Translate

Saturday, May 15, 2021

Keluar Dari Zona Nyaman Gereja Online

 Bertemu dengan salah satu jemaat gereja, dia bertanya singkat, kapan gereja kembali dibuka ?

Pertanyaan ini dengan jelas langsung saya jawab, Juli ini gereja kembali dibuka. Kenapa perlu waktu lama untuk membuka kembali gereja ?

Pertanyaan kedua ini, dengan sangat hati-hati saya jawab, ya karena untuk mencegah agar tidak terjadi cluster covid19 di gereja. 

Dia hanya tersenyum kecil, dia bilang, kenapa lama sekali, sekarang semua orang sudah ke mall, sudah kemana-mana, kecuali gereja. 

Benar juga kan. Kita sudah kembali bekerja, sudah jalan kesana-kesini, ke mall, tempat belanja, meskipun dengan protokol kesehatan yang ketat, kita sudah bisa menerima kenyataan bahwa kita harus selalu bermasker, mencuci tangan, membawa hand sanitizer di dalam saku kita, dan bahkan mencegah makan di tempat. 

Tapi mengapa ke gereja, yang notabene hanya maksimal satu jam saja jadi begitu lama dan rumit ?

Sudah saatnya sekarang gereja-gereja kembali membuka dirinya, keluar dari zona nyaman. Bayangkan selama ini banyak yang tadinya rajin ke gereja, sekarang mereka sudah menonton di youtube saja, dan bisa menonton sesuka waktunya. Tidak ada lagi komitmen kebersamaan untuk menonton di waktu yang sama. Padahal ini adalah hal utama dalam beribadah, persembahan waktu. Meluangkan waktunya untuk Tuhan. 

Lalu, banyak gereja juga kehilangan uang yang diperoleh dari jemaatnya. Mereka harus berhemat di masa pandemi, dan mengurangi berbagai bentuk kegiatan. Karena memang tidak bisa lagi berkegiatan offline, atau onsite, dan menggantinya dengan kegiatan online. Padahal ini adalah hal kedua, persembahan dana.

Berbagai kegiatan yang semula dilakukan offline, mendadak jadi online, dan mendadak hanya segelintir jemaat saja yang bisa ikut, padahal ini adalah persembahan tenaga. 

Serta jumlah jemaat yang hadir, secara offline, atau onsite yang berbeda jauh. Kita sulit mengukur kehadiran mereka, bagaimana mereka bertumbuh secara jumlah, bukan kualitas. Ini adalah komponen persembahan diri. 

Maka sudah saatnya, kembali gereja harus membuka diri, keluar dari zona nyaman 'bersembunyi' di balik agar tidak menjadi cluster covid19. Maka gereja harus mempersiapkan ruang-ruang ibadahnya agar bisa mengatur sirkulasi udara, mengurangi jumlah kapasitas jemaat, dan dengan ketat menerapkan protokol kesehatan. Tidak ada yang tahu kapan covid19 ini berakhir, yang gereja bisa lakukan adalah menyesuaikan diri dan terus membuka diri, merangkul jemaat yang selama ini terpecah dan tercerai berai tidak mendapatkan pelayanan optimal. 

Zona nyaman gereja online harus segera kita tinggalkan, dan mempersiapkan diri terus bekerja di ladang Tuhan. 

SUMBER: https://www.kompasiana.com/startmeup/609f27278ede486a1f6fd462/keluar-dari-zona-nyaman-gereja-online