Translate

Sunday, September 24, 2017

WHAT IS YOUR LEADERSHIP STYLE?

WHAT IS YOUR LEADERSHIP STYLE?
(VISIONARY, COLLABORATOR, ORGANISER, DRIVER)

Nita malam itu ngambek lagi. Wajahnya kusam dan agak uring-uringan. "Kayaknya aku udah gak tahan kerja sama boss ku yang ini nih mas" katanya di sela-sela perbincangan kami saat makan malam di Gandaria City seminggu yang lalu.
Kami sedang dinner di rumah makan Vietnam di sana, sambil asyik makan lumpia Vietnam dan minum es teh, saya mendengarkan keluh kesah Nita.

Nita bekerja di Marketing division di sebuah perusahaan Retail di Jakarta.
6 bulan lalu dia mendapatkan boss baru, seorang Marketing Director yang terkenal di Indonesia, pindahan dari perusahaan lain.
Nah, masalahnya si boss yang baru ini, sebut saja namanya Bu Tanty, punya gaya kerja yang sangat berbeda dengan bossnya yang dulu.
Boss nya yang dulu orangnya sangat kebapakan, dan dekat dengan semua anak buahnya. Bossnya yang dulu juga sangat terorganisir, selalu mempunyai project plan dengan detailed action dan time line yang jelas, sehingga semua anakbuahnya pun mempunyai kejelasan apa yang harus dikerjakan dan apa yang harus dicapai setiap bulannya.
Sayang nya si "bapak" harus pergi meninggalkan mereka, dan sekarang mereka punya boss baru.

Sebenarnya boss baru ini punya reputasi yang sangat impressive, figur yang sangat terkenal di dunia marketing di Indonesia, aktif di asosiasi bahkan menerbitkan beberapa buku tentang Marketing.

Si boss baru juga punya missi yang sangat promising,"Create Value throuth transformation to Digital Marketing". Keren kan? Siapa yang gak jatuh hati? Wajar saja jika CEO dan seluruh Board of Directors jatuh cinta dan langsung meng-hire beliau.

Enam bulan kemudian, tim marketing mulai berantakan! Si boss punya style yang sangat susah diikuti oleh anak buahnya. Hubungan dengan para boss memang sangat baik.
Semua janji sorga diucapkan. Tetapi begitu harus diimplementasikan, anakbuahnya pun pontang-panting.
Strategy gak jelas, action plan gak jelas, project plan gak jelas.
Si Ibu hanya bilang bahwa kita harus transformasi ke "digital marketing", tapi jarang sekali menjelaskan apa yang harus benar benar diimplementasikan.
Anak buahnya pun frustasi. Bahkan beberapa mulai keluar, yang lain sedang sibuk memperbaiki CV untuk melamar ke perusahaan lain.

Nita pun bertanya,"Mengapa boss gua yang baru kayak begitu ya mas? Apa yang ada di kepalanya ya?"

Ok, kasus ini akan kita bahas hari ini, karena saya ingin dinner lagi dengan Nita, tapi juga karena saya pikir masalah ini menarik juga untuk dipelajari sahabat-sahabat pembaca saya.

Pertama, nobody like change. Tidak ada yang suka perubahan. Apalagi Nita dan teman-temannya yang dulunya punya boss yang begitu kebapakan. Masalahnya adalah we cannot avoid the change.
Kita tidak bisa menghindarkan diri dari perubahan. Si "bapak" yang begitu baik, sudah pergi meninggalkan Nita (dan teman-temannya), jadi Nita tidak boleh lagi mengharap bahwa bossnya akan seperti boss yang dulu lagi.
Dan Nita juga tidak boleh membandingkan bossnya yang sekarang dan bossnya yang dulu. Kalau Nita terus menerus begitu Nita akan kecewa!
Jadi Nita harus move on ....
Tidak boleh menatap ke belakang lagi, dan harus benar benar fokus ke masa depan.

Dan itu berarti Nita juga harus bersiap-siap untuk menyesuaikan diri dengan bossnya dia.
Ingat , salah satu skills yang harus kita punya adalah "kemampuan beradaptasi dengan perubahan".
Berarti Nita (dan teman temannya) juga harus mampu beradaptasi dengan boss baru dong.

Jadi apa yang harus Nita lakukan?
1. Melupakan style bossnya yang lama
2. Me-manage "harapannya" dan "menerima" boss yang baru
3. Segera menyesuaikan diri dengan style bossnya yang baru
4. Mencari aspek aspek yang positif dari boss barunya dan belajar dari dia , agar competence Nita juga bertambah 

Itu buat Nita dan teman-temannya.
Sekarang kita mencoba menganalisa apa yang sebenarnya terjadi dengan boss yang baru? Kenapa mesti demikian?
Well, karena memang semua leader punya style sendiri-sendiri. Kan gak mungkin semua orang sama, dan gak mungkib kita bisa meng-cloning seseorang. Makanya kita harus accept bahwa setiap orang akan berbeda dan mempunyi style sendiri-sendiri. Don't compare!

Jadi sebenarnya ada berapa macam type leader sih? Well, tentu saja banyak sekali teori di sini, tapi kita coba membahas satu teori yang paling sederhana ya?

Menurut Ginny Whitelaw dalam bukunya "Move to the Greatness", Ada 4 type leader itu: Visionary, Collaborator, Driver dan Organizer.
Kita bahas dulu definisi masing masing tipe tersebut...

VISIONARY LEADER:
Mereka ini ....
- suka "bermimpi" tentang masa depan, 
- mampu mengidentifikasi challenge di masa depan dan memikirkan bagaimana menghadapi tantangan itu
- sangat bagus untuk mengembangkan product dan service yang dibutuhkan di masa depan

COLLABORATOR LEADER
Mereka ini ...
- sangat berorientasi pada relationship (membina hubungan baik yang akan bermanfaat bagi kedua  belah pihak)
- sangat bagus dalam influencing others without authority
- mengerti masalah yang dihadapi customer dan mampu mengembangkan beberapa solusi
- menggunakan humor di tempat kerja agar lebih "fun"

DRIVER LEADER
Mereka ini ...
- sangat berorientasi pada action
- fokus pada objective yang harus dicapai
- sangat competitive dan terobsesi dengan skor dan kemenangan
- maunya semuanya cepat dan mampu mengirimkan sense of urgeny

ORGANIZER LEADER
Mereka ini ...
- mampu memecah pekerjaan menjadi task task yang kecil dan mendukung tercapainya objective
- orangnya sangat sistematis dan berorientasi pada proses
- ingin mengerjakan semua action secara berututan dan efisien
- berorientasi pada quality terhadap apapun yang dikerjakan

Ok, pertama saya harus memperjelas dulu. Tidak ada style yang lebih baik daripada yang lain. Jadi jangan minder kalau anda mempunyai style tertentu. 
Semua style itu saling melengkapi dan sangat dibutuhkan di team anda.

Intinya adalah apapun style anda, make sure bahwa anda akan mempunyai anak buah dengan style yang lain, sehingga dalam team anda akan lengkap!

The worse thing that can happen adalah kalau anda adalah visionay leader dan anak anak buah anda juga visionary semua. Nanti seluruh tim akan bermimpi aja tentang masa depan dan gak ada yang melakukan action apapun.

Atau anda adalah driver, dan semuanya driver. Nanti semua orang akan sibuk mengerjakan action, tanpa kejelasan sebenarnya tujuan akhir apa yang hendak dicapai! Akibatnya sudah bekerja keras selama berbulan bulan, tapi ternyata salah arah!

Jadi tugas anda sebagai seorang leader adalah:
- Mengerti leadership style anda (dan syukurilah itu , apapun style-nya)
- Make sure bahwa semua style itu lengkap ada di team anda.
- Kalau tidak ada style tertentu, maka anda harus merekrut orang baru yang punya style tertentu, atau belajar sendiri agar anda mampu flexible agar bisa berganti dari satu style ke style lain (seperti Bunglon, dalam arti positive).

Berarti anda juga harus bersiap-siap bahwa akan ada conflict di dalam tim anda.
Ya iyalah, antara visionary (pemimpi) dan driver (yang action oriented), pasti akan sering terkadi conflict. But it's ok, lebih baik ada conflict (yang dikelola dengan positive) daripada gak pernah punya conflict (karena semua anggota team typenya sama, dan ingat team yang high performing adalah tim yang berbeda-beda dan lengkap style nya).

Tetapi meskipun semua type sama, dan semuanya dibutuhkan, sebenarnya juga memang, tergantung pada phase apa, akan ada style tertentu yang lebih dibutuhkan daripada type yang lain.

Kalau tiga hari yang lalu , anda membaca daily note saya tentang "How to build a team" ( different phases of forming a team), anda akan familiar dengan phase Forming, Storming, Norming dan performing.
(Kalau ingin mengerti lebih mendalam, scroll-up dan cari artikel saya tiga hari yang lalu).
Nah, inilah leadership style yang lebih dibutuhkan di beberapa phase tersebut ...

Visionary leader dibutuhkan di setiap phase pengembangan team, mereka harus selalu membayangkan apa sih tujuan akhir yang ingin dicapai, dan juga agar mereka mampu membuat sebuah team bertransisi dari satu phase ke phase lain (forming, storming, norming dan performing) dengan smooth.

Pada phase storming, seorang driver leader dibutuhkan agar team tetap focus pada objective yang harus dicapai.

Pada phase norming, seorang collaborator leader dibutuhkan agar team saling mengenal satu dengan yang lain dan membangun "trust" sesama mereka.

Pada phase performing organizer dibutuhkan agar team mempunyai kejelasan terhadap apa yang dilakukan oleh setiap orang at any point of time.

Tetapi harus dicatat bahwa pada setiap phase tetap saja kita memerlukan keempat leadership styles tersebut dalam porsi tertentu.
Itulah kenapa team yang baik berisikan anggota dengan style yang berbeda-beda agar saling melengkapi.

Nah, kembali ke cerita Nita tentang bossnya. Jelas kan bahwa bossnya Nita yang dulu adalah seorang Organizer, dan Nita sudah terlanjur terbiasa bekerja di bawah seorang organizer leader.
Sekarang bossnya yang baru adalah seorang visionary leader, dan Nita pun kebingungan beradaptasi dengannya.

Semoga Nita bisa beradaptasi. Memangnya apakah setiap ganti leader Nita harus resign dan ganti perusahaan? It will not look good in her CV.

Jadi ingat , seandainya anda dalam posisi Nita, dan anda baru saja mengalami pergantian boss, ini yang sebaiknya anda lakukan ....

1. Melupakan style bossnya yang lama
2. Me-manage "harapannya" dan "menerima" boss yang baru
3. Segera menyesuaikan diri dengan style bossnya yang baru
4. Mencari aspek aspek yang positif dari boss barunya dan belajar dari dia , agar competence Nita juga bertambah 

It would be great kalau Nita bisa menyerap ilmu dan pengalaman dari kedua bossnya, yang lama maupun yang sekarang.
Because in the end of the day, life is a continuois learning journey, so we can get better and better, everyday!

Salam Hangat

Pambudi Sunarsihanto

Fanky Christian
mobile: 08121057533
fankychristian.blogspot.com