Translate

Saturday, September 25, 2010

​Mengapa Saya ?

Arthur Ashe adalah petenis kulit hitam dari Amerika yg memenangkan tiga gelar juara Grand Slam; US Open (1968), Australia Open (1970), dan Wimbledon (1975).

Pada tahun 1979 ia terkena serangan jantung yg mengharuskannya menjalani operasi bypass. Setelah dua kali operasi, bukannya sembuh ia malah harus menghadapi kenyataan pahit, terinfeksi HIV melalui transfusi darah yang ia terima.

Seorang penggemarnya menulis surat kepadanya,"Mengapa Tuhan memilihmu untuk menderita penyakit itu?"

Ashe menjawab,"Di dunia ini ada 50 juta anak yg ingin bermain tenis,

diantaranya 5 juta orang yg bisa belajar bermain tenis,

500 ribu orang belajar menjadi pemain tenis profesional,

50 ribu datang ke arena untuk bertanding,

5000 mencapai turnamen grandslam,

50 orang berhasil sampai ke Wimbeldon,

empat orang di semifinal, dua orang berlaga di final.

Dan ketika saya mengangkat trofi Wimbledon, saya tidak pernah bertanya kepada Tuhan,

"Mengapa saya?", Jadi ketika sekarang saya dalam kesakitan, tidak seharusnya juga saya bertanya kepada Tuhan,

"Mengapa saya?"

Sadar atau tidak, kerap kali kita merasa hanya pantas menerima hal-hal baik dalam hidup ini; kesuksesan, karier yang mulus, kesehatan. Ketika yang kita terima justru sebaliknya; penyakit, kesulitan, kegagalan, kita menganggap Tuhan tidak adil. Sehingga kita merasa berhak untuk menggugat Tuhan.

Tetapi tidak demikian. Ia berbeda dengan kebanyakan orang. Itulah cerminan hidup beriman; tetap teguh dalam pengharapan, pun bila beban hidup yg menekan berat.

Ketika menerima sesuatu yg buruk, ingatlah saat - saat ketika kita menerima yg baik...

"Kuda pemenang tidak tahu mngapa dia harus lari dan memenangkan perlombaan.

Yg dia tau, dia harus berlari krn dipukul dan sakit..!!

Hidup ini sperti sebuah perlombaan. Dan Tuhan adalah komandonya atau ibarat jokinya.. Jika engkau mngalami sakit, dihajar, mnerima yg tidak enak, berpikirlah : Tuhan ingin engkau menang !!"

tetap semangat!!!

Infrastructure-Application-ManagedServices.Visit www.dayaciptamandiri.com for details..

Tuesday, September 21, 2010

Sepuluh hal yg tak Tuhan tanyakan hari ini

Sepuluh hal yg tak Tuhan tanyakan hari ini :

1.Tuhan tak bertanya jenis kendaraan apa yg kau gunakan.Dia akan bertanya berapa banyak orang yg kau tumpangi yg tak punya kendaraan
2.Tuhan takkan bertanya berapa luas halaman rumahmu,Ia bertanya berapa banyak orang yg kau terima dirumahmu
3.Tuhan tidak bertanya tentang pakaian yg kau simpan dilemari.Ia bertanya berapa banyak orang yg telah kau berikan pakaian
4.Tuhan tidak bertanya berapa besar gajimu.Ia akan bertanya apakah engkau menjual hati nuranimu untuk memperolehnya
5.Tuhan takkan bertanya apakah pekerjaanmu.Ia akan bertanya apakah engkau menjalankan pekerjaanmu dengan kemampuaan terbaik yg kau miliki
6.Tuhan takkan bertanya berapa banyak teman yg kau miliki.Ia akan bertanya berapa banyak orang yg mengalami bahwa engkau adalah teman
7.Tuhan takkan bertanya dengan tetangga seperti apa engkau tinggal.Ia akan bertanya bagaimana engkau memperlakukan tetanggamu
8.Tuhan takkan bertanya mengenai warna kulitmu.Dia akan bertanya mengenai muatan watakmu
9.Tuhan takkan bertanya mengapa sekian lama engkau mencari keselamatan.Dia akan dengan penuh kasih membawa engkau ke rumah surgawi,dan bukannya ke gerbang neraka
10.Tuhan tak perlu bertanya,kepada berapa banyak orang kau teruskan pesan ini.Dia telah mengetahui keputusanmu..
Infrastructure-Application-ManagedServices.Visit www.dayaciptamandiri.com for details..

Sepuluh hal yg tak Tuhan tanyakan hari ini

Sepuluh hal yg tak Tuhan tanyakan hari ini :

1.Tuhan tak bertanya jenis kendaraan apa yg kau gunakan.Dia akan bertanya berapa banyak orang yg kau tumpangi yg tak punya kendaraan
2.Tuhan takkan bertanya berapa luas halaman rumahmu,Ia bertanya berapa banyak orang yg kau terima dirumahmu
3.Tuhan tidak bertanya tentang pakaian yg kau simpan dilemari.Ia bertanya berapa banyak orang yg telah kau berikan pakaian
4.Tuhan tidak bertanya berapa besar gajimu.Ia akan bertanya apakah engkau menjual hati nuranimu untuk memperolehnya
5.Tuhan takkan bertanya apakah pekerjaanmu.Ia akan bertanya apakah engkau menjalankan pekerjaanmu dengan kemampuaan terbaik yg kau miliki
6.Tuhan takkan bertanya berapa banyak teman yg kau miliki.Ia akan bertanya berapa banyak orang yg mengalami bahwa engkau adalah teman
7.Tuhan takkan bertanya dengan tetangga seperti apa engkau tinggal.Ia akan bertanya bagaimana engkau memperlakukan tetanggamu
8.Tuhan takkan bertanya mengenai warna kulitmu.Dia akan bertanya mengenai muatan watakmu
9.Tuhan takkan bertanya mengapa sekian lama engkau mencari keselamatan.Dia akan dengan penuh kasih membawa engkau ke rumah surgawi,dan bukannya ke gerbang neraka
10.Tuhan tak perlu bertanya,kepada berapa banyak orang kau teruskan pesan ini.Dia telah mengetahui keputusanmu..
Infrastructure-Application-ManagedServices.Visit www.dayaciptamandiri.com for details..

Sunday, September 19, 2010

Five tips for controlling your IT budget

For many IT organizations, the question these days is not whether to trim the budget, but how to do it so that it's least painful. Jack Wallen offers several suggestions.

In our ever-fluctuating economy, one of the easy targets for a company is the IT budget. The computers are all running well, so why do we need to spend money to buy more? These are easy cuts to justify, and they seem inevitable. So the best thing for an IT department to do is to control their budget and keep it from getting out of hand. That is, of course, easier said than done. But not impossible. Here are a few things that may help. Will they all work for you? Probably not. But more than likely, at least one will help keep your budget off the radar of those with the axes.

1: Add some open source

I realize for some this is not an option. But if you can entertain the possibility, injecting a bit of open source into the mix will enable you to retain more of your budget for other important needs. This approach could mean a Linux server or desktop here and there, an open source server or two, trading off a few Microsoft Office licenses for OpenOffice... you get the picture. And those who say the Linux TCO doesn't actually end up saving you money haven't used Linux in a while.

2: Implement virtualization

Virtualization has been a highly effective means of saving money for a long time now. Instead of purchasing more and more costly hardware, just add a virtual server or desktop. If your VM server is powerful enough, you can get away with serving up a number of virtual machines from this one location. Instant savings.

3: Migrate to Google Apps

Instead of investing time and money for a terminal server or an Exchange server, why not employ Google Apps for the same purpose? If your company is small enough, you can easily get by with this solution. The Calendar, Email, and Docs applications are all just as business-friendly as the Microsoft equivalent, Web Apps. Another instant win.

4: Outsource some of your IT needs

I should preface this by saying that I have a vested interest in this strategy. But we are seeing a number of companies scaling back their IT staff and taking advantage of consulting firms to handle some of the tasks. Although the initial cost might not seem to be a savings, in the end you won't be paying for benefits, vacation, and resources when a portion of the IT work is done by a third-party firm.

5: Document, document, document

When you deploy a machine, make sure you document the deploy date, what was installed, who the user is, and so on. By keeping good records, you take much of the guesswork out of the picture. When you know, to the day, the deploy date of a machine, you have a much better idea of its end of life. In the same vein, have an end-of-life policy. Don't just assume a machine is fine because it is running. As machines age, they become either money pits or time bombs waiting to explode. In the long run, the loss of work an employee will suffer will hurt the IT budget much more than purchasing a new piece of hardware at an informed date.

Other strategies?

That was simple. And at least one of these tips should apply to your situation. What other steps have you taken to keep your budget from getting out of hand? Share your thoughts, tips, and advice with your fellow TechRepublic readers.

posted by Jack Wallen
September 17, 2010 @ 1:46 pm
Infrastructure-Application-ManagedServices.Visit www.dayaciptamandiri.com for details..

Saturday, September 18, 2010

Berteman Hidup

Berteman Hidup

Refleksi

Oleh : Andar Ismail

Mengapa orang menikah? Karena jatuh cinta. Mengapa rumah tangganya
bahagia? Bukan karena jatuh cinta, melainkan karena bangun cinta. Jatuh
cinta beda dari bangun cinta. Jatuh cinta itu gampang, dalam sepuluh menit
juga bisa. Tetapi membangun cinta itu susah dan perlu waktu seumur hidup.
Mengapa jatuh cinta gampang? Karena ketika jatuh cinta, kita buta, bisu
dan tuli. Kita buta sehingga tidak melihat keburukan si dia. Seandainya
kita lihat, kita tidak mencela sebab kita bisu. Seandainya kita mencela,
dia pun tidak mendengar, sebab dia tuli. Itu sebabnya, pada masa pacaran
dan bulan madu kita rukun-rukun selalu.
Akan tetapi setelah bulan madu berakhir, kita mulai melihat keburukan si
dia, lalu kita mengkritik, lalu ia membela diri, maka bertengkarlah kita.
Kalau begitu, apakah sebaiknya kita menutup mata, mulut dan telinga? O,
jangan! Meskipun membuka mata, mulut dan telinga mengandung risiko, semua
itu perlu untuk menyepakati berbagai pedoman rumah tangga, demi
penyesuaian diri kita sebagai teman hidup.
Interaksi dengan teman hidup memang berbeda dari teman kampus atau teman
kantor yang hanya berlangsung beberapa jam sehari. Dengan teman hidup,
kita berinteraksi 24 jam sehari selama tujuh hari seminggu. Interaksi yang
intensif berdampak positif dan negatif. Positifnya, kita betul-betul
saling mengenal watak dan kebiasaan kita masing-masing. Semua belang kita
tersingkap. Tidak ada sifat buruk yang bisa disembunyikan di belakang
topeng. Negatifnya, kita jadi saling mudah kecewa dan jengkel terhadap
segala keburukan itu.
Di sini letak perbedaan antara jatuh cinta dan bangun cinta. Kita jatuh
cinta dalam keadaan menyukai. Padahal bangun cinta diperlukan dalam
keadaan jengkel. Dalam suasana jengkel itu, cinta bukan berwujud pelukan,
melainkan berbentuk itikad baik memahami konflik, lalu bersama-sama
mencari solusi yang akseptabel untuk semua pihak.
Dalam cinta yang dewasa tidak ada uneg-uneg yang dipendam. Memang ada
persoalan yang peka untuk dibicarakan, seperti tentang mertua, hubungan
seksual, bantuan uang untuk keponakan, namun hal-hal itu pun perlu
dibicarakan supaya kejengkelan tidak berlarut-larut.

Memperhitungkan Perasaan
Prasyarat untuk keberhasilan pembicaraan itu adalah bahwa kita saling
memperhitungkan perasaan. Si istri berkata, "Kalau kamu lebih meladeni
ibumu ketimbang aku, kamu tidur saja dengan ibumu". Ucapan itu hanya
memperhitungkan perasaan sendiri, yaitu perasaan jengkel terhadap suami.
Padahal perasaan suaminya akan terluka oleh ucapan itu. Cinta yang dewasa
menegur atau memarahi bukan secara destruktif melainkan konstruktif. Kita
saling memperhatikan perasaan masing-masing. Rasul Paulus memakai istilah
"memperhatikan kepentingan" yang bermaksud serupa. Tulisnya, "Janganlah
tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi
kepentingan orang lain juga" (Flp.2:4).
Jika suami istri hanya memperhatikan perasaan sendiri dan kurang
memperhatikan perasaan pihak lain, maka mereka akan saling melukai hati.
Makin berlarut, luka itu makin dalam. Mereka saling memusuhi. Suasana
terasa menyiksa. Pernikahan dan rumah tangga itu sudah bukan surga lagi,
melainkan neraka.
Apakah rumah tangga ini bisa utuh kembali? Tentu saja! Caranya sederhana.
Coba ingat-ingat, dulu ketika masih berpacaran, apa yang kita cari? Apa
kita mencari teman hidup atau musuh hidup? Kalau memang mencari teman
hidup, mengapa sekarang kita memusuhi dia? Nanti dia pun memusuhi kita.
Maka jadilah kita seteru. Lho, kita ini teman hidup atau musuh hidup?
Berteman hidup dimulai dengan jatuh cinta. Tetapi sesudah itu kita perlu
bangun cinta. Membangun cinta berarti mendewasakan cinta sehingga kedua
pihak bisa saling mengkoreksi, berunding, menghargai, bertenggang rasa,
menopang, setia, mendengarkan, memahami, mengalah, bertanggung jawab,
memperhitungkan perasaan, atau menurut istilah Rasul Paulus "memperhatikan
kepentingan". Itu pun prinsip hidup berbangsa dan bernegara.
Mau punya teman hidup? Silakan jatuh cinta. Jatuhlah sedalam-dalamnya.
Tetapi sesudah itu, bangunlah! Bangun cinta! Mau berteman hidup dengan
selamat dan bahagia? Ini ramuannya: 1% jatuh cinta 99% bangun cinta.

Penulis adalah pengarang buku-buku Renungan Seri Selamat BPK Gunung Mulia

"Small is beautiful"

From: I <i_sumarya@yahoo.com>
Mg Biasa XXV : Am 8:4-7; 1Tim 2:1-8; Luk 16:1-13
"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam
perkara-perkara besar"

"Small is beautiful" = Kecil itu indah, demikian sebuah motto yang
menjadi pedoman atau pegangan cukup banyak orang, khususnya mereka
yang sukses dan terhormat dalam karya, usaha maupun jabatan atau
fungsinya. Para pengusaha besar yang sukses, berjaya dan berhasil
sampai kini hemat kami adalah orang-orang yang mulai dengan
usaha-usaha kecil dan sederhana. Berkat atau karena ketekunan,
kesungguhan, keuletan serta kasihnya terhadap hal-hal atau
perkara-perkara kecil, yang seiring dengan perjalanan waktu perkara
yang diurus atau dikelola semakin besar, mereka tetap tegar dan
bahagia mengurus atau mengelola perkara-perkara besar. Sebagai
pengusaha atau pimpinan usaha yang sukses perhatian mereka terhadap
yang kecil juga menjadi nyata dengan memperhatikan para pegawai atau
pekerja kecil/rendah di perusahaan atau kantor mereka, misalnya para
satpam, petugas kebersihan, pengemudi, pramuria dst.. Pemimpin Negara
yang sukses alias sungguh melayani rakyat, berjuang dan berkorban demi
rakyat dalam jabatan atau fungsinya, para umumnya juga berasal dari
kalangan rakyat kecil, atau ketika masa kecil mereka telah terbiasa
setia para perkara-perkara kecil dalam hidup sehari-hari mereka. Maka
baiklah kami mengajak anda sekalian untuk sungguh berrefleksi serta
menghayati sabda Yesus yang diwartakan pada hari ini.

"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam
perkara-perkara besar Dan barangsiapa tidak benar dalam
perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara
besar" (Luk 16:10)

Apa yang sungguh kita butuhkan dalam kebutuhan hidup sehari-hari kita
maupun kita kerjakan sebenarnya perkara-perkara atau hal-hal kecil dan
sederhana, misalnya makan dan minum, berbicara dalam aneka pertemuan
atau perjumpaan, tidur/istirahat alias meletakkan tubuh kita di tempat
yang telah tersedia apa adanya, berjalan, dst.. ..Aneka macam
peralatan elektronik yang canggih pada saat ini juga kecil.
Perkara-perkara atau hal-hal kecil macam apa saja yang selayaknya
dengan setia kita urus atau kelola? Perkenankan di sini saya
mengajukan beberapa contoh, semoga membantu untuk berrefleksi:
1) Anak kecil/bayi. Merawat atau mengurus anak kecil atau bayi memang
tidak mudah, membutuhkan kasih pengorbanan, dedikasi, kesabaran,
kelemah-lembutan, kerendahan hati dst… Maka tidak mengherankan ketika
kami mendengar info bahwa ada ibu-ibu/keluarga muda dengan mudah
menitipkan anak/bayinya kepada neneknya/baby-sitter-nya, entah karena
demi karier atau karena malas, tak mau repot-repot. Dengan mudah bayi
sampai usia balita perawatannya diserahkan kepada baby-sitter atau
nenek. Memang bayi sampai usia balita masih dengan mudah ikut siapa
saja, asal merasa dikasihi. Para ibu/orangtua yang dengan mudah
meninggalkan bayinya sampai usia balita hemat saya akan menghadapi
tantangan atau kesulitan besar ketika anak-anak mulai tumbuh sebagai
remaja dalam mendidik atau mendampingi anak-anak. Maka dengan ini kami
berharap kepada para ibu/orangtua muda untuk membiasakan setia merawat
anak-anaknya sendiri sampai usia balita. Kesetiaan anda merawat
anak-anak sampai usia balita akan menjadi dasar dan modal untuk
mendampingi mereka atau sesama yang menghadapi masalah dan tantangan
berat dalam kehidupan.
2) Tugas/pekerjaan kecil/sederhana. Tugas atau pekerjaan kecil dan
sederhana pada umumnya dilakukan oleh para pembantu rumah
tangga/perkantoran, sedangkan di dalam keluarga-keluarga pada umumnya
dilakukan oleh para ibu rumah tangga. Tugas atau pekerjaan itu
misalnya: menyapu, mengepel, membuka dan menutup pintu, mengatur
tempat tidur, mencuci pakaian, dst.. Kami berharap tidak hanya para
pembantu atau ibu rumah tangga saja yang melakukan tugas atau
pekerjaan kecil dan sederhana tersebut, melainkan kita semua, tanpa
pandang bulu, hendaknya terbiasa juga melakukan tugas atau pekerjaan
kecil dan sederhana. Anak-anak di dalam keluarga hendaknya sedini
mungkin dilatih dan dibiasakan melakukan tugas atau pekerjaan kecil
dan sederhana tersebut, antara lain dengan teladan konkret dari para
orangtua/bapak-ibu. Jika kita setia dan sukses mengurus atau mengelola
tugas atau pekerjaan kecil dan sederhana, yang kelihatan tersebut,
kiranya kita akan memperoleh kemudahan untuk mengurus dan
memperhatikan yang spiritual, seperti nilai-nilai atau
keutamaan-keutamaan hidup yang menyelamatkan dan membahagiakan.
3) Sesama yang kecil, miskin dan berkekurangan. Memperhatikan
saudara-saudari kita yang kecil, miskin dan berkekurangan sungguh
membutuhkan kasih dan pengorbanan. Secara material mungkin kita akan
membantu mereka, entah dengan harta benda atau uang, namun secara
spiritual sebenarnya kita dapat belajar dari mereka yang kecil, miskin
dan berkekurangan. Pengalaman dari putera-puteri dari beberapa sekolah
katolik di Jakarta, yang mengadakan `live in' di daerah miskin di
wilayah Yogyakarta maupun Jawa Tengah memperlihatkan dan membenarkan
hal tersebut. Dari keluarga kecil, miskin dan berkekurangan maupun
anak-anak/remaja miskin dan berkekurangan mereka dapat belajar
nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan yang tidak mereka temukan di
Jakarta, baik di dalam keluarga mereka maupun masyarakat. Nilai-nilai
atau keutamaan-keutamaan itu misalnya: keuletan, kerja keras,
ketahanan, syukur dan terima kasih, dst.. Sebenarnya di kota besar pun
kita dapat melakukan hal itu, misalnya: silahkan berjalan kaki minimal
dalam radius satu atau dua kilometer dari rumah atau kantor/tempat
tugas anda, dan selama dalam perjalanan lihat apa yang ada di pinggir
jalan dst.., secara khusus mereka yang miskin dan berkekurangan.

"Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara
Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan
diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu
yang ditentukan. Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai
pemberita dan rasul -- yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta --
dan sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan
kebenaran. Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang
laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan
tanpa perselisihan" (1Tim 2:5-8)

Pesan Paulus kepada Timoteus, sebagaimana saya kutipkan di atas ini,
rasanya lebih terarah kepada rekan laki-laki, yang diajak untuk
`berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa
perselisihan'. Maklum pada umumnya kaum laki-laki malas berdoa,
antara lain nampak dalam kegiatan doa bersama di
lingkungan-lingkungan, yang mayoritas dihadiri oleh rekan perempuan.
Berdoa berarti berwawancara atau berkomunikasi dengan Tuhan, dan
karena Tuhan maha segalanya, maka mau tak mau berada di hadirat Tuhan
kita akan bersembah-sujud dengan rendah hati seraya membuka diri
terhadap sapaan dan sentuhanNya. Cukup menarik dan mengesan peringatan
Paulus bahwa selama berdoa hendaknya tidak dalam keadaan marah atau
berselisih. Maka jika anda masih dalam keadaan marah atau berselisih
ketika akan berdoa kami harapkan untuk berdamai lebih dahulu dengan
mereka yang menimbulkan kemarahan atau perselisihan. Pesan ini juga
mengingatkan bahwa buah doa adalah persahabatan dan perdamaian, bukan
kemarahan dan perselisihan. Berdamai dan bersahabat dengan Tuhan
berarti berdamai dan bersahabat dengan sesama atau saudara-saudari
kita dimanapun dan kapanpun. Sekali lagi kami ajak dan ingatkan
rekan-rekan laki-laki: "Marilah kita berdoa dengan menadahkan tangan
yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan" setiap hari dalam
kesibukan dan pelayanan kita. Kita awali dan akhiri kesibukan dan
pelayanan kita dengan berdoa.

"Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia,
mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata,
tetapi tidak dapat melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak dapat
mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium, mempunyai
tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak
dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya.
Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang
yang percaya kepadanya" (Mzm 115:4-8)

Jakarta, 19 September 2010

PETISI CIREBON 2010

Kepada semuanya, Mohon disebarluaskan:

PETISI CIREBON 2010

Yang Terhormat,
Presiden Republik Indonesia
Susilo Bambang Yudhoyono
Di
Tempat


Bapak Presiden yang terhormat,

Pembukaan UUD 1945 menyatakan dengan tegas tujuan pembentukan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, yakni “...untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial...”

Jelaslah bahwa perlindungan terhadap segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial adalah
raison d’etre mengapa Negara Indonesia perlu ada.

Pada Minggu, 12 September 2010, atau 3 Syawal 1431 H, tiga hari setelah ‘Idul
Fitri, telah terjadi tindak kekerasan terhadap jamaah Gereja Huria Kristen Batak
Protestan (HKBP) di Ciketing, Bekasi. Kekerasan ini menyebabkan paling sedikit
sembilan orang luka, termasuk pendeta.

Kekerasan ini bukan pertama kalinya terjadi pada gereja, pun bukan yang pertama
kali terjadi pada kelompok agama minoritas. Setara Institute, NGO yang peduli
terhadap isu kebebasan beragama, menyebutkan telah terjadi 28 kasus pelanggaran
hak terhadap kelompok Kristiani pada separuh tahun 2010 (Harian The New York
Times, 31 Juli 2010).

Kekerasan demi kekerasan juga terjadi pada kelompok kepercayaan, seperti yang
terus menerus terjadi pada Jemaat Ahmadiyah, yang menjadikan 200.000-an
pengikutnya hidup dalam ketakutan. Tanpa proses pengadilan, bahkan berdasarkan
interpretasi kepercayaannya sendiri, Menteri Agama Suryadharma Ali telah
mengumumkan rencana pembubaran Ahmadiyah.

Di Cirebon, kekerasan juga menimpa pada Jamaah Majlis Ta’lim Hidup Dibalik Hidup
(HDH) akibat pemberian fatwa sesat oleh MUI Kab. Cirebon. Sejumlah Gereja juga
beberapa kali diancam dan dipaksa tutup oleh sekelompok orang yang
mengatasnamakan Islam.

Kami, warga negara Indonesia yang menjunjung tinggi Pancasila dan UUD 1945,
menyatakan keprihatinannya terhadap kekerasan demi kekerasan yang menimpa
kelompok agama dan kepercayaan minoritas, dan minimnya upaya pemerintah untuk
menghentikan kekerasan ini. Negara Indonesia adalah negara hukum yang menjamin
perlindungan dan kebebasan untuk memeluk kepercayaan dan agama, serta beribadah
menurut agama dan kepercayaannya itu. Jaminan ini secara gamblang tercantum
dalam ketentuan UUD 1945, Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai
jaminan perlindungan hak asasi manusia.

Kami meminta kepada Presiden (Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan) dan para
penyelengggara negara yang lain untuk sungguh-sungguh memperhatikan tegaknya
amanat Konstitusi dan memberikan perlindungan secara penuh terutama kepada
segenap kelompok minoritas agama dan kepercayaan di seluruh penjuru Nusantara.

Kami, warga negara Indonesia, menuntut hal-hal sebagai berikut:
1. Kepastian adanya jaminan kebebasan dan perlindungan dari negara bagi
warga negara dalam memeluk agama dan keyakinan masing-masing serta dalam
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinannya itu.

2. Presiden mengambil tindakan nyata, baik secara hukum maupun politik,
untuk membuktikan janji kampanye dan pidato-pidatonya bahwa pemerintah telah
memberi jaminan kebebasan dan perlindungan bagi warga negara dalam menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing, sebagaimana terakhir
disampaikan dalam Pidato Kenegaraan di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat pada 16
Agustus 2010.

3. Menuntut Pemerintah mengambil tindakan tegas terhadap laporan Kapolri
Jenderal Bambang Hendarso Danuri pada 30 Agustus 2010 tentang
organisasi-organisasi kemasyarakatan yang berbuat anarkis. Menurut laporan
Kapolri, beberapa organisasi itu terlibat 49 tindakan kekerasan pada 2010 dan
total 107 tindakan kekerasan pada beberapa tahun terakhir, termasuk penyerangan
terhadap kebebasan beribadah, baik terhadap penganut agama dan keyakinan
tersebut maupun tempat-tempat ibadah mereka.

4. Mendesak polisi mengusut tuntas berbagai tindakan kekerasan terhadap
kebebasan dalam menjalankan ibadah sesuai agama dan keyakinan masing-masing, dan
menangkap pelaku dan otak pelanggaran terhadap hak asasi manusia tersebut, serta
memrosesnya secara hukum.

5. Mendesak Pemerintah untuk mencabut Peraturan Bersama Dua Menteri Agama
dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 dan Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Daerah dalam Pemeliharaan
Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan
Pendirian Rumah Ibadat. Peraturan ini dinilai diskriminatif, menghambat
kebebasan beragama dan berkeyakinan, bertentangan dengan Konstitusi, serta
memicu konflik horizontal antar umat beragama di sejumlah tempat.
6. Mendorong dialog antar warga negara dan elemen kebangsaan tentang
kebebasan beragama dan berkeyakinan serta jaminan konstitusional dalam
menjalankan ibadah sesuai agama dan keyakinannya itu. Dialog ini harus menjadi
cara dan strategi kebudayaan jangka panjang untuk membangun kerukunan dan
kedamaian antaragama-agama di negeri Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.

Demikian petisi ini kami tulis, tandatangani, dan sampaikan kepada Presiden
Republik Indonesia dan semua penyelenggara negara sebagai Pernyataan Warga
Negara yang menuntut respon negara dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa terus memberkati Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang ber-Bhineka Tunggal Ika.

Cirebon, 18 September 2010

Yang bertandatangan dalam petisi ini:
Fahmina-institute, Forum “Kerukunan Lintas Iman” Sabtuan, Institut Studi Islam
Fahmina (ISIF) Cirebon, Komunitas Seniman Santri (KSS), Gereja Kristen Indonesia
(GKI), GP Ansor Kab. Cirebon, Gereja Kristen Pasundan (GKP), Persaudaraan Umat
Budha Cirebon, LKM Rumba Gragre ISIF Cirebon, Majlis Ta’lim HDH Cirebon, LSM
Pengkajian dan Komunikasi Kebangsaan (Pekka) Cirebon, Ponpes Al-Mizan
Majalengka, Amparan Jati Cirebon, WCC Balqis, Komunitas Akar Jati Majalengka,
Jaringan Radio Komunitas (JARIK) se-Wilayah Cirebon, Bannati Cirebon, KH. Husein
Muhammad, KH. Marzuki Wahid, KH. Faqihuddin Abd. Kodir, KH. Maman Imanul Haq,
Johanes redaMuryadi, Surya Pranata, Petrus Juarno, Pdt. Alung, Rochasan, Pdt.
Victor Maruli, Pdt. Adama, Pdt. Teddy Sutanto, Pdt. Sugeng Daryadi, Iswanto,
Satori, Ustd. Buldan Burhanuddin, Eko Hartono, Wisnu M, Suaebun, Bambang HGF,
Abdul Muiz Syaerozi, Baequni Mh, M. Sholeh.

Kontak Person: Marzuki Wahid, 081546449960,
marzukiwahid@...

Tembusan:
1. Ketua Majlis Permusyawaratan Rakyat RI;
2. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat RI;
3. Ketua Dewan Perwakilan Daerah RI;
4. Ketua Mahkamah Agung RI;
5. Kepala Kopolisian Negara RI;
6. Media massa: Surat Kabar, Majalah, Televisi, dan lain-lain.

Tuesday, September 14, 2010

Navicat sekarang mendukung SQLite

Navicat for SQLite is a powerful Database administration and
development tool for SQLite. It works with SQLite version 2 and 3 and
supports most of the SQLite features including Trigger, Index, View,
and so on. Features in Navicat are sophisticated enough to provide
professional developers for all their specific needs, yet easy to
learn for users who are new to SQLite.

With Navicat well-designed Graphical User Interface (GUI), Navicat for
SQLite lets you quickly and easily create, organize, access and share
information in a secure and easy way, taking SQLite administration to
the next level.

Navicat for SQLite is available for three platforms - Microsoft
Windows, Mac OS X and Linux. It connects users to any local/remote
SQLite database, providing several database utilities such as Data
Synchronization, Import/Export, Backup and Report, to facilitate the
process of maintaining data.

http://www.navicat.com/products/navicat_sqlite/sqlite_overview.html

Ingin SMS Gateway yang handal ?

Apakah Anda menginginkan memiliki dan menjalankan SMS Gateway yang handal?

Caranya mudah, cukup pasang OZEKI NG SMS Gateway dengan mendownloadnya
terlebih dahulu di www.ozekisms.com.

Pasang modem GSM / CDMA anda ke comm port atau usb yang tersedia di
komputer atau server Anda.

Dapatkan fitur-fitur OZEKI seperti :
* mampu mengirimkan hingga 500 SMS messages / detik
(sending and receiving)
* 100 simultaneously connected applications
* 64+ concurrent SMSC connections
* mendukung dual core and multiprocessor systems
* mendukung 32bit and 64bit architectures
* dapat bekerja dalam lingkungan virtual system (VMWare, KVM,
Microsoft, Oracle )

Anda kuatir dengan kinerjanya apabila berjalan dalam 24 x 7 ?
OZEKI telah membuktikannya.

Hubungi kami untuk membeli licensenya.


Fanky Christian
Business Development Director
PT. DAYA CIPTA MANDIRI SOLUSI
IBEC Building 2nd Fl
Jl. KH Wahid Hasyim No.84-86
Jakarta Pusat, 10340, Indonesia
SMS: 62-21-98054359
Telp: 62-21-3924716
Fax: 62-21-3903432
mobile: 62-812-1057533
www.dayaciptamandiri.com

Online Store: www.tokofc.com

visit:
- dayaciptamandiri.blogspot.com
- fankychristian.blogspot.com
- www.facebook.com/fanky.christian

Structure Cabling and Data Center
|AMP|BrandRex|CCSI|NetViel|Goldbach|UniFlair|Mira|APC|
|Fingerprint|FM200|FirePro|
|Cisco Systems|Juniper|Raisecom|Proscend|

Multimedia
|Kiosk System|
|finosMQS - multimedia queuing system|
|finosMDS - digital signage system|
|finosSQM - sequence queuing system|

SMS Gateway
|SendQuick|OZEKI NG|

Enterprise Management
|OpManager|AppManager|ServiceDesk Plus|NetflowAnalyzer|
|Desktop Central|Firewall Analyzer|FacilityDesk|Solarwinds|

Database and Chart
|FusionCharts|Navicat|

Services
|Network Implementation Services|Operation Support Services|

Surat Terbuka BPMS GKI

Badan Pekerja Majelis Sinode

GEREJA KRISTEN INDONESIA

Surat Terbuka

Yang Terhormat:

Presiden Republik Indonesia, Bapak Dr. Susilo Bambang Yudoyono

Salam Sejahtera,

Kami, pimpinan Gereja Kristen Indonesia, salah satu dari gereja-gereja
Protestan di Indonesia, dengan jumlah anggota saat ini sekitar 230.000
jiwa (dewasa), yang bersekutu dalam 220 gereja lokal; sebagai bagian
integral dari masyarakat, bangsa, dan negera Indonesia, dengan hormat
kami ingin menyampaikan surat terbuka kami ini kepada Bapak.

Pertama-tama, perkenankan kami menyampaikan Selamat Idul Fitri 1431 H.

Seperti Bapak ketahui, beberapa hari yang lalu, tepatnya hari Minggu,
12 September 2010, telah terjadi penyerangan dan penusukan terhadap
pendeta dan sintua Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Pondok Timur
Indah, Bekasi Timur. Sehubungan dengan hal di atas, kami, Badan
Pekerja Majelis Sinode GEREJA KRISTEN INDONESIA, menyampaikan beberapa
hal berikut:

1. Penyerangan dan penusukan tersebut adalah tindakan anarkis dan
amoral yang menciderai nilai kemanusiaan. Aksi anarkis itu juga
merupakan tindakan pelanggaran hukum sebagaimana diatur dalam Kitab
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Kami meminta Bapak Presiden medesak
Kepolisian RI agar para pelakunya dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku. Tindakan hukum yang sama juga harus
diberlakukan terhadap semua pelaku perusakan atas nama agama lainnya.
2. Penutupan tempat-tempat ibadah, dan yang terakhir aksi
penyerangan terhadap pendeta, sintua, dan umat HKBP yang hendak
beribadah adalah bukti semakin meningkatnya kuantitas dan kualitas
intoleransi agama di kalangan umat beragama dan bahkan juga di
kalangan elite politik. Aksi penyerangan adalah bentuk intoleransi
agama yang merupakan pelanggaran serius terhadap kebebasan beribadah
yang dijamin oleh Pancasila dan UUD 1945. Intoleransi agama adalah
virus patologis sosial yang menggergaji tiang-tiang penyangga
kebhinekaan Indonesia, serta berpotensi merobek-robek eksistensi
bangsa ini. Lebih dari itu, intoleransi agama akan mencabik
kemanusiaan mereka yang menindas, dan kemudian mereka yang ditindas.
Dalam semangat cinta dan persaudaraan kita semua menghadapi virus
intoleransi agama. Oleh karena itu, kami meminta Bapak Presiden
memelopori semua komponen bangsa untuk tetap kokoh melawan intoleransi
agama dengan cara-cara damai dan bermartabat.
3. Negara, terutama pemerintah, berkewajiban menjaga, memelihara
serta menjalankan roda pemerintahan berdasarkan nilai-nilai Pancasila
dan UUD 1945. Ini berarti setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah tidak boleh bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Ini
juga berarti pemerintah harus menentang dan mencegah setiap upaya dan
tindakan yang merongrong Pancasila dan UUD 1945.
4. Berdasarkan motto: Bhineka Tunggal Ika dan berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945 yang anti diskriminasi, Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah wajib menjaga dan memelihara keanekaragaman bangsa
dalam semangat kebebasan, kesetaraan dan keadilan.
5. Berharap Bapak Presiden dapat mengambil sikap yang berani dan
tegas untuk menghentikan segala tindakan atau aksi yang menghalangi
orang untuk menjalankan ibadahnya, karena hal itu merongrong UUD 1945
dan merupakan pelanggaran terhadap Hak Azasi Manusia; dan
memerintahkan Kepala Kepolisian RI untuk melindungi hak setiap warga
negara dalam beribadah dan menjalankan agamanya di mana pun di seluruh
negeri ini.

Demikian surat terbuka kami. Kami berdoa agar Tuhan memberikan hikmat
kepada Bapak dalam memimpin bangsa yang majemuk ini.

Jakarta, 13 September 2010

<span>Pdt. Dr. Albertus Patty</span>
<span>Pdt. Dr. Lazarus H. Purwanto</span>

Ketua Bidang Kesaksian dan Pelayanan
Sekretaris Umum

Tembusan:

Disampaikan kepada yang terhormat:

1. Pimpinan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI)
2. Pimpinan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI)
3. Pimpinan Persekutuan Injili Indonesia (PII)
4. Pimpinan Persekutuan Gereja-gereja Pantekosta Indonesia (PGPI)
5. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
6. Pimpinan Pusat Muhammadiyah
7. Ephorus Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)
8. General Secretary of the World Council of Churches (WCC), Geneva, Swiss
9. General Secretary of the World Communion of Reformed Churches
(WCRC), Geneva, Swiss

10. General Secretary of the Christian Conference of Asia (CCA),
Chiangmai, Thailand

Monday, September 13, 2010

Mampu Mengubah Diri

Renungan Harian Virtue Notes, 14 September 2010
Mampu Mengubah Diri


Bacaan: Matius 7 : 16-20

7:16Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah
anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?
7:17Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik,
sedang pohon
yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.
7:18Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik,
ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.
7:19Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan
dibuang ke dalam api.
7:20Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.


Hanya manusialah makhluk yang memiliki kemampuan untuk mengenal dirinya sendiri
dan kemampuan menentukan keadaannya. Usaha mengenal diridan belajar memahami
bagaimana seharusnya menjadi manusia yang sesuai rancangan Penciptanya
sebenarnya sama dengan usaha untuk memanusiakan manusia. Manusia yang
dikehendaki ALLAH adalah manusia yang memiliki gambar diri seperti yang TUHAN
kehendaki. Dalam hal ini, sebelum TUHAN menciptakan manusia. TUHAN telah
membuat rancangan mengenai model manusia yang diinginkan-NYA.

Selain mampu mengenal dirinya sendiri, manusia juga mampu mengubah dirinya dan
keadaan sekelilingnya. Itulah sebabnya kita belajar mengenai gambar diri, agar
kita bukan saja mampu mengenal diri kita sendiri, tetapi juga
mengusahakan diri
kita agar menjadi manusia seperti yang dikehendaki oleh Sang Pencipta. Dalam
hal ini yang dibutuhkan adalah mengenal diri dengan jujur, memahami bagaimana
seharusnya manusia yang dikehendaki TUHAN itu.


Semua orang pasti memiliki konsep gambar diri di dalam hidupnya dan harapan
atau cita-cita bakal menjadi apa dirinya nanti. Dari seluruh sikap hidup
seseorang, apa yang dihasrati dan cita-citanya, tampaklah konsep gambar
dirinya. Berkenaan dengan hal ini, TUHAN Yesus berkata bahwa dari buahnyalah
kita mengenal seseorang.

Bila seseorang bersedia belajar mengenal dan mengakui siapa dirinya, berarti
seyogyanya pula ia bersedia menerima panggilan untuk bertobat dan diperbarui
agar menjadi manusia yang sesuai dengan rancangan-NYA. Jadi manakala TUHAN
Yesus mengajarkan kebenaran & kita menyerap kebenaran itu dengan benar, maka
kebenaran itu akan membangun konsep gambar diri yang benar menurut TUHAN dan
apa yang TUHAN kehendaki, agar setiap kita mengetahui seharusnya menjadi apa
kita menurut DIA atau sesuai dengan rencana-NYA. Tanpa mengerti apa yang TUHAN
Yesus ajarkan, maka kita tidak akan menemukan gambar diri yang benar.

Karena itu marilah kita senantiasa mempelajari Firman-NYA dan menyerapnya
dalam-dalam, sehingga kita semakin memahami kehendak ALLAH: yang baik, yang
berkenan kepada ALLAH, dan yang sempurna. Dengan mengenakan kebenaran
itu, kita
akan semakin mengenal rencana ALLAH dalam diri kita, sehingga buah yang kita
hasilkan adalah kebenaran dan kesucian, dan orang dapat melihat Kristus dalam
kehidupan kita. Gambardiri yang benar pun akan dipulihkan dalam diri kita.
Jangan menyerah kalau selama ini kita terseok-seok, sebab TUHAN niscaya
memampukan kita untuk berubah.


Gambar diri yang benar hanya dapat ditemukan dengan mengerti apa yang TUHAN
Yesus ajarkan.


Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.



Infrastructure-Application-ManagedServices.Visit www.dayaciptamandiri.com for details..

Saturday, September 11, 2010

Doa Syafaat (e-SH)

e-SH(c) ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
e-Santapan Harian
Sarana untuk menggumuli makna Firman Tuhan bagi hidup
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Tanggal: Sabtu, 11 September 2010
Ayat SH: 1 Samuel 7:5

Judul: Doa syafaat

Kepada kawan-kawan yang banyak pergumulan saya menganjurkan agar
mengurangi doa untuk diri sendiri, tetapi menambah intensitas
doa-doa untuk orang dan keadaan lain. Mengapa? Karena dengan
memposisikan diri sebagai pendoa syafaat, sebetulnya kita sedang
mengambil peran sangat penting, yaitu menjadi penengah antara
manusia dan Allah. Posisi itu sejajar dengan posisi yang diambil
oleh Yesus, Mediator dan Intersesor kita yang Agung. Dengan
mengambil posisi demikian kita, secara rohani dan dalam iman,
menempatkan diri kita di luar masalah kita, masuk ke posisi
seorang yang memiliki hak-hak iman dalam Kristus, sebagai seorang
pemenang bersama Dia.

Jika demikian indah dan penting posisi serta peran para juru syafaat,
apakah itu tercermin dalam kehidupan nyata kita? Apakah benar kita
mempraktikkan ajaran tentang pentingnya kehidupan doa? Sebelum
kita mengambil posisi pensyafaat dan isi doa kita mencerminkan
sifat syafaat, apakah kita mengamini pentingnya doa syafaat,
tetapi tidak 'mengamini' doa-doa kita? Dan apakah kehormatan
bersyafaat tercermin dalam kehidupan keluarga dan gereja kita?
Apakah kita yakin bahwa di dalam doa-doa syafaatlah terjadi
penentuan kualitas kehidupan rohani orang, kehidupan gereja,
bahkan perjalanan politis-ekonomi-budaya masyarakat dan bangsa
kita?

Dalam pengalaman nyata saya bersyukur boleh diizinkan Allah
menyaksikan berbagai kemustahilan menjadi kemungkinan. Terjadi
persilangan ide di antara para pemimpin suatu kelompok Kristen.
Ada potensi perpecahan genting. Beberapa orang sepakat
membicarakan hal itu kepada Allah. Ketika rapat, kebekuan dan
ketegangan mencair begitu saja. Satu per satu mengakui bagaimana
Allah berbicara, menegur, mengarahkan, dan menolong mereka
mengambil sikap murid Yesus. Ya, doa syafaat mengubahkan,
mengarahkan, menghadirkan kuasa surgawi dalam insiden-insiden
duniawi, serta menciptakan banyak hal yang ajaib dan menakjubkan.

Doa syafaat bukan lawan tindakan nyata! Doa syafaat melahirkan
tindakan-tindakan nyata yang perlu. Maka, mari terlibat dalam
tindakan paling berpotensi penting itu! Bersyafaatlah!

e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2010/09/11/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Ayat Alkitab: http://alkitab.sabda.org/?1+Samuel+7:5

Infrastructure-Application-ManagedServices.Visit www.dayaciptamandiri.com for details..

Thursday, September 09, 2010

Selamat hari raya Idul Fitri 1431H 10 September 2010

Kami mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin ...

Infrastructure-Application-ManagedServices.Visit www.dayaciptamandiri.com for details..

Sekarang bisa beli VMWare Online !

VMware Asia-Pacific Online Store Launched!!In addition to the United States, United Kingdom and Germany, you are now able to buy the VMware family of products in Asia-pacific Region. The new Asia-Pacific store supports the Australian, New Zealand, Singapore and Hong Kong dollars. Leverage the power of VMware's award-winning virtualization products including VMware Fusion, VMware Workstation, and VMware vSphere Essentials for Small Business.

Akses ke: http://www.vmware.com/ap/vmwarestore/?src=EM_Q310_AUStoreLink

Kontak kami untuk lebih detail.


Infrastructure-Application-ManagedServices.Visit www.dayaciptamandiri.com for details..

Sunday, September 05, 2010

Why software sales models hurt customers and vendors

At the TechRepublic event in early July 2010, there were a lot of great discussions, and one of the un-conference sessions that tied everything together was "How do we fix the software industry and stop ripping off our customers?" There are companies that are universally despised by their customers, yet continue to enjoy revenues in the billions by abusing their customer bases. We have entire software classes that cost customers millions to purchase and millions more to install and integrate, but are so useless and difficult to use that only about one third of the sold seats are actually used. There are a number of companies charging so much to support different open source packages that they are actually more expensive than their proprietary competition. We all know who these companies are. There are a number of ways to make money writing software; unfortunately, many of those ways have what economists call perverse incentives and, as a result, some companies are driven to exploit their customers because of their business models. Does this mean that everyone involved in the software industry is a dirt bag? Of course not. But when you look at the details, the software industry is in deep trouble. Let's take a look at the common software sales models and examine how these models can hurt our customers and our IT departments.

Perpetual licenses

As a buyer, I kind of like the good old perpetual license. It's nice to know that you pay one price, and you will never have to pay it again. In fact, if the product meets your needs as-is, this is a great deal. The problem is that it puts the vendor in a bind. If the vendor's product is great, it will quickly meet the market demand, and then what? Companies larger than a very small shop can't just sell a couple million copies of a useful app, bring in a bunch of cash, and then retire -- those companies need ongoing revenue. But if the product is sold with a perpetual license and works great, then there is no ongoing revenue. You make a bunch of money once you get traction in the market, and that's it, you are done. So what happens next? Bloat. If version 1 sold a million copies, then maybe adding features will get another 100,000 sales plus a half million upgrades. Rinse and repeat and, the next thing you know, that svelte little utility that everyone loved is now a small part of a monolithic suite of tools that is universally despised. Remember that guy with the glasses, rolled up sleeves, and the crossed arms and what happened to his products?

Maintenance contracts

Once companies realize how difficult it is to keep a business afloat by only selling perpetual licenses, the next logical conclusion they will come to is that they need to sell maintenance contracts. Someone figures out that if it takes three years to get the next version out the door, a great way to fund that development is to charge existing customers 15% or 25% of what they paid for their license on a yearly basis for "support." This sounds great until you look at it from the customer's view. Software doesn't degrade and break over time as a general rule (operating systems are an exception, as they get endlessly patched and accumulate junk from misbehaving apps over the years). Once the initial installation and configuration is performed, in theory, a customer should almost never need the vendor's help again. So why would customers a support contract? Here are three possible justifications:

The worst part about maintenance contracts is that they actually encourage the vendor to make your life miserable. After all, if you felt like the product was stable or easy to use and own, there is a good chance that you would feel safe not buying the contract. But if the vendor is constantly pushing out patches for critical bugs, or your users are spending five hours a month on the phone with the vendor, that maintenance contract feels like a necessary (albeit very expensive) evil. So from the vendor's view, the best way to encourage the purchase of a support contract is to make you feel like you need it, by providing a "good enough" product that truly requires support. Support contracts are not always a rip-off. For example, I like support contracts when the vendor does a constant trickle of new features, a rolling upgrade as it were, and the support contract is more like a blend of paying "as a service" to constantly have the best version available, but having a perpetual license. Some companies work like this, and I respect it. Other support contracts are reasonably priced, and while the support is not needed, it is well worth having it available when it is. Some companies offer a per-incident support contract. A note to companies that sell maintenance contracts: One surefire way to make a customer furious is to ask for his credit card number at the beginning of the support call while they have a critical problem.

Open source support

Open source is the solution to these problems, according to some folks. There is a lot to like about the open source model. If people can get the software for free and without a vendor, it is logical to assume that this will leave some money in their pocket to pay a vendor for a formal support package if they do not feel comfortable getting their support from the open source community. The reality is not quite as rosy as some folks make it seem. The open source community is not doing the development for a great many projects, but the vendors doing the support are. In most of the big projects, once a vendor or two gets into the support side of things, anyone who contributes in a meaningful manner is hired by a vendor; when this happens, the open source community experiences a brain drain. When a vendor has the top contributors working on the project full-time, the vendor is now in a curious position: While the project is formally open source, the vendor controls much of, if not most of, the development. For all intents and purposes, the business model of these open source vendors is not substantially different from that of their closed source brethren, albeit one where the upfront license cost to the end user is nothing. When you consider that many open source support vendors make a premium version of the package that can be purchased, these companies look an awful lot like the closed source vendors who have free versions of their products. These open source support vendors have management teams, marketing departments, advertising budgets, facilities, hardware costs, and so on -- their costs about equal to what the closed source folks have. These vendors are paying for a substantial part of the development costs, if not the lion's share of the development costs. At best, the development costs are the only place they can shave some costs, and that's only if folks keep working for free once some vendor money is in the game, or if other vendors also hire developers to chip in. If there are gaps in the development model that the open source community or other vendors are not providing (e.g., for the "boring" stuff such as graphics, testing, hosting version control, documentation, etc.), they get to pick up the tab for that too. After all, who is going to pay support for a product that is not as complete as the closed source competition? On top of all of that, they need to maintain a support infrastructure, which is where the revenue actually comes from. Is it any wonder that the cost of their support contracts start to look an awful lot like the total cost of a closed source license plus support contract? Of course not. They have the same costs, so they need to generate the same revenues. The much vaunted open source support model is really not much different in practice than closed source. And once an open source support company gets bought out by one of those enterprise class vendors, have fun being treated like an enterprise class customer.

XYZ as a service

The "... as a Service" moniker is new, but the idea is not; falling networking costs and rising speeds in conjunction with the evolution of the Web as an application platform have made it a much more plausible business model now than it was a few years ago. This is a great business model for applications that you use on a regular basis. The ongoing costs to the customer are justified because the customer does not have to support the application, maintain a hardware environment, deal with installations and upgrades and such, wrangle with backups, and more. While the per user, per month cost is usually much higher than purchasing the applications and a support license, it typically washes out once you factor in the other, less direct costs. If you ignore the technical and business concerns around this model, it is very attractive to the customer and the vendor. While the vendor does support the customer, the support costs are dramatically lower because all they need to support is using the application, not owning it. The customer is not paying for upgrades or support (although that is part of the package), they are paying for the vendor to maintain and run the application, which seems fair to the customer. However, not every application is well suited for this model. Some applications have technical limitations that make them better suited for on-premise servers or desktop usage; other applications get used too infrequently for a monthly bill to make sense (perhaps vendors should look into per-usage pricing models?). Some organizations are so large that they have the same economics of scale that a vendor has, so the service model really ends up costing more since the vendor also has to make a profit, while the internal IT department does not. The biggest problem with the service model is that the much feared vendor lock in is even worse than with traditional application models because your data is not local. The vendor can hold your data hostage if they want. I think that most vendors are upstanding companies that do not wish to mistreat their customers, but I have been in third-party relationships where it was clear that the vendor knew they would lose a lot of business if they made it easy to leave.

Ad supported

A while back, it looked like with enough ads, anything could be free to the end user. Few applications have the user density to get enough ad revenue to support real development work. On top of that, the best way to be able to charge more for ads is to have them be the kinds of ads that many customers hate: giant, obnoxious ads, or the kind that use your private information to target you. For the most part, it seems like ad supported software model is best suited for the consumer space, while businesses usually avoid it. I can think of one or two counter-examples (one of my favorite companies makes a great ad supported business application that customers love), but for now, it does not look like a realistic model for most business applications.

Conclusions

I am not saying that every software vendor is sleazy -- far from it. The problem is that the current software models lend themselves all too well to sleazy behavior, and some really encourage it; there are far too many vendors are behaving this way. In my experience, the larger the vendor, the more likely they are to abuse their customers. Why? Because they have a larger structure to support, and a higher ratio of parasitic costs to revenue generating costs. If you look at a smaller company, the lead developer or the project manager might also be the owner, and the sales lead and the marketing team are the same person, and so on. But a bigger company has a huge overhead that does not contribute to the bottom line, things like accountants, legal departments, and HR departments. Large companies need to make more money just to feed the beast, and many of them also have a stock price or dividends to worry about too, as well as the need to build cash reserves for M/A actions. This does not mean that small software companies are perfect or never take advantage of their customers; it just means that bigger companies have a lot more urgency to wring every last dime out of their customers. That said, many projects (think databases, operating systems, etc.) are too big to write with a small, lean company, let alone support. Something needs to give and soon. Customers are increasingly angry. The open source movement has proven to be much more evolutionary than revolutionary. Too many applications have been paid for and upgraded faithfully year after year, generating billions of dollars for their vendors, while delivering no features anyone needs and just becoming more and more bloated. Customers spend too much money on IT to not see a lot value in their investments. Software vendors need to find a way to make money while treating customers fairly and like partners, rather than like victims to be bled dry. Most software vendors are doing a great job of providing value at a fair price, but those vendors aren't poisoning the industry. The vendors that are poisoning the industry are costing customers too much money and trust, and the rest of us are being affected by their actions. Many of the problems in the software industry, particularly bloated, buggy, and insecure software, are a direct result of the business models that foster stagnancy and inertia rather than innovation and value. J.Ja

posted by Justin James
September 3, 2010 @ 10:49 am


Infrastructure-Application-ManagedServices.Visit www.dayaciptamandiri.com for details..

Saturday, September 04, 2010

Selamat kepada ACSC Pekanbaru

Selamat kepada Acer Customer Service Center, Plaza Senapelan, Pekanbaru yang telah mengimplementasikan finosMQS - sistem antrian multimedia.

Kami bangga melayani Anda.

Infrastructure-Application-ManagedServices.Visit www.dayaciptamandiri.com for details..

Friday, September 03, 2010

A Delicate Balance: DLP and Privacy

Data Leakage Prevention (DLP) practices are implemented in order to
prevent the unauthorized distribution of confidential/private information.
Because email was not originally developed with security as a top
priority, the transfer of sensitive information is immediately exposed to
a range of threats. The limitations of the SMTP protocol, industrial
espionage, disgruntled employees and the growing frequency of identity
theft represent only a fraction of the threats to an organization's
emails. While these threats are real and must be addressed, it is crucial
that a DLP system and policy be consistent with a company's overall
strategy so that employee expectations about privacy can be reasonably
managed.

Sensitive information is typically characterized by keywords, textual or
numerical patterns (i.e. credit card number, social security number etc.)
and other content-related phrases. PineApp's policy-driven DLP module, for
instance, scans all outgoing emails for the presence of content that has
been defined by an organization's own policy. An email that is flagged,
due to these predefined criteria, is immediately intercepted and system
administrators are instantly notified.

While it may be obvious to company management that all emails ought to be
reviewed and scanned for security purposes, a company must make it clear
to their employees that someone is NOT reading every email in their
system. This "Big Brother" perception must be acknowledged and addressed
from the very beginning stages of a DLP policy development.

When applying DLP to an organization's email server, IT managers need to
maintain a delicate balance between their company's security interests and
the end-user's privacy. This balance is only possible through a coherent
policy that is aligned with the management of sensitive data in all facets
of the organization.

visit: www.pineapp.com for detail.

contact us for POC / test on your site.

Fanky Christian
Business Development Director
PT. DAYA CIPTA MANDIRI SOLUSI
IBEC Building 2nd Fl
Jl. KH Wahid Hasyim No.84-86
Jakarta Pusat, 10340, Indonesia
SMS: 62-21-98054359
Telp: 62-21-3924716
Fax: 62-21-3903432
mobile: 62-812-1057533
www.dayaciptamandiri.com

Wednesday, September 01, 2010

Where to turn for low-cost help desk management ?

ManageEngine provides Cetero Research full functionality at a fraction of
the cost of high-end products

Network/Systems Management Alert By Beth Schultz, Network World
August 27, 2010 12:59 PM ET
Beth Schultz

When the big guns of service management software are too pricey for your
budget and demanding of your staffing resources, where do you turn?

ManageEngine has been a good choice for Alex Walker, IT director at Cetero
Research, a leading clinical research organization based in Cary, N.C.
Red Hat Enterprise Linux on HP ProLiant and BladeSystem Servers: View now

When Walker arrived at Cetero's San Antonio campus three years ago, he
found a small company evolving into a midsized organization but without
associated best IT practices in place. Service and support was a
particular pain point, with a limited number of technicians scrambling to
get jobs done around the four-building campus and users often having to
chase them down as new problems cropped up, he says.

"People would literally stop us in the hall, leave us notes on our chairs,
send us screenshots, leave us voicemails or e-mails -- however they could
get in touch to let us know about their pain," Walker says, noting that at
the time PCs were aging rapidly and required lots of attention.


Rather than being able to focus on foundational infrastructure, Walker
says, "I even found myself sucked into replacing power supplies."

Something had to be done, and quickly. Knowing service management tools
from larger companies like BMC, IBM and HP weren't within his budget,
Walker says he selected ManageEngine's ServiceDesk Plus, Web-based help
desk software, from among four or so tools he evaluated.

"I downloaded the evaluation copy, experimented with it and at that point
decided it was good enough for us to use. We could implement it quickly
using a Wizard and solve some of our short-term issues right away," Walker
says. "When we starting really using it, we found that it has virtually
the same capabilities of the higher-end tools and so we've expanded its
use."

The ManageEngine help desk software includes asset, contract,
purchase-order and request management, as well as a self-service portal
and a knowledge base. Walker estimates he spent about 10% of the price he
would have paid for a comparable Remedy package, from BMC.

The self-service portal has proved quite welcome to Cetero's users, he
adds. They can users input trouble tickets and receive automated status
updates via e-mail. "My two support technicians are handling between 100
and 150 trouble tickets a month. They're comfortably busy, and can easily
prioritize work now," Walker says.

ServiceDesk has proven such a good tool at the San Antonio site, which now
also uses it to handle facilities requests, that Cetero is rolling out the
tool across the organization, Walker adds. "Technicians at each site will
use the tool but with the central application we'll be able to roll up
reporting and transfer tickets to staff at different sites when
appropriate," he says.

Cetero has grown its use of ServiceDesk Plus as well as other ManageEngine
applications in part because of the great support the company provides,
Walker adds. "We've always gotten quick response and never have had an
issue take longer than a couple hours to address. I can't speak highly
enough about that."

Need ServiceDesk Plus ?

DCM has been registered as ManageEngine's partner since 2005 for Indonesia
region. Contact us now.. 08121057533 / Fanky.

Selamat kepada BNI Cabang Kwitang, Jakarta

Selamat kepada BNI Cabang Kwitang, Jakarta yang telah berhasil
mengimplementasikan finosMQS - sistem antrian multimedia. Kiranya hasil
karya anak Indonesia ini menjadikan sistem antrian lebih maksimal dan
dapat dimonitor serta ditingkatkan kinerja layanannya, serta memberikan
edukasi yang cukup kepada para pelanggan.

Kami senang mendukung Anda.

Tahukah Anda, bahwa OZEKI NG bisa digunakan juga untuk mengambil data SNMP, mengolah data SNMP?

Apa saja kemampuan nya?

1. SNMP network monitoring and SMS notifications
OZEKI NG digunakan sebagai SNMP agent - akan menghasilkan SNMP trap
bisa SMS diterima Cara ini menjadikan OZEKI sebagai SNMP agent. Jika ia
menerima data dalam bentuk SMS, maka ia akan memforward nya sebagai
SNMP trap event ke SNMP monitoring server.

Contoh pemakaian:
- integrasi PicoBox dengan OZEKI NG. PicoBox terkenal dgn kemampuannya
untuk mendeteksi sensor dan mengirimkannya melalui SMS, hingga 40 SMS
bersamaan. Dengan diintegrasikan, maka pesan yang dikirimkannya dapat
diterima juga masuk kedalam sistem NMS.


2. SNMP agent - menerima SNMP query, dan memforward nya sebagai SMS
Dalam hal ini OZEKI NG berperan sebagai SNMP agent. Dapat diquery oleh
SNMP monitoring software (seperti OpManager) menggunakan SNMP get
request. Dengan SNMP query, maka SNMP monitoring software dapat
mengirimkan SMS.


3. SNMP monitoring server - mengirimkan SNMP queries
Ini adalah kemampuan SNMP monitoring , dapat mengquery SNMP agent
dengan mengirimkan nilai OID dengan SNMP GET request. Jika nilai yang
dikembalikan cocok, maka dapat mengirimkan SMS.


4. SNMP monitoring server - menerima SNMP traps
Dengan kemampuan ini, SNMP monitoring server can dapat menerima alert
dari SNMP agents. Alerts yang dikirim oleh SNMP agents sebagai SNMP
traps. Kita dapat menentukan nilai OID and angka didalammya. Jika SNMP
server ini menerima OID yang dikonfigur dan angka nya, maka ia akan
mengirimkan SMS message ke nomor2 tertentu.


Selamat mencoba, ada kendala?
Hubungi kami..

Fanky Christian
Business Development Director
PT. DAYA CIPTA MANDIRI SOLUSI
IBEC Building 2nd Fl
Jl. KH Wahid Hasyim No.84-86
Jakarta Pusat, 10340, Indonesia
SMS: 62-21-98054359
Telp: 62-21-3924716
Fax: 62-21-3903432
mobile: 62-812-1057533
www.dayaciptamandiri.com

Online Store: www.tokofc.com

visit:
- dayaciptamandiri.blogspot.com
- fankychristian.blogspot.com
- www.facebook.com/fanky.christian

Structure Cabling and Data Center
|AMP|BrandRex|CCSI|NetViel|Goldbach|UniFlair|Mira|APC|
|Fingerprint|FM200|FirePro|
|Cisco Systems|Juniper|Raisecom|Proscend|

Multimedia
|Kiosk System|
|finosMQS - multimedia queuing system|
|finosMDS - digital signage system|
|finosSQM - sequence queuing system|

SMS Gateway
|SendQuick|OZEKI NG|

Enterprise Management
|OpManager|AppManager|ServiceDesk Plus|NetflowAnalyzer|
|Desktop Central|Firewall Analyzer|FacilityDesk|Solarwinds|

Database and Chart
|FusionCharts|Navicat|

Services
|Network Implementation Services|Operation Support Services|

Apa yang sudah saya beri??

"Allah menciptakan matahari, matahari memberi sesuatu. Allah menciptakan bulan, bulan memberi sesuatu. Allah menciptakan bintang- bintang, bintang-bintang memberi sesuatu. Allah menciptakan awan- awan, awan-awan memberi sesuatu. Allah menciptakan bumi, bumi memberi sesuatu. Allah menciptakan pohon-pohon, pohon-pohon memberi sesuatu. Allah menciptakan bunga, buah, binatang, mereka memberi sesuatu. Allah menciptakan Anda dan saya, apa yang Anda dan saya beri?"