Menemani teman sejiwaku sore ini, bertemu dengan rekan bisnis yang asalnya dari Filipina di salah satu mal di Jakarta, membuat saya terhenyak dan menyadari satu hal penting yang bangsa ini sudah lupa. Sengaja kami datang agak terlambat, karena dalam pertemuan sebelumnya, kami datang lebih dahulu, sambil menunggu 1/2 jam lebih menikmati lemon-tea di tempat itu. Kami kembali berjanji di tempat yang sama, dan dalam pertemuan terakhir - waktu kami berbicara dengan dia selama 2,5 jam - tak sedikit pun dia memesan minuman / makanan di sana.. saya bilang irit sekali teman saya ini, bahkan sampai utk meeting pun dia berusaha tidak mengeluarkan uang sedikit pun.
Kembali kami bertemu, dan kami langsung di bawa ke apartemen nya yang terletak dekat dengan mal. Kami bertanya-tanya, karena sudah 3 minggu ini dia mengejar-ngejar kami utk bekerjasama dalam suatu 'bisnis' tertentu - dan dia tidak mau sedikit pun cerita tentang bisnisnya. Kami dibawa ke kamar nya, kami standard apartemen utk kapasitas 3 kamar. Ya, cukup lumayan luas. Ada yang menarik pada waktu kami masuk. Di dalam sana, terdengar suara wanita lain yang sedang berbicara fasih dalam bahasa Inggris dan Mandarin.
Kami masuk ke ruang tamu, dan di sana telah tersedia beraneka ragam merek kosmetik kecantikan wanita - beraneka ragam - terletak tak beraturan di meja. Kami bertanya-tanya, kiranya teman kami ini berbisnis apa ? kosmetik kecantikan kah ?
Kami berdiskusi - dan membuka percakapan dengan kegiatan kami masing-masing, dan tibalah sampai pertanyaan - mengapa mata saya terlihat sembab, seperti kurang tidur - dan dia bilang muka saya bertambah tua - getting older ..
Percakapan kami selanjutnya - dengan bahasa Inggris - dia meminta kami mencoba produk nya .. No way ! kami belum tahu produk nya apa = kok kami disuruh mencobanya langsung - ke muka kami lagi !! Setelah berdebat panjang, akhirnya dia mengalah, dan mulai berkata-kata menceritakan produknya. Hati kami penasaran terus - apa sih yang dia jual - sehingga begitu rumitnya.. Dengan tangan iseng saya - lantas saya mengambil beraneka botol dan mengetahui bahwa yang dijualnya adalah Nu Skin. Produk ini asalnya dari USA. Dengan fasih mereka menjelaskan tentang produk ini - all in - semuanya lengkap dengan kalangan selebritis yang menggunakannya. Dan juga ada uji klinis menggunakan pensil PH. Semua nya seperti telah tersusun dan terbiasa membawakan ini semua dengan baik.
Sampailah kami pada pertanyaan mereka - produk apa yang kami gunakan untuk mandi, membasuh muka dll. Dengan tenang kami menjawab merek-merek produk dalam negri yang kami gunakan.. Dan kembali mereka menanyakan harga dari produk tersebut - langsung dibandingkan dengan mereka.
Mati-matian mereka menjelaskan semua keunggulan produk mereka - tetap saja kami tertarik untuk mendengarkannya, tapi tibalah kami pada pertanyaan, apa yang akan mereka minta kami lakukan untuk memasarkan produk itu. Kami lihat di label telah terdapat nama PT. distributor produk tersebut di Indonesia.
Akhirnya tibalah pada jawaban atas pertanyaan - mereka meminta kami bergabung sebagai lini Distributor mereka dengan membayar biaya produk di awal sebesar Rp.1,5 Juta Rupiah.. Kami lantas beragumen - panjang dan pada intinya kami ingin memikirkannya terlebih dahulu sebelum 'bergabung'. ..
Bayangkan - produk itu sebenarnya telah ada di Indonesia dengan menggunakan metode lini distributor direct marketing atau yang lebih sering kita kenal sebagai multi-level marketing atau referral marketing. Apapun namanya, kebanyakan produk yang menggunakan cara ini adalah produk luar negeri yang mengetahui dengan pasti bahwa INDONESIA IS A BIG MARKET.
Teman saya sang Filipina ini bahkan sampai terjun langsung ke Indonesia - karena dia tahu benar - bahwa Indonesia memiliki market yang luar biasa. Dan bangsa Indonesia sangat menyukai produk kecantikan apalagi yang dari luar negeri. Inilah kelemahan kita, sampai kapan kita akan dijejali produk-produk luar negeri yang harganya bahkan bisa lebih murah dari produk dalam negeri kita. Saya masih ingat waktu saya kecil, saya sering sekali mengunjungi Pameran Produk Indonesia di Monas, dan di sana banyak sekali produk-produk yang saya lihat yang merupakan produk Indonesia. Sekarang apa ? Jangankan mencintai produknya, mencintai negaranya saja menjadi suatu pertanyaan besar sekarang ..
Mungkin inilah salah satu cara kita berhemat. Berhemat khan tidak melulu dari biaya, tetapi juga pola hidup. Pola hidup kita yang terbiasa menggunakan produk luar negeri, pola hidup yang membela selalu produk-produk luar negeri. Kenapa kita tidak memberikan kesempatan pada produk lokal kita utk hidup dan berkembang juga. Sebagai bangsa - kita dapat menanamkan dan menggalakkan kembali pola menghargai produk dalam negeri, menggunakan produk dalam negeri dan mengembangkan produk dalam negeri. Sebagai negara - ini yang masih patut dipertanyakan ke sang pengurus negara. Apakah kebijakan yang ada di negara kita ini telah mendukung agar produk dalam negeri dikenal - dihargai - digunakan dan dikembangkan. Anda bisa melihatnya sendiri saat ini. Terlepas dari semua nya itu, inilah salah satu cara utk berhemat. Selamat belajar kembali mencintai produk dalam negri sendiri !!!