Translate

Saturday, March 29, 2025

CAMP SUKSES SEJATI: RAHASIA SUKSES DALAM BISNIS ATAU KARIR

 CAMP SUKSES SEJATI: 

RAHASIA SUKSES DALAM BISNIS ATAU KARIR 



Merasa putus asa dalam berbisnis? Persaingan yang ketat untuk berhasil?

Bahkan setelah sukses  masih ada yang merasa kosong dan lelah di tengah pencapaian mereka? 


Dalam camp ini, kita akan menggali dasar yang kokoh bagi para pengusaha dan profesional Kristen/Katolik—prinsip yang bukan hanya membawa keberhasilan, tetapi juga ketenangan, kepenuhan, dan makna sejati dalam hidup.


Mari belajar, bertumbuh, dan mengalami transformasi bersama!


Detail agenda 👇 :

🗓 14 - 15 Juni 2025

⏰ 2 full day

🏨 Hotel Luminor, Jakarta 


Apa yang Anda dapatkan?

✔ Akomodasi 2D/1N (Twin Sharing)

✔ Free Konsultasi Pekerjaan/Bisnis

✔ Free Tes Psikologi MBTI + DISC

✔ Materi Camp dengan Gnowbe 


👇Berikut informasi lebih lanjut tentang SSBL : 

https://linktr.ee/KBCSS


Investasi :

👉 Normal : Rp. 2.500.000,-

👉 Promo Maret 2025 : Rp 1.750.000,- (terbatas untuk 15 org pendaftar) 


Contact Person: 

Rachel https://wa.me/6287889384329/


Penyelenggara: KINGDOM BUSINESS COMMUNITY

Friday, March 28, 2025

Kolaborasi Kunci Sukses Payment Gateway

Dalam Salah satu kesempatan, kami mendapatkan visitasi Dari PT Finnet Indonesia.


Industri payment gateway sendiri mungkin baru muncul di awal tahun 2000an. Ini muncul seiring dengan semakin berkembangnya industri transaksi keuangan. PT Telkom mempeloporinya dengan membuat anak perusahaan yang khusus menangani transaksi jasa sebagai payment gateway.

Dimana peran payment gateway? Bank sebagai penyedia transaksi perbankan ternyata tidak bisa menjadi payment gateway, sehingga memerlukan mitra perusahaan yang berkonsentrasi sebagai payment gateway. Dengan demikian, bank berkonsentrasi menyediakan layanan lain, sedangkan payment gateway menjadi "gateway" untuk beragam transaksi antar mitra, termasuk ke bank. 


Maka, kami di APTIKNAS sangat menyambut baik kerjasama yang bisa terjalin antara payment gateway seperti Finnet , dengan salah satu produknya Finpay. Untuk bisa menggalang kerjasama APTIKNAS - Finnet ini maka pertemuan antara pengurus APTIKNAS dan manajemen Finnet dilakukan di 24 Maret 2025.

Soegiharto Santoso selaku Ketua Umum APTIKNAS sangat mengapresiasi langkah dari Finnet yang membuka peluang kerjasama dengan APTIKNAS. Hal senada juga disampaikan Pak Aziz dan Pak Roosdiono serta Bu Angela dari jajaran manajemen Finnet yang hadir dalam kesempatan tersebut. 


Acara diskusi bersama kemudian ditutup dengan foto bersama dengan seluruh pengurus APTIKNAS yang hadir. 

Kami nantikan realisasi kerjasama APTIKNAS - Finnet dalam kesempatan berikutnya.


AI will replace most DOCTORS and TEACHERS within 10 years.

*"AI will replace most DOCTORS and TEACHERS within 10 years."*

That's what Bill Gates just told Jimmy Fallon.

And he's not wrong.

Think about it:

↳ Medical diagnoses will be instant
↳ Personalized education available 24/7
↳ Expert-level advice at zero cost

The reality?

We're entering an era of "free intelligence" where specialized human skills become automated.

No more waiting rooms.
No more overcrowded classrooms.
No more limited access to expertise.

But here's what's fascinating:

The change isn't coming slowly.
It's happening now.
At unprecedented speed.

And there's no ceiling to what AI can achieve.

Gates calls it "profound and scary" - because once this shift happens, there's no going back.

The world in 2034 won't just be different.
It will be unrecognizable.

Some see opportunity.
Others see disruption.
Both are right. 

Wednesday, March 26, 2025

Mengapa Blackberry gagal?

The BlackBerry Bold series, while initially popular, ultimately failed for several key reasons:

1. Late Response to Touchscreen Trend

BlackBerry clung to physical keyboards for too long, while the market was shifting rapidly to touchscreens after the iPhone (2007) and Android phones exploded in popularity. When BlackBerry did release touchscreen phones, they were clunky or poorly executed (like the Storm and Torch).

2. Outdated Operating System

BlackBerry OS was secure and efficient for messaging, but it wasn't built for modern app ecosystems. While iOS and Android had thriving app stores, BlackBerry's app selection was limited, discouraging users and developers alike.

3. Poor User Experience

The user interface on BlackBerry OS became outdated compared to the smoother, more visually appealing UIs on iPhones and Android devices. The Bold series, even with hardware upgrades, still felt "old-school" in comparison.

4. Enterprise Market Shift

BlackBerry was dominant in the corporate world, but when iPhones and Androids began offering secure enterprise features (like MDM, encryption, VPN), businesses started allowing or even preferring these newer platforms over BlackBerry.

5. Failure to Attract Consumers

BlackBerry failed to capture the mainstream consumer market. Its focus remained too narrow on business users, while competitors were winning over everyday users with better cameras, apps, entertainment, and design.

6. Slow Innovation Cycle

Compared to fast-moving competitors like Apple and Samsung, BlackBerry's product development and innovation pace was slow. By the time newer Bold models (like Bold 9900) came out, the tech was already lagging.

In short, the BlackBerry Bold was a great device in a world that quickly outgrew it. The company's inability to pivot fast enough sealed its fate in the consumer smartphone market.




Tuesday, March 18, 2025

Pelajaran dari Runtuhnya Kedai Abuya

*Pelajaran dari Runtuhnya Kedai Abuya"* 
_Dari 26 cabang hingga akhirnya tumbang. Ini pelajaran berharga untuk semua pebisnis._
---
Dulu kami memulai dari sebuah kontainer kecil, dengan 3 menu utama: Nasi Kebuli, Martabak, dan Roti Canai."
Perlahan, Kedai Abuya berkembang. dari satu kontainer menjadi 26 cabang di berbagai kota.
Misi kami: Sebar berkah, jual makanan enak dengan harga terjangkau untuk semua."

👀 Tapi kami lupa sesuatu.
---
KESALAHAN #1 – MARGIN TERLALU TIPIS

 "Jual murah itu berkah, tapi tanpa margin yang cukup, bisnis jadi rentan!"
 Kami jual makanan seharga Rp10.000 dengan nasi + teh.
 Margin kecil = Susah mensejahterakan karyawan.
 Margin kecil = Minim dana untuk promosi.
 Margin kecil = Tidak cukup untuk bertahan saat badai datang.

💡 Pelajaran: Bisnis harus untung, bukan sekadar bertahan. Kalau kamu mau berbagi, berbagi dari profit, bukan dari modal!"
---
 KESALAHAN #2 – MENU TERLALU BANYAK = POSITIONING LEMAH

"Kami ingin melayani semua orang... Akhirnya, kami tidak kuat di mana pun."
Dari 3 menu, berkembang jadi 40 menu! (Ayam geprek, burger, dimsum, dll.)
Terlalu banyak pilihan = pelanggan bingung!
Orang yang ingin kebuli mencari brand kebuli.
Orang yang ingin ayam geprek mencari brand ayam geprek.
Kami tidak masuk di benak siapa pun. Kami bukan kebuli terbaik, bukan ayam geprek terbaik, bukan burger terbaik...

💡 Pelajaran: Fokus! Brand kuat bukan yang jualan semua, tapi yang paling dikenal di satu kategori!
---
KESALAHAN #3 – OPERASIONAL BERAT

Menu banyak? Masalah juga banyak!"
Setiap menu butuh bahan baku berbeda.
Koki harus bisa masak banyak jenis makanan sekaligus.
 Lama persiapan = pelanggan menunggu lama.
Semakin rumit operasional, semakin besar potensi gagal.

Pelajaran: Bisnis yang besar butuh sistem yang simpel. Kalau operasional ribet, bisnis akan tumbang saat menghadapi tantangan!"
---
PANDEMI MENGUJI SEMUANYA

Saat pandemi, kami harus pindah dari offline ke online."
Tapi ada masalah besar...
Di online, orang cari menu spesifik. "Nasi kebuli" = mereka cari brand kebuli. "Ayam geprek" = mereka cari brand geprek."
Kedai Abuya? Tidak jelas di mana posisinya.
Pelanggan bingung, pesanan makin sedikit. Cabang mulai tutup satu per satu.

💡 Pelajaran: Digital itu soal positioning. Kalau nama brand tidak jelas, kamu akan tenggelam di lautan kompetitor!"
---
26 CABANG MERONTOK, SATU PER SATU

Kami melihat impian kami runtuh di depan mata."
Satu per satu cabang tutup.
Karyawan kehilangan pekerjaan.
Bisnis yang kami bangun dengan keringat dan air mata... tidak bisa diselamatkan.

💡 Tapi kegagalan bukan akhir. Itu guru terbaik.
---
PELAJARAN BESAR DARI KEGAGALAN KAMI

Agar kalian tidak melakukan kesalahan yang sama, ingat 3 hal ini
1️⃣ Jangan jualan terlalu murah kalau itu membuat bisnis tidak sehat.
2️⃣ Jangan punya terlalu banyak menu sampai positioning bisnis jadi lemah.
3️⃣ Jangan buat operasional terlalu rumit, karena itu akan menjatuhkanmu saat ada badai.

💡 Bisnis harus untung. Fokus. Dan punya sistem yang rapi.

Need A Break in Social Media

Tidak terasa, hampir semua sosial media telah saya miliki dan jalani. Tiap-tiap mungkin ada kegunaannya secara spesifik.

Dalam seumuran saya, umumnya memiliki Facebook. Kemudian Facebook mengembangkan Instagram, dan Whatsapp. Tentu saya memiliki ketiganya. 

Tapi yang saya temukan powerful adalah Instagram, dimana bisa mengupdate ke Facebook. Sehingga tidak harus dilakukan satu-satu. Tapi cukup dari Instagram, semua konten bisa lari ke Facebook. 

Maka sejak 2018, saya terus mengajarkan ke semua orang, untuk bisa saling mengupdate sosial media yang ada, dengan cara yang mudah tentunya. 

Website, blog, akan selalu ada. Dan itu yang saya lakukan dengan blog ini sejak 2004. Tapi ada juga beberapa website dan blog yang aktif dan kemudian mati, berubah menjadi blog saja. Itu semua tergantung kebutuhan.

Seperti yang saya katakan di awal, semua ada tujuannya. Untuk membangun "awareness" mengenai produk, solusi, brand, hingga personal brand. Memang kita membutuhkan gabungan ini semua, website + blog + sosial media dan terakhir unified communication. 

Inilah tren hidup kita saat ini. Namun saya merasa, ada saatnya kita akan perlu 'break". Dan ini saya lakukan dalam 1 tahun, ada beberapa minggu, saya akan memilih untuk mematikan sosial media.

Jadi sangat penting untuk bisa memperhatikan mengapa anda perlu sosial media, platform yang mungkin saja membuka hidup anda, dan bahkan membuat anda hidup di dunia yang berbeda.

Jadi saya tetap merasakan, pentingnya kita bisa melakukan "break" sosial media. Dengan adanya ini, kita bisa mengevaluasi diri kita, apakah kita telah menggunakan sosial media dengan tepat ?

Happy break social media !

Wednesday, March 12, 2025

Mengapa Riset AI di Indonesia masih rendah ?

 Riset AI di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara maju karena beberapa faktor berikut:

1. Keterbatasan Sumber Daya Manusia yang Ahli di Bidang AI

  • Jumlah peneliti, data scientist, dan engineer AI di Indonesia masih terbatas.
  • Kurangnya program pendidikan dan pelatihan yang fokus pada AI di universitas maupun industri.
  • Minimnya kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah dalam pengembangan AI.

2. Keterbatasan Infrastruktur dan Teknologi

  • Infrastruktur komputasi yang mahal, seperti GPU dan cloud computing, masih kurang tersedia untuk riset AI.
  • Akses terhadap dataset berkualitas yang bisa digunakan untuk training AI masih terbatas.
  • Koneksi internet dan akses terhadap teknologi terbaru masih belum merata di seluruh Indonesia.

3. Minimnya Pendanaan untuk Riset AI

  • Investasi dari pemerintah maupun sektor swasta dalam riset AI masih sangat rendah dibandingkan negara seperti China, AS, atau Eropa.
  • Kurangnya hibah dan insentif bagi peneliti AI untuk mengembangkan inovasi baru.
  • Banyak perusahaan yang lebih fokus pada implementasi AI siap pakai daripada berinvestasi dalam pengembangan teknologi AI sendiri.

4. Regulasi dan Kebijakan yang Belum Optimal

  • Kebijakan terkait AI masih dalam tahap awal dan belum banyak mendorong pengembangan riset AI secara strategis.
  • Kurangnya regulasi terkait data sharing membuat peneliti kesulitan mengakses dataset yang diperlukan.
  • Tidak ada roadmap nasional yang kuat untuk membimbing perkembangan riset AI.

5. Budaya dan Mindset yang Belum Mendukung Riset AI

  • Banyak perusahaan dan institusi lebih fokus pada adopsi teknologi luar daripada mengembangkan AI sendiri.
  • Kolaborasi antara universitas, startup, dan industri masih lemah, sehingga hasil riset sering kali tidak bisa diimplementasikan secara luas.
  • Riset sering hanya berhenti di tahap akademik dan sulit untuk dikomersialisasi atau diterapkan dalam dunia nyata.

6. Kurangnya Kompetisi dan Kolaborasi Internasional

  • Riset AI Indonesia masih minim partisipasi di konferensi internasional seperti NeurIPS, ICML, atau CVPR.
  • Kurangnya kemitraan dengan universitas atau perusahaan AI global yang bisa mempercepat perkembangan riset.

Solusi untuk Meningkatkan Riset AI di Indonesia

  1. Meningkatkan investasi pemerintah dan swasta dalam riset AI.
  2. Membuka akses ke data dan infrastruktur komputasi untuk riset.
  3. Mendorong kolaborasi antara universitas, startup, dan industri dalam penelitian AI.
  4. Mengembangkan regulasi yang mendukung inovasi AI tanpa menghambat kreativitas.
  5. Meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan AI untuk menciptakan lebih banyak talenta lokal.
  6. Membantu peneliti Indonesia untuk lebih aktif dalam kompetisi dan konferensi AI internasional.