Translate

Wednesday, October 31, 2018

Libatkan Publik Bangun Klasifikasi Data Elektronik Untuk Kepastian Berusaha

Siaran Pers Kemkominfo RI

*Libatkan Publik Bangun Klasifikasi Data Elektronik Untuk Kepastian Berusaha* 

Jakarta ~ Pemerintah mengambil langkah terobosan untuk melakuan revisi Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PP PSTE). Langkah yang juga melibatkan pemangku kepentingan itu diambil untuk memberikan kepastian iklim berusaha dengan tetap menjaga kedaulatan negara. 

Sejalan dengan upaya Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla untuk meningkatkan arus investasi ke dalam negeri dan meningkatkan iklim kemudahan berusaha, Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama pemangku kepentingan menilai kewajiban penempatan fisik data center dan data recovery center tidak sesuai dengan tujuannya, karena kepentingan utama pemerintah adalah terhadap data bukan fisiknya. 

"Kemungkinan akan banyak Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) yang tidak comply dengan kewajiban ini karena pertimbangan bisnis ataupun keterbatasan pemahaman," jelas Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan di Kantor Kementerian Kominfo, Jakarta, Rabu (31/10/2018).

Jika hal tersebut tidak diantisipasi, menurut Dirjen Semuel akan dapat memengaruhi iklim kepastian berusaha. "Tidak ada klasifikasi data apa saja yang wajib ditempatkan sehingga tidak ada parameter bagi PSE selaku pelaku usaha atau ketidakpastian berusaha. Dengan tidak adanya klasifikasi tersebut, Kemungkinan banyak PSE yang akan ditutup atau diblok berdasakan pelanggaran atas kewajiban tersebut," tambahnya.

Oleh karena itu, menurut Dirjen Aptika, Pemerintah mengambil langkah terobosan dengan mengatur Klasifikasi Data Elektronik (KDE). Pengaturan itu dibutuhkan untuk memperjelas subjek hukum tata kelola data elektronik, yang meliputi pemilik, pengendali, dan pemroses data elektronik.

"Sebelumnya dalam PP Nomor 82/2012 terdapat kewajiban Menempatkan DC dan DRC di wilayah Indonesia, namun tidak ada aturan dan sanksi jika tidak menempatkan DC dan DRC di Indonesia," papar Dirjen Semuel.

*Transformasi*
Penyesuaian regulasi penting dilakuan untuk menampung perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat.  Menurut Dirjen Aptika, pemerintah memastikan netralitas teknologi, perlindungan data, inklusivitas ekonomi digital, penegakan hukum, dan kedaulatan negara tetap akan terjaga.
"Pengaturan klasifikasi data elektronik ditujukan untuk mendukung ekonomi digital, membangun ekosistem investasi. Secara teknis akan menjadikan koneksi hub untuk ekspor dan impor data dan menerapkan cloud first policy," jelas Semuel.
Perubahan yang diusulkan Pengaturan Lokalisasi Data Berdasarkan Pendekatan Klasifikasi Data, yaitu Data Elektronik Strategis, Tinggi dan Rendah. Adapun kriteria seperti gambar terlampir.

*Libatkan Publik*
Penyusunan RPP Perubahan PP PSTE telah dilaksanakan sejak awal Tahun 2016 dengan melibatkan kementerian dan lembaga terkait atau panitia antarkementerian untuk membahas materi muatan serta telah mendapatkan masukan dari pelaku usaha, akademisi, praktisi dan asosiasi terkait.
"Dimulai sejak 25 November 2016 setelah disahkannya UU ITE Perubahan atau UU 19/2016. Kemudian sekitar Mei 2018 pada tahapan pembahasan harmonisasi di Kementerian Kumham ada beberapa masukan dari kementerian/lembaga dan masyakarat," tutur Semuel Pangerapan menjelaskan proses penyusunan.

Selanjutnya Dirjen Aptika menambahkan pada tanggal 22 Oktober 2018, Menkumham menyampaikan draft RPP PSTE yang telah selesai diharmonisasi. "Pada 26 Oktober atas dasar Surat Menkumham tersebut, Menkominfo menyampaikan RPP Perubahan PSTE kepada Presiden untuk persetujuan," ungkapnya.***

Ferdinadus Setu
Plt Kepala Biro Humas Kemkominfo RI
IG: @kemenkominfo
Twitter: @kemkominfo


Bandingkan juga dengan data-data Asosiasi terkait.




Semoga industri data center tetap jaya di Indonesia.





Fanky Christian
Director
PT Daya Cipta Mandiri Solusi
DataCenter-Cloud-Monitoring
Mobile/WA: +628121057533
Wechat/Skype: fankych1211
www.dayaciptamandiri.com

DEVELOP STRONG CHARACTERS for YOUR CHILDREN

DEVELOP STRONG CHARACTERS for YOUR CHILDREN
(Membentuk karakter yang kuat untuk anak-anak anda)

Hari itu saya sedang beristirahat dan bersantai di tepi telaga Sarangan. Tetapi meskipun saya berada di tempat yang sangat sepi, saya beruntung bisa berdiskusi tentang pendidikan anak, melalui WhatsApps dengan seorang sahabat saya.

Sebut saja Namanya Arini, seorang teman seangkatan saya dari ITB. 
Anaknya Arini mengambil jalur pendidikan dari Pondok Pesantren Gontor, kemudian mengambil S-1 dan S-2 di Malaysia dengan beasiswa di bidang Finance. Dan tahun depan dia sedang berjuang untuk memdapatkan beasiswanya ke Jepang (S-3 Finance). Wow!

Kami mempunyai kesamaan pola dalam mendidik anak-anak kami. Anak saya sendiri bersekolah SMP dan SMA di Singapura, dan sekarang mendapatkan beasiswa di bidang Chemical Engineering di Amerika.
Meskipun kelihatannya Malaysia berbeda dengan Amerika (di mana mereka kuliah), dan tentu saja Pondok Gontor berbeda dengan Singapura (di mana mereka mendapatkab pendidikan menengah mereka), tetapi sebenarnya banyak sekali kesamaan dalam mendidik mereka.

Karena sebenarnya prestasi akademis itu adalah bungkus luarnya saja, atau mungkin puncak dari gunung es (the top of the iceberg). Yang seringkali orang lupa adalah karakter kuat yang harus kita tumbuhkan di dalam diri anak-anak kita sebelum mereka mencapai prestasi mereka (semangat yang tinggi, rajin belajar, pekerja keras, pantang menyerah ... dll).

Di sinilah kami memiliki kesamaan. Pertama: bagaimana kami harus membentuk karakter yang kuat dan seimbang. Kedua, bagaimana kami membantu anak-anak kami di masa-masa sulit mereka.
Kita bahas satu per satu.

Pertama, kami tidak mempercayai bahwa akademis adalah satu-satunya hal yang harus ditekankan pada anak anak kita. Dunia berubah begitu cepat. Mereka harus mempunyai karakter yang kuat, agar mereka juga mempunyai learning agility (kemampuan mempelajari hal yang baru), serta stamina dan keseimbangan mental menghadapi persaingan yang makin lama makin ketat.
Jadi apa saja yang mereka butuhkan?
Olahraga: menumbuhkan keinginan untuk mencapai yang terbaik dengan mematuhi peraturan yang berlaku (being competitive while respecting all the rules)
Seni: menumbuhkan kreativitas untuk menciptakan sesuatu yang baru. Creativity and Innovation akan sangat dibutuhkan di masa depan
Akademis: jelas tanpa prestasi akademis yang sulit, tentu saja akan sulit berkompetisi di masa depan
Spiritual (agama), untuk membuat anak-anak kita selalu bersyukur terhadap apa yang mereka punyai dan mereka capai.

Keseimbangan dalam empat hal itulah yang sangat dibutuhkan anak-anak kita. Tanpa keseimbangan itu, mereka tidak akan mempunyai karakter yang kuat.
Itulah kenapa angka bunuh diri di kalangan remaja beberapa negara sangat tinggi. Itulah kenapa , ada sebuah negara di mana mereka cenderung mempunyai prestasi akademis yang tinggi, namun mereka jarang berinovasi (karena penekanan akademis yang terlalu tinggi dan kurangnya pendidikan seni).

Tugas kita sebagai orang tua adalah membentuk karakter yang kuat dengan menyeimbangkan keempat hal di atas (akademis , olahraga, seni dan agama).

Terus bagaimana kita bisa membentuk karakter yang kuat pada anak-anak kita?
Kita ikuti lima rekomendasi di bawah ini ....

a) Build strong fondation for their  characters

Pada saat anak-anak kita masih di usia dini, mari kita membentuk karakter yang tangguh dan seimbang. Ini sama pentingnya dengan memacu prestasi akademis.
Jangan sampai anak anda mempunyai prestasi akademis yang cemerlang tetapi tanpa kepribadian yang kuat. Ini yang membuat beberapa mahasiswa yang lulus dengan IP tinggi tapi ternyata tidak mampu mencapai karier yang pesat berkembang.

b) Create a balance of academic, sport, art and spiritual.

Kuatkan fondasi karakter mereka dari segi olahraga, seni, agama dan (tentu saja) akademisnya.
Keempat hal itu harus seimbang. Dan anak anak anda akan membutuhkan itu semua dalam perkembangan ekonomi global yang menuntut anda untuk cerdas, competitive, innovative dan tetap seimbang dalam life-style mereka.

c) Challenge them to build and reach their dreams

Menjadi orang tua bukan hanya mengiyakan apa yang mereka katakan. Kadangkala mereka sendiri tidak tahu atau tidak percaya diri dengan kemampuan mereka sendiri. Challenge mereka untuk mencapai yang terbaik. Gantungkan cinta-cita mereka setinggi langit.
Jangan paksakan sesuatu ke mereka, Biarkan mereka memilih field yang mereka ingin tekuni. Tetapi setelah mereka pilih , challenge them to achieve their best.

d) Motivate, listen and help  them

Perjalanan mereka mencapai cita-cita mereka akan berat. Motivasi lah mereka. Dan mereka pasti akan menghadapi masalah di tengah jalan: beratnya masalah, kejenuhan, kebosanan dan kadang-kadang keputusasaan.

Anaknya Arini pernah ingin meninggalkan Gontor dan  menjalankan sekolah normal di Bandung. Anak saya pernah menangis dan ingin keluar dari Singapure karena beratnya persaingan sekolah di sana.
Tugas kita bukanlah memarahi mereka atau mengkritik mereka. Tugas kita adalah mendengarkan, mengerti mereka, membantu mereka dan memotivasi mereka!

Show your unconditional love. Tell them you love them,  no matter what the end result will be, as long as they do their best.

e) Lead them by examples
Last but not least, pendidikan dan pembentukan karakter yang terbaik itu bukan dengan kata-kata atau bentakan. Yang terbaik adalah dengan memberikan contoh dan teladan yang baik. Anda ingin akan anda belajar, ya anda harus belajar.
Anda ingin anak anda berolahraga, ya anda harus  berolahraga.... etc ... etc.
It is called "parenting by example", yang jauh lebih effektive dibandingkan dengan sekedar kata-kata atau nasihat.

Jadi ingat ya, untuk membentuk karakter yang kuat pada anak-anak anda, lakukan kelima langkah ini:
a) Build strong fondation for their  characters
b) Create a balance of academic, sport, art and spiritual
c) Challenge them to build and reach their dreams
d) Motivate, listen and help  them
e) Lead them by examples

Salam Hangat


Salam Hangat

Pambudi Sunarsihanto

Fanky Christian
IT Infrastructure Specialist
Smartcityindo.com
StartSmeUp.Id

Chairman DPD DKI APTIKNAS
Vice Chairman ASISINDO
Secretary ACCI

Tuesday, October 30, 2018

Kesempatan Selalu Tersedia

*Kesempatan Selalu Tersedia*

Kesempatan tidak pernah terulang. Ini biasa kita dengar berkiatan dengan menejemen waktu atau ketika membicarakan perencanaan. Dan ini memang benar. Ketika hari ini kita diberi kepercayaan untuk melayani bidang tertentu, kesempatan itu memang hanya tersedia sekali, tak akan terulang. Kalau kita menolaknya, maka kesempatan itu tak pernah terulang lagi. Kali berikut kita bisa saja diberi kepercayaan untuk melayani bidang yang sama di lembaga yang sama oleh orang yang sama, namun kesempatan yang pertama itu tidak mungkin terulang lagi. Sebab, situasi, tantangann kebugaran diri dan pikiran, orang-orang yang beriinteraksi dalam pelayanan pada kesempatan pertama, berbeda dengan pada kesempatan ke dua.

Maka memang benar bahwa kesempatan itu tak pernah terulang. Karena itu setiap kesempatan untuk melayani harus kita respons dengan penuh tanggungjawab.

Namun, dalam kaitan dengan pendamaian, dan karena itu keselamatan, ketakterulangnya kesempatan itu tidak berlaku. Karunia Allah yang menyelamatkan selalu tersedia sepanjang masa dalam kualitas yang sama.  Itulah yang dimaksud Paulus ketika ia menulis: "Sebab Allah berfirman: "Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau. " Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu."  (2 Kor. 6:2)

Sejak kematian dan kebangkitan Yesus keselamatan itu tersedia setiap saat dan sepanjang masa. Kesempatan untuk mengalami keselamatan dari Allah, selalu tersedia kapan saja. Yang terbatas adalah kesempatan hidup kita. Kita tak pernah tau sampai kapan kita masih hidup dan karena itu dapat menikmati kesempatan mengalami keselamatan itu. Karena itu, lebih baik bergegas memanfaatkannya.

Selamat pagi,
Arliyanus Larosa

Saturday, October 27, 2018

DELIVERING GREAT PRESENTATION ...

DELIVERING GREAT PRESENTATION ...

Hari itu sudah larut dan saya sedang menuju lobby kantor saya menunggu mobil saya.
Datanglah Kiki, seorang kolega saya di kantor yang menyapa. Dan kemudian dia berkata,"I really need to improve my presentation skills ..."
Really ?
"Yes, I do ..."
Sayangnya percakapan terputus karena mobil sudah datang.

Tetapi dalam perjalanan ke rumah saya merenung ... Dan memang benar... ternyata memang banyak talent talent kita yang punya potensi bagus, performance nya bagus, tapi masih ada gap di dalam confidence, communication and presentation skills.
Akibatnya mereka susah "menjual" ide mereka ke management. Padahal in all our job, we all sell our ideas. Kita semua menjual ide. Dan untuk itu kita harus mengemas dalam presentasi yang menarik agar kita mampu meyakinkan (convince) mereka untuk menjalankan idea mereka. And that is the power of presentation skills.
And please .... jangan ada yang bilang bahwa ada temannya yang cuma jago presentasi tetapi sebenarnya gak ngerti banyak.
Sekarang kita harus jago semuanya.
Konsep harus ngerti, presentasi harus jago, dan juga harus mampu implementasi .

Yang ini saya ulang ya , karena penting banget ....
1) Konsep ngerti
2) Presentasi jago
3) Mampu implementasi

Nah sayangnya banyak talent talent kita yang ngerti konsep dan jago implementasi, tetapi kurang bisa presentasi.
Akibatnya mereka susah meng-convince management tentang ide mereka.
Dan lambat laun ini tentunya akan mempengaruhi prestasi dan performance mereka.

Now you understand why presentation skills is very important for your career.

Jadi bagaimana dong...
Well, you can follow these 5 golden rules ...

1. Great opening
2. Explain the WHY
3. Describe the WHAT
4. Give EXAMPLES
5. Make the CONCLUSION

1. Great Opening

Ingat kita semua sibuk di pekerjaan. Hari hari kita seringkali boring, tenggelam dalam monotonie dan mengejar pressure dan objective yang harus kita capai.
Kalau anda datang dengan presentasi yang boring kita akan ngantuk dan tertidur lelap.
Your first one minute should be eye-catching dan interesting.
Bawa fakta yang menarik, simple and light joke atau slide yang membuat orang ingin melihat, tertarik dan tersenyum.
Jangan vulgar, jangan desesperately seek attention, but something simple and light just to catch your attention.

2. Explain the WHY

Then you explain why what you will present is important.
Share some facts that support your argument.
Seorang teman saya pada saat menerangkan tentang Operational risk, memulai dengan sharing tentang berapa kerugian financial perusahaan pada saat operational risknya ter-compromised.
Seorang teman saya yang lain menggambarkan nilai kerugian sebuah perusahaan pada saat attrition rate nya mencapai 10 persen per tahun.
Search, analyze and present those facts.

3. Describe the WHAT

After the opening and the why, you can continue with the WhAT.
Stick to the points. Be brief, keep it short.
Nothing kills a presentation like a long and boring serie of slides.
Singkat, cepat, padat, fokus, dan langsung ke sasaran yang tepat (lho... memangnya panahan? 😀).

4. Give EXAMPLES
Remember , mereka harus mengerjakan sesuatu setelah presentasi anda (anda kan menjual ide ke mereka).
Jadi mereka harus benar benar mengerti apa yang harus dilakukan.
Makanya anda harus memberikan contoh-contoh agar mereka semakin jelas.
Make sure they understand what needa to be done after that.

5. Make the CONCLUSION

Nah, di akhir presentasi tetap harus ada kesimpulan da  summary...
- apa yang disepakati
- apa yang harus mereka kerjakan
- bagaimana progressnya akan dimonitor

By the way, the biggest  mistake is to close a presentation with Question and Answer. Dont do that.
Kalau anda tidak bisa menjawab pertanyaan ya kan you will close with something negative.
Kalau ada Q&A do it in the middle. And close on a strong note with a good conclusion.

So, ingat baik baik ya the 5 golden rules of a good presentation

1. Great Opening
2. Explain the WHy
3. Describe the WHAT
4. Give EXAMPLES
5. Make the CONCLUSION

Last but not least, remember
1. Rehearse
2. Rehearse
3. And rehearse again

Ingat presentation skills adalah sesuatu yang di asah.
Jadi tidak ada rahasia untuk sukses dan bisa memperbaikinya selain dari ...
1. Latihan
2. Latihan
3. Dan latihan lagi

Salam Hangat

Pambudi Sunarsihanto

Fanky Christian
IT Infrastructure Specialist
Smartcityindo.com
StartSmeUp.Id

Chairman DPD DKI APTIKNAS
Vice Chairman ASISINDO
Secretary ACCI

The most profitable companies make per second

Blockchain use cases

Inside CEO brain

Tuesday, October 23, 2018

HOW TO MOVE YOUR FOCUS FROM THE "PAST" TO THE FUTURE ....

HOW TO MOVE YOUR FOCUS FROM THE "PAST" TO THE FUTURE ....

(Bagaimana memindahkan fokus anda dari masa lalu ke masa depan).

Dewi bekerja di sebuah perusahaan asing di Indonesia. Dia baru saja pulang setelah menyelesaikan 3 tahun  job rotasi dari Inggris. 
Dan setelah 3 bulan di posisi ini, Dewi tidak bisa menyembunyikan frustasinya.
Setiap kali dia mengajak teamnya untuk memulai sesuatu inisiative baru, selalu saja teamnya menjawab,"But ... that's not how we did it in the past"
Tapi dulu kita tidak mengerjakan seperti itu.
Dan meskipun Dewi selalu berusaha menjelaskan bahwa mereka harus mengganti cara baru untuk mencapai objective yang baru, masih saja Dewi melihat "ketidakikhlasan" di mata mereka.
"I dont what to tell them, they really need to move their focus from the past to the future".

Fons Trompenaars dalam bukunya "Riding the wave of culture" menuliskan bahwa memang beberapa bangsa itu lebih berorientasi ke masa lalu (India, China, Indonesia).
Sementara banyak bangsa-bangsa barat lebih berorientasi ke masa depan.
Waktu saya kuliah di Perancis tahun 1987, walikota Paris sudah mempunyai visi "Paris 2010".
Seorang teman saya yang bekerja di sebuah perusahaan Eropa sudah bisa menceritakan apa visi perusahaannya untuk tahun 2030, lengkap dengan 9 inisiatif yang akan mereka lakukan.
Looks how far beyond the create the vision for the future.
Sementara India masih saja mengulang-ulang cerita kejayaan Mahabarata, China mengulang-ulang kejayaan Dinasti Ming, dan Indonesia masih mengulang-ulang menceritakan masa kejayaan kerajaan Majapahit dan Sriwijaya.
Which is good, kita harus membangkitkan rasa confidence kita sebagai bangsa , dan kemudian harus segera mengganti fokus kita kepada masa depan!

Saya nggak yakin banyak yang bisa menjawab tentang "Indonesia itu akan seperti apa dalam 10 tahun ke depan?"
How does our country will look like in 10 years?

Jadi kita ini ternyata terlalu banyak fokus ke sejarah, dan lupa merencanakan masa depan.
Makanya beberapa pembangunan kita seperti tidak terarah.

Parahnya, masih juga mengingat-ingat masa lalu... 
dulu kita jaya....
kita dulu adalah bangsa yang besar....
kayaknya presidennya lebih bagus presiden yang dulu (Sambil menggambar wajah presiden jaman dulu di truk truk Pantura dan menuliskan "enak jamanku mbiyen le")

Why do we even have to compare with him? It is in the past!
With all my respect to him, we cannot bring him back here, so lets move on and stop comparing with the past ....

By the way, this is valid for our country, our business, our career our family....
- Do you know how the company will look like in 3 years
- Do you know how your family will look like in 3 years
- do you know how your career will look like in 3 years

Use your past to create the inventory of your strength, to build a solid fondation for the future.

Gunakan masa lalu anda, untuk membuat inventory kekuatan anda yang akan menjadi fondasi yang kokoh untuk masa depan anda.

Bagi orang orang yang berfokus pada masa depan, long term goal akan menjadi dasar kegiatan dan aktivitas sehari hari.
This keeps them ambitiously working, saving, and planning for a better.

Future-focused people are more successful professionally and academically. 

But if they focus too much on their future, they often do not fully appreciate the present. Think of the stereotype of the successful executive who is always too busy for his family. (Friends and family require your attention to be in the present.

On the other hand, 
Present-focused people actively seek activities and relationships that bring pleasure, variety and short-term payoffs. They avoid anything requiring effort, maintenance, or routine. They're playful and impulsive, engaging in leisure activities (until it becomes boring).

They are the least likely to be successful.

While some present-focus is needed to enjoy life, too much present-focus can compromise your life of the deeper happiness of accomplishment.

Tentu saja jawabannya adalah dengan mem-balance kan masa sekarang dan masa depan.

Terus bagaimana dong ... supaya kita bisa terus menerus perform well (and enjoy) during the present while focusing on the future?

1. Define your goals (what you want to achieve) in 3-5 years time
Pikirkan apa yang ingin anda capai dalam 3-5 tahun ke depan.

2. Define how you will achieve your goals (how, values, way of working, dos and dont)
Pikirkan bagaimana anda akan mencapainya? Anda tidak akan menghalalka  segala cara kan? Pikirkan apa yang anda boleh lakukan dan yang anda tidak boleh lakukan.

3. Work hard (while keeping yourself in the values that you defined)
Setelah rencana, plan dan strategy nya kelar, it is time to implement them.
Bekerjalah sekeras kerasnya untuk mencapai goal anda , tanpa melanggar nilai nilai yang sudah anda sepakati dengan diri anda sendiri.
You need to have strong commitment to yourself.

4. Balance the work hard and reward
Seimbangkan kerja keras anda dengan reward, take-a-break, hobby dan passion anda.

5. Continue to learn
Terus meneruslah belajar. Ikuti perkembangan terakhir.
Ubah cara anda memandang sebuah masalah.
Siapa tahu ada skills baru yang mempercepat kerja anda.
Siapa tahu goal anda harus diganti.
Siapa tahu anda harus pindah industry.
Siapa tahu anda harus menambah network baru.
Watch. 
Listen. 
Observe. 
Learn. 
Improve.

Selamat mencoba!

Salam Hangat

Pambudi Sunarsihanto

Fanky Christian
IT Infrastructure Specialist
Smartcityindo.com
StartSmeUp.Id

Chairman DPD DKI APTIKNAS
Vice Chairman ASISINDO
Secretary ACCI

12 Steps to #socialmedia marketing success

Friday, October 19, 2018

Workshop UKM Goes Online buat Smart Citizen

Bertempat di Ruang Serbaguna Blok B Tanah Abang, Pihak Pengelola dan StartSmeUp.ID - sebagai divisi dari PT Daya Cipta Mandiri Solusi, anggota Asosiasi Pengusaha TIK Nasional, kembali mengadakan kegiatan Pelatihan / Workshop UKM Goes Online.

Kegiatan kali ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan tahun lalu di tempat yang sama, yang semula melibatkan Bukalapak. Kali ini melibatkan 2 anggota APTIKNAS, dengan produk unggulan mereka untuk membantu UKM, yaitu : iReapPOS (Aplikasi Point of Sales) dan Apps2U (Platform online membuat apps).

Hadir dalam kesempatan kali ini, Ibu Bevi Linawati selaku BM Pengelola Mal Blok B Tanah Abang, Ketua Umum APTIKNAS Soegiharto Santoso, Ketua DPD DKI APTIKNAS Fanky Christian, dan juga tamu dari luar jakarta, Tritan (DPD APTIKNAS JATIM) dan Mr. Tao (INSPUR China).


Foto. Suasana Blok B Tanah Abang, selaku pusat fashion terbesar Indonesia, yang telah efektif menerapkan Offline to Online (O2O). Tampak dalam gambar toko yang merupakan pedagang O2O.


Pihak pengelola menyediakan 1 kiosk untuk membantu tenant dalam mengelola bisnis online nya. Dan APTIKNAS melalui StartSmeUp.ID terlibat aktif di dalamnya.




Suasana di dalam Kiosk Kreatif, ada komputer, Manekin (ruang studio), dan proyektor untuk training dan pelatihan UKM Goes Online. Kiosk Kreatif terletak di Lantai 5.


Para pembicara yang hadir (ki-ka) : Ketua DPD DKI APTIKNAS Fanky Christian, CEO PT Sterling Tulus Cemerlang Andy Djojo , Hesty , Ketua Umum APTIKNAS Soegiharto Santoso, GM Blok B Tanah Abang Bevi Linawati , DPD APTIKNAS JATIM Tritan , INSPUR China Mr. Tao.


Foto bersama para peserta yang hadir dalam sesi 1.

Sesi pertama membahas penggunaan Point of Sales berbasis aplikasi Android yang dikembangkan oleh iReapPOS.



Sesi kedua membahas pembuatan Apps dengan menggunakan platform aplikasi Apps2U





Semua peserta sangat antusias mendengarkan dan bertanya mengenai aplikasi-aplikasi ini dan sangat berguna bagi pengembangan usaha mereka.

Nantikan training UKM Goes Online berikutnya.


The 3 PARENTING STYLES

The 3 PARENTING STYLES
(Tiga cara mempengaruhi anak-anak anda)

Sebut saja namanya Rudy, seorang teman kuliah saya, yang sekarang bekerja di sebuah perusahaan asing, Pagi itu kami sarapan di sebuah warung di daerah Blok M. Sambil bercerita mengenang tentang cerita masa lalu, kemudian dia mengeluh tentang anaknya. Anaknya ini ternyata kurang berprestasi di sekolahnya. Dan setiap kali dikasih tahu disuruh belajar, anaknya tidak mau menurut. Rudy sangat mengkhawatirkan masa depan anaknya, dan bingung bagaimana memberitahu anaknya untuk belajar dan mempersiapkan masa depan.

Menjadi orang tua, sebenarnya adalah juga menjadi leader. Anda menjadi leader untuk anak-anak anda. Dan seperti seorang leader jaman NOW, sekarang ini memang sulit sekali memerintah kepada seseorang (apakah itu anak buah anda di kantor atau anak kandung anda di rumah).
Ini bukan lagi jaman perang revolusi, di mana kalau komandan menyuruh prajurit lompat ke jurang, prajurit akan segera menuruti perintah komandan.

Apa yang terjadi dengan Rudy? Rudy tidak bisa lagi memerintahkan anaknya untuk belajar. Rudy tidak bisa lagi memaksa anaknya untuk belajar. Kalaupun Rudy memaksa anaknya, kemudian anaknya masuk kamar dan tidak belajar juga, Rudy mau ngapain? Atau kalaupun Rudy menungguin anaknya , duduk di sebelahnya, dan anaknya tidak belajar dengan sepenuh hati, dan pelajarannya tetap tidak masuk ke otak anaknya, Rudy mau ngapain?

Jaman sudah berganti, ini jaman digital, ini jaman K-Pop, ini jaman NOW, di mana kalau anak buah (atau anak kandung) anda, tidak mengerti "mengapa" mereka harus melakukan sesuatu, mereka tidak akan pernah menjalankannya.
Simon Sinek, seorang guru management terkenal (speechnya menjadi salah satu speech paling popular di TED Talk), menyarankan bahwa sebagai seorang leader, we always have to "START WITH WHY". Artinya bahwa kita harus menjelaskan dulu semuanya dengan "mengapa" mereka harus melakukannya.
Simon bahkan menyarankan agar kita …

a) Memulai dengan "WHY" (mengapa kita melakukan sesuatu) 
b) melanjutkan "HOW" (bagaimana kita melakukan sesuatu) 
c) dan hanya setelah melakukan kedua hal di atas, maka kita bisa menjelaskan the "WHAT" (apa yang harus dikerjakan)

Lihat urut-urutannya! Memang agak panjang. Tetapi kalau kita menjelaskan dengan urutan itu, maka mereka akan melakukannya dengan sepenuh hati. Padahal banyak leader (atau orang tua), yang karena sibuk atau tidak punya waktu atau malas menjelaskan, seringkali hanya mengatakan "apa yang harus dilakukan". Kita hidup pada jaman "Nike culture" … just do it!
Padahal itu mungkin bukan metode paling tepat. Dan itulah mengapa banyak leader yang gagal mempengaruhi anak buahnya dan banyak orang tua yang gagal mempengaruhi (influencing) anak-anak kandungnya!

Sekarang kita kembali ke teman saya Rudy, yang mengalami kesulitan untuk mempengaruhi anaknya untuk belajar. Rudy mestinya belajar dari seorang tukang kayu (handyman) yang mempunyai banyak tool (alat) untuk menyelesaikan masalah yang berbeda. Seorang handyman akan datang ke rumah anda dengan membawa banyak alat untuk memperbaiki rumah (palu, gergaji, obeng, kunci Inggris, tang …dll). Jadi untuk permasalahan yang berbeda, tukang kayu akan menggunakan alat yang berbeda. Bayangkan apabila si tukang kayu hanya mempunyai palu. Semua masalah akan diselesaikan dengan palu, gak bisa begitu kan? Nanti pecah semua kaca-kaca di rumah itu.
Anda tertawa? Padahal mungkin saja sebagai orang tua kita melakukan hal itu. Ada orang tua yang hanya punya satu style untuk mempengaruhi anaknya ….
Ada orang tua yang hanya bisa memarahi anaknya … (kayaknya anaknya salah terus) 
Ada orang tua yang hanya bisa sayang-sayang kepada anak (tidak perna memarahi anaknya) 
Ada orang tua yang hanya bisa menyuruh belajar (tanpa pernah memberikan contoh)
Ada orang tua yang hanya bisa memberi uang (sepertinya semua masalah beres dengan uang)

Intinya, banyak orang tua yang hanya mempunyai satu style of influencing. Padahal mestinya seperti tukang kayu, mereka harus mempunyai banyak alat, mempunyai banyak cara (style) untuk mempengaruhi anak-anak mereka. Agar mereka bisa menggunakan cara yang tepat pada situasi yang tepat!

Nah, terus apa saja yang style yang bisa dipergukanan sebagai orang tua?
Lets make it simple. Kita akan membahas 3 style yang kita bisa pergunakan …
A) PARENTS AS TEACHER (Orang Tua sebagai Guru) 
B) PARENTS AS COACH (Orang Tua sebagai Coach/Pelatih) 
C) PARENTS AS FRIEND (Orang Tua sebagai Teman/Sahabat)

Kita bahas satu persatu ya …

a) PARENTS AS TEACHER (Orang Tua sebagai Guru)

Pada saat anak-anak kita masih kecil, dari balita, dan seringkali sampai SD, memang banyak hal dalam kehidupan yang belum diketahui oleh anak-anak kita. Nah, di sini memang orang tua harus menjadi guru yang baik. Style nya adalah "I teach you, you listen", Orang tua mengajari, anak-anaknya mendengarkan. Gunakan kesempatan di sini, di mana anda akan mengajari anak-anak anda, dan mereka akan lebih banyak mendengarkan.
Berarti sebagai guru yang baik, anda harus mempunyai banyak cara, agar anda bisa "menyajikan" pelajaran anda dengan baik agar anak anda TERTARIK untuk mendengarkan anda.
Anda ingat kan, waktu sekolah dulu, ada guru yang menarik, dan ada banyak guru yang membosankan. Nah anda harus mempelajari banyak cara untuk menjadi guru yang baik:
Bercerita (STORY TELLING) - Memperagakan (DEMONSTRATING)
Menyuruh anak-anak berpraktek (LEARNING BY DOING) 
Memberikan contoh yang baik (ROLE-MODELLING) 
- …dst …dst

Nah, dengan cara itulah anak-anak anda akan lebih tertarik untuk mendengarkan. Saya masih mengenang pada saat ayah saya menceritakan Mahabarata, membuat alat peraga dari Matematika, menerangkan pelajaran IPA, mengkiritik puisi karangan saya …dst ..dst. He was my teacher. Dia adalah guru saya. Dan kemudian pada saat menjadi ayah, saya juga berusaha menerapkan hal-hal tersebut dan berusaha menjadi guru yang baik untuk anak-anak saya.
Tetapi kemudian mereka akan tumbuh menjadi remaja. Dan jarang sekali remaja yang mau mendengarkan orang tuanya kan? Ya iya, karena remaja itu MERASA sudah tahu segalanya. Gak ada gunanya menjadi guru bagi mereka, they will not listen to you (mereka toh gak akan mau mendengarkan anda juga).
But it is ok, itu hanya berarti anda perlu mengganti style anda ke style berikutnya. Jangan menjadi guru lagi bagi mereka ….

b) PARENTS AS COACH (Orang tua sebagai coach/pelatih)

Seorang coach itu tidak akan menjadi guru, tidak akan mengajari lagi. Mana mau anak-anak mendengarkan orang tuanya. Mereka merasa pintar. Gak ada gunanya lagi banyak-banyak menggurui. Gak akan didengarkan. Kalau dipaksa akan conflict dan berantem. Makanya banyak orang tua yang berantem sama anak-anaknya. Karena orang tuanya pengin terus menerus menjadi guru (keep telling the children what to do), padahal seharusnya mereka menjadi coach (pelatih) yang baik. 

Style nya coach itu berbeda. Style nya adalah "ASK, LISTEN, ASK AGAIN …." (Bertanya, mendengarkan, dan bertanya lagi). Jadi coach itu bukan berkata,"Pokoknya kamu harus belajar!"
Tetapi ini yang dilakukan seorang coach…
ASK (bertanya):" Jadi nanti kalau kamu sudah besar , kamu ingin jadi apa?' 
LISTEN (mendengarkan), misalnya anaknya akan menjawab,"Aku belum tahu. Tapi aku ingin pekerjaan yang banyak jalan-jalan ke luar negeri"
ASK AGAIN: "Itu ide yang bagus. Banyak sih , misalnya jadi pilot, pramugari, konsultan …., kira-kira kamu lebih suka jadi apa?" 
LISTEN,"Belum tahu…."
ASK,"Gak apa-apa, tapi kan kamu tahu, untuk semua yang pakai jalan-jalan ke luar negeri, mereka harus jago bahasa apa?"
LISTEN,"Bahasa Inggris ya?"
ASK,"Nah! Kamu sendiri ngerti! Kalau gak bisa bahasa Inggris, bagaimana kamu bisa pergi ke luar negeri. Jadi mulai sekarang apa yang harus kamu lakukan?"

Itulah yang dilakukan orang tua sebagai coach. Menciptakan sebuah dialog, dimana orang tua hanya bertanya, dan membantu anaknya menemukan jawaban mereka sendiri!
Bukannya terus menerus menggurui, dan terus menerus menyuruh anaknya belajar, pantes aja berantem terus!
Jadi ingat, akan ada waktu tertentu, di mana anak-anak anda tidak mau lagi digurui oleh anda, dan itu berarti anda harus mengubah style anda dari seorang guru menjadi seorang "coach".

c) PARENTS as FRIENDS
Setelah anak anda beranjak dewasa, bahkan dimulai dengan saat mereka duduk di bangku SMA, akan sulit sekali memerankan peran sebagai teacher dan coach.
Mereka merasa sudah tahu banyak. Dan memang kadang-kadang dalam beberapa hal, mereka memang sudah tahu banyak! Apalagi dengan smartphone yang membuat mereka connected to all informations dalam waktu beberapa detik saja, dibandingkan dengan kita yang harus cari informasi ke perpustakaan atau toko buku dulu. Menggunakan style sebagai teacher dan coach mungkin hanya akan menambah jumlah conflict. Objective nya gak tercapai, conflict dan berantemnya nambah. Repot kan?
Di sini, terkadang kita bisa memainkan peranan sebagai "FRIEND", sebagai sahabat baik.
Sahabat baik itu selalu berusaha mendengarkan (kalau dia cerita kita dengarkan, kalau dia tidak cerita it's okay dan jangan dipaksa).
Kadang anak kita hanya mencari teman yang bisa mendengarkan. Jadi belum tentu sebuah masalah langsung dibahas , dicarikan solusinya atau dimarahi anaknya. Just listen first.

Tetapi anda juga bisa berperan sebagai sahabat yang baik , yang juga bisa memberikan saran dan pendapat (PADA WAKTU YANG TEPAT), yaitu ketika anak kita sedang open mind dan siap menerima saran kita!
Di sinilah anda akan menjalankan style anda sebagai teman yang baik, dan mempengaruhi mereka di saat yang tepat, setelah mendengarkan curhat mereka.
Kunci seorang teman baik itu adalah : a lot of listening and understanding, and only after that giving the advise (banyak-banyak mendengarkan dan mengerti, dan baru setelah itu memberikan saran).
Ok, jadi kita baru saja membahas tiga parenting style:

a) PARENTS as TEACHER
b) PARENTS as COACH
c) PARENTS as FRIEND
Hati-hati memainkan peran anda, pada saat yang tepat, gunakanlah style yang tepat.
Jangan menjadi friend pada saat anak anda masih kecil dan membutuhkan teacher, jangan menjadi teacher pada saat anda beranjak remaja dan membutuhkan coach dan juga jangan menggurui pada saat anak anda membutuhkan friend yang baik.
Gunakan style yang tepat pada saat yang tepat.

Semoga dengan teknik-teknik ini, anda dapat mempengaruhi mereka untuk rajin belajar untuk mencapai cita-cita mereka.

Salam Hangat

Pambudi Sunarsihanto

Fanky Christian
IT Infrastructure Specialist
Smartcityindo.com
StartSmeUp.Id

Chairman DPD DKI APTIKNAS
Vice Chairman ASISINDO
Secretary ACCI

Saturday, October 13, 2018

THE NEW PARADIGM in MANAGING YOUR TALENTS

THE NEW PARADIGM in MANAGING YOUR TALENTS

Minggu ini, saya pergi ke Singapura, bersama sekitar 40-50 praktisi HR dari Indonesia. Kami mengunjungi beberapa perusahaan di sini, belajar di sebuah Business School ternama yang mempunyai kampus di Singapore, jalan-jalan, dan tentu saja makan-makan.
Sebuah perusahaan ternama dari Amerika, menerima kami pagi itu, dan melakukan sharing tentang trend-trend terakhir dalam hal Talent Management, the Future of Works, penerapan Artificial Intelligence di beberapa industry, memberi kesempatan kepada kami untuk berkeliling melihat-lihat kantor mereka, bahkan mengundang kami untuk makan siang bersama.

HR Director mereka juga sharing tentang HR dan Talent Management practices yang mereka lakukan.  Banyak sekali hal-hal yang kami pelajari di sini. Dan kemudian ada seorang yang bertanya,"Apa yang anda lakukan untuk me-retain talent-talent di perusahaan anda?"
Beliau tersenyum (kelihatan bahwa dia sudah sering menerima pertanyaan seperti itu). Kemudian dia mulai menjawab,"Bagi kami, paradigma baru dari talent management itu bukanlah untuk me-retain talent-talent kami. Objective kami adalah bagaimana membuat talent-talent yang saat ini bekerja di perusahaan kami menjadi lebih productive. Karena dengan meningkatnya produktivitas talent-talent kami itu tentu saja akan membawa peningkatan produktivitas bisnis di perusahaan kami!"

Semua peserta mengangguk-angguk setuju. Jaman sudah berganti. Everything changes! Dan tentu saja ini membawa perubahan pada talent-talent kita. Jaman dulu mungkin bapak-bapak kita (atau kakek-kakek kita) akan bahagia dengan bekerja di SATU perusahaan seumur hidup mereka, menikmati hidup, menikmati pekerjaan mereka (dan mungkin melakukan hal yang sama di tempat kerja, seumur hidup mereka). Sekarang kita mengelola anak-anak muda yang terus menerus minta tantangan baru, dan haus dengan new learning, new task, new job, new promotion, dan tentu saja new salary!
Di satu sisi banyak praktisi HR yang merasa mereka mengenali millennial, dan merasa mampu mengelola millennial. Tetapi pada saat yang sama mereka terkejut pada saat millennial mengajukan resignation dan pengin pindah ke perusahaan lain.
Hallooooo ……??!!!
Millenial kan gak sabaran (seperti orang tua kita atau kakek kita). Jangan berharap bahwa mereka akan  loyal kepada perusahaan anda (seumur hidup mereka), kalau anda menyuruh mereka melakukan hal yang sama berulang-ulang.

Sesampainya di hotel, saya berfikir lagi dan merefleksikan sharing session itu. Dan saya memang setuju. The paradigm has  changed, the name of the game has changed. You are not here to retain ALL your talents, you are here to make sure that the talents that you have will be as productive as possible.
Dan itu berlaku di semua industry, bukan hanya dalam me-manage millennial talents, tetapi juga semua talents di perusahaan anda.  Ingat, objective nya adalah untuk membuat mereka semakin productive, dan kalau ternyata mereka tidak productive (dan juga sudah dilakukan beberapa usaha untuk membuat mereka productive, tetapi tetap tidak berhasil), apakah kita juga tetap harus me-retain mereka?

Talent-talent jaman  sekarang memerlukan tantangan baru, new challenge, new learning dan new experiences. 
Tugas kita adalah :
- Memberikan mereka tugas (assignment) yang akan membuat mereka belajar dan meningkatkan skills mereka, setiap hari
- Memotivasi dan me-reward mereka sesuai dengan performance dan kontribusi mereka
- Setelah mereka perform maximal dan juga belajar banyak di sebuah role, berikan tantangan baru ke mereke (promosi ke jabatan yang lebih tinggi atau lateral move : pindah ke role lain yang levelnya sama, mungkin di departemen lain atau divisi lain)

Terus apa yang bisa kita lakukan untuk membuat mereka menjadi productive?
Saya pun membuka-buka catatan dan pengalaman  pengalaman saya sebagai HR di berbagai industry, saya mengamati bahwa kita harus memperhatikan hal-hal di bawah ini:

a) Vision
They want to join and stay in a company with a cool and fun vision so they can be proud of and they can tell their friends about it. Mereka menyukai perusahaan yang mempunyai misi yang jelas dan selaras dengan apa yang mereka inginkan dalam hidup ini.
Ada talent yang memang sangat menyukai computer dan ingin join perusahaan yang menawarkan solusi IT yang paling canggih customernya. Ada talent yang menyukai misi-misi lingkungan dan mereka ingin join ke perusahaan yang selain mengejar keuntungan juga sangat perduli kepada lingkungan dan mempunyi banyak program CSR. Ada talent yang menyukai tempat kerja yang "cool dan fun", dan mereka ingin join perusahaan dengan visi (dan tempat kerja ) yang cool dan fun.
Nah, tanyakan apakah visi perusahaan anda? Apakah cukup cool dan fun bagi talent anda? Apakah akan membuat mereka bangga menceritakan tentang perusahaan anda kepada teman temannya.

b) Opportunity
Mereka ingin mengembangkan dirinya. They want to have opportunity to develop themselves.
Jaman dulu mungkin temanya adalah bagaimana karyawan mengabdi pada perusahaan.
Forget about that! Talent-talent sekrang tidak mengenal kata "mengabdi" (they might not even know the meaning of that word). But they will contribute while they develop themselves.
Jadi apapun yang mereka lakukan harus mempunyai dua manfaat:
- berkontribusi pada perusahaan
- berkontribusi pada pengembangan kariernya

c) Incentive
Pada akhirnya uang berbicara. Saya tidak bilang bahwa uang itu paling penting, tetapi saya bilang bahwa faktor uang juga akan sangat menentukan apakah talent anda akan join dan stay di peryusahaan anda.
Anda harus benar benar hati hati dan serious menerapkan performance management system dan reward management yang tepat.  Apa artinya ?
- Berikan objective yang challenging kepada mereka
- Buat mereka agar belajar banyak selain mengerjakan pekerjaannya
- Motivasi dan coach mereka agar mereka mencapai objective itu
- Bedakan yang perform dengan baik, dari yang lain (berikan mereka perhatian, training, coaching, kenaikan gaji dan bonus uang jauh lebih tinggi dari yang lain)

d)  Community
Banyak talent-talent anda masih muda. They want to work and they want to have fun.
Mereka gak mau datang ke kantor dan ketemu orang orang kolot yang cemberut, Ja-Im (jaga image), dan berpolitik di kantor! Mereka pengin kerja dengan baik, mereka sangat cerdas, mereka tahu banyak dan mereka digitally fluent!
Give them the right place to work.
Mereka akan sangat menghargai community (teamwork) di sekitar mereka agar mereka bisa mengembangkan ide ide innovative mereka yang akan membawa business impact kepada bisnis anda!

e) Enterpreneurship
Kita tidak bisa memungkiri bahwa di antara talent-talent kita, banyak yang bermimpi menjadi enterpreneur. Mereka terbuai oleh beberapa kawan mereka yang membuka usaha sendiri dan sukses besar.  Dan hampir semuanya pun berangan angan,"Kapan ya saya punya usaha sendiri? When will I open my own start-up"
Dan tentunya untuk menjadi enterprenur, mereka membutuhkan skills yang lengkap. Di sinilah anda mempunyai opportunity untuk meningkatkan semangat dan productivitas mereka dengan me-rotasi mereka dari satu departemen ke departemen lain, agar mereka bisa belajar banyak dan perform dengan baik di bidang yang berbeda-beda. 

Voila, that's the new game in managing your talents, not to retain all of them, but to make them more productive, by listening to their VOICE (Vision, Opportunity, Incentive, Community and Enterpreneurship)
Salam Hangat 

Pambudi Sunarsihanto




Fanky Christian
IT Infrastructure Specialist
Smartcityindo.com
StartSmeUp.Id

Chairman DPD DKI APTIKNAS
Vice Chairman ASISINDO
Secretary ACCI

Friday, October 12, 2018

Cloud-enabled workforce models to disrupt and shape Asia Pacific workplaces

Cloud-enabled workforce models to disrupt and shape Asia Pacific workplaces
By Enterprise Innovation editors | 2018-10-08

By allowing firms to store and process virtually limitless amounts of data remotely, the cloud is enabling what Colliers International terms the Internet of the Workplace (IoW) – a digitally integrated enterprise architecture that exists in the virtual as well as the physical realm, connecting employees and allowing them to collaborate regardless of location.

“Applying the IoW gives enterprises the ability to ‘cloud their workforce’ - adopting decentralized structures that mirror the cloud computing environment, based around multiple remote teams that can be rapidly combined or scaled as needed, rather than a large central office,” said Rob Wilkinson, Associate Director, Corporate Solutions APAC, Colliers International. “This can make companies more agile and cost-effective, with positive impacts for employee well-being and productivity.”

Colliers recently leased its latest insights report “Flex, Core and the Cloud: A Blueprint for the Future Asia Pacific Workplace.” The report, based on field research and interviews with some of the world’s leading organisations in the technology, financial services and FMCG industries, addresses the adoption of cloud technology in companies’ workforce models and broader implications for productivity and employee well-being.

Like any transformation, clouding the workforce can prove disruptive for enterprises and the commercial real estate industry, forcing landlords and occupiers to adapt to new demands. Through careful planning and the right approaches companies can navigate this disruption while capturing the benefits of the cloud.

“Some companies are investing in equipment such as interactive whiteboards, video-conferencing facilities and chat platforms, and making changes to the physical space such as ‘decoupling’ employees from permanent desks in a move towards Activity Based Working (ABW), utilising flexible workspace in a flex and core model, or developing open-plan offices to foster spontaneity and collaboration across teams,” added Wilkinson.

Four stages on the IoW curve

1) Traditional

Core operations/employees concentrated in a central location
Data/IT services stored, managed and delivered via in-house physical infrastructure 
Employees have dedicated workspaces and rarely or never shift teams or locations

2) Transitioning

Key administrative functions and critical technology infrastructure based in a central location
Employees connected, and some data/IT services delivered via public or private cloud
Employees occasionally work on different teams or at different locations; enterprise provides limited IoT infrastructure to support occasional virtual teams

3) IoW adopter

Technology infrastructure is almost entirely cloud-based
Core business functions spread across multiple hubs that scale according to business needs
Hubs employ BYOD and IoT technologies to enhance the working environment, and enable employees to work freely across teams and locations

4) IoW powered

All technology infrastructure is cloud-based
No central location exists; employees log in independently from various IoT-optimised flexible workspaces or their homes
Employees form teams dynamically in response to business demands, using online platforms and collaboration tools to communicate, cooperate and achieve goals
Exercise caution

Despite the obvious benefits of IoW models, IoT by definition comes with a compromise on data security and companies’ increasing reliance on connected technologies creates heightened security risks, making data protection a significant challenge. A recent study showed, with more enterprises adopting BYOD policies, one in three CIOs in Hong Kong see their own employees as the organization’s biggest security vulnerability.

Impact for landlords & occupiers

Occupiers

Determine which business services or processes would be more cost-effective and efficient to deliver via the cloud, and develop a roadmap for cloud migration
Consider adopting a BYOD policy and encouraging employees to work remotely where feasible
Adopt IoW technologies, and minimise or reduce the number of dedicated workspaces, to make offices more scalable and encourage cross-team collaboration
Develop an overarching plan for the clouding of the workforce, overseen by a cross-functional team

Landlords

Develop more flexible lease structures and spaces to accommodate changes in occupier demands
Ensure buildings and office spaces are designed in a way to respond to rapid changes in occupier headcount
Consider alliances with flexible workspace operators to enhance the flexibility of their property portfolio
Evaluate whether the technical infrastructure of properties is sufficient to support IoW models

source: https://www.enterpriseinnovation.net/article/cloud-enabled-workforce-models-disrupt-and-shape-asia-pacific-workplaces-42784032/page/0/1

Wednesday, October 10, 2018

Digital Footprint Para Penebar Hoax

*Digital Footprint Para Penebar Hoax*

Oleh Rhenald Kasali

07/10/2018, 11:09 WIB | Editor: Ilham Safutra

JawaPos.com - Beberapa waktu lalu, sejumlah eksekutif datang ke Rumah Perubahan, mereka berkeluh kesah tentang program strategis pemerintah yang sulit dijalankan. "Banyak yang mengganggu," ujarnya.

Kami lalu sama-sama membuka jejak-jejak digital "para pengganggu" tadi. Staf-staf saya yang masih sangat muda berhasil memetakan siapa saja geng pengganggu itu, kata-kata kuncinya, serta media-media yang mereka gunakan.

Dan yang mengejutkan, ternyata ada orang dalam yang bermasalah yang terlibat.

Mempelajari motif dan pola penyebaran hoax di era ini sebenarnya tidak sulit-sulit amat. Saya masih ingat saat mengalami serangan orang-orang tertentu terkait penjelasan saya tentang disruption dan sharing economy.

Bukannya beradaptasi dengan perubahan, usahawan yang bisnisnya terganggu memilih untuk menyewa jasa para penebar hoax. Dan jangan lupa, mereka bekerja tidak sendirian. Ada yang mengorkestrasinya.

_Social Score_

Suatu siang di sebuah ruang kecil di Bursa Efek Indonesia (BEI), saya berbincang dengan direktur utama BEI periode yang lalu. Dia bertanya apakah saya pernah membeli saham. Stafnya kemudian mengetik nama di komputer, dan begitu diklik, langsung keluarlah cabang-cabangnya.

Terus terang saya agak takut juga membaca peta data saya. Tapi, alhamdulillah tak begitu punya banyak masalah. Lalu, iseng-iseng saya minta dimasukkan nama seorang politisi yang "berisik".

Lalu, muncul saham-saham yang dikuasai serta statement yang mereka ucapkan. Saya jadi mengerti mengapa mereka melakukan tekanan-tekanan pada pemerintah, mempersoalkan infrastruktur dan utang BUMN. Rupanya, ada saham di belakangnya.

Data-data itu saya kira juga bisa dihubungkan dengan putusan-putusan hukum di Mahkamah Agung atau laporan-laporan di kepolisian. Tentu juga bisa dihubungkan dengan data-data digital lainnya.

Ngeri memang. Di satu sisi, digital footprint (jejak digital) bisa memberikan rasa aman di mana pelaku-pelaku kejahatan dan penebar hoax menjadi mudah ditangkap. Namun, di lain pihak, data-data dan kebiasaan-kebiasaan kita bisa juga disalahgunakan pihak lain.

Dulu, data perbankan hanya dimiliki bank itu. Tapi, kini disimpan ke dalam cloud, dan muncul open bank yang didasari oleh apps, APIs (application program interface), semua saling terhubung, dan bisa dianalisis dengan sistem big data.

Beberapa tahun lalu, teman saya, seorang CEO bank asing, menolak kredit seorang nasabah yang diperkenalkan seorang pejabat. Jumlah kreditnya besar sekali. Kawan saya hanya mengajukan satu pertanyaan, lalu ia permisi sebentar.

Permintaan orang itu ditolak. Tapi, orang itu kemudian mengajukan kredit ke salah satu bank nasional dan di-approve. Beberapa waktu kemudian, kami mendengar nasabah itu terlibat fraud dan lari ke luar negeri.

Sewaktu saya tanyakan kepada CEO bank asing tersebut, mengapa dulu dia menolak pengajuan kredit orang itu, rekan saya menjawab pendek, "Orang itu memang tidak bisa dipercaya."

Tahu dari mana? Credit score memang bukanlah hal yang baru bagi perbankan. Tapi, kini bank punya cara yang lebih jitu mempelajari jejak tapak digital calon-calon nasabahnya yang bermasalah.

Di Tiongkok, hari-hari ini masyarakat sedang mendiskusikan tentang social scoring yang bukan sekedar mencatat angka. Melainkan juga segala digital footprint masyarakat. Data-data itu ditangkap melalui CCTV, websites, GPS, data keuangan, kesehatan, sampai belanja, dan konsumsi yang kita lakukan.

Jadi, setiap digital footprint pasti masuk ke score kita. Orang yang sering konsumsi alkohol, terlibat hukum, menyebarkan hoax, dan seterusnya akan punya akibat sendiri. Mereka yang social score-nya tinggi bisa mendapatkan banyak kemudahan, semisal diterima di perguruan tinggi atau mendapat seat untuk nonton. Sementara yang social score-nya rendah, sebaliknya.

_Digital Footprint_

Sewaktu seorang mantan pejabat kehilangan HP-nya di bandara, saya dengan cepat mengatakan, pasti ketemu. Tak perlu sampai 24 jam. Dan benar saja, malam harinya pengambil ponsel sudah ditemukan di Jakarta Timur.

Kok bisa? Harap Anda maklum di Bandara Soekarno-Hatta, hampir tak ada tempat yang tak terpantau sensor digital dan kamera CCTV. Dengan bantuan petugas aviation security Angkasa Pura (AP) II, polisi menjadi lebih mudah menelusuri jejak-jejak digital pelaku kejahatan.

Karena itu, ketika beberapa hari lalu hoax yang dibuat seorang public figure yang mengaku menjadi korban penganiayaan di Bandung beredar, sambil tersenyum saya berpikir ini tinggal tunggu waktu saja.

Siapa pelakunya dan kebenarannya pasti akan terungkap. Apalagi, orang yang mengaku korban adalah sosok yang dikenal publik. Dan, hampir semua rumah sakit dan tempat-tempat yang dikunjungi, semisal rumah sakit dan bandara, sudah dilengkapi digital camera.

Penulis di bidang teknologi data Priyanka Gupta, juga Seth Stephens-Davidowitz penulis buku best seller Everybody Lies, mengatakan bahwa dengan teknologi, kini sudah tak lagi sulit untuk membuka "kedok" kebohongan.

Demikian pula politikus-politikus yang garang dan gemar merampok uang masyarakat, sekalipun menggunakan jubah kealiman tertentu, akan sangat mudah ditaklukkan ketika digital footprint-nya disajikan kepada publik. Jejak itu, jangankan dilihat orang lain, ditonton diri sendiri saja belum tentu mereka mau.

Bukankah manusia selalu menyembunyikan perilaku-perilaku aslinya yang memalukan? Mereka ingin terlihat sempurna sehingga mengalami social desirability bias.

Seth Stephens-Davidowitz yang menambang data di Google selama 4 tahun melabeli orang-orang yang bias itu sebagai pembohong. Aktor tertentu memang munafik, bahkan tentang kebohongannya sendiri.

Tetapi, mengapa zaman sekarang ini polisi menjadi begitu mudah mengetahui kebohongan-kebohongan itu? Jawabannya adalah karena manusia sendiri yang ceroboh dalam melakukan perbuatan-perbuatan yang tak pantas.

Celakanya, masyarakat senang menipu diri sendiri sepanjang mereka mendapatkan keuntungan atau kepuasan-kepuasan batin. Namun, di era ini, *kemampuan berpikir kritislah* yang akan menyelamatkan manusia dari perbuatan-perbuatan jahatnya dan kembali dalam nilai-nilai agama yang dianutnya.

Yaitu, nilai-nilai kebaikan, toleransi, pertolongan, dan kembali dalam ibadah-ibadah yang hakiki. Bukan yang dimanipulasi. Sepertinya, teknologi digital telah menghanyutkan nilai-nilai agama dan kebaikan ke dalam lembah ilusi tentang kehebatan diri masing-masing. 

*) Guru Besar Universitas Indonesia, Founder Rumah Perubahan


Fanky Christian
IT Infrastructure Specialist
Smartcityindo.com
StartSmeUp.Id

Chairman DPD DKI APTIKNAS
Vice Chairman ASISINDO
Secretary ACCI

Tuesday, October 09, 2018

THE LIGHT AT THE END OF THE TUNNEL

THE LIGHT AT THE END OF THE TUNNEL

(Pada saat anda sedang dalam masalah yang berat, dan lama, teruslah berusaha, teruslah bekerja, dan suatu saat PASTI anda melihat 
cahaya di ujung terowongan itu)

Pagi itu Bayu terlihat lesu. Dan dia menceritakan nasibnya pada saya sambil breakfast di sebuah cafe di SetiaBudi One sebelum saya ke kantor.

Lima tahun yang lalu, Bayu sedang mengalami perkembangan pesat dalam kariernya. Pada usia muda dia sudah menjadi Marketing Manager di sebuah perusahaan MultiNasional yang terkenal.

Kemudian dia memutuskan untuk resign dan memulai usahanya sendiri. Dia membuka sebuah perusahaan yang bergerak di bidang digital marketing, yang memang menjadi core competence nya. Usaha yang dirintis kecil-kecilan ternyata berkembang pesat, bahkan Bayu berhasil merekruit 20 karyawan.
Mereka berjiawa muda, dinamis, sangat menguasi digital marketing dan mengert apa yang diperlukan customer mereka. Maka order-order besar pun berdatangan.
Bayu enjoy his life sebagai enterpreneur bahkan seringkali diundang sebagai pembicara di seminar-seminar besar.

Kemudian ....
ternyata kompetisi
makin keras. Banyak pesaing yang memasuki bisnis ini (dengan product yang lebih bagus dan harga yang lebih murah!), bahkan pemain asing pun berdatangan memperebutkan "kue" yang sama.

Bisnis Bayu pun mulai menurun, terus menerus dan sejak dua tahu  lalu mereka tidak berkembang lagi, hanya hidupnya dari orderan customer lama yang makin lama makin mengecil.
Hidup segan mati tak hendak, adalah pepatah yang tepat menggambarkan suasana bisnis saat ini.

Bayu pun terus menerus berusaha. Semakin mendekati customernya, menciptakan product baru, menggunakan digital platform baru, merecruit karyawan dengan kompetensi baru. Semuanya sudah dilakukan. 
Dan ternyata miracle belum juga tiba, sampai hari ini.

Dan pagi itu Bayu datang dengan lesu, stress dan percaya dirinya mulai pudar perlahan - lahan. 
"I dont know what to do anymore. I am good. I am one of the best. Graduated from best University. Great Index Prestasi. Worked in the best company. Had international experience. And now?  Nothing !!! What should I do?"
Dia hampir menangis menceritakan nasibnya.

Bayu sedang berada di dalam terowongan gelap, dan dia sudah cukup lama di dalam terawangan, bahkan dia belum melihat cahaya di ujung terowongan ...., jadi akibatnya dia hanya melihat kegelapan yang gulita. Pantas lah kalau Bayu agak frustasi dan stress .

Dan hal ini sering terjadi, baik untuk career maupun bisnis kita. 
Bayu sedang mengalami itu dalam karienya. Beberapa perusahaan juga mengalami penurunan performance karena persaingan yang keras dan macro economy yang tidak mendukung.
Hidup, karier dan bisnis adalah perjalanan naik toller coaster. Kadang kita naik , kadang kita turun.
That's life thatbwe face now ...

Cerita ini mengingatkan saya kepada seorang teman saya yang lain . Sebut saja namanya Jeremy, teman saya juga 10 tahun lalu waktu saya bekerja di Singapore.
Jeremy adalah orang Amerika, kolega saya dalam bidang HR. Suatu saat dia harus kembali ke Texas karena dia harus mengurus ibunya yang sakit kanker (dan akhirnya meninggal 3 tahun lalu).
Dan sejak Jeremy pulang, dia pun sibuk mencari pekerjaaan. Tetapi waktu itu kayaknya ada krisis yang melanda Amerika yang membuat Jeremy susah sekali mencari pekerjaan dalam bidang HR (di mana dia sangat expert). Hampir sama seperti Andy tadi.
Bedanya setelah 1-2 tahun Jeremy tidak menemukan pekerjaannya juga, Jeremy mencoba menemukan passion dan strength yang lain. Dan dia teringat bahwa dulu dia hobby beracting dan maun theatre. Dia dalami lagi dunia acting. Dan sekarang Jeremy sering tampil menjadi pemeran pembantu dalam beberapa film seri seperti NCIS, Criminal Minds ..etc.

Voila! Jeremy did it right. Saat anda  berada di terowongan panjang
Anda harus terus berjalan 
mencari cahaya terang
Terus berlari, berjalan dan bergerak
Jangan putus asa
Jangan terdiam
Teruslah bergerak, berjalan dan berlari. Pada saat perusahaan anda sedang mengalami decline of performance ... seluruh perusahaan harus berusaha mencari inisiatif baru, berinovasi dan bekerja keras agar performance naik lagi 
Apa yang harus anda lakukan? Apa yang harus anda lakukan seandainya anda (atau bisnis anda) sedang berada di 

Seperti Jeremy yang mencoba karier di dunia acting, anda juga harus mencoba mencari strength yang lain. Sama perusahaan anda juga harus berusaha mencari sumber pendapatan lain di luar product yang selama ini diandalkan ...

Lengkapnya kita ikuti langkah-langkah di bawah ini ...

1. REEVALUATE YOUR STRENGTH
Coba gali potensi anda , pasti anda punya kelebihan kelebihan lain yang mungkin tidak tergali.
Mungkin saja anda jago dalam
- berorganisasi
- berkomunikasi
- influencing others
- berdagang
- utak atik computer system
- bahasa asing lain
- ...etc
Seperi Jeremy yang mencoba menggali potensinya selain di HR, dan akhirnya ketemu dalam bidang acting.

2. SHARPEN YOUR SHAW

Asahlah gergaji anda. Maksudnya asahlah kompetensi anda. Belajarlah lebih banyak lagi. Baik secara teori maupun praktek. Bekerjalah untuk sukarelawan dan tanpa dibayar, asalkan pekerjaannya menarik dan membuat anda belajar lebih banyak!
Jangan hanya berdiam dan meratapi diri.

3. LOOK, LISTEN, READ, OBSERVE, LEARN
Perhatikan trend yang sedang terjadi. Bidang apa yang sekarang menjadi trend. Bidang apa yang akan menjadi trend di masa depan. Mulai belajar .
Kan sekarang ada waktu buat belajar?

4. REACH-OUT: USE YOUR NETWORK, HELP THEM

Connect lagi dengan  networking anda. Dikusikan. Nah , di sini ingat satu hal yang penting. Jangan minta pekerjaan ke mereka. Bayangin, temen anda sudah lama gak ketemu dengan anda, eh ketemu ketemu anda butuh bantuan. Dia akan gedheg!
Justru anda harus mencoba bertanya apa yang anda bisa bantu. That's networking!
Barangkalai saja ada hal hal yang anda bisa bantu secara sukarela (dan tidak dibayar). Mungkin proyek kecil, mungkin penelitian, mungkin CSR atau apapun that you can help.
By doing that, anda nggak akan nganggur, anda bertambah pengalaman, dan anda bertambah network anda.

5. CREATE YOUR OWN OPPORTUNITY
Ingat seringkali opportunity tidak datang. And that's ok. You have to create your own opportunity !
Ciptakan kesempatan anda sendiri. Bisa dengan memulai bisnis baru. Bisa dengan menciptakan product baru. Bisa mempelajari consumer behavior dan mencari atau menciptakan sesuatu yang dibutuhkan mereka.
Bayu is good, lulusan terbaik dari universitas terbaik. Gunakan kompetensi itu dong untuk create something new yang akan membuka peluang baru.

6. BE PERSISTENT, THE LIGHT WILL COME

Jangan terlalu khawatir secara berlebihan. Yakinlah bahwa suatu saat masa masa sulit akan berlalu. Bersiaplah. Berusahalah. Belajarlah. Bekerjalah. Tetapi tetap jangan lupa bersenang-senang dan enjoy life secukupnya.
The most important thing is being persistence and perserverance no matter how difficult your situation is.
Keep fighting, and you will see the light in the end of the tunnel.

Ingat, kalau anda sedang berada di terowongan gelap, coba terapkan keenam hal ini:

1. REEVALUATE YOUR STRENGTH
2. SHARPEN YOUR SHAW
3. LOOK, LISTEN, READ, OBSERVE, LEARN
4. REACH-OUT: USE YOUR NETWORK, HELP THEM
5. CREATE YOUR OWN OPPORTUNITY
6. BE PERSISTENT, THE LIGHT at the end of the tunnel WILL COME

Salam Hangat

Pambudi Sunarsihanto

Fanky Christian
IT Infrastructure Specialist
Smartcityindo.com
StartSmeUp.Id

Chairman DPD DKI APTIKNAS
Vice Chairman ASISINDO
Secretary ACCI

Friday, October 05, 2018

DO YOUR TEAM LIKE YOU

DO YOUR TEAM LIKE YOU?

Apakah team members Anda menyukai Anda?
Beberapa minggu yang lalu saya mengikuti sebuah sharing session dari sebuah organisasi ternama. Mereka mendatangkan seorang konsultan dari Singapura yang bekerja di sebuah perusahaan consulting tekenal.
Nah kemudian dia sharing tentang sebuah survei di mana mereka menanyakan kepada para eksekutif di seluruh dunia. 

Pertanyaannya hanya ada 2.
a) Sebutkan 3 orang yang Anda suka banget menghabiskan waktu bersama dengannya
b) Sebutkan 3 orang yang Anda paling benci menghabiskan waktu bersama dengannya?
Coba dong, ambil selembar kertas dan pulpen dan tuliskan jawaban Anda. Please….

OK. Mari kita cocokkan jawaban Anda dengan jawaban yang paling populer di dunia.
Orang yang paling kita suka menghabiskan waktu bersama:
0. Teman
0. Keluarga
0. Istri/suami
And please, jangan protes kenapa istri/suami tidak di posisi pertama.
Itu kan bukan jawaban saya  
Itu adalah jawaban yang paling populer di dunia.
Nah, sekarang jawaban pertanyaan kedua…. (hati-hati ya, siap siap tersinggung   ).
Siapa orang yang paling dibenci untuk menghabiskan waktu bersama-sama:
0. BOSS
0. Teman kerja
0. Customer


Biasanya di sini para anak buah akan mengangguk-angguk dan berpikir, "Bener juga ya"
Dan para bos akan bertanya dengan sengit:
itu survei di mana?
siapa contohnya?
metodologinya bagaimana?
Mana saya tahu? Itu kan surveinya konsultan itu. Please deh, tidak usah defensif gitu  
.
Kalau Anda sebagai anak buah merasa Anda tidak membenci spending time with your boss, maka syukurilah suasana Anda sekarang. Survey di atas menyatakan hasil rata-rata di dunia, jadi wajar kalau ternyata hasil di beberapa geographical area bisa saja berbeda.
But what is interesting adalah mungkin tidak banyak orang yang menempatkan bos pada daftar posisi orang yang mereka suka menghabiskan waktu bersama.
That's an interesting fact.
Padahal as a boss you have to lead them, you have to give instruction, you have to develop them, and you have to motivate them. And if they don't like you, how can you do with all of those?
OK, saya tahu, bahwa tujuan Anda sebagai bos bukan untuk menjadi orang yang paling disukai atau popular.
It is true, there are times that you have to make a call and make a difficult decision.
But one of your job is also to lead them, to develop them, to influence them and to motivate them. If they hate spending time with you, how can you achieve those?
Pada setiap survey engagement karyawan, biasanya ada pernyataan:
"I believe my leader will do what they say they will do" (Saya percaya leader saya akan melakukan apa yang mereka bilang akan mereka lakukan).
Sayangnya jarang sekali perusahaan mempunyai skor tinggi pada penyataan ini.
Mengapa?
Karena seringkali terjadi inkonsistensi antara apa yang diucapkan oleh seorang leader dan apa yang dilakukannya. Akibatnya, makin lama makin susah bagi anak buah untuk mempercayai pemimpinnya. Dan makin lama makin susah bagi anak buah untuk menyukai pemimpinnya. Anak buah pun hanya datang untuk bekerja dan pulang setiap sore tanpa semangat untuk melakukan yang terbaik.
Satu-satunya semangat mungkin adalah untuk menunggu gajian di akhir bulan.
Remember, trust is earned, not given.
You have to work hard to get the trust (from your team members).
Jadi, itulah mengapa di dalam survei di atas banyak anak buah benci banget spending time with their boss.
Pada hal mestinya step by step yang terjadi adalah:
0. They like you
0. They listen to you
0. They learn from you
0. They are led by you
0. They laugh with you
When the team is solid, they spend time together and the team who work well together should also laugh together.
So, bagaimana dong untuk mencapai level itu?
Untuk membuat anak buah anda menyukai Anda itu bukan dengan mentraktir mereka (even though sometimes you should do that), but you can try the following:
0. Recognize their achievement and contribution.
Kapan terakhir kali Anda memuji anak buah Anda? Kapan terakhir kali Anda bilang ke seluruh tim bahwa apa yang mereka lakukan sangat berkontribusi signifikan bagi Perusahaan? Atau jangan-jangan Anda hanya menggunakan gaji dan bonus sebagai satu-satunya alat untuk memotivasi mereka.
Your team work hard for their tasks. May be the result is not yet there sometimes, but the extra effort are there.
Pujilah mereka, katakan Thank You, salami, sebutlah nama mereka dengan positif di team meeting. They will feel appreciated.
0. Make the work challenging
Jangan memberikan pekerjaan yang sama berulang-ulang. Anak buah Anda juga ingin maju. Mereka juga ingin belajar. Jangan semua pekerjaan yang menarik Anda kerjakan sendiri dan yang menjenuhkan dan membosankan dikasih ke anak buah.
Pikirkan untuk memberikan pekerjaan yang menarik dan membuat mereka belajar dan akhirnya mereka akan maju.
0. Make the work interesting
Pikirkan bagaimana membuat suasana kerja lebih menyenangkan dan lebih menarik. Bisa dimulai dengan dekorasi ruang, background music, suasana kerja yang ramah, suasana yang unofficial, team activity bersama, lunch, dinner bersama.
Suasana kerja yang under pressure akan membutuhkan balance dengan hal hal yang menumbuhkan positive atmosphere.
0. Develop them
Tidak ada orang yang ingin melakukan pekerjaan yang sama seumur hidupnya, mereka ingin dipromosi.
Mereka ingin kemajuan karir mereka.
Develop them.
Send them to some trainings.
Recommend them some great books.
Coach them.
Help them to build their network.
0. Encourage them to take their own responsibility and accountability
Meskipun Anda sebagai bos akan membantu mereka untuk mengembangkan kariernya, tetapi tekankan bahwa mereka harus bertanggung jawab terhadap karier mereka sendiri, mereka harus take ownership.
Ibaratnya pesawat, mungkin ada teknisi yang menyiapkan mesinnya (HR), ada pramugari yang bisa membantu (coach) dan ada traffic controller yang mengarahkan (supervisor). Tetapi kalau pilotnya tidak mau start the engine, pesawatnya nggak akan pernah take off.
They have to be the pilot of their own career.
Let's try!

Salam Hangat

Pambudi Sunarsihanto

Fanky Christian
IT Infrastructure Specialist
Smartcityindo.com
StartSmeUp.Id

Chairman DPD DKI APTIKNAS
Vice Chairman ASISINDO
Secretary ACCI