Translate

Saturday, October 31, 2020

RAHASIA KAYA RAYA ALA TIONGHOA

RAHASIA KAYA RAYA ALA TIONGHOA

1. Tidak Berutang
Anda harus menghindari menutup kekurangan bisnis dengan berhutang. Jika Anda melakukannya justru akan menjadi goresan hitam kesuksesan dari bisnis Anda. Anda dapat mengambilnya jika terdesak dan pilihan terakhir yang bisa dilakukan.

2. Hemat dan Cermat Dalam Mengelola Uang
Tentunya untuk setiap uang yang dikeluarkan perlu dicermati agar bisa berhemat. Bahkan kalau bisa menyisihkan pendapatan dari 50% sampai 80%.

3. Selalu Menawar Untuk Mendapat Harga Terbaik
Saat Anda berbelanja, Anda perlu mengasah kemampuan dalam tawar menawar. Sebaiknya Anda buang rasa malu dalam menawar, bahkan bisa ditawar hingga 70%.

4. Memberi yang Terbaik Untuk Orang Tua dan Guru
Guru dan orang tua adalah orang yang tinggi perannya baik di kehidupan Anda. Dari siapa Anda bisa ini itu? Anda tentunya harus bisa menghargai dan menghormati mereka. Caranya tentu dengan memberikan yang terbaik untuk mereka.

Inilah pelajaran yang bisa Anda ambil dari orang Tionghoa, semoga bisa di praktekkan.

Tom McIfle

Musa saja tidak PeDe

Keluaran 4:10, 13-16 (TB)  Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulu pun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mu pun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah."
Tetapi Musa berkata: "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus." 
Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Musa dan Ia berfirman: "Bukankah di situ Harun, orang Lewi itu, kakakmu? Aku tahu, bahwa ia pandai bicara; lagipula ia telah berangkat menjumpai engkau, dan apabila ia melihat engkau, ia akan bersukacita dalam hatinya. 
Maka engkau harus berbicara kepadanya dan menaruh perkataan itu ke dalam mulutnya; Aku akan menyertai lidahmu dan lidahnya dan mengajarkan kepada kamu apa yang harus kamu lakukan.
Ia harus berbicara bagimu kepada bangsa itu, dengan demikian ia akan menjadi penyambung lidahmu dan engkau akan menjadi seperti Allah baginya.


Musa tidak percaya kah dengan Allah ? Sehingga dia mengelak terus tugas Allah.

Coba ingat apakah kita pernah mengalami seperti itu. Menolak tugas yang diberikan.

Menolak karena apa?

Mungkin saja karena kita tidak percaya diri. Kita merasa kemampuan kita belum bisa melakukan permintaan atau tugas itu. Ini bisa benar, bisa juga ini hanya alasan. Coba lihat lagi mana yang sebenarnya. Kasus Musa menunjukkan ia hanya mencari alasan, padahal ia punya kemampuan.

Kemungkinan lainnya adalah karena tidak ada dukungan. Dukungan dari orang terdekat, dukungan dari sekitar yang tahu tugas itu. Apabila ada dukungan maka kita cenderung lebih siap.

Maka Allah menunjukkan kepada Musa tentang Harun. Harun yang ditempatkan Allah untuk membantu Musa, menjadi kali tangan Musa, menjadi mulut Musa. Bahkan Alah bagi nya.

Maka sangat penting untuk membangun kepercayaan diri dari orang yang akan kita berikan tugas, dengan memastikan kemampuan nya, memastikan adanya dukungan yang akan membantu nya.


Friday, October 30, 2020

THINK CREATIVELY, WORK COLLABORATIVELY

THINK CREATIVELY, WORK COLLABORATIVELY

(Belajar tentang TEAMWORK dari sebuah konser music)
**
Rabu malam, 28 Oktober 2020, saya ngebut di jalan toll Jagorawi dalam gelap dan hujan. Jam 8 malam, ada sesuatu yang gak boleh saya tinggalkan. Teman-teman saya, yang alumni ITB, menyelenggarakan konser music virtual di YouTube, dengan menggandheng sekumpulan artis, musisi, producer yang alumni perguruan tinggi berlogo Gajah itu , untuk menggalang dana buat beasiswa bagi mahasiswa yang tidak mampu. 
Konsepnya aja sudah keren. Dan saya terbayang beberapa penyanyi keren seperti Fariz RM, Candil, Tony Sianipar… dll, selain beberapa teman yang berprofesi lain sesuai bidang akademisnya, tetapi tetap menyalurkan hobby music mereka.
Apa daya hujan lebat turun deras di Jagorawi, saya tidak perduli dan tetap memacu kencang mobil saya.
**
Jam 20.00 tepat, saya sudah bersiap siap di depan layer computer saya, masuk ke Youtube. Dan benar, konser itu tampil dengan prima, begitu hebat , mereka semua termotivasi untuk menampilkan yang terbaik! 
Lima jam konser yang ditata dengan apik itu menghasilkan donasi sebesar lima ratus juta rupiah, yang sebagian besar akan disumbangkan sebagai beasiswa untuk mahasiswa yang membutuhkan.
Wow keren banget. I am proud of you guys (and girls).
Saya bisa melihat ide yang keren, implementasi yang mulus, dan kekompakan yang mantap dalam sebuah maha karya itu. Dan itu yang kita perlukan di semua team, di semua perusahaan atau organisasi manapun.
**
Bermula dari rasa penasaran, keesokan harinya saya menelepon  sahabat saya, Nick Djatnika, yang menjadi salah satu panitia, sekaligus salah satu costume designer untuk acara itu.
"Nick, leader nya kemarin siapa sih?" tanyaku.
"Kami bekerja sebagai team kok. Sekumpulan alumni, mempunyai ide yang sama, berkumpul dan melahirkan ide ini kemudian di realisasikan bersama-sama"
Wow, this is teamwork. Semua team member saling commitment, dan bekerja keras bersama-sama , pasti akan berjalan dengan baik.
Kemudian saya bertanya lagi,"Jadi ide nya pada awalnya datang dari beberapa orang Nick?"
Nick menjelaskan,"Ya iya, tapi kan mustahil acara itu berjalan se-sukses itu kalau hanya dijalankan oleh beberapa orang kan. Makanya kami juga menyampaikan ide dan mendapatkan dukungan dari Ikatan Alumni ITB. Dan kemudian acara itu jadi berjalan dengan dukungan semua Angkatan dan semua jurusan"
These guys really understand it. Engage everybody! 
Banyak orang bilang mereka punya ide bagus. Remember, idea is cheap. Implementation is expensive. Dan untuk mendapatkan implementasi yang bagus, mau gak mau anda harus engage everybody.
Dan itulah mengapa akhirnya konser music itu menjadi sesuatu yang sangat phenomenal. 
**

Saya masih berdiskusi dengan Nick Djatnika beberapa lama, di mana dia menceritakan semua proses kelahiran konser itu.
Saya akan meringkas TEAMWORK proses itu dalam empat langkah. 
Dan saya yakin semua team, semua perusahaan, semua organisasi bisa mempelajari dan menerapkan hal ini.
**

Jadi, empat langkah untuk memastikan sebuah objective dapat dicapai bersama adalah:
START WITH WHY
THINK CREATIVELY
ENGAGE EVERYBODY
WORK COLLABORATIVELY

Kita bahas satu persatu ya …

a) START WITH WHY
Pertama, objective nya harus jelas. Apa yang ingin dicapai. Mengapa hal itu harus dicapai. Semua orang harus mengerti.
Team alumni ITB itu ingin membuat sebuah konser, dengan dua tujuan: untuk terus menjalin kekompakan, dan ingin membantu mahasiswa yang membutuhkan beasiswa.
Dengan kejelasan itu semua orang bekerja keras tanpa pamrih untuk mencapainya.
Sebuah perusahaan air mineral ingin menjual air sehat dan melestarikan  lingkungan alam di sekitarnya.
Sebuah perusahaan transportasi ingin melayani pelanggannya dan menyejahterakan puluhan ribu pengemudinya.
Apa objective organisasi anda? Mengapa seluruh oganisasi harus mencapainya? Is it clear for everybody. Hal ini yang pertama kali harus dipastikan, clarity of objective. That's why you have to 'START WITH WHY"

b) THINK CREATIVELY

Pikirkanlah sebuah ide dengan creative. Cari cara baru yang belum dilakukan orang. Bikin terobosan baru. Tampilkan metode baru.
Dunia berubah begitu cepat. Apapun yang menjadi andalan anda di masa lalu, akan obsolete (tidak relevant) sebentar lagi. Berpikirlah, bersiaplah, carilah ide baru dengan kreative.
Sekumpulan alumni itu berkumpul, ngobrol bareng, dan kemudian melahirkan ide konser music virtual yang akhirnya menghasilkan donasi ½ milyar!
What is your new idea? Bagaimana anda akan mengimplementasikannya. Bagaimana anda akan menhadapi semua hambatan dan semua permasalahan yang akan muncul di depan?
Think Creatively, Innovatively!

c) ENGAGE EVERYBODY

Idea is great. Tapi ide saja tidak akan mengasilkan apa-apa. 
Achievement is 1% inspiration and 99% perspiration! Pencapaian itu 1% ide dan 99% keringat yang keluar dari kerja keras.
Jadi kalau punya ide, gak usah sombong dulu!
Masih perlu 99% kerja keras. Dan berarti kerja keras itu hanya bisa terlaksana kalau kita mengajak semua orang. Tanpa ajakan itu, tanpa engage everybody, bisa-bisa semua orang hanya melihat ke anda dan bilang …."Ya sana, itu ide-ide lu sendiri, kerjain aja sendiri!"
This is the importance of engage everybody!
Dan mereka melakukannya sejak awal. Engage semua jurusan, engage semua Angkatan, engage musical producer, musisi, penyanyi… dan semua yang akan terlibat, baik yang tampil di depan panggung maupun di belakang panggung. Everybody. Dan ternyata itu kunci kesuksesan sebuah implementasi.

d) WORK COLLABORATIVELY

Implementasi pasti berjalan Panjang, dengan segala permasalahan yang timbul, motivasi akan naik dan turun …
Hal ini hanya akan berjalan kalau sebuah team benar-benar bisa ber-kolaborasi dengan baik.
Apa artinya kolaborasi. Kolaborasi berasal dari dua kata bahasa latin KO (co, yang asalnya dari collectively, bersama-sama), kemudian ada kata LABOR (yang artinya bekerja, bekerja keras, keringetan). Jadi work collaboratively berarti semuanya harus keringetan, kerja keras sama-sama. Jangan ada satu orang yang Cuma tunjuk-tunjuk dan perintah-perintah, sementara yang lain harus keringetan.
Kata CO dalam collaborate, juga berarti sama, artinya semua orang levelnya sama. Gak ada yang petantang petenteng, merasa lebih dari yang lain. Everybody is at the same level, same team members, dan same hard work, meskipun tugas dan tanggungjawabnya berbeda.
That's the key. Semua orang bekerja keras secara cerdas!

Jadi ingat ya, di manapun anda perlu menjalankan sebuah program atau project, agar sebuah objective dicapai bersama-sama, coba kita terapkan empat hal ini:
START WITH WHY
THINK CREATIVELY
ENGAGE EVERYBODY
WORK COLLABORATIVELY

By the way kalau pengin lihat konser music digital itu, silahkan click di sini  http://bit.ly/salamsehatindonesiaku


Salam Hangat,

Pambudi Sunarsihanto

Belenggu ketakutan

Yosua 11:5-8 (TB)  Raja-raja ini bersekutu dan datang berkemah bersama-sama dekat mata air Merom untuk memerangi orang Israel. 
Lalu TUHAN berkata kepada Yosua: "Janganlah takut menghadapi mereka, sebab besok kira-kira waktu ini Aku menyerahkan mereka mati terbunuh semuanya kepada orang Israel. Kuda mereka haruslah kamu lumpuhkan dan kereta mereka haruslah kamu bakar dengan api." 
Lalu Yosua dengan seluruh tentaranya mendatangi mereka dengan tiba-tiba dekat mata air Merom, dan menyerbu mereka.
Dan TUHAN menyerahkan mereka kepada orang Israel. Mereka dikalahkan dan dikejar sampai Sidon-Besar dan sampai Misrefot-Maim, dan sampai lembah Mizpa yang di sebelah timur. Demikianlah mereka dihancurkan, sehingga tidak seorang pun dari mereka yang dibiarkan lolos. 


Bangsa Israel kala itu mungkin punya ketakutan luar biasa menghadapi pertempuran demi pertempuran. Perang seolah tidak ada berhentinya dalam hidup mereka. Bahkan sampai saat ini.

Padahal Allah lah yang berperang untuk mereka. Dan seharusnya tidak ada ketakutan di diri mereka.

Apakah kita juga seperti mereka? Dilanda belengu ketakutan, padahal Tuhan beserta kita. Padahal Tuhan ada di pihak kita.

Apa penyebabnya?

Pertama, kurang percaya. Kita cenderung mengolah semua berdasarkan logika kita, bisa atau tidak, mungkin atau tidak. Nalar kerap membutakan langkah kita. Padahal ada hati, jiwa yang harus percaya kepada Allah.

Kedua, kurang berserah. Berserah adalah kekuatan bukan kelemahan. Berserah kepada Tuhan adalah kekuatan bukan kelemahan kita.

Ketiga, melibatkan Tuhan dalam rencana. Serahkan semua rencana kepada Tuhan.

Semoga belenggu ketakutan tidak menguasai kita senantiasa. Melainkan percaya, berserah dan melibatkan Tuhan dalam langkah kita.


Wednesday, October 28, 2020

APA TREN DAN STRATEGI SMART CITY DI 2021

APA TREN DAN STRATEGI SMART CITY DI 2021 , kami akan membahasnya bersama para nara sumber: 

1. Bapak Thomas Pati Umbu, Direktur Kawasan, Perkotaan dan Batas Negara, Kemendagri

2. Bapak Setiaji, Kepala Dinas Kominfo, Propinsi Jawa Barat

3. Bapak Eddy S. Jaya, CTO PT Mitra Security Asia

Mari dengar dan lihat bersama, segera daftarkan diri anda di : https://s.id/smartcity5nov



 Bila ada kendala, silahkan kontak Putri 0857-7415-4495 

Monday, October 26, 2020

Today is where your book begins, The rest is still unwritten

"Today is where your book begins, The rest is still unwritten"
Surat Terbuka, untuk mereka yang baru saja diwisuda…
- (Pambudi Sunarsihanto)
**
Hari-hari ini beberapa Universitas melakukan wisuda untuk para lulusan yang baru saja menyelesaikan pendidikannya.
Saya ingin mengucapkan "Congratulations", atas keberhasilan anda.
Take a break, reward yourself! You deserved it, setelah anda bekerja keras dan belajar bertahun-tahun.
Jadi ambil nafas Panjang …..tiga kali.
Sudah?
Nah, sekarang lets discuss about your future.
Ibaratnya sebuah buku catatan putih, lembaran-lembaran sudah dikumpulkan, dan dijilid menjadi buku catatan yang sangat indah!
Makanya anda berfoto-foto dengan indah dan megahnya, mewarnai social media anda.
Tetapi buku itu masih putih dan kosong. Anda yang harus menulisnya setiap hari. Dengan pembelajaran anda, dengan penambahan pengetahuan dan kompetensi anda, dengan penambahan pengalaman anda, yang membuat anda akan memenangkan persaingan di jaman yang semakin sulit ini!
**
Unfortunately jaman memang semakin sulit. Kalau anda baru lulus dari universitas, saya tetap mengatakan "Congratulations".
Tetapi apakah anda special? No. Ada ratusan ribu orang yang juga lulus tahun ini.
 Mereka berebutan mencari pekerjaan. Bersaing dengan pengangguran yang lulus tahun lalu. Bersaing dengan beberapa karyawan yang sudah berpengalaman beberapa tahun, dan di-PHK karena pandemie.
It will be very challenging for you, karena jumlah lowongan pekerjaan semakin sedikit, karena pandemie.
Tapi Pak, saya gak mau cari pekerjaan. Saya mau buka usaha sendiri, start-up, atau apapun nama kerennya. 
Congratulations!
Dan good luck. Anda juga akan bersaing dengan ribuan orang yang memulai usahanya, atau bersaing dengan mereka yang sudah memulai usahanya sebelum anda lulus. Padahal daya beli masyarakat saat ini sedang lulus.
**
Terus bagaimana dong Pak?
Apakah masa depan kami kelabu? Tidak! Masa depan kita akan cerah! Tahun depan GDP growth kita mencapai 5.6 persen lagi, di atas banyak negara di dunia. Investor juga akan banyak berdatangan. Jadi masa depan masih cerah.
Tetapi kita yang harus bekerja keras untuk membangun masa depan kita , atau dalam judul di atas (judul tulisan ini terinsipirasi oleh lirik sebuah lagu berjudul Unwritten by Natasha Bedingfield...), kita yang harus bekerja keras untuk menulis buku catatan kehidupan kita yang baru saja dijilid (setelah anda lulus dari universitas anda).
**
Tapi Pak? Kami sudah bekerja keras selama 4-5 tahun untuk mendapatkan ijazah ini, apakah kami harus bekerja keras lagi? YES! You have to work hard.

Pak, bukankah saya dengar kita harus work smart, bukan work hard?
Well, that's a stupid statement!
You have to work HARD and SMART, you have to do both.
**
Kita baca beberapa cerita ini…
Dan Brown setiap hari bangun tidur dan mulai bekerja jam 4 pagi (every single day!), kemudian setiap 1 jam sekali dia akan berhenti untuk exercise dan  push-up. Setiap hari dia juga menyempatkan diri melakukan inversion terapi memakai anti gravity booth di mana kepalanya di bawah dan kakinya di atas. 
Dia bekerja keras, extremely hard and much harder than anyone else, makanya dia mendapatkan kesuksesan lebih dari yang lain.
Dan Brown sudah berhasil menjual 200 juta copy bukunya di seluruh dunia!
Menulis buku bukan hanya sebuah proses mengarang, it is influencing skills! Dan Dan Brown berhasil mempengaruhi penerbit (untuk menerbitkan bukunya) dan mempengaruhi 200 juta pembacanya (untuk membeli bukunya). 
That is a great achievement that not many people can do.
Saya cuma berasumsi bahwa seandainya dia menerima 5 dollar dari setiap bukunya berarti dia menerima 1 Milliard US Dollar, untuk satu buku karangannya . Dan dia mengarang banyak buku.
**
Waktu masih kuliah saya tinggal di kota Nantes , di Perancis, di sana ada sekolah sepakbola terkenal yang melahirkan pemain bola terkenal seperti Didier Deschamps, Marcel Desaily, Christian Karembou ...etc
Dan saya melihat betapa sejak berumur 10 tahun mereka berjam-jam berada di lapangan sepakbola setiap hari, terpisah dari orang tuanya.
They work hard, extremely hard , much harder than anyone else.
Didier Deschamps menjadi Juara Dunia sepakbola (tahun 1998), sebagai pemain. Dan kembali menjadi Juara Dunia sepakbola (sebagai pelatih) pada tahun 2018.
If you want to achieve more than others, you have to work harder (and smarter) than others!
**

Saya mengenal seorang kolega yang menjadi CEO sebuah bank ternama di Indonesia, sebut saja namanya Teddy. Sejak dia memulai bekerja setelah lulus kuliah, dia selalu menjadi orang pertama yang datang ke kantor dan orang terakhir yang meninggalkan kantornya. Sejak dia memulai karier , sampai sekarang setelah dia menjadi CEO di sebuah bank. Pendapatan tahunannya di atas 20 Milliar rupiah per tahun!
Apakah itu keberuntungan?  No. It is hard work, perserverance and persistence!
Nah, kita bisa melihat kan? Apakah itu di dalam bidang seni, olahraga atau pengembangan karier, semuanya gak ada hubungan dengan nasib! Semuanya tergantung pada kerja keras anda!
Achievement happen when preparations meet oppprtunity.
Sebuah prestasi itu hanya akan terjadi apabila persiapan bertemu dengan kesempatan!
Makanya bersiap-siaplah agar pada saat kesempatan itu datang, kita sudah siap dengan kompetensi kita, kesiapan kita, karakter kita, untuk mengambil kesempatan itu!
Ada yang bilang , there is no short cut in life, tidak ada jalan pintas dalam hidup ini. Anda harus merasakan semua perjuangan yang keras untuk mencapai keberhasilan yang anda inginkan.
There is  no short cut in life.
**
Dan kalau sukses itu adalah gedung bertingkat, sayang sekali tidak ada liftnya, anda harus menaiki anak tangga satu persatu, semakin tinggi gedungnya, semakin tinggi kesuksesan yang anda harapkan, semakin banyak anak tangganya, dan semakin berat perjuangan anda?
Terus, bagaimana dong untuk mencapai kesusksesan yang anda inginkan? Coba terapkan kelima langkah di bawah ini ....

A) UNDERSTAND YOUR STRENGTH
Anda hanya akan berprestasi pada saat anda menekuni bidang yang merupakan passion dan strength anda. Kalau Dan Brown menjual 200 juta buku, Didier Deschamps menjadi Juara Dunia Sepakbola, dan Teddy menjadi CEO bank ternama, itu semua karena mereka menemukan dan menekuni bidang yang merupakan passion dan strength mereka. 
You have to find yours!
Temukan passion dan strength anda dan tekunilah bidang itu.
Gimana caranya? You dont know yet. Explore and Experiment. Anda harus mencoba coba dan bereksperimen, sampai suatu saat anda akan menemukan sesuatu yang anda enjoy dan anda  berprestasi di situ!

B) SET YOUR GOAL
Canangkan cita cita yang ingin anda capai dalam hal itu.
Dan Brown ingin menjual jutaan buku. Didier Deschamps ingin menjadi juara dunia. Tedyy ingin menjadi CEO. What do you want to achieve? Make it BOLD! Gantungkan cita-citamu setinggi langit.
Terobsesilah dengan itu, agar anda termotivasi untuk mencapainya

C) WORK HARD, WORK SMART
Sekarang waktunya bekerja keras. Jangan pernah percaya pada motivator yang bilang Work Smart not Hard. Well, saya belajar dari Dan Brown, dari Didied Deschamps dan dari Teddy. 
You have to work hard and smart. Anda harus bekerja keras secara cerdas!

D) LEARN, UN-LEARN, LEARN
Belajarlah sebanyak banyaknya. Learn. Upgrade your competences. Improve yourself. Sharpen your saw.
Tapi jangan lupa dunia berubah begitu cepat, ada juga ilmu yang sudah tidak valid dan tidak relevant lagi. Maka anda juga harus unlearn dan melupakan beberapa kompetensi yang tidak relevant, agar anda bisa focus untuk mempelajari hal-hal baru lagi.

E) MOTIVATE YOURSELF
Jangan lupa memotivasi anda sendiri. Perjalanan hidup anda masih panjang. Life is not a sprint, it is a marathon. Take a break. Lakukan yang anda suka. Tekuni hobby anda. Berolahraga bersama teman. Relax and reward yourself. When you feel fresh and recharged, work hard again!
**
Jadi ingat ya, untuk mencapai apa yang anda cita-citakan, coba terapkan lima hal ini ...
a) UNDERSTAND YOUR STRENGTH
b) SET YOUR GOAL
c) WORK HARD, WORK SMART
d) LEARN, UN-LEARN, LEARN
e) MOTIVATE YOURSELF
**
Salam Hangat

Pambudi Sunarsihanto

PS. Terima Kasih kepada sahabat saya, Priyantono Rudito, yang memberikan ide untuk menuliskan artikel ini.

Sunday, October 25, 2020

Virtual Event TREN2021 di sepanjang November 2020

   Kembali APTIKNAS & ASISINDO membuat rangkaian virtual event yang akan membantu PERUSAHAAN, INSTANSI menyiapkan diri, baik dukungan teknologi dan SDM untuk memasuki tahun 2021. Meskipun kita saat ini mengalami pandemi, tetapi tetap semangat berbagi dan diskusi dalam rangkaian webinar dengan tema sebagai berikut :

1. SMARTCITY DI TENGAH PANDEMI - 5 Nov 2020

Teknologi dan SDM apa yang harus dipersiapkan banyak kota di Indonesia untuk menyambut tahun 2021, khususnya dalam implementasi smart city yang selama ini sudah banyak dilakukan. Apa strategi para pemimpin smart city Indonesia. Apa strategi implementasi smartcity di tengah pandemi Covid19 yang mengakibatkan banyak konsentrasi dana smartcity diarahkan ke sosialisasi dan bantuan pandemi.

Beberapa teknologi terkait: Cloud, Chatbot, AI, Bigdata, FaceRecog, Temperature Monitoring

Target kehadiran peserta: INSTANSI & PERUSAHAAN

2. SOCIETY 5.0 - 12 NOV
 Di tengah pandemi, implementasi industry 4.0 terganggu tetapi malah penggunaan IT secara masif yang terjadi dan apakah ini gejala masyarakat Society 5.0 ?
Teknologi terkait: cloud, chatbot, 5G, bigdata


3.  The-As-A-Service - Tren Korporat - 19 NOV 2020
Untuk korporasi , efisiensi dan efektifitas sangat penting, maka konsentrasi dengan The-As-A-Service menjadi sangat penting saat ini. 
Beberapa teknologi terkait: cloud, aplikasi as a service, sewa hardware


4.  5G & Enhanced Connectivities - 26 NOV 2020

Kecepatan akses sangat diperlukan saat ini, ketersediaan bandwidth memegang peranan penting, apakah 5G dan konektifitas lainnya telah siap?

Beberapa teknologi terkait: 5G, provider, perangkat jaringan dan hardware, WIFI 6

Silahkan daftar diri anda sebagai peserta di EVENTCERDAS.COM
Apabila anda tertarik menjadi PRESENTER / SPEAKER bisa menghubungi : FHARA 0811-1472260 / PUTRI +62 857-7415-4495 / eventcerdas@gmail.com


Friday, October 23, 2020

Virtual Event StartSMEup - November 2020 - BANTU IKM & UKM NAIK KELAS

  Program StartSMEup (UKM/IKM Naik Kelas) merupakan program dari PT DAYA CIPTA MANDIRI SOLUSI dan PT KOTA CERDAS INDONESIA untuk memajukan INDUSTRI KECIL MENENGAH dan USAHA KECIL MIKRO di INDONESIA.

Program ini berisikan pelatihan dan pendampingan untuk IKM / UKM. Dan dalam kesempatan di bulan November ini, mengundang para praktisi yang sebagian besar anggota APTIKNAS dan ASISINDO untuk berbagi ilmu, dengan topik bahasan:

1. startSMEup - 6 November 2020 - IKM - membahas STRATEGI DIGITAL MARKETING IKM


2. startSMEup - 13 November 2020 - UKM - ATURTOKO bantu UKM


3. startSMEup - IKM - 20 Nov 2020


4. startSMEup - UKM - 27 Nov 2020



Pastikan kehadiran anda dengan mendaftar di EVENTCERDAS.COM

MOTIVATING YOUR TEAM , VIRTUALLY



Malam itu saya sedang diskusi dengan seorang marketing director di sebuah perusahaan multinational. Sebut saja namanya Tika.

Tika adalah seorang talent dalam bidang marketing, yang sudah lama meniti kariernya di beberapa perusahaan. Dan akhirnya, dengan track record yang sangat bagus, dia sekarang menduduki posisi marketing director di perusahaan itu.

Tadinya kami janjian mau makan malam di sebuah mall, tapi karena PSBB, Tika bilang ke saya, "Mas, giliran saya yang traktir ya. Saya akan order makanan yang sama, nanti kita makan, dan kita Zoom sambil ngobrol." 
"Siap." Jawab saya. 
**
Dan malam itu cukup lucu, karena saya menerima kiriman sebuah salad, sebuah steak, dan sebuah dessert, lengkap dengan jus nanas kesukaan saya. Kami pun mulai diskusi. Tika menceritakan tentang pekerjaannya dan tentang challenge yang dia hadapi.

Dia bilang ke saya, "Mas, sebenarnya secara challenge bisnis, semua orang juga akan mengerti bahwa memang pada masa krisis ini, karena pandemi, tentu saja semua orang sedang dalam masa sulit. Dan berarti bisnis memang sulit, revenue sulit. Saya sangat mengerti hal itu. Masalah yang saya hadapi bukan pada leading the business, tapi leading your team." Tika berhenti sejenak untuk meminum minumannya.

Malam itu meskipun lewat Zoom, saya tetap melihat betapa kecantikan alami Tika yang berpadu dengan kecerdasan yang tergambar dari kata-katanya. 
Tika melanjutkan, "Mas Pam kan selalu bilang, bahwa being a leader berarti keseimbangan antara tiga hal ini: lead your business, lead your team, and lead yourself. Saya lagi punya masalah dengan lead your team nih, Mas. Karena kita bekerja secara remote dan virtual. Kita tidak bisa leluasa datang ke kantor karena PSBB. Saya merasa bahwa ikatan emosional dan engagement tim saya jadi rendah. Dan saya jadi kebingungan bagaimana memotivasi dan mengembangkan mereka dalam situasi seperti ini, yang kita tidak tahu kapan hal ini akan berakhir. 
"Jadi pertanyaan saya sederhana, bagaimana memotivasi tim saya dalam situasi pandemi Covid-19, terutama secara digital connection ini." 
**


Pertanyaan yang disampaikan Tika memang sangat relevan.

Pertanyaan itu mungkin banyak juga ditanyakan oleh leader-leader yang lain. 
Covid-19 di satu pihak membawa efektifitas dan efisiensi karena kita dapat bekerja secara digital dari rumah, tidak usah datang ke kantor. Tetapi benar juga bahwa kadang-kadang emotional engagement, atau ikatan emosional, antara atasan dan anak buahnya, antara rekan satu tim, menjadi berkurang. 
Terus bagaimana, apakah kita tidak mungkin menimbulkan emotional engagement tersebut, meskipun kerja secara digital? 
Ternyata tidak. Ternyata masih mungkin. Kita lihat ya. 
**
Dulu, saya menjadi Direktur HR sebuah Bank, pada saat kami akan memindahkan transaksi, dari pertemuan fisik dengan teller di kantor cabang, ke mobile banking dan internet banking, awalnya juga banyak yang komplain. Orang-orang bilang, "Tapi kan beda ... kalau di digital kita ngga ketemu, ngga bisa menunjukkan perhatian. Apakah nasabah akan mau diperlakukan seperti itu?" Pertanyaan yang sama terucap.

Beberapa tahun kemudian, ternyata nasabahnya oke. Ternyata, para pelanggan juga lama-lama malas pergi ke kantor cabang. Macet, panas, hujan, cari parkiran susah. Mending juga di rumah, pakai internet banking atau mobile banking. 
Dan tren yang sama sedang terjadi dengan hubungan anak buah dan atasan.
**

Intinya apa? 
Pada saat kita sedang mengalami perubahan, perubahan paradigma, perubahan sistem, perubahan budaya, dan perubahan cara kerja atau way of working, pasti akan ada tantangan pada awalnya. Tapi bukan berarti tidak mungkin. Pasti bisa dong, menghasilkan emotional engagement meskipun kita bekerja dari rumah, meskipun secara digital. 

"Terus bagaimana dong, menimbulkan atau menumbuhkan emotional engagement meskipun tidak ketemu secara langsung?" 
Intinya kan begini, pada saat kita ketemu di kantor, itu sebuah tim, antara bos dan anak buah, atau antara peer, tanggung jawab seorang bos itu kan bukan hanya memberikan pekerjaan, tetapi bos juga harus memberikan perhatian, pekerjaan, dan pengembangan. 
Berarti apa? 
3P itu tadi, yakni perhatian, pekerjaan, dan pengembangan harus dilakukan baik pada saat Anda bekerja secara digital, maupun pada saat Anda bekerja di kantor. Mau ketemu atau engga, ngga ada masalah, asalkan Anda memberikan ketiga hal itu. 
Kan ngga enak juga, kalau di kantor kita lagi ketemu, belum apa-apa langsung 'Nih, kerjain.' 
Apa yang dilakukan bos yang baik? Pasti tanya dulu dong, 'Apa kabar? Sehat? Bagaimana anak? Bagaimana keluarga? Kemarin hari Sabtu ngapain aja?' itu perhatian. 
Setelah itu baru ngomong pekerjaan. 'By the way, untuk proyek ini, sampai di mana progress-nya? Apa yang harus kita lakukan?' dan lain sebagainya. 
Setelah pekerjaan, jangan lupa ngomong tentang pengembangan karier. 'Kamu di sini sudah berapa tahun? Karier aspirasimu menjadi apa?' Dan kemudian 'Bagaimana kita akan mengembangkan kamu bersama-sama supaya kamu mencapai aspirasi yang kamu cita-citakan.' 
Bos yang baik melakukan ketiga hal itu.
**

Problemnya adalah dengan kesibukan digital, karena kita tidak bertemu langsung, mudah sekali bagi setiap bos itu untuk straight to the point. Begitu ketemu, 'Ini sudah dikerjakan belum? Kamu harus ngerjain ini. Tolong kerjakan yang ini.' Lama-lama, anak buah Anda melihat e-mail Anda, pesan WhatsApp Anda, atau melihat ponsel berbunyi dengan nama Anda di layar, sudah alergi duluan. 
Terus gimana dong enaknya? 
Ya lakukan hal yang sama. Mau digital, mau di kantor, lakukan: perhatian, pekerjaan, dan pengembangan. 3 hal ini sangat penting.
**

Jadi bagaimana? 
Pertama, kalau lagi nelpon atau lagi berhubungan, tanyakan dulu kabarnya. Sediakan waktu yang cukup untuk berdiskusi. Perhatian kepada dia, apa yang bisa dibantu. Jangan straight to the point. Siapa tahu anak buah Anda stress di rumah terus, siapa tahu dia stress ketemu istrinya tiap hari, siapa tahu dia stress karena mungkin gajinya dikurangi, atau bonusnya menurun. Kasih perhatian, dan tanyakan apa yang Anda bisa bantu. 
Karena, pertanyaan paling hebat yang seorang leader bisa tanyakan bukannya 'Kapan kamu menyelesaikan pekerjaan ini?' tapi 'Apa yang bisa saya bantu untuk membuat kamu lebih sukses lagi?' 
Kedua, baru melangkah ke pekerjaan. Sampaikan objektif yang harus dicapai, tanyakan bagaimana kira-kira dia akan mengerjakan tugasnya, challenge dia untuk membuat beberapa alternatif, dan terakhir membuat kesepakatan apa yang akan dilakukan dan bagaimana memonitornya. 
Last but not least, pengembangan. Meskipun lagi digital, jangan lupa untuk melakukan pengembangan karier. Tetap diskusikan dengan dia, karier aspirasi dia apa, strength dia apa, gap yang harus dikembangkan apa, bagaimana mengembangkan, dan bagaimana memonitornya.

Jadi ingat, baik Anda bekerja secara bertatap muka di kantor, maupun bertemu secara digital, lakukan ketiga hal ini:
A) perhatian kepada anak buah, 
B) pekerjaan dengan target yang jelas dan dapat dimonitor, dan terakhir...
C) pengembangan karier team member anda

Saya mengakhiri dengan mengingatkan tugas seorang leader dari tiga perspektif: lead your business, lead your team, and lead yourself. 


Salam hangat, 
Pambudi Sunarsihanto

Monday, October 19, 2020

EMILY IN PARIS

 EMILY IN PARIS


(HOW TO LEARN FROM THE OUTSIDERS and THE NEWCOMERS)

**


Saya baru saja melihat beberapa episode dari sebuah serie baru di NetFlix. Emily in Paris.

Tadinya saya nonton karena kangen dengan suasana di Paris (dan lama belum bisa ke sana karena COVID). Meskipun sebenarnya kangen sama yang mirip sama Emily juga (tapi ssssst, jangan bilang-bilang). 

Serie itu menceritakan tokok bernama Emily, seorang talent muda yang cantik, bekerja di sebuah perusahaan marketing di Amerika.


Emily dikirim ke Paris karena perusahaannya  melakukan Merger & Acquisition dan Emily harus pergi ke sana untuk bekerja di perusahaan yang baru saja dibeli.


Maka dengan penuh percaya diri Emily pun masuk ke perusahaan itu pada hari pertamanya.


**

Ternyata ... seringkali dunia tidak seindah yang kita harapkan...


Bulan bulan pertama di  perusahaan itu terasa sangat berat bagi Emily.

Hampir semua orang di perusahaan itu seolah olah memandang sebelah mata ke Emily.

Pengalamannya di perusahaan  yang sama selama bertahun- tahun seolah olah tidak ada artinya.


Semuanya seperti memandang mata dan seolah olah berkata,"Emily bukan dari Perancis ya? You are new in this country and in this market?"


Bahkan ada yang terang terangan mengatakan itu kepada Emily,”Bagaimana kamu bisa bekerja di sini, kalau tidak bisa berbicara bahasa Perancis”


**

By the way, sering kali cerita tentang Emily ini bukan hanya fiction. Ini kejadian yang sering terjadi pada saat kita pindah dari sebuah perusahaan ke perusahaan lain. Semua leader yang pindah perusahaan pasti pernah mengalami hal ini.


Mengapa demikian? Banyak yang tidak open mind,  terjebak dalam paradigma kita sendiri. Kita sangat menghargai "our own world", product kita, orang orang kita, proses kita, brand kita, sampai memandang sebelah mata ke dunia luar.

Dan pada saat trend ini terus menerus berjalan, tentu saja sebuah organisasi akan berhenti belajar dan lambat laun akan tergilas oleh kompetisi yang buas.


Xerox hancur karena mereka sangat percaya kepada mesin photocopy, dan ketika ada yang menawarkan early prototype of Graphic Interface, mereka memandang sebelah mata.

Kodak bangkrut karena  terlalu percaya pada foto analog, dan pada saat engineer nya sendiri menciptakan kamera digital pertama di dunia, malah dicuekin.


Dan Nokia mobile phone tenggelam karena terlalu percaya pada Symbian, sehingga saat Google menawarkan kerjasama untuk mengembangkan Android bersama sama, malah ditolak dengan arogan.


**

Arogancy, over confidence, ignorance, complacency, sleeping beauty ... atau apapun istilahnya.

Intinya begitu banyak organisasi yang terlalu focus pada internalnya (internal objective, internal solo, internal politic, internal competition...etc) dan itu membuat mereka lupa untuk belajar dari external environment. 


Sangat menutup diri dan tidak open mind terhadap ide ide dari luar atau ide ide dari talent yang baru masuk.



Akibatnya organizational knowledge dan organizational learning tidak bertambah dari waktu ke waktu.


And what is the worst thing you can do? Induction program.


Semua perusahaan melakukan Induction Program.

Apa yang dilakukan di Induction program. Kita kumpulkan 40 orang karyawan baru di dalam satu ruangan. Disuruh duduk manis selama satu hari.

And we tell them,"Shut up and listen"

(Diam dan dengarkan saja, D and D)

Kemudian seolah olah akan ada satu orang yang bilang (meskipun tidak explisit),"Forget whatever you did or you know in the past, this is how we do things here"


What a waste!

Sayang banget knowledge dan experience yang dibuang buang?


Knowledge yang mana?

Experience yang mana?

Helloooooo!!!

Di ruang kelas di mana anda melakukan induction program itu ada 40 orang peserta.

Mungkin ada yang fresh graduate. Mungkin ada yang sudah 10 tahun pengalaman kerja.

Anggaplah rata ratanya (to be on the conservative side) adalah 2.5 tahun.

Berarti di ruang itu ada 100 tahun pengalaman kerja yang anda buang begitu saja.

Kenapa.? Karena perusahaan anda tidak mau belajar dari 100 tahun pengalaman kerja.

Terus anda bilang? Tapi kan pengalaman mereka mungkin tidak relevant?

Helloooo....

Banyak yang datang dari perusahaan kompetitor anda.

Banyak yang datang dari bidang profesionalism yang sejenis.

Berarti banyak yang pernah melakukan kesalahan.

Pelajari itu supaya perusahaan anda tidak mengulang hal yang sana.

Banyak yang melakukan hal hal baru yang ternyata sukses berat.

Pelajari itu supaya anda  bisa meniru (dan memodifikasi) di tempat anda.

Vous comprenez? Do you understand?


**

Sebuah perusahaan telekomunikasi di Korea Selatan mengharamkan induction program (beranikah anda? I dare you).


And instead ... mereka melakukan reverse induction program.

Karyawan karyawan baru mengajarkan hal hal baru ke karyawan karyawan lama.

Akibatnya karyawan lama pun belajar.

Karyawan baru jadi membina network dan memupuk self confidence.

Win Win.

Banyak improvement terjadi karena ide ide baru yang datang dari luar.

Perusahaan bertambah maju.

Dan profit meningkat pesat.

See the diffetence?


**

What is experience?

A collection of repeated action.

Jadi seorang trainer yang punya pengalaman 10 tahun itu berarti selama 10 tahun mengulang-ulang sebuah action yang sama (conduct a training).

Seorang maintenance engineer yang punya pegalaman 15 tahun berarti pernah melakukan pengulangan selama 15 tahun terhadap action yang sama (maintenance sebuah mesin atau sebuah sistem).

Which is great and the organization need them.

Remember your customer pay for what they deliver.

But.... if your organization stop learning from others, it is only a matter of time before you follow Kodak and Xerox (Rest in Peace).


**

What is the message here ...


- Learn from the outsiders!

- Learn from the new talents joining your organization

- Learn even from the fresh graduates that you hired.

(I am sure they interesting knowledge that you can learn, you just need to be open mind about that).


Why .... ?

Because your organization need to improve, to answer to the challenging competition outside.


And people who keep doing it over and over again for the past 15 years may not be the  best person to ask , most likely they will not be self critical about it.

This where the inexperienced brings values.

They will be critical, bring self perspective, ask challenging questions, that will foster the improvement and the innovations from within.

The experienced outsiders (but inexperienced in internal process and policy) can share how they did things in their previous organization.

Some will work and some will not be relevant, but you would not know unless you listen and learn from them.

The fresh graduates represents the future of the company (both in term future generation of employees and customers).

Learn from them if you want to understand your future.


**

Terus bagaimana dong untuk membuat suasana agar semua orang di organisasi itu menjadi open mind?

Cobalah langkah langkah di bawah ini ....


1. Practice Your Listening Skills

Mendengar, mendengar, mendengar.

Mendengar dari boss, dari peers dan dari anak buah.

Mendengar dari yang sudah lama di perusahaan itu, dari yang baru join, maupun yang masih fresh graduates.


2. Exchange ideas

Mari saling bertukar ide.

Saling belajar satu dengan yang lain.

Berdiskusi dan mencoba mencari solusi bersama dengan saling mendengarkan idea orang lain.


3. Recognize empoyee's achievement


Ketika seseorang melakukan hal yang bagus, pujilah, give reward and celebrate.


4. Get new ideas from all employees

Bukalah channel di mana semua karyawan boleh menyumbangkan ide tentang apapun.

Beri penghargaan kepada semua ide yang masuk.

Dan bentuklah komite untuk menyeleksi ide mana yang akan diimplementasikan.


5. Get feedbacks from customers

Untuk tidak terlalu berfokus pada internal, tanyakanlah feedback dari customer anda secara teratur.


6. Encourage open minded work environment


Buatlah suasana kerja yang demokratis. Jangan bikin kasta kasta. Jangan terlalu hierarchical. Buatlah agar semua orang merasa pada level yang sama.

Dengan demikian semuanya akan confident untuk contribute and share the new ideas.


**

Jadi ingat baik baik.

The message is that we have to respect and learn from all the employees, both the veteran and the newcomers (and even the fresh graduates).

You will learn the cuture and way of working from the veterans.

You will get the  new perspective and new ideas from the new comers and the fresh graduates.


In order to do that, you need to create an open minded working environmeng.

And you could do that by implementing the 6 steps below...


1. Practice your listening skills


2. Exchange ideas


3. Recognize employee achievement


4. Get new ideas from all employees


5. Get feedback fron customers


6. Create democratic working relations encourage the open mind environment.


**


Selamat mencoba.


Salam Hangat 


Pambudi Sunarsihanto

Dengki

1 Samuel 18:9 (TB)  Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud. 



Sifat dengki muncul ketika kita tidak rela menerima kenyataan, serta karena tidak mensyukuri apa yang kita punya. 

Kita merasa terancam karena keberadaan orang lain, lalu kita merancang berbagai kejahatan.

Iri hati itu awalnya, tidak bisa menerima kenyataan, merasa selalu kurang dan salah, kurang bersyukur. Itu semua awalnya. Lalu mulailah otak merancang hal jahat, apakah ini yang kita rasakan?

Pengalaman Saul juga menunjukkan hal lain. Iri hati yang menjadi dengki bisa menetap selamanya. Dan itu membuat seluruh tindakannya semakin memburuk.

Bila irihati dan dengki menguasai hidup kita, pastilah semua akan kacau. Hubungan antar sesama akan kacau karena banyak perbuatan yang melukai. Apalagi hubungan dengan Tuhan.

Bagaimana mencegahnya? Ya jangan iri. Jangan mendengki. Serahkan semuanya kepada Tuhan. Dia pemilik hidup kita.



Mengelola Kekuasaan Dalam Keluarga

Matius 22:15-22 (TB)  Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan.
Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. 
Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?" 
Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?
Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya. 
Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?"
Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
Mendengar itu heranlah mereka dan meninggalkan Yesus lalu pergi. 



Orang2 Yahudi enggan membayar pajak kepada Kaisar pada masa itu, hal itu karena Kaisar dianggap penjajah. itu yang ditanyakan kepada Tuhan Yesus. Padahal orang2 Farisi tidak juga membayar pajak. 

Kalau Tuhan Yesus menjawab Iya dianggap penjajah, kalau dianggap tidak maka dianggap pembangkang. Maka Tuhan Yesus tidak menjawab dengan jelas. Orang Yahudi punya mata uang sendiri, dan tidak boleh masuk bait Allah. Uang Romawi tidak boleh masuk bait Allah, maka banyak penukar uang di depan bait Allah.

Dalam hal membayar pajak bukan saja tidak mau bayar tapi harga diri sebagai bangsa Yahudi.

Lihat di mata uang ada tulisan dan gambar siapa. Jika ada gambar dan tulisan wajib kau berikan. 

Kejadian tentang penciptaan manusia, gambaran kita ada gambar Allah. Paulus berkata persembahanlah tubuhmu. Kita di dalam kehidupan Kita banyak peran, dan kita harus menjalankan peran kita. Sebagai umat Allah kita harus berperan kepada Allah. Membayar pajak adalah kewajiban umat Allah. Membayar persembahan juga kewajiban kita sebagai umat Allah.

Kekuasaan Dalam keluarga bukanlah Kekuasaan utk menguasai. Tapi peran dalam keluarga. Masing2 punya peran.

Jika dilanggar akan terjadi disfungsi. 



Sunday, October 18, 2020

Perbandingan Google Workspace vs Microsoft 365

 

Google Workspace (formerly G Suite) vs Microsoft 365 – Which one is better for your business?

2020 has been a year of surprises. And now Google has thrown a bomb by announcing about the “Google Workspace”. Google Workspace is not just the new name of G Suite. It is a complete revamp of the company’s product offerings. In the wake of COVID-19, we saw that there were many changes in the Google Offerings to ease up work from home and increase productivity. The offerings have evolved in the last few months and that has again made us think which one is better for your business – Google Workspace or Microsoft 365?

As Javier Soltoro, the Google Workspace head points out that G Suite and Microsoft 365 suggest the traditional way of working from office buildings. But now as more people prefer working from home, this has led to the need for a virtual workspace. The virtual office teams are in the lookout for cloud storage options and easy and affordable ways to collaborate and discuss. And thus we are here to help you out in choosing a better option for your business, by comparing Google Workspace and Microsoft 365.

Google Workspace vs Microsoft 365 – Which one is better for your business?

Google Workspace – Google Workspace, formerly known as G Suite, is an integrated suite of cloud-native, secure collaboration and productivity apps that are powered by Google AI.

Microsoft 365 – Microsoft 365, formerly known as Office 365, is an integrated solution that includes OneDrive Cloud Storage, Teams and Office Apps with advanced security options, available at one place.

Plug: TeamWave is an all-in-one, small business productivity platform that is fully integrated with Google Workspace. Manage your sales, contacts, projects & people in one place for just $39 /Month

Factors taken into consideration for Comparison

  1. Plans and Pricing
  2. Apps
    • Word Processing: Google Docs vs Microsoft Word
    • Spreadsheets: Google Sheets vs Microsoft Excel
    • Presentations: Google Slides vs Microsoft PowerPoint
    • Email: Gmail vs Microsoft Outlook
    • Video Conferencing: Google Meet vs Microsoft Teams
  3. Collaboration features
  4. Cloud File Storage and Sharing
  5. Third-Party Integrations
  6. Ease of Use
  7. Customer Support
  8. Security

Plans and Pricing: Google Workspace vs Microsoft 365

Google Workspace Plans

Google Workspace(formerly known as Gsuite) - Plans and Pricing
Google Workspace – Plans and Pricing

The Business Plus Plan of Google Workspace is a new plan which targets SMBs which are on the lookout for more advanced capabilities but do not need entire enterprise-level offerings. For the teams and departments that need Drive, Meet or Docs but also want to use their current calendar and email system can subscribe for the Essentials Plan($8/user/month). Large companies will benefit from their enterprise-grade administrative controls, additional productivity features and advanced security and compliance capabilities.

Microsoft 365 Plans

Microsoft 365 - Plans and Pricing
Microsoft 365 – Plans and Pricing

The pricing is different for yearly basis and month to month basis which makes it a bit complicated. Although, they have many good features like 250 participants can join the video call irrespective of which plan it is.

Takeaway: We will consider Google Workspace to be a winner here. Because Business Email, required by all businesses, is missing in the Basic plan of Microsoft 365. And also Google Workspace has an option of Unlimited Cloud storage which is missing in Microsoft 365. This clearly shows that Google Workspace is more prepared to take up the remote work environment compared to the latter.

Productivity Apps: Google Workspace vs Microsoft 365

#1 Word Processing: Google Docs vs Microsoft Word

Google Docs has made it easy to collaborate with teams as many people can work on the same file at the same time. Unlike the Microsoft counterpart – Microsoft Word, Google Docs does not create many versions of the same document and the editing and reviewing process is simpler. Google Workspace has also come up with a new feature for Google Docs. Now hovering over a linked Slides file will open an inline window. Thus opening the Slide file at the same place. And also we can use @mention to show contact details as well as suggested activities.

Now talking about Microsoft Word, every computer and now even mobile versions have Microsoft Word and almost everyone is familiar with features of Microsoft Word. It gives more control over text formatting and image positioning. It can easily and smoothly integrate with other Microsoft apps. They have many customizable templates. Businesses can use this for reporting or creating flyers and brochures.

Takeaway: If we talk about working remotely, businesses presently use tools through which they can collaborate and the ones which are accessible anytime anywhere. And Google Docs fits the bill. Not only can the users select whom to collaborate with, but they can also give different levels of accessibility to different users. If the businesses are planning to integrate with other Microsoft apps or if the users are on the lookout for extensive formatting and layout work then Microsoft Word is the goto App. Also, Google Docs does not have a desktop version and has to rely on the internet for editing and collaborating.

#2 Spreadsheets: Google Sheets vs Microsoft Excel

Google Sheets allows for real-time collaboration. Many people can work on the same file at the same time. The work by each user is shown in a different colour. Google Sheets can be accessed from anywhere, all it needs is an internet connection. Cloud storage eliminates the need to store the file in a desktop or hard drive. Revision history is available and you need not save all the new versions with a new name. Google Sheets also has a built-in chat option and users can leave comments for the others to see.

Microsoft Excel is extremely popular, thus, the knowledge bases are extensive. Excel documents that belong to the older versions of Excel may not open properly with Google Sheets. It also integrates more easily with other Microsoft Apps such as Powerpoint and word. It has a range of 60+ templates. This can be used for different business purposes. Also, it has a variety of bars, charts and graph options which can be used for reports and presentations.

Takeaway: Both of them are great spreadsheet tools. It totally depends on what are the needs of the businesses. If the businesses are in need of basic features and real-time collaboration then Google Sheets is the best go-to tool. Even if another user does not have access to a business’s Google Workspace, all they need is a Google account to collaborate on the Google Sheets but this is quite difficult with Excel and the external user must have access to Microsoft 365 Apps. If businesses have the need to extensively integrate with other Microsoft apps, high-end data analytics and computational features, then they need to go for Microsoft Excel.

#3 Presentations: Google Slides vs Microsoft PowerPoint

Google Slides is easily accessible as all it needs is an internet connection and a Google account to run. While working online, the data gets automatically saved to Google Drive. Real-time collaborations can be done with ease. The teams can chat, comment and edit at the same time when working for presentations. It has access to only limited animation and transition features. 

Microsoft Powerpoint is designed to work on a PC. Its offline version has a diversity of features and cool animations which help to create advanced presentations. But Powerpoint online lacks these advanced features. Collaboration is possible through 2010 and higher versions of Powerpoint but it is not as smooth as in Google Slides. It has a huge gallery of ready to use templates which can be used for different business purposes such as marketing plans, reports or event invites. There are a lot of opportunities to embed or create visual content in Powerpoint.

Takeaway: Both these apps have their own unique advantage. If the businesses are on the lookout for advanced presentations with cool animations and extensive features then Powerpoint presentation is a good choice. But if businesses are looking for easy collaborations with basic features so that the files are available anytime, anywhere then Google Slides is the tool.

#4 Business Email: Gmail vs Microsoft Outlook

Business Email of Google Workspace is also Gmail, which is the most popular online tool to send and receive emails. The users of the Basic plan have 30GB Storage for the Drive and Gmail combined. The users can send only file sizes less than 25MB but they can also attach Drive links without taking into consideration the size limit. There is a sending limit of 2000 emails and 86400 emails can be received a day.

Business Email for Microsoft 365 is Microsoft Outlook. The business mails are hosted with a 50GB mailbox storage. 5000 Emails can be sent per day. They have offline access to email accounts. Sorting options are available to find emails easily by date, size or sender name. It can also easily collaborate with other Microsoft Apps.

Takeaway: Gmail is a winner when it comes to using time-saving and productivity tools but in case of large companies where there is a need to manage others’ calendars or inboxes then Outlook is a better option. Also appointment booking tools are available in Outlook which is missing in Gmail. But Gmail has a more user-friendly interface. And also unlimited storage option is not available for any Microsoft 365 Plans.

#5 Video Conferencing: Google Meet vs Microsoft Teams

Google Meet was earlier known as Google Hangouts Meet. Google Meets easily integrates with Google Workspace. Thus it is easy to set up meetings when using other Google Tools. With the latest update Google Meet Icon appears in Gmail itself thus there is no need to change apps to make a call. With Google Meet the businesses can support up to 250 participants and up to 100000 viewers. The calls can also be set up via the Google Calendar. Meet conferences or materials, shared during the call, can be recorded and saved in Google Drive.

Microsoft Teams allows 250 participants irrespective of the plan. Just like Google Meets, Microsoft Teams can also be integrated with Microsoft 365 apps. The users can share screens to show real-time demonstrations or videos. Documents can be uploaded using the Teams chat feature. Teams lets the user create a breakout room. And the meetings are encrypted such that uninvited guests cannot jump in to disrupt the meeting.

Takeaway: If planning for collaborations and video conferencing then Google Meets is much easier to use than Microsoft Teams. It is easier to schedule meetings and send links to users who don’t have a Google Account. If the Google Account users accept the meeting link, it automatically gets added to their Calendar. In Microsoft Teams, to add the call-in feature, the user needs to have a Microsoft 365 subscription. The cost required to use Microsoft Teams as a part of Microsoft 365 is much higher than that for Google Teams as a part of Google Workspace with more or less the same capabilities.

Collaboration features: Google Workspace vs Microsoft 365

Google Workspace allows for easy and real-time collaboration. Be it working on the same Google Doc, Sheet or Slide deck, multiple users can work at the same time. It is easy to add other users or email them the link. The revision of the files happens in real-time. Thus, the team is updated as to what changes were made, by whom and at what time.

People and businesses all over the world widely use Microsoft 365. When a document is sent to other users, chances that the document will be compatible with Microsoft Apps is higher. Also as the Microsoft Word, Excel and Powerpoint offer advanced features as compared to Google Workspace Apps, if someone wants to create more polished documents then this is the best option.

Takeaway: Google Workspace as well as Microsoft 365 both have their pros and cons. One has to determine the better tool based on their business needs. For advanced features and functionalities, Microsoft 365 is a better option. On the other hand, for easy collaboration and basic functions, Google Workspace is the best option.

Third-Party Integrations: Google Workspace vs Microsoft 365

The businesses can easily integrate third-party apps to Google Workspace to increase the efficiency of the teams. Google Workspace Marketplace offers 750+ third-party apps that help users to enhance their productivity with Google Workspace. The apps belong to categories such as CRM, Project Management, Administering domain etc. For Example, integrating Google Workspace with TeamWave CRM allows users to sync events, milestones, contacts, and files with ease to Google Platforms like Google Calendar, Google Drive, Gmail etc.

Microsoft 365 has embedded Power Apps which allow the users to build, customize and publish apps such as chatbots to Microsoft Teams to automate the workflow. But, Microsoft 365 does not have very popular productivity apps. One major reason is that developers consider Google to be more user-friendly and less restricting in terms of App policies as compared to Microsoft.

Takeaway: Third-party integrations can take the business to a whole new level by increasing the productivity of the employees. Integrations will help increase the collaboration and transparency between the businesses and their employees. So Google Workspace is a clear winner here as Microsoft 365 still needs to step up in this department and offer more integrations that suit different business needs.

Ease of Use: Google Workspace vs Microsoft 365

Google Workspace has a simple admin control panel thus helping users to easily add their team members to collaborate on Google Apps. One advantage is that the document automatically gets saved to Google Drive, even if the user hasn’t named the file. Thus, the documents are always up-to-date. 

Microsoft 365 apps such as Word, Excel and Powerpoint are more familiar and used widely. One disadvantage is that it has a lot of features which might be confusing and overwhelming for someone who just requires the basic functions.

Takeaway: The design of Google Apps is not as eye-appealing as those of Microsoft 365. But if the businesses are looking for easy online collaboration, clean and simple interface and “work from any device” kind of an environment then Google Workspace is the best option. But at the end of the day, the learning curve is what matters. If the users are more familiar with any one of these, then that will be the best for the business.

Customer Support: Google Workspace vs Microsoft 365

Google Workspace has 24/7 customer support available through phone, chat and email. Phone support is available in 14 languages. Also, they have a help centre with lots of guides and documents to help the users manage their business at Google Workspace. Also, the users can reach out to other Google experts and administrators through the community forums. When a user seeks customer support from a real person, Google is quick to respond.

Microsoft 365 also provides support through email and phone. They have a huge searchable knowledge base with how-to- guides and self-help documentation. Thus helping the users to troubleshoot the issues by themselves. Microsoft values its customers a lot and the same customer support is visible in Microsoft 365.

Takeaway: In terms of customer support, both Google Workspace and Microsoft 365 do a great job. They help out the customers 24/7, through their guides, email, chat and in-person support. 

Security: Google Workspace vs Microsoft 365

Google Workspace is built on Google’s cloud infrastructure. It uses the same security features as that of Google. Thus helping in automatic detection of phishing attempts, suspicious activity and other hacking attempts. The users can use Two-Factor authentication to secure their accounts. Google Workspace has built-in spam, malware and virus detection which constantly scans all files and attachments.

Microsoft 365 allows businesses to enable Multiple Factor Authentication for all user passwords. Using its AI tools, it keeps a track of the user activities and raises a flag if it detects suspicious activity. Microsoft 365 has a device management tool, which restricts user access to company-owned devices thus preventing the user from leaking information.

Takeaway: Both the platforms have deployed security infrastructures and strive to protect the user data. 

What is our Final Verdict – Google Workspace or Microsoft 365?

Personally, we are partial towards Google Workspace and consider it to be the best choice for small businesses because of the following reasons:

  • You can create Google as well as MS Documents while working with Google Workspace whereas this is not possible through Microsoft 365. Well, this point fits for basic level documents because when the functionality increases the compatibility between Google Documents and Microsoft counterparts will be less.
  • Presently when “remote working” is the new normal, there is nothing better than Google Workspace that provides better real-time collaboration. Be it controlling the view or edit access to team members or working simultaneously on a document, this happens with a few clicks in Google Workspace.
  • The cloud storage in the higher plans of Google Workspace gives it an extra edge over Microsoft 365, especially for the businesses who are on the lookout for more cloud storage. The Premium Plan of Google Workspace even has unlimited cloud storage.
  • The easy to use interface and accessibility of all Google Apps at the same place makes it easier to switch from one Google App to another as long as one has a steady internet connection. This is never possible in the Microsoft Desktop versions.
  • For businesses that use multiple devices and operating systems, Google Workspace is surely a blessing in disguise.
  • Businesses can increase their productivity and scale up the business by integrating Google tools like Gmail and Google Drive with customer relationship management(CRM) and Project Management Tools.

Microsoft 365 is a good choice for companies that work extensively on desktop versions. And, if the businesses are looking for advanced features, then Microsoft 365 is more feature-rich than Google Apps.

Finally the businesses need to take a call depending on their requirements and the comfort of their employees.

If you are in search of the best CRM to enhance your experience with Google Workspace, then sign up for TeamWave’s free trial right away!

source: https://blog.teamwave.com/google-workspace-vs-microsoft-365-comparison/