DELIVERING TODAY, PREPARING TOMORROW
(written by Pambudi Sunarsihanto)
Namanya Hadi, seorang HR Director di sebuah Hotel di Bandung.
Pada saat saya berbicara di sebuah seminar di Universitas Parahyangan, dia bertanya,"Kenapa sih Pak, menurut Pak Pam saya harus belajar kompetensi kedua? Saya selama ini selalu focus pada satu bidang saja sebagai HR. Dan karena saya sangat fokus dan punya passion , maka karier saya pun berkembang pesat. Dan sekarang saya menjadi HR Director sebuah hotel ternama di Bandung. Mengapa saya harus belajar bidang lain pak? Bukankah itu akan mengurangi focus saya di bidang yang saya tekuni?"
Pertanyaan keren, dan saya sangat suka menjawabnya.
"Karena mas Hadi ...., you dont know if the job of HR Director will continue to exist in 5 or 10 yeas from now. Dan kalau anda hanya focus pada belajar HR, apa yang akan anda lakukan pada saat job of HR Director will no longer exist? Menanging meraung-raung meratapi nasib kan? That's why you have to be prepared!"
Masak sih job of HR Director gak ada? Siapa yang akan ngurusi manusia? Memang pekerjaan akan dilakukan oleh monyet? Yes, di beberapa perkebunan di Malaysia monyet-monyet ditraining untuk mengambil kelapa di atas pohon. Mungkin di perusahaan itu kita gak perlu Director SDM (Sumber Daya Manusia), perlunya Director Sumber Daya Monyet. Oke , saya bercanda.
But ada pabrik yang sudah mampu bekerja dengan hanya menggunakan 6 pekerja sementara pabrik sejenis menggunakan 1000 pekerja. Lho, memangnya perlu Director HR kalau hanya untuk ngurusin 6 pekerja.
Mungkin di pabrik itu kita perlunya Director SDM (Sumber Daya Mesin), which is Director of Technology.
Di Perancis dan di Eropa , sudah belasan tahun berdiri chain hotel Formule 1, di mana di setiap hotel hanya ada 1 karyawan saja untuk menjaga security. Semuanya dijalankan oleh mesin. Check in digital dengan bar-code, makan pagi dengan vending machine, cleaning service hanya datang 1 jam dalam sehari. Tentu saja hotel itu tidak memerlukan HR Director buat ngurusin satu security staff.
Saya bukan mau menakut-nakutin, tetapi resiko itu ada dan sebaiknya kita bersiap-siap!
So, mas Hadi, apapun pekerjaan anda sekarang, gak ada jaminan bahwa job anda akan terus ada di masa depan? Apakah saya harus mengulang cerita ini:
- Teller bank yang mungkin akan kehilangan pekerjaan karena pelanggan lebih suka ke ATM?
- Lulusab Teknik Perminyakan yang kebingungan cari kerja karena krisis di industri oild and gaz
- Operator Telepon Taxi yang akan kehilangan pekerjaan karena pelanggan akan menggunakan aplikasi online
- Insinyur Kimia di Kodak yang kehilangan pekerjaan karena tidak banyak lagi yang mencetak foto!
Jadi seperti halnya perusahaan yang tidak akan pernah mendapat jaminan bahwa product dan servicenya akan selalu berjaya di market, seorang individu pun tidak akan mendapatkan perasaan aman itu.
Pekerjaan apapun selalu ada resiko bahwa ternyata suatu saat tidak akan relevant lagi.
Di Amerika sudah ada on-line system yang memberikan opini hukum (para lawyer mau ke mana?).
Di Jepang sudah ada system yang menganalisa air kencing di toilet anda, mengirimkan hasilnya dengan Internet wifie ke online system,
dianalisa dan obatnya langsung dikirim pakai delivery 24 jam (dokter-dokternya mau ke mana?).
Dan bank-bank international sudah menggunakan software artificial intelligence untuk meramal harga saham (analyst nya harus cari kerja di mana?)
Mas Hadi yang baik, kita tidak bisa lagi hanya menekuni satu bidang saja. Karena anda tidak tahu apakah bidang yang anda tekuni akan terus menerus diperlukan di masa depan!
Jadi bagaimana dong?
Deliver Today, Preparing Tomorrow!
Berarti kita tetap harus perform maximal di pekerjaan kita sekarang sambil mempersiapkan kompetensi kedua untuk masa depan.
Hidup bukan lagi memegang satu bola dan bermain dengan bola itu seumur hidup kita.
Hidup pada saat ini adalah juggling dengan dua atau tiga bola sekaligus, sehingga kalaupun ada bola yang jatuh, kita masih mempunyai satu atau dua bola di tangan yang kita jadikan sebagai andalan!
Deliver today's objective,
while preparing tomorrow's uncertainty!
Kita bisa melakukan lima langkah di bawah ini ....
1. Continue to sharpen your shaw in your field
Kompetisi berjalan terus. You still have to be the best at what you do now. Jadi tetap terus menerus belajar dan meningkatkan kompetensi di bidang yang sekarang kita tekuni dan tempat kita mencari nafkah. Belajar dari buku, majalah, cari orang yang bisa menjadi coach atau mentor, dan cari pekerjaan di kantor (short assignment) yang akan membuat anda bertambah kompetensinya.
2. Unleash your hidden potential
Cari area lain yang mungkin bisa anda kembangkan.
Ibaratnya anda selalu menulis pakai tangan kanan, siapa tahu ada yang bisa anda lakukan dengan tangan kiri.
Kalau anda sudah lama mengerjakan finance, siapa tahu ada hal lain yang bisa anda kembanhkan.
Saya dulu pindah dari project management ke HRD.
Teman saya pindah dari IT ke Sales.
Cari bidang lain yang sesuai dengan passion anda, dan belum pernah anda kembangkan selama ini.
3. Develop your competence in other area
Mulailah belajar mengembangkan kompetensi anda dalam bidang yang baru . Belajar dari buku, majalah, cari
orang yang bisa menjadi coach atau mentor, dan cari pekerjaan di kantor (short assignment) yang akan membuat anda bertambah kompetensinya.
4. Read, observe and learn
Selalu membaca dan mengikuti trend. Bidang apa, industry apa yang akan terdesak oleh "substitutes", dan bidang dan industry mana yang akan semakin berjaya di masa depan.
Semakin cepat anda tahu semakin baik!
5. Be prepared to switch from one career to another, from one company to another or from one industry to another!
You are not married to your job. You are not married to your company.
Be prepared mentally. Ikuti trend dan bersiap siaplah untuk switch your career from your current job to another, dan semoga anda sudah siap sekarang !
Selamat mencoba menerapkan.
Saya yakin suatu saat hal hal di atas bisa menyelamatkan karier anda dan hidup anda.
Salam Hangat
Pambudi Sunarsihanto