Translate

Friday, November 26, 2004

HOW TO RAISE COMPETITIVENESS OF SMALL BUSINESS

MOSCOW, November 24 (RIA Novosti) - Igor Artemyev, head of the federal anti-trust service, believes that government participation in the commercial sector adversely affects competition and development of the small and medium business. He said this on Wednesday at a session of the council for competitiveness and entrepreneurship of the Russian government.

According to Artemyev, governors and local self-government bodies often open numerous companies and provide them with many privileges. Such measures lead to "unfair competition," said Artemyev.

According to him, the state should now withdraw from the commercial sector. He thinks that this can be done if the laws on executive, representative and legislative branches in constituent federation members and on local self-government are reviewed and amended.

Artemyev believes that this would be a key decision and another step of the administrative reform.

Moreover, Artemyev formulated a few proposals of his department for improving competitiveness of the Russian small business.

In particular, he suggested that a base of family enterprises employing only family members be formed. They would be banned from trade, including excisable goods and foreign economic activity. These companies will be able to provide everyday services, including tailoring and shoe repair. They will purchase a patent and transfer part of the sum to the Russian Pension Fund to provide them with pensions.

Moreover, Artemyev believes, ways should be worked out for employing idling production units and lands of large companies. As for natural monopolies, the government should work out directives for them to develop a system of contracting and subcontracting commissions in the interests of small business.

Tuesday, November 23, 2004

Faktor Faktor di dalam Entrepreneurship



Ada beberapa faktor yang harus diketahui dan dimiliki oleh seseorang
entrepreneur, beberapa faktor merupakan faktor individual dan
selebihnya merupakan faktor diluar faktor individual

Faktor individual

Faktor individual adalah faktor yang dimiliki oleh seseorang dan
sifatnya melekat. Faktor ini dapat dibentuk dalam diri seseorang
tetapi harus berasal dari motivasi dari dirinya sendiri. Faktor-
faktor tersebut antara lain:

Gairah terhadap Bisnis

Seseorang entrepreneur harus memiliki lebih dari sebuah ketertarikan
yang biasa didalam sebuah bisnis, karena akan banyak problem dan
tantangan yang akan datang.

Gigih walaupun gagal

Karena problem atau tantangan berdatangan, seorang entrepreneur
harus mampu bertahan. Banyak entrepreneur sukses yang berhasil
setelah mengalami beberapa kegagalan dan mereka tidak menyerah
begitu saja. Mereka berusaha terus menerus dan pantang menyerah

Kepercayaan diri

Seorang entrepreneur harus memiliki kepercayaan diri terhadap
kemampuan dan pengetahuan akan konsep bisnisnya. Seorang
entrepreneur percaya mereka dapat menyelesaikan segala sesuatu yang
telah mereka mulai lakukan.

Memotivasi diri sendiri

Tidak dapat dipungkiri masalah dan tantangan dalam dunia bisnis
lambat laun akan melunturkan semangat untuk berusaha. Seorang
entrepreneur harus mempunyai kemampuan untuk memberikan motivasi
kepada diri sendiri, sehingga tetap memiliki semangat untuk berusaha.

Manajemen Resiko

Banyak orang berkata bahwa sesorang entrepreneur menghadapi resiko
yang besar. Tetapi sebetulnya hal ini tidaklah sepenuhnya benar.
Pertama seseorang dapat menjalankan bisnisnya dulu sebagai
perkerjaan partimenya, dan tidak mengerahkan semua sumber daya yang
dimilikinya sampai bisnis yang dibangunnya kelihatan memiliki hasil.
Seseorang entrepreneur yang sejati mampu mengetahui resiko yang akan
terjadi pada awal-awal proses dan mampu memperkecilnya.
Mampu melihat perubahan sebagai tantangan

Perubahan yang terjadi sering kali membuat seseorang entrepreneur
menjadi takut dan berusaha untuk menghilangkan perubahan ini,
menghilangkan perubahan itu hal yang mustahil itu berada diluar
kendali. Tetapi sebuah perubahan dapat dijadikan tantangan yang
dapat menjadikan perusahaan menjadi lebih baik. Kemampuan melihat
perubahan menjadi lebih baik dapat di ibaratkan kita melihat sebuah
gelas yang terisi setengahnya. Seseorang dapat melihatnya sebagai
terisi "setengah penuh" atau "setengah kosong". Dari manakah anda
memandangnya itu pilihan anda.

Toleransi terhadap hal yang tidak terstuktur

Dalam tahap awal membangun sebuah usahannya seorang entrepreneur
banyak menghadapi hal-hal yang tidak tersturktur seperti jadwal,
proses dan lain sebagainya dan hal itu juga tidak menjamin bahwa
usaha tersebut mencapai sukses. Seorang entrepreneur harus mampu
toleransi terhadap hal-hal yang tidak terstruktur dan dapat berubah
dengan cepat.

Inisiasi dan Pengakuan

Hampir semua orang setuju bahwa seorang entrepreneur yang sukses
adalah seseorang yang mengambil inisiatif didalam sesuatu situasi.
Mereka mempunyai keinginan untuk menjalankan idenya. Perbedaan
mencolok antara sebuah entrepreneur dan bukan entrepreneur adalah
dari hal menjalankan idenya. Banyak orang yang bukan seorang
entrepreneur memiliki banyak ide tetapi tidak menjalankannya.
Seorang entrepreneur menjalankan idenya tersebut karena mereka ingin
mendapatkan prestasi atau pengakuann yang atas sesuatu yang
dilakukannya. Motivasi untuk mendapatkan prestasi inilah yang
mendorong seseorang untuk bekerja keras mencapai hasil.

Orientasi yang detil dan perfeksionis

Kebanyakan dari para entrepreneurship mereka merupakan seorang
perfeksionis, keras untuk mencapai kesempurnaan. Hal ini yang
menyebabkan bisnis mereka berhasil segala sesuatu yang dihasilkan
memiliki kualitas yang sempurna, baik mutu produk maupun
pelayanannya. Bukankah ini sesuatu yang dinginkan oleh komsumen??

Persepsi terhadap waktu yang lewat.

Seorang entrepreneur sangatlah memperhatikan bahwa waktu sangat
berlalu dengan cepat, hal ini menyebabkan seorang entrepreneur
seperti orang yang tidak sabaran. Bagi mereka berlalunya waktu tanpa
melakukan sesuatu apapun adalah sebuah krisis.

Kreatif

Kreatif adalah hal sangat diperlukan seorang entrepreneur, mempunyai
ide-ide yang cemerlang dan baru, ide ide yang tidak pernah
dipikirkan oleh orang lain merupakan kunci sukses seorang
entrepreneur. Seorang entrepreneur juga harus kreatif untuk mencari
alternatif lain saat sesuatu mengalami hambatan

Kemampuan melihat sebuah gambar besar

Kemampuan untuk melihat sebuah gambar besar melalu sebuah bagian
dari sesuatu hal merupakan keunggulan seorang entrepreneur.
Kemampuan melihat lingkungan dari hal kecil, kemampuan mengetahui
apa yang terjadi dalam lingkungan dari sebuah kejadian kecil,
kemampuan melihat pasar dari hal-hal kecil, hal ini lah yang jarang
dimiliki seseorang.

Faktor motivasi

Seorang entrepreneur akan sukses bila memiliki motivasi, banyak
orang motivasi seorang entrepreneur adalah uang, tetapi ada
berberapa faktor lainya yang menurut saya penting yaitu:
• Keinginan untuk mempraktekan kemampuan dan keahlian
• Keinginan untuk mengatur sendiri hidupnya
• Membangun sesuatu untuk keluarga
• Membangun sesuatu untuk kekasih
• Karena mereka menyukai tantangan
• Untuk hidup sesuai dengan apa yang dipilihnya.


Faktor Budaya

Faktor budaya pemilik usaha juga mempengaruhi keberhasilan sebuah
usaha, sebuah usaha yang dimilik oleh beberapa orang yang memiliki
perbedaan budaya kan mempengaruhi jalannya sebuah usaha, hal ini
perlu diperhatikan karena perbedaan budaya juga mempengaruhi
perbedaan pola pikir terhadap sesuatu hal, yang akhirnya juga akan
berpengaruh terhadap kebijakan yang ada diperusahaan tersebut.
Jika usaha terdiri dari berbagai etnik perlu dibuat kesepakatan
bersama tentang hal-hal atau kebijakan yang ada didalam perusahaan
Faktor budaya juga mempengaruhi keputusan seseorang untuk menjadi
entrepreneur atau tidak.

Berada didalam komunitas

Kesuksesan seorang entrepreneur salah satunya adalah berada didalam
komunitas yang menjadi bidang usahanya dengan berada didalam
komunitas tersebut dapat diketahui perkembangan-perkembangan apa
saja yang terjadi didalam bidang usaha tersebut, dengan berada
didalam komunitas perusahaan akan lebih dikenal, dan ada kemungkinan
dapat


Gabungan dari ketiga faktor

Keputusan seseorang untuk menjadi seorang entrepreneur atau menjadi
seorang pekerja dipengaruhi ketiga hal tersebut.

10 Ways Career Get Stalled


Few things in business life are as puzzling as executives whose careers suddenly stall - even though they are very good at what they do. When these executives don't go as far or as fast as expected, it's better to look for clues around rather than within, them.

Like the investment adviser who makes millions for his clients but cant balance his checkbook, many capable executives turn out to be "street stupid" about their most important client-themselves. While they have been diligently doing their job and meeting their company's goals, they have failed to look above or around them. They neglect the superiors and colleagues who very often have the most influence over their corporate fortunes.

Just because you do your job well, or even brilliantly, doesn't guarantee a steady, rapid ascent up the corporate pyramid. Fairly or not, other factors are involved. To succeed in today's overcrowded executive marketplace, you need to be as insightful about yourself as you are about your job. In particular, you need to sharpen your instinct about bosses and peers.

Here are ten personal pitfalls I've seen stall the careers of even the ablest executives.

1. Now knowing why you were hired

Executives at every level exist for one reason, and one reason only: to make their bosses look good. If you don't believe this, ask your boss. If you're the boss, ask your company's shareholders

2. Following up too slowly

Hesitation is commendable if it curbs some expensive impulses, but it rarely works to your credit when the boss is concerned. Failure to act immediately on a boss's commands lingers in the boss's mind and usually taints your reputation. For example, if the boss says, "Smith is not working out. Get rid of him, " you might, in a noble moment, rush to Smith's defense. But authoritarian bosses tend to regard such behavior as insubordination, not nobility. Stall too long on Smith's departure and you may soon join him out the door.

3. Ignoring the Peter Principle

The Peter Principle says that everyone eventually rises to their level of incompetence. Nearly everyone knows this principle, but few think it applies to themselves. Street-stupid executives, in particular, reach their level of incompetence faster than they should. For example, employees customarily regard a promotion as cause for celebration. But not all promotions are in your best interest. A bad promotion, one that isn't suited to your talents, only speeds up the Peter Principle in your life. This happen frequently with super sales people. They are so productive that management feels compelled to promote them - to sales manager. What amazes me is that so many of these salespeople accept the promotion even though they have no interest in managing other people. Everyone ends up getting hurt in this arrangement.

4. Ignoring the corporate culture.

Abused as the idea of "corporate culture" has become, it is a fact of life at many companies. You don't wear turtlenecks when everyone wears white shirts. You don't seek the spotlight when teamwork is the rule. And you don't punch in at none and out at five if everyone else is putting in twelve-hour days. If you must be a nonconformist, why not start by outperforming everyone else?

5. Wanting to be liked by everyone

The best execs are respected (certainly) and liked (maybe). That's the way it should be if you want to continue making tough - and correct - decisions. Decisions should be dictated by the situation, not by your sympathies and personal feelings.

6. Failing to protect yourself when a new boss appears

Organisation make changes at the top to make the organization better, not to make life difficult for you. Many execs find this hard to believe; they take the arrival of a new chief personally. They resist the new boss, who in turn resist them. Guess who usually loses in this scenario? Simply put, the arrival of a new boss signals big changes. Don't ignore or underestimate them.

7. Going public with your private thoughts

Many career has been short-changed when execs take wrong colleague into their confidence. If you must gossip about your peers and superiors, save it for your family at home. Cutting remarks have a scary way of filtering up to the boss to undercut you.

8. Behaving inconsistently

Responding predictably to certain situations doesn't necessarily mean you're boring and unimaginative. On the contrary, the majority of day-to-day crises call for solid judgment rather than creativity and finesse. Few things are as disturbing to those above and below you as volatility. Blowing up one day over a seatback and taking it in stride the next can brand you as unreliable.

9. Blaming bad news on someone else

There's no harm in admitting you made a mistake - but don't make a habit of it

10. Asking yourself employees to something you wont do yourself

You can't ask people to put in long hours if you're not there beside them. Also, you can't expect them to do things your way unless you show them by example day in and day out.
**** Taken from "What they dont teach you at Harvard Business School" by Mark McCormack (founder of IMG, the world's largest sport representation firm)

Monday, November 22, 2004

Google engineers new scholarly search

MOUNTAIN VIEW, California (AP) -- Google Inc., the leader in online search engines, is setting out to make better sense of all the scholarly work stored on the Web.

The company's new service, unveiled late Wednesday, draws upon newly developed algorithms to list the academic research that appears to be most relevant to a search request. Mountain View-based Google doesn't plan to charge for the service nor use the feature to deliver text-based ads, the primary source of its profits.

"Google has benefited a lot from scholarly research, so this is one way we are giving back to the scholarly community," said Anurag Acharya, an engineer who helped develop the new search tools.

Although Google already had been indexing the reams of academic research online, the company hadn't been able to separate the scholarly content from commercial Web sites.

By focusing on the citations contained in academic papers, Google also engineered its new system to provide a list of potentially helpful material available at libraries and other offline sources.

The scholarly search effort continues Google's aims to probe even deeper into content available online and offline. Last month, Google expanded a program that invites publishers to scan their books into the search engine's index, enabling people to peek at the contents online before deciding whether to buy a copy.

Microsoft warns Asian governments of Linux suits

SINGAPORE (Reuters) -- Microsoft Corp. warned Asian governments on Thursday they could face patent lawsuits for using the Linux operating system instead of its Windows software.

The growing popularity of Linux -- an open-code software that is freely available on the Internet and easily modified by users -- is a threat to the global dominance of Microsoft's Windows.

Linux violates more than 228 patents, according to a recent report from a research group, Microsoft Chief Executive Steve Ballmer said at the company's Asian Government Leaders Forum in Singapore.

"Someday, for all countries that are entering the WTO (World Trade Organization), somebody will come and look for money owing to the rights for that intellectual property," he added.

The Open Source Risk Management Group said earlier this year that potential intellectual property claims against Linux could expose users to unexpected claims that might result in lawsuits.

Software developer SCO Group Inc., which claims that Linux is based on its Unix software, is suing companies including International Business Machines Corp..

Singapore's Ministry of Defense last month switched 20,000 personal computers to run on open-source software instead of the Microsoft operating platform.

Other governments in the region are also looking to use more open-source software. China, Japan and South Korea this year agreed to jointly develop applications running on Linux.

At a conference in Milan later on Thursday, Microsoft Chairman Bill Gates avoided a direct answer when asked whether he was worried about competition from Linux.

"In the market where Microsoft is, there's a lot of competition," he said. "We compete with Unix and we're doing very well because the Windows (market) share has increased every year. It's out there; it's something we compete against."

The Chinese government, in particular, sees its reliance on Microsoft as a potential threat. Conspiracy buffs believe certain patches in the Windows code might give U.S. authorities the power to access Chinese networks and disable them, possibly during a war over Taiwan.

Ballmer said the security fears some governments had about using Microsoft software were overblown.

"We think our software is far more secure than open-source software. It is more secure because we stand behind it, we fixed it, because we built it. Nobody ever knows who built open-source software," he added.

A lesson of love


Toshinobu Kubota, yang biasa dipanggil Shinji mengucapkan selamat tinggal kepada keluarganya di negerinya yang lama untuk mencari hidup yang lebih baik di Amerika. Ayahnya memberinya uang simpanan keluarga yang disembunyikan di dalam kantong kulit.

"Di sini keadaan sulit," katanya sambil memeluk putranya dan mengucapkan selamat tinggal. "Kau adalah harapan kami."

Shinji naik ke kapal lintas Atlantik yang menawarkan transport gratis bagi pemuda-pemuda yang mau bekerja sebagai penyekop batubara sebagai imbalan ongkos pelayaran selama sebulan. Kalau Shinji menemukan emas di Pegunungan Colorado, keluarganya akan menyusul.

Berbulan-bulan Shinji mengolah tanahnya tanpa kenal lelah. Urat emas yang tidak besar memberinya penghasilan yang pas-pasan namun teratur. Setiap hari ketika pulang ke pondoknya yang terdiri atas dua kamar, Shinji merindukan dan sangat ingin disambut oleh wanita yang dicintainya. Satu-satunya yang disesalinya ketika menerima tawaran untuk mengadu nasib ke Amerika adalah terpaksa meninggalkan Asaka Matsutoya sebelum secara resmi punya kesempatan mendekati gadis itu. Sepanjang ingatannya, keluarga mereka sudah lama berteman dan selama itu pula diam-diam dia berharap bisa memperistri Asaka.

Rambut Asaka yang ikal panjang dan senyumnya yang menawan membuatnya menjadi putri Keluarga Yoshinori Matsutoya yang paling cantik. Shinji baru sempat duduk di sampingnya dalam acara perayaan pesta bunga dan mengarang alasan-alasan konyol untuk singgah di rumah gadis itu agar bisa betemu dengannya. Setiap malam sebelum tidur di kabinnya, Shinji ingin sekali membelai rambut Asaka yang pirang kemerahan dan memeluk gadis itu. Akhirnya, dia menyurati ayahnya, meminta bantuannya untuk mewujudkan impiannya.

Kira-kira setahun kemudian, sebuah telegram datang mengabarkan rencana untuk membuat hidup Shinji menjadi lengkap. Pak Yoshinori Matsutoya akan mengirimkan putrinya kepada Shinji di Amerika. Putrinya itu suka bekerja keras dan punya intuisi bisnis. Dia akan bekerja sama dengan Shinji selama setahun dan membantunya mengembangkan bisnis penambangan emas. Diharapkan, setelah setahun itu keluarganya akan mampu datang ke Amerika untuk menghadiri pernikahan mereka.

Hati Shinji sangat bahagia. Dia menghabiskan satu bulan berikutnya untuk mengubah pondoknya menjadi tempat tinggal yang nyaman. Dia membeli ranjang sederhana untuk tempat tidurnya di ruang duduk dan menata bekas tempat tidurnya agar pantas untuk seorang wanita. Gorden dari bekas karung goni yang menutupi kotornya jendela diganti dengan kain bermotif bunga dari bekas karung terigu. Di meja samping tempat tidur dia meletakkan wadah kaleng berisi bunga-bunga kering yang dipetiknya di padang rumput.

Akhirnya, tibalah hari yang sudah dinanti-nantikannya sepanjang hidup. Dengan tangan membawa seikat bunga daisy segar yang baru dipetik, dia pergi ke stasiun kereta api. Asap mengepul dan roda-roda berderit ketika kereta api mendekat lalu berhenti. Shinji melihat setiap jendela, mencari senyum dan rambut ikal Asaka.Jantungnya berdebar kencang penuh harap, kemudian tersentak karena kecewa.

Bukan Asaka, tetapi Yumi Matsutoya kakaknya, yang turun dari kereta api. Gadis itu berdiri malu-malu di depannya, matanya menunduk. Shinji hanya bisa memandang terpana. Kemudian, dengan tangan gemetar diulurkannya buket bunga itu kepada Yumi. "Selamat datang," katanya lirih, matanya menatap nanar. Senyum tipis menghias wajah Yumi yang tidak cantik.

"Aku senang ketika Ayah mengatakan kau ingin aku datang ke sini," kata Yumi, sambil sekilas memandang mata Shinji sebelum cepat-cepat menunduk lagi.

"Aku akan mengurus bawaanmu," kata Shinji dengan senyum terpaksa.

Bersama-sama mereka berjalan ke kereta kuda. Pak Matsutoya dan ayahnya benar. Yumi memang punya intuisi bisnis yang hebat. Sementara Shinji bekerja di tambang, dia bekerja di kantor. Di meja sederhana di sudut ruang duduk, dengan cermat Yumi mencatat semua kegiatan di tambang. Dalam waktu 6 bulan, asset mereka telah berlipat dua. Masakannya yang lezat dan senyumnya yang tenang menghiasi pondok itu dengan sentuhan ajaib seorang wanita.

Tetapi bukan wanita ini yang kuinginkan, keluh Shinji dalam hati, setiap malam sebelum tidur kecapekan di ruang duduk. Mengapa mereka mengirim Yumi? Akankah dia bisa bertemu lagi dengan Asaka? Apakah impian lamanya untuk memperistri Asaka harus dilupakannya? Setahun lamanya Yumi dan Shinji bekerja, bermain, dan tertawa bersama, tetapi tak pernah ada ungkapan cinta. Pernah sekali, Yumi mencium pipi Shinji sebelum masuk ke kamarnya. Pria itu hanya tersenyum canggung. Sejak itu, kelihatannya Yumi cukup puas dengan jalan-jalan berdua menjelajahi pegunungan atau dengan mengobrol di beranda setelah makan malam.

Pada suatu sore di musim semi, hujan deras mengguyur punggung bukit, membuat jalan masuk ke tambang mereka longsor. Dengan kesal Shinji mengisi karung-karung pasir dan meletakkannya sedemikan rupa untuk membelokkan arus air. Badannya lelah dan basah kuyup, tetapi tampaknya usahanya sia-sia. Tiba-tiba Yumi muncul di sampingnya, memegangi karung goni yang terbuka. Shinji menyekop dan memasukkan pasir kedalamnya, kemudian dengan tenaga sekuat lelaki, Yumi melemparkan karung itu ke tumpukan lalu membuka karung lainnya. Berjam-jam mereka bekerja dengan kaki terbenam lumpur setinggi lutut, sampai hujan reda. Dengan berpegangan tangan mereka berjalan pulang ke pondok.

Sambil menikmati sup panas, Shinji mendesah, "Aku takkan dapat menyelamatkan tambang itu tanpa dirimu. Terima kasih, Yumi."

"Sama-sama," gadis itu menjawab sambil tersenyum tenang seperti biasa, lalu tanpa berkata-kata dia masuk ke kamarnya.

Beberapa hari kemudian, sebuah telegram datang mengabarkan bahwa Keluarga Matsutoya dan Keluarga Kubota akan tiba minggu berikutnya. Meskipun berusaha keras menutup-nutupinya, jantung Shinji kembali berdebar-debar seperti dulu karena harapan akan bertemu lagi dengan Asaka. Dia dan Yumi pergi ke stasiun kereta api. Mereka melihat keluarga mereka turun dari kereta api di ujung peron.

Ketika Asaka muncul, Yumi menoleh kepada Shinji. "Sambutlah dia," katanya.

Dengan kaget, Shinji berkata tergagap, "Apa maksudmu?"

"Shinji, sudah lama aku tahu bahwa aku bukan putri Matsutoya yang kau inginkan. Aku memperhatikan bagaimana kau bercanda dengan Asaka dalam acara Perayaan pesta bunga lalu." Dia mengangguk ke arah adiknya yang sedang menuruni tangga kereta. "Aku tahu bahwa dia, bukan aku, yang kauinginkan menjadi istrimu."

"Tapi..."

Yumi meletakkan jarinya pada bibir Shinji. "Ssstt," bisiknya. "Aku mencintaimu, Shinji. Aku selalu mencintaimu. Karena itu, yang kuinginkan hanya melihatmu bahagia. Sambutlah adikku."

Shinji mengambil tangan yumi dari wajahnya dan menggenggamnya. Ketika Yumi menengadah, untuk pertama kalinya Shinji melihat betapa cantiknya gadis itu. Dia ingat ketika mereka berjalan-jalan di padang rumput, ingat malam-malam tenang yang mereka nikmati di depan perapian, ingat ketika Yumi membantunya mengisi karung-karung pasir. Ketika itulah dia menyadari apa yang sebenarnya selama berbulan-bulan telah tidak diketahuinya.

"Tidak, Yumi. Engkaulah yang kuinginkan." Shinji merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya dan mengecupnya dengan cinta yg tiba-tiba membuncah didalam dadanya.

Keluarga mereka berkerumun mengelilingi mereka dan berseru-seru, "Kami datang untuk menghadiri pernikahan kalian!"