailah program program itu dijalankan.
Ternyata 9 bulan kemudian hasilnya adalah ....
- customer mulai meninggalkan product mereka
- revenue dan profit turun
- karyawan mengalami demotivasi, banyak yang gerah dan keluar, termasuk Board of Directors nya sendiri....
Bahkan Herman pun tidak tahan dan akhirnya keluar.
Dan lama lama perusahaan itu sekarang ... hidup segan mati tak hendak.
Masih beroperasi sih, tapi volume turun, revenue turun, profit turun, dan terutama jumlah loyal customer terjun bebas.
Sekarang investor asing itu sedang mencari investor lain yang ingin membeli perusahaan tersebut.

What a tragic story...
Investasi yang seharusnya membawa profit karena prospek yang menjanjikan, ternyata yang terjadi adalah sebaliknya.

What's wrong?

Kita analisa yuk ....

Pertama kita lihat bahwa bisnisnya pada awalnya cukup baik.
Jadi kalau business transformasi bisa dilaksanakan dengan baik, mestinya hasil akhirnya akan melahirkan performance business yang lebih baik lagi.
Tapi kita lihat dulu, apa yang mereka lakukan pada saat melakukan perubahan ...
1. Cost Efficiency
2. Restructuring
3. Poduct simplifition

Padahal Michael Porter bilang,"The main purpose of the business is not (only) to make money. The main purpose of the business is to create customers "

Dan kalau kita lihat 3 agenda perubahan di atas (cost, organization, product), kok gak ada agenda tentang customer?
Kok gak ada agenda tentang people (employee)?
Pantes aja employee gak happy. Pantes aja customer kabur....

You get the result of what you do.
You take care of your cost efficiency, your cost will be very efficient.
You take care of your structure, your structure will be very good.
You don't take care of your customer, don't complain if (somebody else take care of them) and they will run away.
You don't take care of your employees, don't complain if they are not happy and they run away.

That's what happen when the business think short term and they only focus on creating profit.

Padahal seperti dibilang Michael Porter... The purpose of the business is not (only) to create profit. The purpose of the business is to create (loyal) customers.

Jadi seharusnya profit bukan hal yang pertama yang difokuskan. Focus first on the customers ... then pofit will come.
Dan untuk focus ke customer ternyata management harus focus ke employee.
Hapy employe will create happy customer, and then happy customer will.create happy company (high profit).
Jadi jangan pernah berpikir bisa mencapai high profit kalau anda tidak punya happy customer, dan jangan pernah berharap punya happy customer kalau anda tidak punya happy employee.

Jadi kembali ke perusahaan di mana Herman bekerja... apa yang harus dilakukan?

Kan everything has to start from the customer...
Jadi inilah yang mestinya dilakukan ...

a) CUSTOMER
Identify loyal customer mereka siapa, apa yang mereka mau, apa yang customer pengin dari product mereka?
Focus on them!
Set a strategy to make sure that you increase the number of your loyal customers.

b) PRODUCT
Product apa yang menjadi andalan? Product apa yang benar benar mampu "mengambil hati" customer mereka?
Keep that product.
You can always develop and try with new product.
But do not touch the product who bring the cash to you.
Set a strategy combining the "cash cow" product and the "new product" that you need to develop.

c) PEOPLE
Bagaimana membuat karyawan mereka agar semakin termotivasi, merasa memiliki, merasa terus menerus belajar dan berkembang bersama perusahaan?
Set a people strategy to make sure that your employee improve their engagement with the company.

d) EXECUTION DISCIPLINE
Nah... strategy sudah dibikin di atas kan? Dan sudah meliputi 3 aspek, Customer, Product and People.
Jadi sekarang anda harus lead seluruh perusahaan untuk mengimplementasikan dengan disipline.
Dalam arti disipline berarti juga memaksimalkan profit .
Jadi ingat pada akhirnya bisnis pun harus menghasilkan profit. Semaksimal mungkin. Tapi jangan terobsesi dengan profit dan mengesampingkan hal yang lain (customer, product, profit).
Nah... tetapi setelah anda take care of of your customer and product, you need to have the discipline to generate maximum profit (by maximizing the revenue and mininizing the the cost).

e) CONTINUOUS LEARNING

Last but not least, no matter how good your product is, no matter how loyal your customers are, the time will change,  your product may not be relevant anymore, and your customer may not be loyal anymore.
Look at what happened to Sony Walkman, Kodak and Nokia.
So as a company, you will need to continuously observe the trend, watch and learn from the customer behavior and the market.
Based on your learning, you may need to adjust your strategy and adapt to the change that may happen.

Jadi... secara ringkas, ternyata kuncinya kesuksesan bisnis itu adalah dengan tidak terobsesi dengan profit dan uang pada jangka pendek.
Kalau anda benar benar mengurusi customer anda, product anda dan karyawan-karyawan anda, ternyata long term profit akan datang dengan sendirinya.

Salam Hangat, 

Pambudi Sunarsihanto

Fanky Christian
IT Infrastructure Specialist
Smartcityindo.com
StartSmeUp.Id

Chairman DPD DKI APTIKNAS
Vice Chairman ASISINDO
Secretary ACCI