BERINOVASI DALAM TIGA HARI
Sebut saja namanya Pak Pringgo, CEO sebuah perusahaan ternama di Jakarta. Malam itu kami berdiskusi dengan sekitar 100 leaders di perusahaannya di dalam sebuah Zoom event.
Saya baru saja share tentang perlunya sebuah perusahaan untuk berinovasi dalam situasi krisis ini.
Pertama karena perusahaan harus tetap survive dalam masa Pandemi (yang kita tidak tahu kapan berakhirnya ini). Pasti pendapatan dari core business akan tergerus, berarti kita perlu sumber-sumber pendapatan baru. Dan inovasi product atau service baru bisa menghasilkan source of revenue baru yang belum pernah dijamah sampai saat ini.
Kedua untuk mempersiapkan masa depan. Saat krisis akan berakhir, kompetisi baru akan dimulai. Dan product-product yang sudah mature (dan lama berada di pasaran) pasti akan semakin banyak kompetitornya. Your old product will become commodity! Di sinilah kita perlu product-product baru untuk meraih hati pelanggan baru yang sebelumnya belum terjamah.
Problemnya adalah, dalam masa krisis ini kita punya dua keterbatasan, pertama : keterbatasan dana untuk berinovasi, kedua: keterbatasan waktu.
Untuk yang pertama (dana), di situlah pentingnya usaha kita dalam fight for survival, cut all the cost that you can cut, operational, maintenance, third party/vendor/partner, manpower …etc. Saving yang dihasilkan digunakan untuk survival, dan tetap harus ada Sebagian yang dilakukan untuk berinovasi demi keberhasilan di masa depan.
Sesulit apapun suasananya, inovasi tetap harus menjadi prioritas. Jangan sampai sukses melalui krisis, tetapi setelah krisis usai, kemudian kalah kompetisi dan lama-lama bangkrut juga,
Kemudian keterbatasan yang kedua juga harus diatasi, keterbatasan waktu.
We don’t have much time during the crisis. The leadership in crisis is different than leadership during the “normal” time.
Dalam suasana normal, anda bisa saja berinovasi mengikuti proses dan pakem-pakem yang ada di buku-buku Inovasi anda. Anda mungkin punya waktu. Dalam masa krisis, kita berpacu dengan waktu. We focus on result. Inovasi anda harus membuahkan hasil, yang dihitung dalam ukuran hari.
Beberapa start-up saat ini berada dalam dilemma, karena “ANGEL”nya (istilah Silicon Valley untuk bilang “Investor”), mulai menagih janji. Bahasa kerennya, it’s time to move from “Sell the dream” to “Deliver Profit”. Begitu banyak yang menjadi START-UP, sudah lama “START” nggak pernah “UP”.
Time is not in your favor. Makanya saat krisis banyak yang berinovasi dalam tiga hari. Hari pertama Brainstorming, hari kedua Developing , hari ketiga Launching. Dan ini bukan barang baru … sudah banyak innovator yang berinovasi hitungan tiga hari. Pieree Omidyar menciptakan e-Bay dan Reid Hoffman menciptakan LinkedIn, semuanya dalam hitungan hari. Apakah productnya perfect? Tidak. Waktu awal productnya jauh dari sederhana, dan banyak kekurangan, tetapi mereka tetap launch dan kemudian diperbaiki setiap kali, sampai akhirnya menghasilkan milyaran dollar saat ini.
Seorang teman saya merancang product frozen food dalam 3 hari (dia dulunya adalah seorang HR Consultant). Ada yang merancang new service dalam 3 hari. It is not impossible!
Jadi jangan tenggelam dalam proses yang kompleks, dan jangan tenggelam dalam “la folie des grandeurs” (Bahasa Perancis untuk bilang “kegilaan untuk membuat product yang sempurna!).
Nike mempunyai kalimat yang tepat “Just Do It” dan saya tambahkan (AND YOU CAN IMPROVE LATER!).
Sampai di sini leader-leader di perusahaan Pak Pringgo (nama samarannya) mengangguk-ngangguk setuju, dan kemudian Pak Pringgo pun bertanya,”Pak Pam, bagaimana prosesnya untuk berinovasi dalam 3 hari?”
Pertanyaan menarik, kita bahas dulu yuk, apa yang dikerjakan dalam 3 hari itu.
a) BRAINSTORMING: pada phase ini, kita ajak seluruh team untuk diskusi, dan menghasilkan idea-ide baru. Kita berangkat dari kehidupan pelanggan, situasi mereka, dan problem apa yang akan kita bantu atau kita berikan solusinya.
Brainstorming is a situation where a group of people meet to generate new ideas and solutions around a specific domain of interest by removing inhibitions. People are able to think more freely and they suggest as many spontaneous new ideas as possible. All the ideas are noted down without criticism and after the brainstorming session the ideas are evaluated.
TIGA HAL DILAKUKAN DI SINI:
- ENGAGING
(Mengajak semua orang berdiskusi dengan open mind)
- LISTENING and GENERATING IDEAS
(mendengarkan semua idea, tanpa pernah mengkiritik, agar semua orang beranin menyampaikan idenya)
- SELECTING THE IDEA
(dari semua ide yang terkumpul, memilih SATU ide bersama-sama (voting), dengan memperhatikan dua perspective: mana yang paling dibutuhkan customer dan mana yang paling realistic untuk diimplementasikan
b) PRODUCT DEVELOPMENT: Product development incorporates a product’s entire journey, including: conceptualizing and designing the product.
Pada phase ini, sebuah product di-design dengan cepat. Ingat, you are not looking for perfection here, you are looking for simplicity, speed and execution!
TIGA HAL DILAKUKAN DI SINI:
- PROTOTYPING
Membuat prototype dari product, dengan skala kecil dan simple, agar dapat di test sebelum maju ke proses berikutnya.
- TESTING
Melakukan testing, secara customer journey, dari awal sampai akhir, mencatat apa yang bisa diteruskan dan apa yang bisa diperbaiki.
- FINALIZING
Menyelesaikan semua tahap akhir development, termasuk brand identity, brand activation dan juga men-training semua orang yang nanti akan involved dalam product delivery ke pelanggan.
Jangan berfikir untuk mempunyai product hebat dan sempurna. Rumusnya sederhana: Just Do It! Think Big, Start small, but you need to act now.
Jangan takut berbuat salah, kita gak punya waktu untuk make perfect plan.
Just Do it, kalau sukses teruskan, kalau salah, pelajari, perbaiki dan lakukan lagi.
Start anywhere. Tapi bersiap-siaplah, setelah pilot itu selesai maka, harus segera di launch ke pelanggan.
c) LAUNCHING: this is about giving access to the customer to use our products.
TIGA HAL DILAKUKAN DI SINI:
- GO to MARKET
Nah, di sini, pelanggan harus menerima informasi tentang product dan bagaimana cara mereka bisa akses product ini.
“Pak, gak ada marketing budget yang memadai?” Don’t worry, go digital, start small!
Launching pertama belum mentargetkan ke mass-market, anda masih ingin belajar dari feedback pelanggan anda.
- LEARNING and EVALUATING
Kumpulkan feedback dari pelanggan anda. Pelajari, area apa yang mereka puas dan harus diteruskan dengan consistent.
Area apa yang mereka masih complain, dan perbaiki.
Apapun feedback mereka, appreciate pelanggan anda dari dua perspective: karena mereka mau menjadi pelanggan pertama anda (early adopters), dan karena mereka mau memberikan feedback (apapun feedback itu).
Ingat noisy customer is much better that silent customer. Karena silent customer mungkin akan kabur, tidak mau order lagi dan akan bercerita buruk ke networknya.
- IMPROVING and RE-LAUNCHING
Last but not least, berdasarkan feedback yang kita terima, perbaiki product anda dan segera launching lagi. Berikutnya siklus akan terus berputar.
Launch, Learn, Improve, Relaunch lagi, begitu seterusnya,
Lama-kelamaan product anda akan semakin baik, dan akan semakin banyak yang mengadopsi product anda, sehingga anda menyentuh mass-market yang anda harapkan!
Jadi ingat ya, dalam masa krisis, kita mungkin gak punya waktu untuk berlama-lama dalam berinovasi. Kadang-kadang kita harus berinovasi dalam tiga hari.
Yang dapat kita lakukan adalah:
• DAY 1: BRAINSTORMING
• DAY 2: DEVELOPING
• DAY 3: LAUNCHING
Setelah itu kita bisa terus pelajari feedback customer, improve dan launch lagi product itu.
VOILA, tiga hari untuk berinovasi.
Selamat mencoba!
PS. Referensi untuk artikel ini terinspirasi (dan disederhanakan) dari buku The Innovator's Toolkit, ditulis oleh David Silverstein, diterbitkan oleh John Wiley & Sons, Inc, 2012.
Salam Hangat
Pambudi Sunarsihanto