Melihat dan mendengar cerita banyak anak Indonesia yang berniat mencari magang hingga ke luar negeri, dan kemudian berujung kepada kasus penipuan, seperti yang terjadi di Jerman, membuat hati saya miris. Mengapa mereka mencari magang hingga ke luar negeri, padahal sebenarnya di negara sendiri juga banyak peluang.
Belum lagi disambung dengan cerita banyaknya orang Indonesia yang terjebak penipuan dan penjualan orang yang marak di Kamboja, bahkan melalui berbagai negara. Ujungnya mereka menjadi pekerja seks komersial, hingga operator judi online. Ini benar-bena darurat.
Mengapa bisa terjadi?
Mungkin kita bisa lihat kembali data pengangguran terbuka di Indonesia.
Kita mengharapkan kerjasama dan kerja keras semua pihak, agar jumlah pengangguran ini semakin menurun, termasuk jug d tahun ini. Prediksi IMF, Indonesia akan menurun menjadi 5.2%, berada di tingkat 59 di dunia.
Mengapa menganggur?
Berdasarkan data, tingkat pengangguran tertinggi di Indonesia di antaranya Banten sebesar 7,52%, Jawa Barat sebesar 7,44%, Kepulauan Riau sebesar 6,8%, DKI Jakarta sebesar 6,53%, Maluku sebesar 6,31%, Sulawesi Utara sebesar 6,1%, Aceh sebesar 6,03%, Sumatera Barat, 5,94%, Sumatera Utara sebesar 5,89%, dan Papua Barat sebesar 5,38%.
Dan ini sebagian besar adalah lulusan SMK, baru disusul lulusan SMP. Jadi mereka ini masih termasuk dalam Gen-Z, dan suda menganggur.
Memang ini memprihatikan. SMK yang diharapkan bisa segera bekerja, ternyata tidak bisa diserap ole industri. Mengapa? Ini karena adanya "gap" antara kebutuhan industri dan kualitas lulusan.
Magang solusinya.
Untuk bisa menjawab hal ini, maka pemerintah dan semua pihak, harus kembali menekankan program magang. Program magan ii bisa membantu agar anak-anak kita siap masuk ke dalam dunia kerja. Dalam waktu 3-6 bulan, mereka akan belajar mengenai apa yang dikerjakan industri. Dan ini adalah sangat penting.
Itu juga berdasarkan pengalaman yang saya rasakan. Karena kesempatan magang dulu di Telkom, saya jadi tahu rasanya jad operator telekomunikasi di Telkom. Kemudian saya melihat, ada skill lain yang kala itu diperlukan oleh industri, yaitu kemampuan berbahasa Inggris, dan komputer.
Sharing saya selengkapnya bisa diikuti disini.
Talenta digital itu penting, dan mereka tetap harus ikut program magang. Ini kata kuncinya. Sekalipun belajar teknologi terbar di kampus, dan sekolah, tanpa magang, mereka tetap belum siap.
Untuk itulah, kami di Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (APTIKNAS) terus membina talenta digita dan membuka kesempatan magang untuk semua.
Kami bersama dengan anggota, termasuk PT Lima Dua Satu Teknologi Indonesia, dan PT Kota Cerdas Indonesia, membuat program bersama untuk pelatihan dan magang menggunakan media hybrid learning, yaitu platform Classin. Dengan kerjasama ini maka banyak anak-anak, tidak hanya di kota besar, hingga kota kecil, bisa ikut program pelatihan magang, dan bekerja bersama dengan anggota APTIKNAS di berbagai kota. Kontak APTIKNAS untuk kerjasama terkait pelatihan magang ini.