Translate

Thursday, November 17, 2005

Apa dampak ancaman penarikan investasi USA akibat pembajakan software?

17Nov2005

Mendengar berita pagi ini, bahwa USA akan menghentikan aliran investasi ke Indonesia karena

maraknya pembajakan produk software USA di Indonesia menggelitik saya menulis ini. Bukan masalah

anti-amerika yang saya tampilkan, tapi saya pikir, USA tidak realistis. Di satu pihak mereka

membutuhkan Indonesia yang merupakan pasar terbesar di Asia Tenggara, tidak hanya bicara jumlah

nya, tetapi juga potensinya. Tetapi mereka menggunakan cara mengancam akan menghentikan aliran

investasinya karena semata kita tidak mau atau mungkin belum mau membeli software mereka.

Pembajakan software memang sudah menjadi keseharian kita sehari-hari, tetapi mereka lupa, bahwa

selain software ber-bayar / license, software yang gratis pun juga sudah mulai dikenal dan

berkembang baik di Indonesia, dan saya pikir, inilah yang lebih membuat mereka takut.

Tapi menarik memang, artinya, mungkin kita harus lihat lagi, berapa besar peran software 'USA'

dalam keseharian kita. Kalau mereka mau 'menekan' atau bahkan 'mengontrol' kehidupan kita melalui

software-software mereka, mungkin sudah saatnya kita bersatu-padu untuk menggalakkan penggunaan

software desktop, seperti :

1. Operating System. Windows memang terkenal, dan semua kita menggunakannya. Tapi LINUX dan
varian nya juga menawarkan hal yang cukup baik. Tinggal masalah apakah kita sudah terbiasa
atau belum. Kita bisa menggalakkan penggunaan linux di komputer desktop kita lebih gencar
lagi sebelum seluruh hidup kita dikontrol. Jangan lupa juga maraknya masalah virus di
OS Windows dibandingkan Linux.

2. Office. Memang MSOffice sudah mengisi keseharian kita, tapi dengan format standar yang semakin
berkembang, maka tidak harus kita menggunakan Microsoft Office. Kita bisa menggunakan Open
Office yang sekarang sudah semakin baik. Untuk kegunaan file dokumen yang umum, Abiword
merupakan pilihan awal yang bagus.

3. Internet Explorer. Memang paling mudah meng-klik ini di desktop kita, tapi kita bisa
menggunakan Mozilla, FireFox yang sekarang jauh lebih cepat dan 'bebas' dari berbagai masalah.

4. MS Outlook / Express. Dulu, ini yang pertama kali saya buka pada waktu saya menyalakan
komputer, tapi sekarang tidak lagi. Thunderbird dan Evolution merupakan pilihan yang baik.

Bagaimana dgn perusahaan2 yang selama ini menggunakan produk-produk software USA utk mendukung

kegiatan bisnis mereka ?

1. Firewall - coba dengan IPTables.
2. ProxyServer - gunakan SQUID.
3. WebServer - gunakan APACHE.
4. WebMailServer - gunakan SQUIRREL
5. DHCP Server - sudah include di LINUX, bukan program berbayar.
6. Mail Server - POSTFIX,
7. Mail Client - Thunderbird
8. Antivirus gateway - CLAMAV
9. Office - Open Office
10. Graphic - GIMP, Sodipodi, DIA
11. Database - MySQL, Postgress
12. WebProgramming - PERL, PHP
13. Chat - GAIM, XCHAT
14. SMSserver - gnokii
15. Remote desktop - vnc, rdesktop
16. PDF creator - ghostscript
17. Multimedia player - mplayer, xmms

Kalau perusahaan yang menggunakan aplikasi berbasis Development Tool dari USA, maka sebaiknya

sudah harus siap-siap membuat aplikasi mereka berbasis WEB, karena:
1. Aplikasi berbasis Web hanya memerlukan pemograman di sisi server, sehingga hanya membutuhkan
pengembangan aplikasi dengan JAVA, PHP dan database MySQL
2. Aplikasi berbasis Web tidak membutuhkan hardware tinggi, melainkan cukup menjalankan
web-browser, jadi dengan menggunakan LINUX dan hardware Pentium rendah dapat menjalankannya.
Untuk yang membutuhkan kerumitan tinggi, JAVA merupakan pilihan yang baik.

Coba kita perhatikan impactnya :
- seluruh perusahaan beralih ke LINUX dan aplikasi2nya.
- harga HARDWARE menurun karena permintaan cenderung menurun akibat investasi hardware
akan terfokus untuk menggunakan kembali hardware yang telah ada sebelumnya.
- para pengembang SOFTWARE beralih dari development tool USA (sebut saja Microsoft) ke produk
web-based, maka bermunculan programmer dan software house WebApplication berbasis PHP, PERL,
dan JAVA. Harga software cenderung menurun karena pengembangan aplikasi berbasis web relatif
lebih rendah dibandingkan dengan yang sebelumnya.
- penggunaan DATABASE gratis semakin banyak, sehingga terjadi penghematan untuk pembelian
aplikasi database.
- penggunaan aplikasi berbasis web menyebabkan perusahaan lebih berfokus untuk melakukan
sentralisasi bandwidth dan akses, sehingga biaya komunikasi akses data dengan menggunakan
media komunikasi akan bersaing ketat dan akan menguntungkan perusahaan dengan nilai yang
kompetitif.
- biaya akses komunikasi data yang murah akan memacu perluasan akses komunikasi data dan Internet
sehingga banyak provider yang akan berusaha mengembangkan sayapnya dibandingkan menaikkan
harganya karena tingginya permintaan akses, maka perluasan akses Internet dapat tercapai
lebih cepat.
- para Provider akan berfokus untuk menyediakan akses murah terjangkau, maka pilihan penggunaan
ROUTER tidak menjadi suatu hal utama, melainkan akan menggunakan PC-ROUTER berbasis LINUX.
- para Provider akan bersaing ketat termasuk dapat memaksimalkan jaringan mereka untuk akses
korporasi dan personal secara mobile, maka harga komunikasi selular akan semakin menurun,
dan pelanggan akan diuntungkan kembali.
- akses yang tersedia dengan biaya bersaing menimbulkan penggunaan voice-over-IP untuk korporasi
dan personal melalui Internet, maka tidak ada lagi biaya tinggi di komunikasi suara melalui
SLJJ dan SLI karena mereka juga akan mengoptimalkan jalur yang sama dengan VoIP.
- sumber daya manusia Indonesia tidak lagi bergantung pada development tool tertentu, melainkan
mencari pola tersendiri untuk bisa mengembangkan software tertentu, sehingga persaingan
pengembang software akan semakin tajam dengan sumber daya manusia yang bersaing kompetitif.
- perusahaan akan mencapai titik dimana biaya teknologi informasi yang tidak tinggi, dengan
sumber daya berkualitas, dan dapat memfokuskan bidang usahanya dibandingkan digerogoti dengan
investasi teknologi informasi yang tinggi.

Perkembangan yang terjadi belakangan ini dimana SOFTWARE sudah tidak dipandang lagi sebagai suatu

PRODUK melainkan suatu layanan / SERVICE merupakan pola yang harus terus dikembangkan. Penggunaan

antivirus adalah contoh yang baik, dimana kita harus membayar untuk biaya update file definition

virusnya dan hanya membeli software antivirusnya dengan biaya yang sangat rendah. Dengan pola

ini, maka persaingan antar pengembang akan lebih baik lagi dibandingkan dengan pola monopoli.

Karena mereka akan berfokus mengembangkan software (layanan) sebaik mungkin dibandingkan

mengembangkan software beragam dan mahal.

Nach, tinggal sekarang tindakan apa yang kita ambil menyikapi ancaman pemberhentian investasi USA

akibat maraknya penggunaan produk mereka secara ilegal. Apakah kita akan membiarkan rupiah

melayang deras ke pangkuan mereka, atau kita berusaha menjaga ekonomi kita ke arah yang lebih

baik.

Salam damai.
Fanky Christian.















Monday, November 07, 2005

PROYEKSI TREN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI INDONESIA 2006

PROYEKSI TREN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI INDONESIA 2006
FANKY CHRISTIAN
email :fankychristian@gmail.com
blog :fankychristian.blogspot.com

DASAR PEMIKIRAN:
Teknologi Informasi merupakan kebutuhan yang harus diperhitungkan, terutama untuk bisnis.
Seiring dengan meningkatnya inflasi, maka kecenderungan untuk melakukan penghematan investasi akan terjadi. Salah satu jalan yang ditempuh adalah memaksimalkan investasi yang ada, atau menekan perkembangannya.
Penggunaan mobilephone yang semakin meluas, terutama untuk komunikasi SMS akan menimbulkan fenomena baru untuk bisnis.

PROYEKSI TREN :
PENGGUNAAN KOMPUTER DAN INTERNET YANG SEMAKIN MELUAS.
Penduduk Indonesia semakin terbiasa menggunakan komputer dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari kegiatan pribadi, perusahaan kecil juga sudah menerapkan penggunaan komputer.
Sektor : PRIBADI, PERUSAHAAN KECIL - MENENGAH
Dampak : HARDWARE, KONEKSI INTERNET

PENGGUNAAN OPENSOURCE SEBAGAI ALTERNATIF MENEKAN BIAYA INVESTASI KOMPUTER DAN JARINGAN
Karena tingginya biaya investasi dengan menggunakan MS Windows, maka banyak perusahaan skala menengah mempersiapkan diri menggunakan aplikasi Open Source dan platform Linux.
Sektor : PERUSAHAAN KECIL - MENENGAH, EDUKASI UNIVERSITAS
Dampak : OPEN OFFICE, LINUX MIGRATION, LINUX SERVER SOLUTION

SEMAKIN MARAKNYA PERLUASAN AKSES INTERNET DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA VSAT DAN WIRELESS.
Perluasan Point of Presence Internet akan semakin luas dengan menerapkan koneksi Wireless.
Sektor : INTERNET SERVICE PROVIDER, TELCO PROVIDER
Dampak : IMPLEMENTASI WIRELESS - TOWER - BERBASIS LINUX

MELUASNYA PENGGUNAAN EMAIL DAN INTERNET DALAM KEGIATAN BISNIS.
Sektor bisnis mulai memperhitungkan untuk menyediakan kolom EMAIL dan WEBSITE di ruang kartunamanya.
Sektor : PERUSAHAAN KECIL - MENENGAH - BESAR
Dampak : HOSTING EMAIL, WEBSITE DEVELOPMENT

PERUSAHAAN BESAR MENGKONSENTRASIKAN KEPADA FAKTOR SEKURITI DAN PENANGANAN BANDWIDTH.
Manajemen perusahaan berhati-hati melakukan investasi di TI dan memfokuskan untuk meningkatkan faktor Sekuriti Sistem dan Jaringan (IT Security) dan memaksimalkan investasi bandwidth yang ada (Bandwidth Management) untuk melewatkan trafik data dan voice.
Sektor : PERUSAHAAN MENENGAH - BESAR
Dampak : IT SECURITY (FIREWALL - IDS - IPS - PATCH), BANDWIDTH MANAGEMENT, VOIP

TELCO MOBILE SEMAKIN MEMPERLUAS JARINGANNYA
Persaingan tajam antar operator Mobile, baik GSM ataupun CDMA memberikan keuntungan bagi pengguna pribadi dan bisnis. Tantangan para operator ini adalah memberikan jangkauan jaringan yang seluasnya untuk penggunanya. Dari sinilah akan turun pemikiran untuk mengembangkan bisnis di atas platform mobile.
Sektor : MOBILE OPERATOR
Dampak : PERSAINGAN HARGA DAN LAYANAN

PERKEMBANGAN LAYANAN MOBILE UNTUK BISNIS
Karena jangkauan dan pengguna yang semakin banyak, maka para Mobile Operator memikirkan pola revenue lain disamping yang telah ada sekarang. Layanan mobile yang akan dikembangkan adalah layanan berbasis WAP dan JAVA MOBILE yang dapat dengan mudah digunakan.
Sektor : FINANSIAL (Mobile Information)
Dampak : MOBILE PAYMENT GATEWAY, DEVELOPER MOBILE APPLICATION, LOCATION BASED SERVICE

PERUSAHAAN MEMFOKUSKAN PENGEMBANGAN TI KEPADA PENINGKATAN LAYANAN (CUSTOMER SATISFACTION)
Semakin ketatnya persaingan dunia usaha dan gonjang ganjing ekonomi Indonesia membuat manajemen harus mempertajam sense bisnis dibandingkan dengan membangun support TI. Oleh karena itu, manajemen akan memperlengkapi diri dengan tools untuk memonitor layanan, produk dan jasa kepada pelanggan.
Sektor : PERUSAHAAN MENENGAH - BESAR
Dampak : DATAWAREHOUSE, OLAP, CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT, DIGITAL MARKETING.

Strategi Marketing Online (e-Marketing)

Gunakan 3S
- SMART - jeli melihat peluang bisnis yang ada
- SWEAT - siap kerja keras
- SWIFT - gesit menggapai peluang yang ada, jangan menunda-nunda

Optimalisasi :
- Untuk MENJUAL
SEARCH ENGINE
SALES-EMAIL DAN WEB-COPY

- Untuk POPULARITAS / BRANDING
Web Writing
Newsletter Writing
Blogging
Barter / Kombinasi antara media-cetak dan elektronis
RSS
Konseling melalui targetted-mailing list / online bulletin

Kunci Salesman Online
- Persuasif
- Emotional Writing
- Informative Writing (untuk membangun BRANDING)

Bisnis yang cocok via Internet :
- produk yg unik (segmented)
- fullfilment-nya tidak dapat diperoleh disembarang tempat
- sifatnya universal tidak bergantung pada lokasi dan ras manusia
- consumable dan tergantung pada anda atau bisa lewat vendor lain namun jarang

Tantangan:
- Bisnis harus cepat, tanggap dan siap ber-reformasi dalam waktu singkat.
- Continuous Learning harus dibiasakan

Nyengir Aja

Minggu ini, satu minggu setelah hari lebaran, saya termenung setelah mendengarkan khotbah Pak Ferdy. Bukan karena apa-apa, sedikit banyak, kesulitan hidup semakin menghimpit kita dan orang lain sekitar kita. Tinggal beberapa hari lagi, saya akan merayakan ulang tahun ke 31, umur yang tadinya saya pikir dulu - saya telah mencapai titik kemapanan, baik secara ekonomi ataupun karir. Ternyata Tuhan berkehendak lain. Dengan keadaan kami saat ini, kami benar-benar merasakan betapa sulitnya kehidupan yang kami rasakan saat ini. Kalau dulu, waktu saya kecil, ada istilah 'orang miskin makannya ikan asin'. Tapi dari tayangan televisi, kami menyaksikan saudara-saudara kita di timur Indonesia, mereka tidak dapat memakan ikan asin, padahal mereka adalah produsen ikan asin. Hal ini tidak lain karena para suami mereka tidak pergi melaut akibat biaya solar yang sangat tinggi. Mereka tidak sanggup menjalankan mesin kapal yang memakan cukup banyak solar. Jadi, kalau dulu, pada saat tidak ada uang, kita akan makan ikan asing, sekarang ini malah - jangankan untuk memakannya, membuatnya pun sekarang susah luar biasa.

Di televisi, penampilan anak yang perutnya besar karena menderita busung lapar sudah menjadi bagian sehari hari. Tidak terkejut karena memang kita semua tahu dan memperhatikan taraf kehidupan bangsa kita yang seolah naik padahal semakin menurun. Sebut saja barang sehari hari yang telah menjadi barang mahal, gula pasir, beras, sampai cabai. Bagaimana semua ini bisa terjadi ? Salah siapa ? Apakah mau menyalahkan pemerintah saja? Berapa kali kita ganti pemerintahan, toch tetap saja sama hasilnya, bukan ?

Jadi, dimana yang salah ? Yang salah, ada di kita sendiri, di dalam hati kita.
Mari kita lihat...

Pertama, lihat bagaimana kita menerima dan mengajarkan didikan kepada anak kita.. "Nak, cepat besar ya, belajar yang pintar, cari uang yang banyak, biar hidup kamu tidak susah..." Apakah sang anak akan menangkap apa yang kita maksudkan ? Si anak bisa saja berpikir, " wah, yang penting hidup senang punya banyak uang .. ". Jadi, yang penting adalah punya banyak uang, bukan belajar-nya, tak peduli bagaimana, pokoknya harus punya banyak uang.

Sekarang, si anak telah besar, dia akan berusaha sedapat mungkin, bagaimanapun caranya, untuk bertahan harus punya banyak uang. Apabila dia memiliki pengertian yang baik, maka dia akan menempuh jalan baik-baik. Sedangkan apabila tidak, maka bukan tidak mungkin, jalan kurang baik dalam hidupnya-lah yang akan ditempuhnya. Mulai dari mencuri, menipu, hingga penyakit yang akrab dengan telinga kita, korupsi.

Coba lihat sekitar kita, berapa banyak yang menggunakan cara "baik-baik" untuk mendapatkan keuntungan bagi dirinya ? Sedikit banyak, pasti ada unsur KKN - kolusi, korupsi dan nepotisme. Saya berkesempatan berkuliah di salah satu universitas terbaik dalam hal komputer, tetapi pada waktu pelajaran kalkulus lanjutan yang saya ambil selama 3 kali semester berturut-turut saya mendapatkan nilai grade D, maka saya menghadap sang KaJur pada waktu itu. Dan dia meminta sesuatu yang saya tidak miliki pada waktu itu. Jangankan untuk memberinya uang, untuk kuliah saja, saya harus banting tulang bekerja dalam shift. Dengan pendidikan tinggi yang dimilikinya, tetap saja, uang berbicara dan dapat menyelesaikan masalah.
Baiklah, untuk simplenya, mungkin kita akui saja ada yang salah dengan didikan yang kita terima, jadi sekarang mau bagaimana ? Ya, belum terlambat untuk mengubah semuanya. Kita masih ada anak yang kita bisa bimbing untuk mengenal Tuhannya sedari kecil. Betapa bersyukurnya saya memiliki orang tua yang mengenalkan saya dengan Tuhan Yesus, pada waktu saya masih kecil. Dan sampai dengan sekarang, tetap saja kerinduan untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang Dia semakin bertambah.

Kemudian, kita harus membiasakan hidup bersyukur. Ya, bersyukur untuk satu dua hal dengan mudah kita lakukan, tapi kalau bersyukur untuk kekurangan yang selama ini kita alami, waduh, saya jamin berat luar biasa, susah. Coba bayangkan, makan cuma pakai tahu saja hari ini, tetapi harus mengucap syukur. Uang cuma punya Rp.50.000 di kantong, tapi tetap harus bersyukur. Waduh, Tuhan, ada cara lain ga untuk bersyukur... Hidup bersyukur mendatangkan sukacita, hidup berserah mendatangkan sejahtera, hidup berkemenangan mendatangkan kelimpahan. Nah ini yang tidak kita sadari. Betapa sering, dan sangat sering sebenarnya, kita diberikan kesempatan untuk bersyukur. Betapa sering, dalam hidup kita, kita melihat, kita dipelihara oleh Tuhan. Saya jadi ingat, betapa susahnya bangsa Israel, yang biasa hidup mapan meskipun sedikit tertindas di Mesir, harus keluar menuju tanah perjanjian yang mereka tidak tahu itu dimana - entah berantah - harus keluar dan hidup di padang pasir, mereka makan manna - sesuatu makanan yang baru mereka kenal juga. Kalau tidak dengan berserah, dan bersyukur, mana mungkin mereka bisa mencapai Kanaan dan merasakan hidup berkemenangan dalam Tuhan. Maka jadilah kita bangsa Israel. Menjalani hari dalam kesederhanaan, hidup dalam penyerahan diri kepada Tuhan, setia mendengarkan perintah dan ajaran Tuhan, dan kembali, selalu, bersyukur.

Jadi, pada waktu keluarga kami mengalami kesulitan, kata yang menghibur, yang keluar dari mulut kami adalah 'nyengir aja'. Dengan logat betawi yang kental, dua kalimat ini lebih enak dilafalkan - 'nyengir aje'. Dua kata ini memiliki arti yang mendalam setelah saya mencoba mentelaahnya lebih dalam. Pertama, dua kata ini bisa kita ucapkan dengan nada sinis, coba saja ucapkan dengan cepat, pasti kedengaran seperti sedang menghina, sedikit mengejek. Sekarang coba kita lambatkan sedikit, tambahkan kelembutan logat jawa - nyengir aja. Berbeda bukan, ada rasa dan ungkapan menghibur terbesit di sana.

Maka, pada saat kami bingung menghadapi masalah. Kami saling berkata, 'nyengir aja', dan tak lama kemudian, senyum merekah di bibir kami masing-masing. Pada saat tidak ada uang, kata 'nyengir saja' menjadi makin sering kami ucapkan satu dengan yang lain, dan tak lama, mulai dari senyum sampai ketawa terbahak-bahak bisa keluar dari mulut kami. Resep kecil ini, kemudian menguatkan kami, bahwa apapun yang kami hadapi, Tuhan mengijinkan semua terjadi, dan Tuhan juga yang akan memberikan jalan keluar. Sama seperti bangsa Israel, apapun yang mereka hadapi selama di padang pasir, sewaktu memasuki tanah Kanaan, bahkan sampai kelakuan mereka yang tidak berkenan di hadapan Allah, toch tetap, Allah mengasihi mereka. Allah tetap memberikan pimpinan dan kasihNya. Berarti sama halnya dengan kami. Sukacita yang kami rasakan oleh karena penyertaan Tuhan tidak ternilai dalam hidup kami, dan sukacita itu dimulai dengan dua kata tadi 'nyengir aja'. Apapun kesulitan yang kita hadapi, kami menjadi yakin, apabila kami berserah, Tuhan akan memberikan yang terbaik, meskipun kadang, itu tidak sesuai dengan apa yang kami harapkan. Dalam kehidupan berserah kami, dua kata ini menjadi pengingat sederhana betapa berartinya kami di hadapan Tuhan Allah, sang penguasa hidup.

Sunday, November 06, 2005

Bagaimana melayani Allah ?

Bagaimana melayani Allah ?
fankychristian@gmail.com

Di tangan saya terdapat buku kecil persembahan Bulan Musik GKI Bektim yang merupakan cuplikan dari buku "Kehidupan yang digerakkan oleh tujuan" Rick Warren. Buku ini menarik, bukan lantaran karena pengarangnya, bukan juga karena judulnya, tapi karena isinya. Mungkin akan lebih menarik lagi kalau saya membaca seluruh bab buku itu, tapi buku kecil ini hanya memuat bab 29 - 35 saja. Dalam kesempatan liburan lebaran kali ini, buku ini habis saya baca bolak-balik, dan terus terang, saya jatuh cinta dengan isinya.

Baru saja, malam itu, kami berdiskusi mengenai kehidupan pekerjaan yang selama ini saya jalani. Saya selalu merasakan kurang, dan selalu bertanya-tanya, mengapa saya selalu merasa kurang berkat Tuhan ? Apakah aku hidup kurang bersyukur ? Atau malah, ada pertanyaan mendasar lainnya yang tidak bisa aku jawab sendiri. Dalam kebingungan, saya membaca kembali buku ini, dengan harapan saya bisa cepat tidur dan melupakan semuanya. Nyatanya, saya menemukan hal lain, yang mungkin juga menjadi jawaban atas pertanyaan kita bersama.

Pertama, pertanyaan dasar yang terjawab. Apakah tujuan kita hidup ? Tujuan kita hidup, kembali kepada mengapa kita diberikan kehidupan ? Ternyata, apa pun kita, bagaimana pun kita hidup, keadaan hidup yang kita alami, semuanya merupakan karya Tuhan. Oleh karena tujuan Allah hanya satu hal, yaitu Allah ingin agar kita hidup melayani Tuhan. Sebelum Allah menciptakan kita, Dia telah memutuskan apa yang akan kita alami dan lakukan di dunia ini, dan Allah dengan persis merencanakan apa yang akan kita perbuat untuk melayani Dia. Dan selanjutnya, ini yang menarik, Allah membentuk kita untuk tugas-tugas tersebut. Kita ada sebagaimana kita ada, karena kita dijadikan untuk pelayanan khusus. Jadi dengan jelas, hidup kita tidak mengalir begitu saja, Tuhan telah mengaturnya, untuk tujuan muliaNya. Allah tidak pernah memboroskan sesuatu, Dia tidak akan memberikan kita kemampuan, minat, talenta, karunia, kepribadian, dan pengalaman-pengalaman kehidupan jika Dia tidak bermaksud untuk menggunakannya untuk kemuliaanNya. Saya terhenyak. Ternyata tujuan hidup yang selama ini saya canangkan, jelas-jelas salah. Tujuan hidup saya tidak sejalan dengan Allah. Bagaimana mau sejalan kalau tujuan hidup saya adalah "Agar saya tidak hidup susah lagi". Pengalaman hidup masa kecil yang pahit dan susah menjadikan tujuan hidup saya tidak sesuai dengan tujuan hidup yang Allah buat untuk saya. Jadi rupanya, selama ini saya mengalami kesulitan hidup, Allah ingin membentuk saya. Dan proses itu berjalan terus hingga sekarang. Baik, Tuhan, saya akan merevisi tujuan hidup saya ! Bagaimana dengan Anda ?

Kedua, tujuan telah ada, sekarang bagaimana mencapai tujuan itu ? Akal pikiran kita kembali berkata, tujuan kita hidup adalah melayani Allah, kemudian apakah artinya dalam hidup saya ini, saya akan melayani Allah dengan bergereja, menjadi aktifis, menjadi pelayan Firman, menjadi penatua dll ? Dangkal sekali apabila saya berpikiran demikian. Allah kita telah memberikan kita banyak hal, kemampuan dan minat - setiap kita pasti memiliki 2 hal ini. Dan 2 hal inilah yang dapat kita mulai pertama kali. Dengan minat yang kita miliki, pasti kita memiliki ketertarikan tertentu pada satu bidang tertentu. Dengan kemampuan yang kita miliki, pasti kita bisa melakukan suatu hal tertentu. Tidak semua hal dapat kita lakukan dengan kepala dan tangan - kaki kita, tapi kita dapat melakukan satu hal yang sesuai dengan minat dan kemampuan kita dengan hasil yang sangat baik ! Inilah motivasi pelayanan kita. Karena kita melakukannya dengan minat, maka keefektifan akan tercapai. Kapanpun kita melakukan apa yang Allah tetapkan bagi kita untuk senang melakukannya, kita melakukannya dengan baik. Hasrat yang kuat membawa kepada kesempurnaan. Artinya, dalam melayani Allah, kita dapat melakukan sesuai dengan kemampuan dan minat yang kita miliki. Tidak semua orang dapat mempersiapkan program, mempersiapkan ruangan, mempersiapkan liturgi, memasang sound system, mengajar sekolah minggu, mengajar musik, memimpin biduan, mengetik dengan cepat,.. Allah telah mempersiapkan masing-masing kita dengan kemampuan dan minat masing-masing, yang saling berbeda, tetapi dibentuk, diarahkan untuk suatu tujuan Allah. Dalam kesibukan kita sehari-hari, ada yang sibuk menjadi karyawan accounting, bagian kurir, satpam, jualan gado-gado, menjadi guru, tukang elektronik, jual-beli mobil, semuanya itu Tuhan pakai, dan Tuhan persiapkan untuk melayani Allah, melayani umat Allah satu dengan yang lain. Yang mahir accounting bisa membantu gereja dan orang lain menghitung dengan cermat, sang kurir pandai menyetir mobil - membantu pelawatan di hari minggu, satpam memiliki hubungan baik dengan masyarakat sekitar - membantu koordinasi kegiatan, penjual gado-gado - mempersiapkan konsumsi komisi, si guru mengajar sekolah minggu, tukang elektronik menjadi petugas sound system, jual-beli mobil membantu jemaat yang ingin menjual mobil, sadarkah kita akan hal itu , ternyata banyak hal yang dapat kita buat untuk Tuhan dan jemaat gereja kita. Intinya, apa yang mampu saya kerjakan, akan saya kerjakan. Dan ternyata dalam keseharian saya, Tuhan terus menggunakan apa yang saya mampu, apa minat saya, dan karunia lainnya yang saya miliki - untuk mencapai tujuan Allah. Bagaimana dengan Anda ?

Ketiga, saya sering merasakan "tidak enak" dengan orang lain pada saat bekerja, pada saat melayani Allah. Kenapa ? Allah sendiri menciptakan kita tidak sama satu dengan lainnya. Kita berbeda, tetapi dibentuk untuk satu tujuan yang sama. Kita ternyata membutuhkan perbedaan itu. Kepribadian yang berbeda-beda ini akan mempengaruhi bagaimana dan dimana kita akan menggunakan karunia-karunia rohani dan kemampuan kita. Yang jelas harus dipahami, apakah kita memahami diri kita dengan baik ? Kemudian apakah kita juga memahami orang lain dengan baik ? Saya terus terang suka kelihatan menonjol, suka persaingan, dan suka melakukan segala sesuatu dengan cara saya sendiri, kurang cermat dan sering tergesa-gesa. Itulah saya. Kemudian kepribadian rekan kerja saya, yang sangat teliti, mempersiapkan segala sesuatu dengan cermat, tetapi sering mengalah, dan tidak suka bersaing dengan saya, itulah rekan saya. Saya meneladani darinya bagaimana bekerja dengan teliti, demikian juga dia kepada saya. Ke"tidak-enakan" yang ada, ternyata dapat kami atasi dengan baik, dengan saling memahami, bahwa kami memang berbeda, tetapi kami memiliki maksud yang sama, tujuan yang sama. Ingat, yang kita layani adalah Allah - kita melayani sesama kita untuk Allah. Kita bekerja juga untuk Allah - melalui dan bersama dengan sesama kita. Kita menggunakan waktu juga untuk Allah - melalui dan bersama dengan Allah dan sesama kita. Bagaimana dengan Anda ?

Keempat, Tuhan, saya telah mengalami banyak hal, apakah maksud dari semua ini ? Tuhan memanfaatkan pengalaman-pengalaman hidup yang kita alami. Lihat dan kajilah :
Apa yang dapat saya pelajari dari pengalaman-pengalaman keluarga ?
Apa yang dapat saya pelajari dari pengalaman-pengalaman sekolah dan berkuliah ?
Apa yang dapat saya pelajari dari pengalaman-pengalaman bekerja ?
Apa yang dapat saya pelajari dari pengalaman-pengalaman rohani ?
Apa yang dapat saya pelajari dari pengalaman-pengalaman pelayanan ?
Apa yang dapat saya pelajari dari pengalaman-pengalaman menyakitkan ?
Semua ini kita buat daftarnya. Apa yang paling sulit kita tulis ? Tentunya pengalaman menyakitkan kita.. Padahal, dari pengalaman menyakitkan inilah Tuhan seringkali mengajarkan banyak hal kepada kita. Menyakitkan buat saya mengingat masa kecil yang menyulitkan dimana papa saya meninggalkan kami berempat dengan mama. Tapi ternyata, pengalaman itulah yang membentuk saya. Dan jelas saya ingat, bagaimana gereja dan warga gereja membantu kami, oom dan keluarga membantu kami, meskipun tidak sedikit yang mencemooh dan mengejek kami. Tapi kami jadi memiliki tekad yang kuat untuk mengasihi lebih sungguh satu dengan yang lain, sebagaimana Tuhan menjaga kami di waktu kami kecil. Kami jadi mengerti bagaimana Tuhan menyertai kami belajar, dan mengangkat kami dari tiap kesulitan yang kami hadapi. Dan hasilnya luar biasa, tidak ada dari kami pun yang pernah menyangka kami dapat menempuh pendidikan di sekolah dan universitas terbaik. Allah dengan sengaja mengizinkan kita mengalami penderitaan-penderitaan yang menyakitkan untuk melengkapi kita bagi pelayanan kepada orang lain. Jika kita benar-benar rindu untuk dipakai oleh Allah, kita harus memahami sebuah kebenaran yang hebat: pengalaman-pengalaman yang paling kita benci atau sesali dalam kehidupan kita, yaitu pengalaman-pengalaman yang ingin kita sembunyikan dan lupakan, merupakan pengalaman-pengalaman yang Allah ingin kita gunakan untuk menolong orang lain. Pengalaman-pengalaman inilah "pelayanan kita" ! Siapa yang lebih baik menolong orang terkena narkoba - apabila bukan orang yang pernah mengalami dan keluar dari pengaruhnya . Siapa yang lebih baik menolong orang yang hamil di luar nikah kalau bukan orang yang mengalaminya dan telah berhasil memperbaiki hidupnya di hadapan Allah. Siapa yang lebih baik menolong orang susah - apabila bukan orang yang telah bersyukur atas penyertaan Tuhan senantiasa dalam hidupnya. Bagaimana dengan Anda ?

Kelima, baik tujuan - cara mencapai - hambatan dan gangguan mencapai tujuan, telah saya lihat dan pelajari, sekarang bagaimana memulainya ?
Mulailah dengan mengevaluasi / membuat daftar karunia dan kemampuan Anda ..
Daftar karunia yang saya miliki ...
Daftar kemampuan yang saya miliki ...
Apakah yang paling senang saya lakukan ?
Kapankah saya merasa benar-benar hidup ?
Apakah yang sedang saya kerjakan ketika saya tidak ingat waktu ?
Apakah saya suka rutinitas atau variasi ?
Apakah saya lebih terbuka atau tertutup ?
Apakah saya pemikir atau perasa ?
Mana yang lebih saya nikmati ? Persaingan atau bekerjasama ?
Tanya pendapat orang lain tentang diri Anda, jangan harapkan pujian, mintalah mereka dengan jujur menyampaikan yang sebenarnya !
Dalam bidang apakah, saya melihat hasil dalam kehidupan saya yang dipertegas oleh orang lain ?
Pada bidang apakah saya telah berhasil ?
Kemudian MULAILAH. Mulailah melayani, saya bisa menyanyi dan mengajar - maka sekolah minggu saya pilih. Teman saya suka dunia elektronik - maka jadilah dia petugas sound system. Adik saya suka menyanyi - maka jadilah dia anggota PS Gabungan. Rekan saya pandai keuangan - jadilah dia anggota tim sar-pras gereja. Oom saya pandai membuat presentasi - jadilah dia spesialisasi presentasi video di gereja. Banyak sekali ternyata apa yang kita miliki dapat segera kita mulai sebagai dasar untuk melayani. Jangan tunggu-tunggu lagi.
Setelah kita melayani, kaji kembali daftar pertanyaan point 1 diatas. Kemudian ambil sari dari pengalaman-pengalaman yang selama ini kita alami.
Mengenali diri kita, berarti juga kita mengenali keterbatasan kita. Tidak seorang pun bagus dalam segala bidang. Jadi dengan daftar dan evaluasi di atas, kita dapat menentukan SPESIALISASI kita - juga dalam melayani Allah. Allah ingin kita senang dengan apa yang kita miliki, termasuk juga spesialiasi pelayanan kita, jangan mulai membanding-bandingkan pelayanan kita dengan orang lain, atau mencoba mencocokkan pelayanan kita dengan orang lain. Karena tetap, bagaimana berbeda kita melayani Allah satu dengan lainnya, Allah memang telah mempersiapkan semuanya itu. Kita tidak usah ambil pusing dengan komentar dan kritik orang lain, tetaplah melayani Allah. Allah ingin kita menggunakan sebaik-baiknya apa yang kita miliki, dan juga mengembangkan terus kemampuan kita. Dulu saya hanya seorang petugas sound system yang malu tampil di depan umum, sekarang Allah telah mengijinkan saya menjadi liturgos kebaktian, bagaimana bisa ? Karena Allah senantiasa membantu kita berkembang. Manfaatkan setiap kesempatan untuk mengembangkan apa yang kita miliki, dan pertajamlah terus kemampuan dan minat kita. Bagaimana dengan Anda ? Kapan Anda mau memulai ?

Keenam, sekarang saya telah mulai melayani Allah, dalam pekerjaan, keseharian dan di gereja, bagaimana baiknya saya harus bertindak ? Kita melayani Allah dengan melayani orang lain. Inilah sebabnya, setiap saat sebenarnya kita ditantang untuk melayani Allah. Walaupun kita telah mengetahui dengan baik 'modal' yang kita miliki untuk melayani Allah, tetap yang terpenting adalah hati kita yang melayani Allah. Allah membentuk kita untuk pelayanan, bukan untuk mementingkan diri sendiri. Nach, disinilah muncul istilah pelayan yang sejati. Semua dari kita bisa dan mampu melayani Allah, tapi apakah kita memiliki kepekaan yang besar untuk melayani Allah dengan setia, tidak mengenal waktu, tidak mempermasalahkan siapa dan apa yang kita layani, tidak meributkan sesuatu yang Allah sebenarnya telah siapkan. Seringkali kita berkutat dengan rutinitas. Saya ingat bagaimana saya merasakan kejemuan pelayanan karena saya terikat dengan rutinitas sebagai penatua, dari rapat satu ke rapat lainnya, tiap minggu melayani, kesibukan mengejar target program, sehingga saya lupa, siapa yang saya layani - saya ribut untuk urusan waktu, administrasi, keuangan, siapa yang bertugas, jangan si A, jangan si B, dan mendengarkan jemaat yang mau begini mau begitu - lupa yang kita layani adalah Allah sang Pelayan sejati yang telah memberikan contoh.
Pelayan sejati memberikan diri mereka untuk melayani, siap sedia, melakukan apa yang diperlukan bahkan ketika rasanya tidak aman. Kita sering ribut repotnya melawat karena tidak ada mobil gereja, supir gereja tidak masuk, yang kita cari selalu melayani dengan nyaman! Kita mengatur waktu kita, agar kita nyaman, padahal Allah meminta kita siap sedia setiap saat !
Pelayan sejati memperhatikan kebutuhan, selalu siap sedia untuk berbagai cara menolong orang lain. Kita kehilangan banyak kesempatan untuk melayani karena kita kurang peka dan sigap. Saya ingat seringkali sewot karena memperhatikan dan meributkan hal-hal kecil yang saya pikir untuk mencari perhatian orang lain, padahal sayalah yang kurang peka. Kesempatan-kesempatan untuk melayani akan berlalu dengan cepat, kadang tidak pernah kembali lagi. Mungkin kita hanya akan memiliki kesempatan sekali, jadi gunakanlah itu.
Pelayan sejati melakukan yang terbaik dengan apa yang mereka miliki. Para pelayan tidak mencari alasan, menunda atau menunggu keadaan yang lebih baik. Allah berharap kita melakukan apa yang kita bisa, dengan apa yang kita miliki, dimanapun kita berada. Salah satu alasan mengapa banyak orang tidak pernah melayani karena mereka takut mereka tidak cukup baik untuk melayani. Adik saya takut karena tidak pernah melayani, sampai suatu ketika mendapatkan kesempatan melayani menjadi pelatih gerak dan lagu, dan ternyata hasilnya, dia bisa memberikan sesuatu yang baik. Saya merasa tidak pernah menjadi ketua panitia Natal, ketika menerima tugas itu, takut luar biasa. Tapi toch, hasilnya juga Tuhan buat baik untuk semua. Hampir segala sesuatu yang kita lakukan dikerjakan dengan kurang baik pada saat pertamakalinya, tapi inilah cara kita belajar. Saya masih ingat ketika pertama kali mengajar anak sekolah minggu berdoa, mereka menolak semua. Ketika saya mencoba berminggu-minggu menguraikan cara dan isi doa yang harus mereka bawakan, dan kami mencobanya bergantian satu dengan yang lain, akhirnya sekarang kami telah terbiasa untuk berdoa dan mendoakan.
Pelayan sejati mengerjakan tugas dengan dedikasi yang sama. Apapun yang kita kerjakan, kita harus melakukannya dengan sepenuh hati. Tugas-tugas kecil seringkali menunjukkan kebesaran hati. Dan seringkali, kesempatan-kesempatan besar sering menyamar dalam tugas-tugas kecil. Saya ingat salah satu anak sekolah minggu yang sangat malu tampil di depan kelas pada awalnya, kemudian kami belajar dalam diskusi kelompok selama berminggu-minggu dengan tugas-tugas sederhana, dan hasilnya saya bisa lihat dia tampil sebagai liturgi keluarga di kebaktian umum kita dengan berani dan baik.
Pelayan sejati setia pada pelayanan mereka. Para pelayan menyelesaikan tugas mereka, memenuhi tanggung jawab mereka, memegang janji mereka, dan menyelesaikan komitmen mereka. Mereka tidak meninggalkan pekerjaan separuh selesai, dan mereka tidak berhenti ketika mereka patah semangat. Mereka bisa dipercayai dan bisa diandalkan. Saya salut pada pelaksanaan program-program kerja kita yang seringkali kelihatannya kurang diminati jemaat karena jumlah jemaat yang hadir sedikit, tetapi tetap kita setia menjalankannya.
Pelayan sejati tetap rendah hati.. Para pelayan tidak berpromosi atau menarik perhatian untuk diri mereka sendiri. Karena mereka hidup untuk dipandang Allah, bukan orang lain.

Ketujuh, apa yang seharusnya selalu ada dalam pikiran saya sebagai seorang yang melayani Allah ? Saya berubah, saya tidak sama dengan saya yang dulu sebelum saya mencoba melayani Allah. Allah mengijinkan perubahan itu terjadi, karena Allah membentuk saya, tidak hanya dalam sikap, tetapi juga pola pikir. Apa yang seharusnya saya pikirkan ?
Pelayan lebih memikirkan orang lain daripada diri mereka sendiri. Inilah kerendahan hati yang sejati. Seringkali pikiran kita berkata " kita melayani supaya orang lain menyukai kita, kagum, atau mencapai tujuan kita sendiri " Padahal, pelayan sejati tidak berusaha memanfaatkan Allah demi tujuan-tujuan mereka. Mereka membiarkan Allah memakai mereka untuk tujuan-tujuanNya.
Pelayan berpikir seperti pengelola bukan pemilik. Allah memiliki segalanya, dan kita harus berpikir bagaimana kita mengurus 'segala' yang telah Allah berikan kepada kita ? Untuk menjadi seorang hamba atau pelayan sejati, kita harus menyelesaikan masalah uang dalam hidup kita. Di sinilah saya pernah terjebak. Hidup untuk pelayanan dan hidup untuk uang tidak dapat digabungkan. Allah menuntut komitmen penuh, bukan kesetiaan paruh waktu. Dan uang memiliki potensi besar menggantikan posisi Allah dalam kehidupan kita. Banyak orang yang mau melayani setelah 'urusan uangnya' tidak menjadi masalah. Ini kesalahan besar. Demikian juga apabila motivasi melayani adalah agar Allah mencurahkan berkat 'uang'Nya. Sesungguhnya, cara kita mengelola uang kita mempengaruhi seberapa banyak Allah bisa memberkati kehidupan kita. Oleh karena itu, jadi pengelola bukan pemilik. Karena Allah-lah sang pemilik. Kita ini hanyalah pengelola. Mengelola semua yang Allah berikan, waktu, tenaga dan uang untuk kemuliaan Allah.
Pelayan berpikir tentang pekerjaan mereka bukan tentang apa yang dikerjakan orang lain. Kita harus berpikir apa yang kita kerjakan, bukan yang orang lain kerjakan. Tidak ada tempat untuk iri hati, ketika kita sibuk melayani, kita tidak punya waktu untuk mengkritik. Yang menilai pekerjaan kita bukanlah orang lain, tetapi Allah sendiri.
Pelayan mendasarkan identitas mereka di dalam Kristus. Apa pun yang dilakukan seorang pelayan, dia menyadari benar siapa Kristus dan artiNya bagi hidup mereka. Oleh karena itu, piagam, penghargaan dan ukuran-ukuran yang diberikan orang lain tidak ada artinya. Semakin dekat dengan Yesus, maka semakin sedikit kita perlu mempromosikan diri kita sendiri, inilah kerendahan hati Kristus yang nyata.
Pelayan memikirkan pelayanan sebagai sebuah kesempatan, bukan sebuah kewajiban. Kesempatan untuk menolong, memenuhi kebutuhan, dan mengerjakannya dengan sukacita. Inilah melayani Tuhan dengan sukacita. Karena mereka bersyukur atas kasih karuniaNya, mereka tahu bahwa melayani merupakan pemanfaatan tertinggi dari kehidupan, dan Allah akan memberikan upah atas hal itu. Bagaimana dengan yang Anda pikirkan ?

Kedelapan, akhirnya, dalam perjalanan melayani Allah, seringkali saya merasakan lemah, tidak sanggup, apakah Allah turut bekerja di dalamnya ? Ya, Allah menggunakan kelemahan kita, ketidaksanggupan kita, ketakutan kita, kekuatiran kita, dan Allah mau menunjukkan disanalah Dia akan menguatkan, menyanggupkan, membebaskan kita. Dia tidak hanya menggunakan kekuatan kita, tetapi seringkali Dia juga menggunakan kelemahan kita. Saya merasa tidak sanggup untuk memimpin tim kepanitiaan - karena selama ini saya hanya memainkan peranan kecil sebagai petugas sound system. Dan akhirnya saya tiba di satu titik dimana saya berdoa dan saya mengakui saya lemah, saya tidak sanggup. Dan Allah mendengar, Dia memimpin semuanya seolah tiada halangan - semua tim bekerja, meskipun ada nada sumbang, tapi saya tahu, Tuhan yang memimpin. Kemudian, dalam hidup saya, setelah 2 tahun bekerjasama dengan orang lain dalam usaha kecil, saya mengambil keputusan untuk memulai usaha kecil saya sendiri. Saya kembali merasakan kelemahan dan ketidaksanggupan atas ketidakstabilan usaha kecil saya, dan semua kelemahan ini menyebabkan saya bergantung kepada Allah. Saya menyerahkan kepada Allah semuanya, kesulitan keuangan dan utang yang membelit, ketidakstabilan usaha ke dalam tangan kuasaNya. Kelemahan-kelemahan ini juga mencegah kesombongan. Saya ingat tahun lalu dengan bangganya kami melayani perusahaan-perusahaan besar dan menceritakannya ke banyak orang. Dengan bangganya kami bersombong karena memiliki akses ke perusahaan besar dan mengerjakan proyek-proyek mereka. Tapi kemudian itu tidak menghasilkan apa-apa, hanya kerugian finansial dan waktu yang kami alami, karena kami bergantung kepada manusia, bukan kepada Allah yang hidup. Kesulitan dan kelemahan yang saya hadapi semakin mendekatkan saya kepada Allah. Dan semua ini memacu saya untuk lebih baik lagi bersimpati dan melayani Allah.
Dalam suatu kesempatan di pelayanan kami sebagai guru sekolah minggu, kami menghadapi masa-masa dimana segala pelayanan kami rasanya hambar, kami saling curiga, kami tidak dapat bekerjasama. Kami berkumpul, bersekutu, dan kami mencoba membuka diri, dengan jujur kelemahan-kelemahan kami ungkapkan. Dan kami berusaha merumuskan hal yang lebih baik lagi untuk pelayanan kami kepada Allah. Ketika salah seorang diantara kami mengungkapkan kegagalan, perasaan, keputusasaan dan ketakutan, resikonya adalah dia merasa ditolak. Tetapi keuntungannya, keterbukaan memerdekakan emosi, membuka diri membuat tekanan berkurang, kecemasan kita hilang, dan inilah langkah menuju kemerdekaan. Kerendahan hati bukanlah merendahkan diri Anda atau menyangkali kekuatan Anda, melainkan jujur tentang kelemahan Anda. Semakin jujur, semakin banyak kasih karunia Allah yang kita terima. Karena itulah, Allah memakai kelemahan-kelamahan kita. Allah memakai kelemahan-kelemahan kita dan mengubahnya menjadi kekuatan yang lebih hebat lagi. Bagaimana dengan Anda ?

Akhirnya, kedelapan hal di atas saya ketikkan di pagi harinya sebagai hasil penemuan saya atas buku kecil karya Tuhan ini untuk memulai, memperbaiki dan meningkatkan pelayanan saya dan Anda. Tuhan memberkati kita.

Wednesday, October 19, 2005

Seri Hemat Bangsaku: Cintai Produk sendiri..

Menemani teman sejiwaku sore ini, bertemu dengan rekan bisnis yang asalnya dari Filipina di salah satu mal di Jakarta, membuat saya terhenyak dan menyadari satu hal penting yang bangsa ini sudah lupa. Sengaja kami datang agak terlambat, karena dalam pertemuan sebelumnya, kami datang lebih dahulu, sambil menunggu 1/2 jam lebih menikmati lemon-tea di tempat itu. Kami kembali berjanji di tempat yang sama, dan dalam pertemuan terakhir - waktu kami berbicara dengan dia selama 2,5 jam - tak sedikit pun dia memesan minuman / makanan di sana.. saya bilang irit sekali teman saya ini, bahkan sampai utk meeting pun dia berusaha tidak mengeluarkan uang sedikit pun.

Kembali kami bertemu, dan kami langsung di bawa ke apartemen nya yang terletak dekat dengan mal. Kami bertanya-tanya, karena sudah 3 minggu ini dia mengejar-ngejar kami utk bekerjasama dalam suatu 'bisnis' tertentu - dan dia tidak mau sedikit pun cerita tentang bisnisnya. Kami dibawa ke kamar nya, kami standard apartemen utk kapasitas 3 kamar. Ya, cukup lumayan luas. Ada yang menarik pada waktu kami masuk. Di dalam sana, terdengar suara wanita lain yang sedang berbicara fasih dalam bahasa Inggris dan Mandarin.

Kami masuk ke ruang tamu, dan di sana telah tersedia beraneka ragam merek kosmetik kecantikan wanita - beraneka ragam - terletak tak beraturan di meja. Kami bertanya-tanya, kiranya teman kami ini berbisnis apa ? kosmetik kecantikan kah ?

Kami berdiskusi - dan membuka percakapan dengan kegiatan kami masing-masing, dan tibalah sampai pertanyaan - mengapa mata saya terlihat sembab, seperti kurang tidur - dan dia bilang muka saya bertambah tua - getting older ..

Percakapan kami selanjutnya - dengan bahasa Inggris - dia meminta kami mencoba produk nya .. No way ! kami belum tahu produk nya apa = kok kami disuruh mencobanya langsung - ke muka kami lagi !! Setelah berdebat panjang, akhirnya dia mengalah, dan mulai berkata-kata menceritakan produknya. Hati kami penasaran terus - apa sih yang dia jual - sehingga begitu rumitnya.. Dengan tangan iseng saya - lantas saya mengambil beraneka botol dan mengetahui bahwa yang dijualnya adalah Nu Skin. Produk ini asalnya dari USA. Dengan fasih mereka menjelaskan tentang produk ini - all in - semuanya lengkap dengan kalangan selebritis yang menggunakannya. Dan juga ada uji klinis menggunakan pensil PH. Semua nya seperti telah tersusun dan terbiasa membawakan ini semua dengan baik.

Sampailah kami pada pertanyaan mereka - produk apa yang kami gunakan untuk mandi, membasuh muka dll. Dengan tenang kami menjawab merek-merek produk dalam negri yang kami gunakan.. Dan kembali mereka menanyakan harga dari produk tersebut - langsung dibandingkan dengan mereka.

Mati-matian mereka menjelaskan semua keunggulan produk mereka - tetap saja kami tertarik untuk mendengarkannya, tapi tibalah kami pada pertanyaan, apa yang akan mereka minta kami lakukan untuk memasarkan produk itu. Kami lihat di label telah terdapat nama PT. distributor produk tersebut di Indonesia.

Akhirnya tibalah pada jawaban atas pertanyaan - mereka meminta kami bergabung sebagai lini Distributor mereka dengan membayar biaya produk di awal sebesar Rp.1,5 Juta Rupiah.. Kami lantas beragumen - panjang dan pada intinya kami ingin memikirkannya terlebih dahulu sebelum 'bergabung'. ..

Bayangkan - produk itu sebenarnya telah ada di Indonesia dengan menggunakan metode lini distributor direct marketing atau yang lebih sering kita kenal sebagai multi-level marketing atau referral marketing. Apapun namanya, kebanyakan produk yang menggunakan cara ini adalah produk luar negeri yang mengetahui dengan pasti bahwa INDONESIA IS A BIG MARKET.

Teman saya sang Filipina ini bahkan sampai terjun langsung ke Indonesia - karena dia tahu benar - bahwa Indonesia memiliki market yang luar biasa. Dan bangsa Indonesia sangat menyukai produk kecantikan apalagi yang dari luar negeri. Inilah kelemahan kita, sampai kapan kita akan dijejali produk-produk luar negeri yang harganya bahkan bisa lebih murah dari produk dalam negeri kita. Saya masih ingat waktu saya kecil, saya sering sekali mengunjungi Pameran Produk Indonesia di Monas, dan di sana banyak sekali produk-produk yang saya lihat yang merupakan produk Indonesia. Sekarang apa ? Jangankan mencintai produknya, mencintai negaranya saja menjadi suatu pertanyaan besar sekarang ..

Mungkin inilah salah satu cara kita berhemat. Berhemat khan tidak melulu dari biaya, tetapi juga pola hidup. Pola hidup kita yang terbiasa menggunakan produk luar negeri, pola hidup yang membela selalu produk-produk luar negeri. Kenapa kita tidak memberikan kesempatan pada produk lokal kita utk hidup dan berkembang juga. Sebagai bangsa - kita dapat menanamkan dan menggalakkan kembali pola menghargai produk dalam negeri, menggunakan produk dalam negeri dan mengembangkan produk dalam negeri. Sebagai negara - ini yang masih patut dipertanyakan ke sang pengurus negara. Apakah kebijakan yang ada di negara kita ini telah mendukung agar produk dalam negeri dikenal - dihargai - digunakan dan dikembangkan. Anda bisa melihatnya sendiri saat ini. Terlepas dari semua nya itu, inilah salah satu cara utk berhemat. Selamat belajar kembali mencintai produk dalam negri sendiri !!!


Tuesday, August 09, 2005

Titik akhir?

Mungkin tidak pernah terbayang, apa yang kita mimpikan, apa yang kita usahakan, seolah harus berakhir. Segala daya upaya yang kita lakukan, seolah harus berhenti disini. Di sini, dimana kita berpikir masih ada harapan, masih ada kesempatan, masih ada peluang, tapi berapa lama lagi kita harus bertahan, mencari, membina, mengembangkan usaha, hingga nanti kita harapkan berbuah dan berhasil banyak.

Saya pun teringat lagi. Hari ini, dimana saya harus mereview banyak hal, dengan kekuatan yang ada, seolah ini lah titik terakhirnya, saya berpikir, mungkin saya harus berhenti. Tapi entah mengapa, saya kembali mengingat pengalaman pertama kali saya jualan, keluar masuk pasar mester menenteng brosur, dan berbekalkan doa di pagi hari. Masa di masa saya sekolah STM, dan tertarik untuk bergabung dengan MLM Forever Young kala itu, mungkin bukan pengalaman yang bagus, tapi luar biasa, mental saya ditest dan terus menerus di test.

Saya harus belajar bagaimana saya menghargai waktu.
Bagaimana saya harus mengelola waktu saya untuk mempelajari produk.
Bagaimana waktu juga harus diluangkan untuk mengerti kemauan konsumen, dan berbicara dgn mereka.
Serta, akhirnya, bagaimana meyakinkan mereka untuk mencoba, memberikan kesempatan, dan membeli produk yang saya jual.
Tidak mudah, ya memang, tapi itulah.

Pengalaman selanjutnya tidak lebih bagus. Dengan motor yang baru saya miliki waktu itu, saya keliling ibukota, menelusuri jalan-jalan utama, hingga jalan-jalan kecil, mencari toko ATK, dan toko Komputer yang ada waktu itu di tahun 93an, hanya untuk menawarkan sebuah produk yang baru dikenal juga oleh masyarakat waktu itu, pita epson.

Pagi, hadir dengan cerah, pulang dengan payah, setiap hari, hingga hitam kulit saya. Tapi semua itu pengalaman berharga buat saya, bagaimana saya harus bermental 'baja' dalam menjual produk dan layanan kita, dan tidak boleh ada pertanyaan " inikah titik akhir? "

Kata-kata Gerald Stanley Lee teringat lagi di kepala saya " A man's success in business today turns upon his power of getting people to believe he has something that they want ".. ..

dan akhirnya sore itu, saya terima telepon dari nun jauh di Indonesia Timur, bahwa PKS disetujui oleh client...

titik akhir yang happy di hari ini...

salam entrepreneur.
fanky.

Thursday, August 04, 2005

Network Marketing

Mengutip dari milis marketing-club

Dear Marketers...

Pendapat saya pribadi bertemu dengan teman2 yang aktif di Network Marketing...apalagi diantara teman2 di
Internet Marketing...memang BISNIS ini BUKAN UNTUK SETIAP ORANG.... Bisnis ini memang hanya untuk
KOMUNITAS orang2 yang;

1. Memiliki IMPIAN BESAR...bukan sekedar 'mimpi' dan 'kepengin'. Mereka adalah 'Future Tense People'
2. Memiliki IKHTIAR yang kuat...highly passionate to achieve his/her Big Dream !
3. Memiliki karakter; NEVER GIVE UP...siap untuk di-jauh-i oleh orang-orang BIASA...dan TAHAN-diri menghadapi berbagai kritikan...
4. Memiliki karakter 'Leadership' yang 'SEEKING OPPORTUNITIES, not being trapped as Status Quo'; berani memasuki dunia yang belum dikenalnya...
5. Memiliki 'Entrepreneurship'...berani melakukan investasi sumber daya; baik uang, waktu ataupun
'no-gengsi'....

Komunitas ini TIDAK PAS untuk mereka yang;

1. Memiliki 'Employee's Mentality'...Safe & Secure...
2. Memiliki 'Dependensi Tingi'...ketergantungan pada
orang lain atau sistim...
3. Memiliki 'Pandangan Hidup Bukan untuk Materi'...
4. Memiliki 'Gengsi Tinggi'...
5. Memiliki 'Keterbatasan dalam mempengaruhi orang
lain...bahkan untuk bertemu orang lain...

Jadi, menurut saya...kalau ada yang suka berolah raga
Aerobik, silahkan ber-Aerobik...karena disitulah
komunitasnya...TANPA harus mengatakan bahwa olah raga
Terjun Payung itu adalah bukan olah raga... We just
simply live in the different worlds...

Bukankah dalam Marketing kita juga mengenal 'Strategic
Segmentation'?

Salam Marketers !

Thursday, July 28, 2005

Sudah kah Anda pikirkan alternatif ?

Pertanyaan ini pernah beberapa kali terlintas di pikiran saya, dalam banyak hal. Mulai dari jalan alternatif, pengobatan alternatif, hingga peluang bisnis alternatif. Kebanyakan dari kita, apabila kita telah lama bertekun dalam satu bidang, sangat enggan untuk berpindah ke bidang yang lain, apalagi yang tidak benar2 kita kuasai.

Masih segar dalam ingatan saya, usaha yang pernah dulu saya rintis, gugur gara2 kami membangun project pasar tradisional, padahal kami semuanya adalah orang information technology, konyol kedengarannya, tapi nyata, akibatnya, usaha itu terpaksa di tutup, dan semuanya gulung tikar, bubar.

Beberapa tahun kemudian, hal yang sama muncul lagi, dalam usaha yang lain, adanya peluang pengadaan baut dan mur, serta adanya peluang batubara, kembali muncul. Tapi dengan insting yang mungkin sudah kapok, untuk mencoba sesuatu hal baru, yang di luar kompetensi, akhirnya kami tidak berniat sama sekali untuk menekuni itu.

Tidak lama ini, saya berjumpa dengan rekan lama, yang kebetulan juga satu bidang, bidang IT, tetapi orang ini berbeda. Menurut dia, kita harus memiliki bisnis alternatif, usaha sampingan, baik bagi yang bekerja ataupun yang berusaha. Hmmm.. saya lantas berpikir, oke lah kalo untuk pekerja, kalo pengusaha, apakah mungkin, terutama bagi yang seperti saya ini, pengusaha kecil yang harus sedikit banyak berjerihpayah setiap harinya mengembangkan usaha, apakah masih harus juga memikirkan usaha sampingan ini ?

Kemudian saya habiskan beberapa hari bersama dia, ternyata bisnis nya lumayan banyak, mulai dari punya kiosk aneka kerajinan, hingga bisnis mie-ayam di pinggir jalan, dan ternyata, semua menghasilkan keuntungan yang lumayan. Memang, buat kita orang IT, yang mungkin banyak masa-masa suramnya akibat kekeringan project, usaha alternatif ini menjadi pilihan yang tepat, jadi disamping berbisnis IT, dapat juga berbisnis di bidang lain.

Tapi tetap saja ada yang menggelitik di pikiran saya, kalo saya menjalankan 2 usaha berbeda bersamaan, tentunya hasil yang dicapai oleh kedua usaha (atau lebih) itu tidak maksimal kalau semuanya saya jalankan sendiri. Artinya, tetap, kita butuh orang-orang yang kita percaya untuk menjalankan usaha alternatif itu, sementara, kita tetap berfokus di apa yang kita kuasai dengan baik sesuai kompetensi kita.

salam entrepreneur.
fanky.

Tuesday, July 19, 2005

ukm-center di Mal

Saya baru ketemu teman lagi kemaren, yang selama ini, saya tahu dia bekerja di ukm-center. Dari namanya, saya pikir, wah oke juga nich, bisa bantu untuk para pemula dalam bisnis. Dan memang.

Inilah yang saya lupa sharing, padahal mungkin banyak yang membutuhkannya. Dia memegang daftar toko di mal-mal, khususnya mal-mal ITC yang bekerjasama dgn ukm-center. Kita dapat mengambil dengan sewa yang sangat murah, mulai dari 3 juta - 8 juta rupiah per tahun. Tapi hal ini berlaku hanya untuk tahun pertama, di tahun kedua, Anda harus membeli toko / kioks tsb dengan harga yang ditawarkan.

Saya pikir ini metode yang menarik, dan hasilnya anda bisa lihat, sebagai contoh, banyak sekali, secara mendadak, toko2 yang menjual BATIK di ITC Ambasador - Jakarta.. Nach lo, dulu susah sekali nyari batik di mal, sekarang semuanya jualan batik, dan ini merupakan salah satu program yang dikerjakan oleh ITC dan ukm-center.

Jadi, silahkan cari mereka di mal2 ITC dan kita dapat menyewa toko / kiosk dengan harga murah selama setahun, lumayan bagi yang baru memulai usaha...

salam entrepreneur.
fanky.

Competitive 'War' ?

Pada suatu kesempatan, saya berkunjung ke salah satu client saya, dan sambil duduk-duduk santai, dia cerita bahwa sekarang perusahaan dia menerapkan Peraturan yang 'aneh'. Aturannya adalah mengenai bahwa selama dia menjadi karyawan tidak boleh membocorkan rahasia perusahaan terutama ke competitor, (ini sich biasa), dan dia tidak boleh kerja di kompetitor selama 1 tahun setelah dia keluar dari perusahaan ini (nach, ini luar biasa).

Kok, bisa-bisanya melarang kerja orang di sana - di sini, terutama kompetitor bisnis dari perusahaan lama, lah? kan kita hanya pekerja, masak perusahaan mau tuntut kayak begini..

Pikir-punya pikir, memang masuk akal juga sich. Di client yang lain, malah sebagian besar orang-orangnya merupakan cabutan dari perusahaan lain, cukup beraneka ragam, malah hampir 'bedol-desa' kalo saya bilang, dan ini menurut saya yang menjalankan usaha - ya - saya pikir sah-sah saja, khan perusahaan mau cari orang yang sudah matang, bukan lagi yang harus diajarkan ini dan itu. Kalo mau percepatan, ya cari yang bagus,..

Lainnya lagi, ada perusahaan yang menerapkan sanksi yang cukup tinggi, contoh, apabila ketahuan, maka harus membayar 100x atau 200x gaji, dan dapat diangsur.. Apa lagi ini ?!

Tapi, itulah, sisi lain dari persaingan, kompetisi, yang mau tidak mau memeras otak kita untuk memikirkan strategi dan cara terbaik. Rekan saya, pengelola software house, menerapkan aturan yang saya pikir tidak ekstrim, tetapi tepat, dia bilang, semua karyawannya harus kontrak 2 tahun. Berani juga.. artinya sang programmer akan kerja dengan dia selama 2 tahun, terus menerus, dan dia tidak perlu kuatir kalo si programmer, cuma hit and run, masuk dan bawa kabur source-code yang telah kita buat bertahun-tahun.

Ya, namanya kompetisi, jadi harus smart kita bertindak.

salam entrepreneur.

fanky.

Monday, July 11, 2005

Update!!

Dear Value Partners, Clients, and Friends,

I would like to inform my new business focus on Daya Cipta Mandiri (DCM).
With supports from friends and colleages, started when I was working on Bank Bali, ModernBank, BII, Altelindo, built Padutama, then finally, at the end, with a strong hopes, i am building Daya Cipta Mandiri.

The company will put focuses on Customer Relationship Services (Web+SMS+Kiosk+QueuingSystem) and SysNet Implementation Services (OpManage NMS, ServiceDesk - Helpdesk, Talariax SMSGateway, Structure Cabling, Micronet's Products). We can work on Project or Outsourcing based.

Thank you for your kindly attention, opportunity, coorporation and strong-will to build relationship with companies I worked for, and I hope we can do it better with Daya Cipta Mandiri.

Best regards,

Fanky Christian
Director
Email : fanky@dayaciptamandiri.com / fangky@bit.net.id
Mobile : 0815-9129188

Daya Cipta Mandiri
Menara Kadin Indonesia - 30th Floor
Jl. HR Rasuna Said Block X-5 Kav 2-3
Jakarta Selatan, 12940
Phone: 62-21-52891952 - Fax: 62-21-52994599
Email: askme@dayaciptamandiri.com
www.dayaciptamandiri.com

Friday, June 17, 2005

Pelan tapi pasti...

Hari - hari ini, luar biasa... meskipun sepertinya melambat, padahal saya sedang berlomba.
Berlomba dengan waktu. Suatu hal yang biasanya memang saya kerjakan, tetapi ini, beda!
Sekarang ini saya berlomba dengan waktu, dengan investasi yang saya lakukan, saya gambling, dalam 3 bulan, it must be something!

Sudah hampir 1 bulan, DCM berjalan, proyek baru beberapa, tapi opportunity, khususnya bidang SMS luar biasa. Dan "salto" nya saya ini tidak percuma. Ada beberapa calon klien besar yang interest dengan apa yang sedang saya kerjakan sekarang ini. Bahkan masih ada yang blm sempat terpegang. Tapi anyway, saya cukup senang.

Dan kembali ini menimbulkan semangat, semangat juang yang mungkin kemaren sempat hilang, karena saya tahu, pasti Tuhan kasih jalan, kok. Dan apa yang saya istilah gambling ini, mudah-mudahan tidak gambling, tetapi gamblang. Jelas dan terarah.

I hope so. Memang tidak mudah merintis usaha baru dalam waktu yang cepat ini, 3 bulan sudah harus dapat client, bahkan mengembalikan pinjaman pula, tapi pasti bisa. Saya percaya itu ada.

Thankz. God.

Wednesday, June 08, 2005

Entrepreneur Indonesia

Dalam sebuah kesempatan, saya bertemu dengan tidak sengaja dengan salah satu rekan perjuangan. Saya pikir istilah rekan perjuangan ini lebih tepat, karena sebenarnya kami sama-sama memiliki keinginan besar untuk membuat lingkungan yang lebih membuat entrepreneur-entrepreneur muda Indonesia dapat bermunculan, tumbuh dan berkembang.

Adapun beliau adalah pemimpin redaksi majalah Entrepreneur Indonesia, sebuah majalah yang secara khusus bagi segmentasi entrepreneur. Kami berbicara dan berdiskusi tentang beberapa hal, adapun pertanyaan saya yang pertama adalah berapa banyak oplah majalah tersebut.

Kami menyadari beberapa hal yang sebenarnya melandasi perjuangan kami, betapa kami rindu untuk melihat entrepreneur tumbuh subur di Indonesia, sementara kami berbincang, di luar sana, para pelaku entrepreneur, baik dari skala kecil, mulai dari si Amir - penjual koran, si Anto - penjual Aqua di lampu merah, si abang kita yang mulai mengangkut barang kakilimanya dengan bis untuk berjualan di jatinegara, si Akong yang keluar masuk toko berjualan obat, si Umar sang makelar mobil di tebet, si tono yang kerjanya membantu mengurus aneka surat-surat, semuanya punya tujuan satu - menghidupi diri dan keluarganya dengan kemampuan yang mereka miliki - meskipun sangat kecil.

Jadi tidak ada bedanya, yang berkemeja rapi di belakang meja, mencari peluang bisnis, memikirkan ide, menjual, menghitung profit, ataupun yang berkeringat deras menunggu jualannya laku, menukarkan uang kembalian, menghitung profit dan memikirkan ide2 pengembangan usahanya sambil menghisap rokok. Kami semua bertujuan sama.

Inilah Indonesia, dengan keragamannya, dengan berbagai suku bangsanya, semuanya berusaha, berjuang menghidupi diri dan keluarganya. Sekarang yang jadi pertanyaan, apakah kita semua memang dipersiapkan untuk menjadi entrepreneur ?

Apakah kita cukup bangga bertitelkan "wiraswastawan" ? Apakah orangtua, keluarga kita cukup bangga memiliki keluarga seorang "wiraswasta" ? Apakah sekolah dan lingkungan kita mendukung dan mempersiapkan kita untuk menjadi seorang wiraswasta / entrepreneur ? Apakah kita memang sekolah dan kuliah untuk menjadi seorang wiraswasta / entrepreneur, sementara dalam visi dan misi mereka seolah telah menjadi kewajiban utk mencetak entrepreneur..

Hampir semua jawaban di atas, saat ini, masih TIDAK. Kita kadang lebih bangga memiliki titel karyawan, berlindung di balik nama besar perusahaan kita, semakin kita bekerja di perusahaan yang besar, maka semakin bangga lah kita. Demikian juga dengan orangtua dan keluarga kita, seolah menjadi kebanggaan apabila keluarganya bekerja di bank ternama, perusahaan terkenal dunia, dan ini memang wajar. Kita memang tidak dipersiapkan khusus dalam sekolah dan kuliah kita, banyak di antara kita, keluar dan bingung untuk menjadi apa, kita bingung harus bekerja di mana, tidak pernah terpikir (mungkin jarang) apa yang bisa kita kerjakan.

Inilah yang harus kita rubah, pola pandang kita kepada sang Wiraswasta, sang Entrepreneur. Kebanyakan para wiraswasta & entrepreneur ini "jadi" karena kepepet, karena lingkungan. Sudah saat nya kita rubah. Kita rubah pola pendidikan kita, bagaimana sedini mungkin, anak-anak SD memikirkan cara menjual apa yang bisa mereka hasilkan, apa yang bisa mereka kelola, demikian seterusnya. Kita harus membuat inkubator, dan saat ini inkubator yang paling mudah kita mulai adalah lingkungan. Bagaimana lingkungan berperan dalam membentuk jiwa enterepreneur inilah yang harus kita rumuskan. Istilah kami dalam perbincangan sore itu adalah kita tidak hanya menjadi BROKER, kita harus jadi PLAYER, seorang player tahu bagaimana harus bertindak, bagaimana strateginya, bagaimana next-stepnya, ide seorang player harus cemerlang.

Nach, celakanya, selama ini kita dididik menjadi broker, menjual sebagai perantara, negeri ini dikuras dijual ke orang, padahal banyak sekali yang bisa kita kelola sendiri, kita "play" sendiri. Ini - mata harus terbuka untuk melihat ini, karena selama ini kita menutup mata kita dan menggampangkan diri kita hanya untuk menjadi BROKER bukan PLAYER. Mulailah dengan lingkungan kita sendiri, apa yang bisa kita buat untuk membentuk PLAYER ini muncul. Lihatlah anak Anda, keluarga Anda, apakah mereka memiliki potensi ?
Dorong dan dorong terus mereka untuk mengembangkan apa yang mereka kuasai dengan baik - tujuannya agar mereka menjadi PLAYER di bidang mereka - memiliki kompetensi.

So, didiklah PLAYER, kembangkan dan dorong pertumbuhan PLAYER, bukan BROKER.
Negara kita ini sangat membutuhkannya. Sudah saatnya kita bertindak lebih nyata.

Maju Entrepreneur Indonesia !!

Tuesday, June 07, 2005

Interesting Experience ..

Seharian keluar kantor tidak membuat aku lelah di malam harinya, dengan berbekal tidur sedikit, aku kunjungi beberapa tempat, dan memang masih banyak yang harus aku kejar.

Meeting demi meeting aku lalui, dan selalu, ide-ide baru keluar dengan sendirinya dalam diskusi-diskusi kami. Dengan mantap, next-step selalu menjadi agenda terakhir pembicaraan saya dengan beberapa client dan rekan, sesekali menyeruput cafelatte yang ada di depanku.

Percakapan menarik mengenai bisnis mobile content dan masa depan bisnis tersebut di Indonesia seolah menghiasi pikiran saya hari ini. Harapan untuk mencapai hal yang lebih baik lagi sedikit banyak timbul dalam ide-ide dan konsep-konsep yang kami bicarakan hari ini, dan seolah hari tidak kompromi berlalu cepat hingga sore hari.

Sore hari, kembali meeting terakhir saya datangi, tempat perkumpulan dan hangout para mantan pejabat masa kejayaan Ibu Mega, dan saya menjumpai beberapa orang di sana. Hangat, akrab - meskipun kami baru kenal, terlibat pembicaraan yang tidak ada habisnya, tentang ini dan itu, bagaimana bisnis masa dulu, dan masa jaman SBY saat ini. Dan yang menarik yang bisa saya garisbawahi adalah betapa komitmen yang besar terhadap pemberantasan korupsi memang benar-benar ada, dan sang komisaris independen dari salah satu BUMN ini benar-benar menyatakan hal tersebut ada dan benar adanya.

Saya pikir tadinya, usaha itu semata wacana, ternyata benar ada, dan memang change management yang harus dilakukan rekan baru saya ini, luar biasa. Tantangan yang besar dan keras, tidak hanya dia hadapi saat ini, tetapi dari beberapa waktu terdahulu pun sudah sangat besar. Dan memang tidak mudah memposisikan dirinya - yang setiap saat harus mempertanggungjawabkan tindakan yang diambilnya - di gedung bundar. Istilah yang mendadak menjadi akrab di telingaku sore ini.

Yang menarik, bukan hanya cerita bagaimana rekan saya ini menghadapi tantangan luar biasa, tetapi juga dukungan SBY yang besar - baik secara pribadi ataupun sebagai Bapak Bangsa ini. Dan ini yang saya hargai.

Di akhir cerita, kembali KKN kami bahas, dan memang, bisnis di Indonesia, hampir semua bisnisnya, mau tidak mau, kembali KKN, kita akan berbisnis dengan orang yang kita kenal, yang kita tahu, kita percaya, dan tidak semua orang kita kenal dengan baik. Oleh sebab itulah, KKN ini penting. Tapi mungkin kita ralat sedikit KKN yang kita inginkan ini, KKN kita ini adalah Kenal Kompeten Network !

Kenal karena inilah rekan bisnis yang kita tahu dengan baik.
Kompeten karena inilah, merekalah yang ahlinya dibidangnya.
Network karena inilah, merekalah yang kita saling kenal, saling tahu dalam jaringan rekan-rekan kita.

Jadi jelas, KKN ya perlu, tapi KKN apa dulu, dan KKN ini ya berbeda. Ada nilainya, ada valuenya, ada tujuannya - win-win, bukan hanya melulu memikirkan kepentingan pribadi yang ujung-ujungnya bisa masuk Gedung Bundar tadi, tapi juga memikirkan apa hasilnya, bagaimana pengembalian uangnya, apalagi kalo pakai uang negara.

Terimakasih kawan baruku, karena telah berbagi.
Salam Entrepreneur Indo !

Kibarkan Bendera Itu !

Sudah lama sekali sepertinya tidak nonton bola di pagi-pagi hari. Setelah seharian bekerja, kemudian pulang ke rumah, beristirahat, tiba-tiba aku bangun, dan menonton pertandingan ini, Portugal vs Slovakia.

Detik-demi detik, aku mengikuti pertandingan ini, dan aku cermati, meskipun Portugal telah unggul 2 - 0, tetap saja ritme pertandingan dan kecepatan mereka melakukan serangan tidak kalah cepatnya dengan lawan yang ketinggalan angkanya.

Hal ini mengingatkan aku sedikit banyak tentang betapa kita tidak boleh menyerah, baik pada waktu memulai, sedang menjalankan ataupun pada saat akan mengakhiri sesuatu pekerjaan. Semangat yang tidak mengenal lelah ini sangat diperlukan, bukan hanya oleh marketing, tim teknis, manajemen, bahkan oleh office-boy sekalipun.

Hari ini, supirku ganti lagi, dan kembali aku membangun semangat baru dengan si sang supir yang akan selalu menemani aku kemana pun aku keliling ibukota ini. Semangat baru yang selalu menyelimuti kita dipacu dari dalam, dari keinginan untuk tetap maju, tetap berkarya, apapun yang kita kerjakan.

Dan semangat ini mengingatkan aku betapa menjadi seorang entrepreneur sangat membutuhkan semangat ini. Dukungan dari keluarga, rekan-rekan dan rekanan bisnis memacu semangat ku untuk mengembangkan terus potensi dan kemampuan serta kerjasama yang selama ini telah aku pupuk puluhan tahun. Dalam hari ini saja, aku menemukan, betapa office-boy yang selama ini melayani di kantor, dengan antusias melihat aku datang dan sigap membantu kebutuhanku setelah satu minggu ini aku absen karena sakit. Tim teknis yang ikut keliling denganku hari ini, juga menunjukkan hal yang sama. Dia bilang, dia jenuh di kantor seminggu ini karena hanya melakukan aktifitas yang rutin. Aku bilang, silahkan saja datang ke site client, karena memang kita punya kewajiban untuk itu. Dan semangat ini membanggakan aku. Demikian juga dengan tim account managerku yang dengan setia melakukan follow up dan mengejar deadline yang aku berikan minggu lalu. Nach, tentu saja tidak ada alasannya untuk aku untuk tidak bersemangat di tengah lingkungan yang bersemangat.

Dukungan yang sama juga aku rasakan dari beberapa rekan yang selama ini memang aktif mendukungku, baik melalui email atau sms. Dan meskipun aku selalu menjual produk dan layanan baru, tetap mereka dengan antusias ingin tahu lebih detail dan menyatakan betapa bagusnya produk dan layanan yang aku miliki saat ini. Dengan adanya dua-bendera yang sedang aku besarkan, aku harapkan bendera yang lebih dahulu aku kibarkan dan sekarang ini sedang menanti angin keras untuk berkibar, ia akan mendapatkan angin untuk berkibar. Demikian juga dengan bendera kecil yang sedang aku naikkan ini, aku harapkan juga angin kecil memeliharanya berkibar. Dan semangat aku untuk mengibarkan bendera ini tidak boleh padam, sekalipun.

Sambil menonton tv, aku kagumi semangat dan perjuangan para pemain tim sepakbola, sekagum aku dengan tim kerja di belakangku yang mendukungku selama ini. Maju terus, kawan.. jangan gentar !

Fanky Christian
Bendera 1 : Padutama.com
Bendera 2 : DayaCiptaMandiri.com

Friday, June 03, 2005

Start New All Over Again ?

Mungkin ini bukan yang pertama,
Beberapa tahun yang lalu, saya pernah berusaha juga dengan beberapa teman2. Dan menemui jalan buntu, usaha kami hanya bertahan satu tahun.
Semuanya habis-habisan.

Tahun 2002, saya bertemu dengan teman2 yang lain. Dengan harapan baru, kami melangkah. Modal lebih kuat, strategi lebih baik, fokus lebih baik.. tetapi tetap saja, perjalanannya tidak mudah. Oktober ini, tepat kami tiga tahun, ada langkah-langkah mudah, ada langkah-langkah berat..

Beragam perasaan kami lalui, mulai dari sedih luar biasa, bingung, hingga ke senang luar biasa, kagum luar biasa, inilah pengalaman kami sebagai entrepreneur muda..

Dalam bidang kami, tidak hanya kualitas yang diperhatikan tetapi juga keberadaan perusahaan, support, tim.. dan ini kami perhatikan dengan seksama, tetapi tetap toh, tidak semudah yang kami bayangkan. Potensi yang kami temui dimana-mana luar biasa banyaknya. Seolah kami tidak pernah kehabisan potensi dan klien, tetapi memang tidak semuanya berbuah baik. Ada yang begitu close, bisa lewat juga. Ada yang jauh, tau-tau kirim Purchase Order. Uniknya dunia bisnis.

Beberapa tahun berkancah di dunia selain teknikal + marketing, membuat wawasan saya semakin luas, ternyata dunia bisnis ini tidak semudah yang dibayangkan banyak orang. Lebih dituntut kreatifitas, bagaimana menyajikan produk dan layanan kita sebaik mungkin, dengan biaya serendah mungkin, dan dukungan sebaik mungkin.

Dalam beberapa diskusi dengan teman-teman bisnis, ternyata membuat perusahaan yang terdiri dari beberapa orang sedikit banyak sering menjadi kendala di kemudian hari. Dan akhirnya, keluarlah satu-satu dari perusahaan itu, mendirikan dan memandirikan. Saya pikir, ini hal yang wajar, dimana titik kemapanan dan kemandirian inilah yang sebenarnya didambakan setiap orang. Baik perusahaan kecil, besar, bahkan seukuran Microsoft sekalipun.

Sekarang, timbul pertanyaan kecil dalam diri saya, "do i have to start all over again ? "

Simple question, hard to answer. Butuh beberapa hari buat saya untuk menjawab hal itu dengan bijaksana. Bukan hanya karena faktor mandirinya, tetapi sedikit banyak - mengulang semua dari awal... Inilah yang ditakutkan. Butuh waktu 3 bulan bagi saya untuk mengupdate semua relasi, baik yang langsung ataupun tidak langsung untuk mengupdate status pekerjaan, nomor telepon, alamat kantor, email dlsb. Butuh waktu 8 bulan bagi saya untuk mendapatkan client dengan proyek besar, dan perlu waktu berhari-hari bagi saya untuk berjalan kesana kemari memperkenalkan produk dan layanan baru.. Tapi inilah yang ditakutkan.

Saya pikir, kenapa harus takut, saya pernah menjalaninya, dan tidak ada masalah harusnya untuk dijalani kembali. Saya mengingat dengan baik, saya memiliki data yang lengkap mengenai semua relasi saya, baik melalui email, telepon, alamat mereka, kartu nama mereka.. dan selama ini, sebagian besar dari mereka saya jangkau dengan email. Artinya marketing database telah saya bangun selama ini. Jadi tidak ada masalah.

Saya masih ingat benar - karena banyaknya aktifitas marketing melalui email, ada beberapa alamat email yang menganggap email saya sebagai SPAM. Buat mereka, saya harus berikan pengecualian.

Jadi, tidak ada masalah seharusnya untuk memulai segala sesuatunya - kembali dari nol, asalkan semua nya memang kita dokumentasikan dengan baik. Kita tinggal mengupdate mereka dengan data terbaru kita, dan jangan lupa - produk dan layanan kita.

fanky@dayaciptamandiri.com
entrepreneur-indo@yahoogroups.com


Tuesday, May 17, 2005

Terjadilah apa yang tak pernah kau bayangkan!

Terjadilah apa yang tak pernah kau bayangkan!
Oleh: Tema Adiputra

Seorang teman saya yang sekarang posisinya sebagai General Manager di sebuah perusahaan bercerita, dulu di tempat kerja sebelumnya, boss-nya seorang pria ganteng dan atletis (katanya! mirip tokoh Eric Estrada bintang film Chips) memiliki kebiasaan unik. Setiap pagi sebelum pergi ke kantor si boss itu berdiri di muka cermin, lalu menatap bayangan dirinya terutama wajahnya, dan berkata : kau pasti akan sukses hari ini! Hal itu sudah menjadi rutinitasnya dan memang menjadi pemacu semangat kerjanya hari itu. Dan memang benar kesuksesan pun diraihnya. Seperti yang ditekadkan dan dibayangkannya pada pagi hari dia bercermin itu.
Ya! Ada banyak kiat-kiat yang kita ketahui dari berbagai sumber untuk dapat meraih sebuah keberhasilan. Kita bebas mengikuti petunjuknya dan menerapkannya dalam upaya kita untuk dapat sukses/berhasil. Saya masih ingat seorang Profesor teman saya menganjurkan, mulailah bermimpi/memimpikan apa yang kau ingin capai dalam cita-cita hidupmu, dan lalu mulailah bertindak, mulailah melangkah, sekalipun langkah pertama dimulai hanya dengan setengah langkah. Yang penting mulai melangkah dan berlanjut melangkah. Dan jangan pernah putus asa. Berkomitmenlah! Sang profesor memang telah membuktikan sendiri kiat-kiat itu, dan ia sukses! Apa yang diimpikannya satu persatu tercapai.

Tahun 1982, saat saya masih tinggal sendirian di rumah besar milik abang saya untuk menjagainya, teman yang setia di malam hari adalah sebuah pesawat radio kecil. Sembari membuat tugas dari dosen, atau belajar, saya menyetel radio itu mendengarkan siaran rohani kristen. Saya suka menikmati sajian acara radio rohani tersebut. Sampai pada suatu malam hati saya berkata pada Tuhan : Tuhan saya ingin sekali menjadi penyiar di radio rohani itu, tapi mana mungkin Tuhan, saya tidak tahu seluk beluk dunia radio siaran, dan lagi pula saya mahasiswa sastra. Nah, saya hanya melontarkan sebuah kerinduan dan tidak pernah ada upaya untuk datang ke kantor radio itu karena dilatarbelakangi kontradiktif skill/ketrampilan yang saya miliki saat itu. Jadi hanya pada saat itu saja saya rindukan untuk jadi penyiar tapi tidak berlama-lama memimpikannya. Namun apa yang terjadi kemudian? Dua tahun kemudian, saat saya sedang nongkrong di sekretariat persekutuan mahasiswa kristen di kampus saya, datanglah seorang teman wanita (yang ternyata dia penyiar honorer di radio yang sering saya dengar itu) menghampiri saya sembari berujar: mau nggak kamu melamar posisi peresensi puisi di radio saya? Kamu kan mahasiswa sastra dan sering bikin puisi serta pentas puisi di kampus kita ini. Wah ditantang begitu, tentu saja saya ladeni. Maka mulailah saya berkiprah di stasion radio yang tahun 1982 lalu sempat saya rindukan sesaat. Dari tukang membuat naskah resensi puisi, akhirnya di-test jadi penyiar, lalu jadi penyiar, dan seterusnya tugas-tugas saya di radio itu merambah ke mana-mana sampai dengan berprofesi saat ini sebagai konsultan radio siaran dan menjadi pemandu acara yang direkrut secara khusus oleh lembaga-lembaga kristen maupun gereja yang bersiaran di sebuah stasion radio rohani di Jakarta. Bila merenungkan semua hal ini saat ini maka dalam hidup saya telah terjadi dan terwujud sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Segala pujian hanya untuk Tuhan!

Bagaimana dengan peristiwa berikut ini yang beberapa waktu lalu menimpa saya? Pada tulisan-tulisan saya sebelum ini, ada saya saksikan bagaimana saya dan tim pelayanan mengatasi persoalan keuangan untuk membayar dana shooting camera, akibat ingkar janjinya seorang donatur. Pada akhirnya Tuhan buka jalan bagi kami sehingga seorang pengusaha yang adalah juga pendeta (ibu Pdt.FAS) tergerak hatinya untuk memberi pinjaman uang yang pelunasannya akan kami cicil selama 8 bulan. Wah betapa lega hati kami waktu itu karena telah lolos dari persoalan yang berisiko tinggi. Maka tentu saja saya dan tim bertekad (dengan berdoa khusus) untuk tepat waktu membayar cicilan setiap bulan itu. Kami buktikan! Pada tanggal 7 bulan pertama cicilan, kami datangi kantor ibu itu, dan bertemu sekretarisnya dan lalu menyerahkan uang di amplop sebagai cicilan pertama. Puji Tuhan lagi! Ya, kami bersukacita untuk bulan berikutnya akan membayar tepat waktu. Sekalipun uang itu hasil saweran bersama. Nah kira-kira seminggu sebelum jatuh tempo tanggal bulan cicilan kedua, saya jumpa dengan ibu itu di sebuah pertemuan ministry. Tentu saja saya sedikit kagok namun ibu itu tersenyum dan menyapa saya dengan tidak membicarakan masalah uang tersebut. Sehingga orang banyak di sekitar saya pun tidak tahu menahu urusan ini. Saat bubaran pertemuan ministry itu, ibu yang baik hati ini tiba-tiba menghampiri saya dan berkata, saya ingin bicara sebentar dengan kamu! Lalu kami berdua masuk ke sebuah ruangan dan pintunya saya tutup. Saya pasrah saja, seandainya dia mempersoalkan uang yang kami pinjam itu. Lalu ia berkata: ...hati saya digerakkan Tuhan, uang cicilan yang 7 bulan lagi, tidak perlu kalian lanjutkan pembayarannya! Untuk beberapa detik saya terkesima! Setelah sadar, langsung saya tepuk kening saya dan berkata : Aduhhhhh...! Puji Tuhan! Puji Tuhan! Terima kasih, bu. Terima kasih, bu. Tuhan memberkati ibu dan pelayanan ibu. Sembari berkata begitu tanpa sadar saya tepuk pelan pundak ibu itu sebagai ungkapan sukacita saya. Ibu itu hanya tersenyum penuh ketulusan. Ya! Saya harus berkata apa lagi? Kembali sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan, datang menghampiri saya. Terpujilah Tuhan!

Hanya satu kunci jawaban dari hal yang saya alami seperti di atas itu. Tuhan tahu keperluan kita. Bahkan yang sama sekali tidak terpikirkan oleh kita ke depan. Juga Tuhan mau menunjukkan betapa berkuasanya Dia. Betapa dia selalu memiliki rencana yang terbaik untuk kita. DIA tahu isi doa kita yang paling dalam yang tak mampu kita ungkapkan dan kita pikirkan. DIA sangat menghargai seruan kita. Seorang bapak pendeta pernah memberikan ayat Firman Tuhan berikut ini untuk saya renungkan : (I Korintus 2 : 9) Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.

Jakarta, 10 Mei 2005

Tema Adiputra

Friday, May 06, 2005

Re-Igniting Your Jaded Employees' Passion for Work

Re-Igniting Your Jaded Employees' Passion for Work
Every business can have a management slump. But what do you do with apathetic employees who are having trouble recovering from broken promises and never-realized visions? Try this plan.
April 05, 2005
By Stever Robbins



Editor's note: This article was originally published in Harvard Business School's Working Knowledge.

Q: I'm interested in motivating long-term employees who have fifteen-plus years with my company. This group has heard all the visions of transient managers who were unfortunately only furthering their own careers, and they've become apathetic to improving their own lot, space or environment. I’m keen to hear the latest thoughts on whether it’s possible for these people to shift their thinking and practices.

A: Current wisdom says, "Hire for attitude and train for skills." That's because humans are stubborn and don't like change. Well, that’s not exactly true: We like change when other people are changing to make our lives easier. That's why social change takes a generation--the old mindset has to die off to make room for the new. But all is not hopeless. When attitudes are just a reaction to the work environment, people can change. Fix the situation, show them it's fixed, and let the change begin!

People get cynical and apathetic for good reason. Scandal after scandal reveals golden parachutes, endless perks and upper managers making millions without linking pay and performance. Jim Collins says in his book Good to Great that there's even evidence that the worse the leader, the more he or she takes home.

But let's assume you and your management team are prepared to be accountable, will accept a pay level the rank-and-file consider reasonable, and genuinely want to create a new company culture.

Do as I Do
Start with action, not words; people want results, not promises. You'll have to start by delivering change that's in their best interest, and back up your action with words, not the other way around.

A good place to start is by making a visible sacrifice for the company's common good. You might consider cutting your own pay, bonus and raise--especially if you've had layoffs recently. Give it back to the people who made it: your employees. Increase their benefits, hire back some laid-off workers or boost salaries. The role model here is Aaron Feuerstein, CEO of Malden Mills, who in 1995 kept 3,000 employees on the payroll after a fire leveled the business. His belief was that his responsibilities extended to employees and the community as well as to shareholders.

Next, give everyone a sense that showing up for work could make their lives better. At first, they won't be able or willing to believe you. You'll have to combat their lack of emotion with added emotion. Find the emotional connection people have with the company.

Some research indicates that people are most motivated when challenged to use their strengths to reach goals they think are doable. (See Authentic Happiness by Marty Seligman.) Find emotionally important goals by asking, "What's important about the work you do?" When they answer, ask, "What's important about that? What will that do?" a few times. Their answers will reveal values and passions. If they reply, "for the pay" and don't connect with any further goals, they may have no job passion to awaken. If someone's never had job-related hopes, dreams or aspirations, he or she probably won't develop them mid-career. (Significant emotional and spiritual events might do it, but that's a bit beyond the scope of this column. Business research suggests it's easier to change skills than attitudes, so your best bet may be to start hiring people with a more engaged attitude.) Watch people's faces: If they become animated or talk with longing in their voice, you've tapped into something real.

Now ask them to stay in that passion and describe their perfect job. Have 'em go wild. If the past culture has been especially oppressive, you'll probably be amazed at how unwild their dreams actually are. Things like "having a desk with three drawers" may be a big deal. Ask them, "What one thing can I do to help you move closer to that dream?"

Listen very, very carefully to the answer; you're at a critical moment. They're telling you how you can send an emotional message, not just a verbal one. Whatever they say to do, just do it. Say, "I appreciate your sharing that. I'll keep it in mind." Don't promise anything; they've learned that promises get broken. Just quietly get it done. Then check back and ask about next steps. As soon as possible, have them suggest what they can do to drive the change further.

Beware the temptation of self-promotion! Don't crow about how responsive you're being. It's no big deal. Choose small things and take visible actions that people find meaningful. Actions are what people want, not words. They'll notice, and the word will spread that you're a leader who actually makes life better, rather than issues empty promises.

Once you've taken action and people have evidence that things can be different, it's time to encourage them to step up and do their part. Once they start going, your job is supporting them and helping them align their actions with the direction of the overall company.

This isn't an easy process. If people are truly happy in their work environment, don't expect them to embrace change. But if the apathy comes from bad leadership and unchanging drudgery, you can change that, and they'll get it once you start demonstrating that you're truly different.

Help the Change Take Root
Be vigilant! People will have trouble adapting to you. Even if they're psyched to take the reins, they may need help coping. I worked with a secretary who dreamed of becoming a project manager. When given her first project, she discovered she didn't know how to step up and lead. In meetings, she deferred to senior people out of sheer habit, even when the responsibility was hers as project manager. We worked to help her define her role and to acquire the project management skills to master the position. As a leader, you foster change that may push people into new territory. Be sensitive, and be prepared to intervene and help insure their success.

As people take charge, they might charge right in someone else's face. Look out for turf battles, injured egos, feelings of exclusion and other potential hot spots. When war looks likely, step in and help the participants negotiate a settlement. Get them together, help them find common goals (or remind them of the team's common goals), and then give them the responsibility for working out their differences. Be available as a resource, but get them in the habit of behaving like mature adults. Once you've tapped their motivation, it's up to you to help them grow to work as a strong team that produces solid, substantial results.

Stever Robbins is an authority on overwhelm in the workplace. A veteran of nine startups (can you say: overwhelm to the max?) over 25 years, Stever co-designed the "Foundations" segment of Harvard's MBA program. He is the author of It Takes a Lot More than Attitude to Lead a Stellar Organization, and has appeared on CNN-fn and in the Wall Street Journal, Investors Business Daily and Harvard Business Review. Stever and his monthly newsletter can be found at http://SteverRobbins.com/.

Tuesday, February 15, 2005

Be open -- be secure

Be open -- be secure
[ By David Gabel, Contributor ]

It may seem like a paradox, but companies can use open source software (OSS) to secure the whole enterprise. The contradiction comes in this observation: Information that is secure is normally not open. Can you imagine some sort of classified government information that was open to view? Now, we know that some of that type information does become public, but not to the delight of the people who want it to remain under wraps.

It's the same for sensitive personal information: It's not open. So why can OSS, which a company can download the source code and modify it to suit its particular situation, secure the enterprise? If everyone can see it, then how secure can it be?

The solution to the paradox is in the nature of the information and the software. The information companies want to secure needs to stay private, but the toll for accomplishing that task is available for study, download and modification. That is the nature of OSS and, many people argue, that is the primary benefit of such software.

"Open source software is sometimes more secure than proprietary software, sometimes it isn't," said David A. Wheeler, author of the reports "Why Open Source Software/Free Software (OSS/FS, FLOSS or FOSS)? Look at the Numbers!" and "Secure Programming for Linux and Unix HOW-TO." "In fact," he added, "a lot of enterprises would be in trouble were they not using OSS." But, he added, companies have to first determine their security requirements. Then, they need to examine and compare their options.

It's much like everything else in life, or at least in information technology. You have to suit the tool to the requirement, after determining which tools are available to take care of that need and then compare the tools against one another to see which is the best fit.

But what can OSS tools do for companies? For one thing, there is a whole list of OSS that performs various security functions, from Snort, which is a very well-known and widely used intrusion-detection solution, to firewalls, to software that will lock down a PC and stop intrusion.

"You can just about create your whole security infrastructure [with OSS] and be very well served," said Bernard Golden, president of Navica Inc., a systems integrator that uses open source software in many of its applications.

He added that he has several clients who have used OSS, either alone or in combination with proprietary software, to build their security setup. Wheeler reinforced this point as well, noting, "OSS is already important to computer security." He also said the U.S. Department of Defense has been using free and OSS for computer security purposes for years.

Golden explains that security software is often like a burglar alarm: People put them in after an intrusion. In IT, it's too often an afterthought in system planning, and when IT managers get to thinking about it, there's no budget left. So the lower cost of OSS (for most OSS, there isn't a license fee) makes it a good choice.

So, if a company decides to use OSS for its security requirements, then is there a good method for determining how to do it? Of course. It turns out that it's a lot like the method a company would use for any similar kind of choice.

For example, Wheeler said, the most important task is that companies need to first figure out what their requirements are. "That's a step too many people forget," he added. "What are your threats? What are you trying to accomplish?"

He noted that it might be that once a company analyzes its situation thoroughly, it will find it may not need software for at least some of the requirements. "Maybe buying a separate un-networked machine will meet your requirements, for example," he said.

Once a company has determined what its needs are, it will have to answer more questions: Should it create an information fortress into which no one can penetrate? Or does it just need firewalls? If there specific machines that need to be locked down, then Golden recommends a multi-step process for going about it. "First, harden the machine, then protect the machine, then harden the network and then, finally, manage the whole thing," he said.

By hardening, he means putting policies in place that will keep the machine secure. And protecting, he said, is putting something (a firewall, perhaps) in front of the machine to keep people from getting to it.

Once the company has identified the tasks and the steps to follow, it is in the selection stage. Said Wheeler: "Once you get down to the point of starting to evaluate specific software products, you need to evaluate them on the basis of a whole host of important attributes." He proposed four basic steps for selection: identify candidates, read existing reviews, briefly compare the leading programs' attributes to the company's needs and then perform an in-depth analysis of the top candidates."

Golden explained that once the software is in place, managing a company's security situation is critical. That's because there will be so much security information generated by the company's security solutions that it will be difficult making sense out of it all.

"How can you use that real-time information?" he asked rhetorically. Well, there are various open source tools for this management task. Golden mentioned Analysis Console for Intrusion Databases (ACID) in particular, noting that companies can hook ACID up to a database and to Snort, and "ACID will let you make sense out of mountains of data."

So it's a sure thing that companies can secure their enterprise with OSS. If they do, there will be two distinct advantages: lower cost than proprietary software, and the fact that OSS is, well, open. If a company gets attacked, it may be able to change its security infrastructure quickly. And there's a huge community of developers that can help companies and get patches ready much faster than a proprietary vendor typically does. In some ways, this makes the open source solution better than the alternatives.

ABOUT THE AUTHOR:
David Gabel has been testing and writing about computer and information technology for 25 years.

Be open -- be secure

Be open -- be secure
[ By David Gabel, Contributor ]

It may seem like a paradox, but companies can use open source software (OSS) to secure the whole enterprise. The contradiction comes in this observation: Information that is secure is normally not open. Can you imagine some sort of classified government information that was open to view? Now, we know that some of that type information does become public, but not to the delight of the people who want it to remain under wraps.

It's the same for sensitive personal information: It's not open. So why can OSS, which a company can download the source code and modify it to suit its particular situation, secure the enterprise? If everyone can see it, then how secure can it be?

The solution to the paradox is in the nature of the information and the software. The information companies want to secure needs to stay private, but the toll for accomplishing that task is available for study, download and modification. That is the nature of OSS and, many people argue, that is the primary benefit of such software.

"Open source software is sometimes more secure than proprietary software, sometimes it isn't," said David A. Wheeler, author of the reports "Why Open Source Software/Free Software (OSS/FS, FLOSS or FOSS)? Look at the Numbers!" and "Secure Programming for Linux and Unix HOW-TO." "In fact," he added, "a lot of enterprises would be in trouble were they not using OSS." But, he added, companies have to first determine their security requirements. Then, they need to examine and compare their options.

It's much like everything else in life, or at least in information technology. You have to suit the tool to the requirement, after determining which tools are available to take care of that need and then compare the tools against one another to see which is the best fit.

But what can OSS tools do for companies? For one thing, there is a whole list of OSS that performs various security functions, from Snort, which is a very well-known and widely used intrusion-detection solution, to firewalls, to software that will lock down a PC and stop intrusion.

"You can just about create your whole security infrastructure [with OSS] and be very well served," said Bernard Golden, president of Navica Inc., a systems integrator that uses open source software in many of its applications.

He added that he has several clients who have used OSS, either alone or in combination with proprietary software, to build their security setup. Wheeler reinforced this point as well, noting, "OSS is already important to computer security." He also said the U.S. Department of Defense has been using free and OSS for computer security purposes for years.

Golden explains that security software is often like a burglar alarm: People put them in after an intrusion. In IT, it's too often an afterthought in system planning, and when IT managers get to thinking about it, there's no budget left. So the lower cost of OSS (for most OSS, there isn't a license fee) makes it a good choice.

So, if a company decides to use OSS for its security requirements, then is there a good method for determining how to do it? Of course. It turns out that it's a lot like the method a company would use for any similar kind of choice.

For example, Wheeler said, the most important task is that companies need to first figure out what their requirements are. "That's a step too many people forget," he added. "What are your threats? What are you trying to accomplish?"

He noted that it might be that once a company analyzes its situation thoroughly, it will find it may not need software for at least some of the requirements. "Maybe buying a separate un-networked machine will meet your requirements, for example," he said.

Once a company has determined what its needs are, it will have to answer more questions: Should it create an information fortress into which no one can penetrate? Or does it just need firewalls? If there specific machines that need to be locked down, then Golden recommends a multi-step process for going about it. "First, harden the machine, then protect the machine, then harden the network and then, finally, manage the whole thing," he said.

By hardening, he means putting policies in place that will keep the machine secure. And protecting, he said, is putting something (a firewall, perhaps) in front of the machine to keep people from getting to it.

Once the company has identified the tasks and the steps to follow, it is in the selection stage. Said Wheeler: "Once you get down to the point of starting to evaluate specific software products, you need to evaluate them on the basis of a whole host of important attributes." He proposed four basic steps for selection: identify candidates, read existing reviews, briefly compare the leading programs' attributes to the company's needs and then perform an in-depth analysis of the top candidates."

Golden explained that once the software is in place, managing a company's security situation is critical. That's because there will be so much security information generated by the company's security solutions that it will be difficult making sense out of it all.

"How can you use that real-time information?" he asked rhetorically. Well, there are various open source tools for this management task. Golden mentioned Analysis Console for Intrusion Databases (ACID) in particular, noting that companies can hook ACID up to a database and to Snort, and "ACID will let you make sense out of mountains of data."

So it's a sure thing that companies can secure their enterprise with OSS. If they do, there will be two distinct advantages: lower cost than proprietary software, and the fact that OSS is, well, open. If a company gets attacked, it may be able to change its security infrastructure quickly. And there's a huge community of developers that can help companies and get patches ready much faster than a proprietary vendor typically does. In some ways, this makes the open source solution better than the alternatives.

ABOUT THE AUTHOR:
David Gabel has been testing and writing about computer and information technology for 25 years.