Semua bicara tentang bonus demografi. Apakah itu ? Bonus demografi merupakan kondisi di mana populasi usia produktif lebih banyak dari usia nonproduktif.
Indonesia diprediksi akan mengalami puncak bonus demografi pada 2030 mendatang. Membludaknya tenaga kerja produktif adalah peluang emas Indonesia untuk menggenjot roda ekonomi.
Tapi jenis roda ekonomi apa yang sesuai dengan kondisi saat ini hingga 2030? Itu yang menjadi pertanyaan besar, mengingat tren ekonomi dunia yang bergerak.
Sekarang ini tren ekonomi disrupsi dan berbagi (sharing economy) semakin nyata di sekitar kita. Model bisnis konvensional sudah tidak bisa lagi dipertahankan. Industri manufaktur bergerak semakin efisien, memaksimalkan potensi robot dibandingkan manusia. Industri retail sedang beradaptasi setengah mati dengan tren belanja online yang semakin kuat. Semua akan mengakibatkan pengurangan jumlah kebutuhan sumber daya manusia, atau karyawan untuk mendukung kegiatan ekonomi.
Lalu kemana angkatan kerja kita mau diarahkan? Apakah kita akan tetap menjadi negara yang hanya mengandalkan kekuatan sumber daya alam, tapi tidak bisa memaksimalkan potensi sumber daya manusia ?
Inilah tantangan kita bersama. Memaksimalkan potensi sumber daya manusia merupakan tugas berat bersama. Sektor edukasi memegang peranan penting membentuk sumber daya manusia Indonesia. Semua bidang pekerjaan akan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Sehingga SDM kita harus memiliki kemampuan penguasaan TIK yang baik.
Kita akan melihat polanya semakin jelas, tahun 2020 yang menjadi target utama Ekonomi Digital sudah di depan mata. Apakah SDM kita telah siap bersaing dan menjadi pemain utama dalam dunia digital ekonomi ? Atau kembali kita hanya menjadi penonton, dan menjadi pasar bagi negara lain. Jangan sampai hilang kesempatan mempersiapkan generasi kita, dan kemudian kehilangan bonus itu alias tidak mendapatkan manfaat apa-apa.
Kami memulai dengan apa yang kami bisa. Mengingatkan kembali ke pemerintah pentingnya pendidikan dan edukasi terkait TIK. Kami sangat butuh tenaga karyawan yang sudah siap dan mampu mengoperasikan komputer. Kami bergabung dalam berbagai asosiasi TIK, salah satunya APTIKNAS yang memiliki konsentrasi pengembangan SDM TIK. APTIKNAS juga merupakan anggota dari Komite Penyelaras TIK (KPTIK) yang memberikan masukan kepada pemerintah terkait kebutuhan industri TIK.
Saya hanya seorang yang berpikiran sederhana, mencoba memahami dunia penuh kerumitan, mensyukuri setiap langkah yang diberkati, mendoakan harapan dan berharap hidup saya membuat banyak orang merasa sungguh hidup..
Translate
Showing posts with label KPTIK. Show all posts
Showing posts with label KPTIK. Show all posts
Sunday, April 01, 2018
Tuesday, April 11, 2017
Tanpa "Master Plan", Bonus Demografi Indonesia Bakal Sia-sia
JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komite Penyelarasan Teknologi Informasi Komunikasi (KPTIK) Dedi Yudiant, mengatakan bahwa sampai saat ini belum terlihat ada tanda-tanda dibuatnya master plan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) yang mendukung target ekonomi digital yang digaungkan pemerintah.
Tidak ada mapping sumber daya manusia dalam bonus demografi yang bisa mendukung tujuan ekonomi digital Indonesia. Hal ini akan sangat mengkhawatirkan.
"Arah kebijakan Negara terhadap ekonomi digital dan bonus demografi semakin jauh dari harapan dan kita hanya akan menuju perbudakan digital, karena masyarakat lebih banyak konsumtif ketimbang produktif dalam mengimbangi kemajuan infrastruktur internet di Indonesia yang 95 persen hanya menjadi downloader daripada uploader,” ujar Dedi, Senin (10/4/2017).
Pada kunjungannya ke Amerika Serikat bulan Februari 2016 lalu, Presiden RI Joko Widodo mengangkat konsep ekonomi digital sebagai topik utama. Nilai potensi ekonomi digital Indonesia pada 2020 akan mencapai 130 miliar dollar AS atau sekitar Rp 169 triliun dengan kurs Rp 13.000 per dollar AS.
Dedi mengatakan, jika konsep itu berjalan dengan baik, nilai itu akan tercapai. Namun, lanjut dia, semua pihak asyik dengan rutinitas masing-masing di departemen dan bisnisnya sendiri-sendiri.
Sementara itu, rencana menggarap target ekonomi digital dengan memanfaatkan bonus demografi semakin jauh dari harapan. Lulusan lulusan SMK yang dinilai paling tepat untuk dijadikan operator ekonomi digital itu masih belum mumpuni dan mendukung.
"Inpres 9 tahun 2016 tentang revitalisasi vokasi dan malah tidak menyentuh kesiapan menuju target ekonomi digital, karena setelah 6 bulan inpres itu terbit tidak ada rencana apa-apa,” ujar Dedi.
Dedi mengatakan kesiapan sumber daya manusia (SDM) Indonesia untuk mencapai target ekonomi digital masih menjadi kendala besar. Indonesia masih sangat kekurangan SDM kompeten untuk mengelola industri TIK.
"Paket kebijakan 14 terkait e-commerce itu juga akan menjadi bonus demografi konsumtif secara masif kalua tidak diimbangi SDM TIK yang kompeten,” ujarnya.
Angka pengangguran
KPTIK menyoroti dua masalah atau isu utama pada dunia TIK di Indonesia saat ini. Masalah pertama adalah definisi TIK yang masih carut-marut. Persoalan kedua adalah kesiapan SDM untuk menyambut gegap gempitanya pesta-pora dalam industri TIK itu sendiri.
Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, ada sekitar 4,4 juta siswa SMK yang bisa menjadi generasi siap pakai. Tenaga kerja lulusan SMK itulah yang sebenarnya dibutuhkan oleh pemerintah dalam mewujudkan visi ekonomi digital itu secara cepat, selain ada sumber SDM melalui BLK (Balai Latihan Kerja) dengan menyasar generasi muda tamatan SD/SMP yang merupakan 62% dari angkatan kerja.
Namun sayangnya, dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS) 2015 lalu, angka pengangguran di Indonesia meningkat 300 ribu orang selama setahun dari Februari 2014 sampai Februari 2015. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) didominasi penduduk berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMK) sebesar 9,05 persen, lalu disusul pada jenjang Sekolah Menengah Atas 8,17 persen, dan Diploma I/II/III sebesar 7,49 persen.
Adapun TPT terendah ada pada penduduk berpendidikan SD ke bawah dengan prosentase 3,61 persen di periode Februari 2015 lalu. Tingginya tingkat pengangguran lulusan SMK itulah yang menjadi kekhawatiran KPTIK.
"SMK itu memberikan banyak SDM, tapi sekaligus juga menyumbang pengangguran terbanyak. Bagi praktisi TIK ini tantangan sekaligus potensi ke depan. Kita punya SDM, tinggal memolesnya dengan pelatihan-pelatihan yang tepat dan didukung kurikulum yang dibutuhkan industri," kata Dedi.
Penyebabnya, menurut Dedi, antara sektor pendidikan dan industri TIK masih belum terjadi link and match. Semua pihak masih jalan sendiri-sendiri, antara pemerintah, swasta dan lembaga pendidikan.
Sebelumnya, untuk mempertemukan link and match itulah, para praktisi TIK di KPTIK sudah menggandeng kerjasama dengan Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Tenaga Kerja RI melalui Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Bekasi.
"Kerjasama ini selain untuk memetakan kebutuhan kompetensi tenaga kerja, juga menyiapkan pasokan tenaga kerja siap pakai di bidang TIK di Jabodetabek khususnya dan di Indonesia pada umumnya," kata Dedi.
Kegiatan itu dilanjutkan dengan pelaksanaan penyelenggaran pelatihan SDM berbasis kompetensi TIK. Dari kegiatan itulah kemudian KPTIK akan memperluas jejaring industri di bidang TIK, mulai dari rekrutmen, pelatihan kerja dan penempatan kerja.
"Kalau sesuai UU No 13 tahun 2003 tanggung jawab masalah ketenagakerjaan dan pengangguran bukan saja tanggung jawab pemerintah, tapi juga semua unsur. Untuk itu kemitraan ini sangat menguntungkan, karena perusahaan bisa mendapatkan banyak SDM siap pakai," ujarnya.
Nantinya program pemetaan yang dilakukan bersama-sama antara BBPLK, KPTIK dan industri akan bisa digunakan sesuai kebutuhan banyak pihak, bukan hanya tenaga kerja tapi juga pihak industri berbasis TIK. Salah satu bukti nyatanya, tahun lalu BBPLK Bekasisudah menggelar pelatihan hingga 3.200 peserta dan tahun ini targetnya mencapai 6000 peserta.
"Fokus pada dua kejuruan, yaitu teknika dan elektronika," ujarnya.
Saat ini hampir 90 persen anggota asosiasi TIK sudah masuk ke dalam KPTIK. Anggotanya meliputi perusahaan industri dan lembaga sosial masyarakat di bidang TIK seperti Aenaki, AOSI, APJII, Apkomindo, APMI, Aspiluki, ATSI, FTII, Genta Foundation, Klik Indonesia, LSP Komputer, LSP Open Source, LSP Telematika, Meruvian Foundation, dan Onno Center, APOI, ADEI, dan lainnya.
"Kita memang sekuat mungkin menarik banyak investasi asing masuk ke sektor TIK, tapi kita lupa menyiapkan SDM sendiri yang siap pakai, baik itu pelajar SMK maupun tenaga-tenaga kerja di balai-balai latihan kerja (BLK)," kata Dedi.
SUMBER: http://edukasi.kompas.com/read/2017/04/10/08010391/tanpa.master.plan.bonus.demografi.indonesia.bakal.sia-sia
Tidak ada mapping sumber daya manusia dalam bonus demografi yang bisa mendukung tujuan ekonomi digital Indonesia. Hal ini akan sangat mengkhawatirkan.
"Arah kebijakan Negara terhadap ekonomi digital dan bonus demografi semakin jauh dari harapan dan kita hanya akan menuju perbudakan digital, karena masyarakat lebih banyak konsumtif ketimbang produktif dalam mengimbangi kemajuan infrastruktur internet di Indonesia yang 95 persen hanya menjadi downloader daripada uploader,” ujar Dedi, Senin (10/4/2017).
Pada kunjungannya ke Amerika Serikat bulan Februari 2016 lalu, Presiden RI Joko Widodo mengangkat konsep ekonomi digital sebagai topik utama. Nilai potensi ekonomi digital Indonesia pada 2020 akan mencapai 130 miliar dollar AS atau sekitar Rp 169 triliun dengan kurs Rp 13.000 per dollar AS.
Dedi mengatakan, jika konsep itu berjalan dengan baik, nilai itu akan tercapai. Namun, lanjut dia, semua pihak asyik dengan rutinitas masing-masing di departemen dan bisnisnya sendiri-sendiri.
Sementara itu, rencana menggarap target ekonomi digital dengan memanfaatkan bonus demografi semakin jauh dari harapan. Lulusan lulusan SMK yang dinilai paling tepat untuk dijadikan operator ekonomi digital itu masih belum mumpuni dan mendukung.
"Inpres 9 tahun 2016 tentang revitalisasi vokasi dan malah tidak menyentuh kesiapan menuju target ekonomi digital, karena setelah 6 bulan inpres itu terbit tidak ada rencana apa-apa,” ujar Dedi.
Dedi mengatakan kesiapan sumber daya manusia (SDM) Indonesia untuk mencapai target ekonomi digital masih menjadi kendala besar. Indonesia masih sangat kekurangan SDM kompeten untuk mengelola industri TIK.
"Paket kebijakan 14 terkait e-commerce itu juga akan menjadi bonus demografi konsumtif secara masif kalua tidak diimbangi SDM TIK yang kompeten,” ujarnya.
Angka pengangguran
KPTIK menyoroti dua masalah atau isu utama pada dunia TIK di Indonesia saat ini. Masalah pertama adalah definisi TIK yang masih carut-marut. Persoalan kedua adalah kesiapan SDM untuk menyambut gegap gempitanya pesta-pora dalam industri TIK itu sendiri.
Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, ada sekitar 4,4 juta siswa SMK yang bisa menjadi generasi siap pakai. Tenaga kerja lulusan SMK itulah yang sebenarnya dibutuhkan oleh pemerintah dalam mewujudkan visi ekonomi digital itu secara cepat, selain ada sumber SDM melalui BLK (Balai Latihan Kerja) dengan menyasar generasi muda tamatan SD/SMP yang merupakan 62% dari angkatan kerja.
Namun sayangnya, dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS) 2015 lalu, angka pengangguran di Indonesia meningkat 300 ribu orang selama setahun dari Februari 2014 sampai Februari 2015. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) didominasi penduduk berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMK) sebesar 9,05 persen, lalu disusul pada jenjang Sekolah Menengah Atas 8,17 persen, dan Diploma I/II/III sebesar 7,49 persen.
Adapun TPT terendah ada pada penduduk berpendidikan SD ke bawah dengan prosentase 3,61 persen di periode Februari 2015 lalu. Tingginya tingkat pengangguran lulusan SMK itulah yang menjadi kekhawatiran KPTIK.
"SMK itu memberikan banyak SDM, tapi sekaligus juga menyumbang pengangguran terbanyak. Bagi praktisi TIK ini tantangan sekaligus potensi ke depan. Kita punya SDM, tinggal memolesnya dengan pelatihan-pelatihan yang tepat dan didukung kurikulum yang dibutuhkan industri," kata Dedi.
Penyebabnya, menurut Dedi, antara sektor pendidikan dan industri TIK masih belum terjadi link and match. Semua pihak masih jalan sendiri-sendiri, antara pemerintah, swasta dan lembaga pendidikan.
Sebelumnya, untuk mempertemukan link and match itulah, para praktisi TIK di KPTIK sudah menggandeng kerjasama dengan Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Tenaga Kerja RI melalui Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Bekasi.
"Kerjasama ini selain untuk memetakan kebutuhan kompetensi tenaga kerja, juga menyiapkan pasokan tenaga kerja siap pakai di bidang TIK di Jabodetabek khususnya dan di Indonesia pada umumnya," kata Dedi.
Kegiatan itu dilanjutkan dengan pelaksanaan penyelenggaran pelatihan SDM berbasis kompetensi TIK. Dari kegiatan itulah kemudian KPTIK akan memperluas jejaring industri di bidang TIK, mulai dari rekrutmen, pelatihan kerja dan penempatan kerja.
"Kalau sesuai UU No 13 tahun 2003 tanggung jawab masalah ketenagakerjaan dan pengangguran bukan saja tanggung jawab pemerintah, tapi juga semua unsur. Untuk itu kemitraan ini sangat menguntungkan, karena perusahaan bisa mendapatkan banyak SDM siap pakai," ujarnya.
Nantinya program pemetaan yang dilakukan bersama-sama antara BBPLK, KPTIK dan industri akan bisa digunakan sesuai kebutuhan banyak pihak, bukan hanya tenaga kerja tapi juga pihak industri berbasis TIK. Salah satu bukti nyatanya, tahun lalu BBPLK Bekasisudah menggelar pelatihan hingga 3.200 peserta dan tahun ini targetnya mencapai 6000 peserta.
"Fokus pada dua kejuruan, yaitu teknika dan elektronika," ujarnya.
Saat ini hampir 90 persen anggota asosiasi TIK sudah masuk ke dalam KPTIK. Anggotanya meliputi perusahaan industri dan lembaga sosial masyarakat di bidang TIK seperti Aenaki, AOSI, APJII, Apkomindo, APMI, Aspiluki, ATSI, FTII, Genta Foundation, Klik Indonesia, LSP Komputer, LSP Open Source, LSP Telematika, Meruvian Foundation, dan Onno Center, APOI, ADEI, dan lainnya.
"Kita memang sekuat mungkin menarik banyak investasi asing masuk ke sektor TIK, tapi kita lupa menyiapkan SDM sendiri yang siap pakai, baik itu pelajar SMK maupun tenaga-tenaga kerja di balai-balai latihan kerja (BLK)," kata Dedi.
SUMBER: http://edukasi.kompas.com/read/2017/04/10/08010391/tanpa.master.plan.bonus.demografi.indonesia.bakal.sia-sia
Wednesday, December 21, 2016
Mengapa sebaiknya magang sebelum bekerja
Istilah 'magang' bukan hal asing untuk kita. Tetapi mengapa sebagian besar dari kita tidak melakukannya? Magang merupakan salah satu syarat bagi para lulusan SMK dan Universitas. Hal ini dilakukan dengan terlibat dalam perusahaan dan mengambil tugas dan tanggung jawab seperti halnya karyawan biasa. Magang sendiri telah diatur dalam UU No.13/2003 dan lebih dalam di Permen No.22/Men/IX/2009 tentang Penyelenggaraan Pemagangan Dalam Negeri.
Pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan terpadu antara lembaga pelatihan dengan bekerja dalam bimbingan instruktur atau karyawan yang lebih berpengalaman, dan ini untuk meningkatkan keterampilan atau keahlian tertentu. Inilah yang sangat cocok untuk dikembangkan dan dibina dalam kerangka peningkatan kualitas SDM Indonesia.
Kegiatan kami dalam Komite Penyelerasan Teknologi Informasi Komunikasi (KPTIK.id) mengemban hal penting ini. Kami yang berasal dari 15 asosiasi dan lembaga terkait dengan TIK yang ada di Indonesia merasakan beban berat selama berpuluh tahun untuk mencari, membina dan mengembangkan SDM yang siap kerja di lingkungan kami masing-masing.
Memang dalam prakteknya, banyak perusahaan anggota asosiasi dalam KPTIK telah menerima para siswa dan mahasiswa yang melakukan program magang atau PKL selama ini. Tetapi memang kami merasakan kurang mendapatkan hasil yang optimal. Lama kerja magang yang ada selama ini bervariasi mulai dari 1 hingga 3 bulan, dan untuk bidang tertentu dalam dunia TIK, waktu itu kurang cukup untuk membina dan mengembangkan keterampilan dan keahlian tertentu.
Kami mendengar adanya wacana dari Pemerintah untuk menajamkan fungsi pemagangan ini dan kami sangat siap menyambut peluang ini. Dengan membina para siswa dalam program pelatihan kerja yang kemudian magang di perusahaan anggota KPTIK, maka kami dapat membina dan membimbing lebih baik lagi, terutama dalam kurun waktu yang lama. Maka target untuk mengembangkan kompetensi kerja dan mendukung produktifitas karyawan dapat dicapai juga dalam perusahaan penerima peserta magang.
Tentu saja untuk menjalankan program ini, para perusahaan penerima peserta magang akan melakukan kontrak magang yang telah disepakati. Dalam hal ini kemungkinan, Balai Latihan Kerja (BLK) akan mengambil alih peran penting untuk membantu kami mendapatkan para peserta magang yang sesuai.
Kami sendiri tidak tinggal diam. Sejak pertengahan 2016, kami membantu membina siswa di BLK untuk mendapatkan pengetahuan sesuai tren industri TIK tanah air saat ini. Usaha kami untuk membantu siswa lebih banyak direspon di tahun 2017, dan semoga kami siap membantu semaksimal kami untuk mengembangkan SDM TIK Indonesia.
Silahkan melihat website KPTIK (www.kptik.id) lebih detail untuk ambil bagian menjadi perusahaan penerima peserta magang, atau bagi para peserta lulusan SMK / Universitas agar mendaftar program di BLK Cevest yang selama ini menjadi mitra kami. Apabila memerlukan informasi lanjut bisa menghubungi email kami fankychristian@kptik.id. Mari bersama menyongsong SDM TIK Indonesia yang lebih baik.
Sunday, September 04, 2016
Menaker Gandeng KPTIK Untuk Siapkan SDM Jago IT
Menaker Gandeng KPTIK Untuk Siapkan SDM Jago IT
Jakarta – Indonesiacybers.com : Mengentas banyaknya penganguran di negeri ini, pihak KPTIK (Komisi Penyelarasan Teknologi Informasi dan Komunikasi] akan melakukan kemitraan kerjasama dengan BLK (Badan Latihan Kerja ) Kementrian Tenaga Kerja dalam benrbagai bentuk. Kesepakatan ini terjadi saat audensi pengurus KPTIK dengan Menaker RI Hanif Dhakiri di kantor Menaker , Rabu 3/8 di Jakarta.
Dalam audensi itu, pihak KPTIK dipimpin Ketua KPTIK Ir. Dedi Yudianto MBA yang didampingi para pengurus lainnya antara lain Victor Terinathe, Franky Christian, Soegiharto Santoso, Eryka A Ariana, Bertha, Frans Thamura dan Besar Agung Martono. Dedi mengungkapkan bahawa melihat munculnya kenyataan terjadinya pengngguran lulusan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk mencegah terjadinya ledakan pengguran yang semakin parah harus ada sebuah langkah-langkah solutif. “Pihak Kemenaker mengajak KPTIK untuk membuat project bersama”, jelas Dedi usai audensi dengan Menaker.
Situasi munculnya pengangguran yang kian meningkat, maka pihak KPTIK memandang perlunya penguatan tenaga skill dalam bidang TIK. Untuk itu lembaga BLK milik Kemenaker tetap sangat diperlukan . Tapi dengan penekanan bahwa dalam lembaga BLK adanya penyesuaian materi ajar harus sesuai dengan trend industry. “Dan para instruktur BLK harus di update untuk mengejar ekonomi digital”, tambah Dedi.
Perkembangan ekonomi digital memang sangat cepat yang menyebabkan banyak ketertinggalan bagi tenaga kerja muda usia khususnya. Apalagi Presiden Jokowi sudah mencanangkan program ekonomi digital Indonesia menjelang tahun 2020 sudah harus tumbuh secara signifikan. Untuk itulah pihak pemerintah melalui berbagai lembaga termasuk Kemenaker harus menyiapkan SDM muda yang memiliki kemampuan dalam bidang TIK yang dapat diandalkan.
Menteri Hanif Dhakiri sendiri, dalam kesempatan audensi dengan pengurus KPTIK sempat menyampaikan kekhawatirannya. Oleh karena itu, pihak Kementrian mengajak industry terutamayang tergabung dalam KPTIK untuk terlibat memberikan saran dan masukan agar sesuai dengan kebutuhan industry. Indonesia diakui Menaker Hanif Dhakiri belum ada peta potensi SDM di beberapa sector , termasuik juga peta kebutuhan. Bisa dikatakan berbagai perencanaan masih secara sporadis di tiap-tiap daerah sehingga perlu evaluasi lagi kedepan dengan memperkuat peran industry melalui asosiasi seperti KPTIK.
Menaker Hanif Dhakari dalam kesempatan itu juga meminta agar peran pemerintah kedepan lebih focus kepada pendidikan karakter saja. Sedangkan urusan skill dapat menggandeng industry terkait, terutama industry yang bergerak bidang TIK. Sistem magang di perusahaan juga sangat relevan untuk calon tenaga kerja trampil bidang industry.
Pengurus KPTIK sangat memberikan apresiasi terhadap resppon positip Menaker. Terbukti dari hasil audensi ini pihak Menaker sudah menugaskan salah satu Dirjen untuk melakukan reorientasi dan evaluasi BLK agar lebih sesuai dengan kebutuhan industry .
Menurut Dedi, dengan adanya kemitraan dengan BLK Kemenaker, pihak KPTIK akan segera melakukan langkah-langkah konkrit materi ajar berbasis multimedia bidang TIK. Melakukan training of trainer (TOT) instruktur BLK. Kerjasama kelas jarak jauh dengan maestro TIK. Kerjasama lulusan SMK bidang TIK dalam mendukung tim teknis di BLK serta pengembangan kewirausahaan TIK. (gh)
Friday, August 19, 2016
Selamat HUT ke-71 Kemerdekaan RI, Sayangnya SDM dan Industri TIK Kita Belum Merdeka
Selamat HUT ke-71 Kemerdekaan RI, Sayangnya SDM dan Industri TIK Kita Belum Merdeka
Komite Penyelarasan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(KPTIK) menilai bahwa kesiapan sumber daya manusia (SDM) untuk mencapai
target ekonomi digital masih menjadi kendala besar. Indonesia masih
sangat kekurangan SDM yang kompeten untuk mengelola industri TIK. KPTIK
menyoroti dua masalah atau isu utama pada dunia TIK di Indonesia.
Pertama definisi TIK yang masih carut-marut. Kedua kesiapan SDM untuk
menyambut gegap gempitanya pesta-pora dalam industri TIK itu sendiri.
"Banyak definisi salah kaprah soal e-warung, smart city,
digital business, dan lain-lain. Semua orang bisa membuat definisi
sendiri, padahal belum tentu definisi itu benar. Anehnya tidak ada yang
mau teriak soal definisi-definisi ini," ujar Ir Dedi Yudiant, praktisi
TIK yang kini menjabat Ketua Komite Penyelarasan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (KPTIK), Kamis (18/8/2016).
Pada saat berkunjung ke Amerika Serikat bulan Februari 2016
lalu, Presiden mengangkat konsep ekonomi digital sebagai topik utama.
Nilai potensi ekonomi digital Indonesia pada 2020 akan mencapai 130
miliar dollar AS atau sekitar Rp 169 triliun dengan kurs Rp 13.000 per
dollar AS. Jika konsep itu berjalan dengan baik, nilai itu akan
tercapai.
"Tapi dengan apa kita akan mencapai itu? Ekonomi digital
kan butuh SDM yang banyak, dalam hal ini adalah lulusan SMK yang paling
tepat dijadikan operator digital itu. Tapi, kondisi yang ada sekarang
ini banyak lulusan SMK belum terserap industri, malah ingin kuliah. Mau
kemana mereka setelah lulus bersaing dengan SMA? Di sisi lain, kesiapan
guru dan kurikulum yang ssesuai tandar industri TIK masih harus
dibenahi. Untuk itu, butuh pelatihan-pelatihan khusus untuk mengejar
akselerasi itu,” ujar Dedi.
Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI,
ada sekitar 4,4 juta siswa SMK yang bisa menjadi generasi siap pakai.
Tenaga kerja lulusan SMK itulah yang sebenarnya dibutuhkan oleh
pemerintah dalam mewujudkan visi ekonomi digital itu secara cepat,
selain ada sumber SDM melalui BLK (Balai Latihan Kerja) dengan menyasar
generasi muda tamatan SD/SMP yang merupakan 62% dari angkatan kerja.
“Apa jadinya ketika Yahoo tiba-tiba menutup layanan
emailnya? Apa efeknya jika Gmail pun menutup layanan surat elektroniknya
lantaran semua pengguna harus bayar? Bagaimana jika Facebook juga
melakukan hal serupa? Apa yang bisa kita lakukan? Hari ini, dalam
suasana kita merayakan ulang tahun Kemerdekaan RI, dunia TIK kita
ternyata masih belum merdeka. Kita masih tergantung pihak asing," ungkap
Dedi lebih lanjut.
Produk asing makin merajalela, sehingga membuat masyarakat
Indonesia makin ketergantungan memakainya. Indonesia hanya akan
kehabisan waktu jika mengejar capaian produk-produk asing itu, seperti
Facebook, Google dan lain-lain yang sudah mencengkeram kuat.
Tapi, itu bukan berarti orang Indonesia tak mampu membuat
produk sekelas Facebook atau Google. Lantaran itulah kesiapan SDM
Indonesia menjadi persoalan paling utama untuk diprioritaskan.
Untuk tujuan itulah, KPTIK yang didukung hampir semua organisasi di bidang TIK dan para pakar TIK dari segala bidang, mulai software dan hardware, internet, telekomunikasi dan banyak lagi, menggagas berdirinya "Cyber Maestro Center" atau CMC. CMC dirancang sebagai training for trainer dari para "maestro" TIK di bawah koordinasi KPTIK untuk para guru dan pelatih serta generasi muda yang mau masuk ke dunia TIK.
Untuk tujuan itulah, KPTIK yang didukung hampir semua organisasi di bidang TIK dan para pakar TIK dari segala bidang, mulai software dan hardware, internet, telekomunikasi dan banyak lagi, menggagas berdirinya "Cyber Maestro Center" atau CMC. CMC dirancang sebagai training for trainer dari para "maestro" TIK di bawah koordinasi KPTIK untuk para guru dan pelatih serta generasi muda yang mau masuk ke dunia TIK.
“Butuh dukungan SDM yang kuat di segala bidang untuk
membuat sebuah produk startup bisa menjadi viral macam Facebook,
Twitter, Google, yang dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, dan bisa
meraup pendapatan. Inilah yang akan kami mulai di CMC" ujar Fanky, Ketua
Pokja "Maestro Class & Maestro Teacher Program".
Di CMC inilah Fanky dan para pakar serta praktisi TIK
Indonesia, menyediakan ruang maya bagi para guru atau maestro untuk
mengisi materi yang dibutuhkan para generasi muda agar mereka bisa
memahami industri TIK untuk bekerja dan berusaha di bidang industri TIK.
Ada sekitar satu juta pelajar SMK yang lulus dari
sekolahnya setiap tahun. Mereka tidak hanya ada di kota, tapi juga di
desa-desa di seluruh Tanah Air. Para pelajar SMK itulah yang perlu
disiapkan menjadi operator ekonomi digital Indonesia, selain generasi
muda di pedesaan juga bisa diberdayakan.
"Segala hal di sekeliling kita sekarang ini sudah semakin mengarah
digital, apapun itu. Mulai dari pesan makanan, transportasi, sampai
dengan transaksi keuangan dan bidang lainnya, sudah semakin berbasiskan
digital. Sumber penyedia SDM yang paling banyak untuk memenuhi kebutuhan
tersebut saat ini adalah SMK dan BLK. Untuk itu para guru dan siswanya
harus disiapkan dengan serius, tak bisa hanya mengandalkan peran
pemerintah semata," tukas Fanky.
Tentang KPTIK
KPTIK (Komite Penyelarasan Teknologi Informasi dan
Komunikasi) adalah organisasi yang dibentuk untuk membantu memajukan
kualitas pendidikan TIK di sekolah, pesantren, BLK (Balai Latihan
Kerja), lembaga pelatihan, perguruan tinggi, dan komunitas-komunitas
berkumpulnya generasi muda, sehingga nantinya diharapkan kemampuan SDM
generasi muda sesuai dengan kebutuhan perkembangan industri TIK masa
kini.
Pendiri dan anggota KPTIK adalah hampir semua
asosiasi/organisasi TIK di Indonesia, antara lain AINAKI, AOSI, APJII,
ATSI, Genta Foundation, APKOMINDO, ASPILUKI, Klik Indonesia, Meruvian,
LSP Open Source, APMI, LSP Telematika, LSP Komputer, FTII, dan Onno
Center.
Fanky Christian
fankychristian.blogspot.com
fankychristian.blogspot.com
Subscribe to:
Posts (Atom)