Sekalipun untuk beberapa saat Daud sepertinya berhasil menutupi dosanya, ia mengungkapkan bahwa saat itu ia sangat menderita, termasuk secara fisik (ay. 3-4). Setelah mengakui dosanya, ia mendapatkan pengampunan, walau tentu saja masih harus menanggung akibatnya. Namun, ia sudah berbahagia (ay. 1, 2).
Sepandai-pandainya menutupi dosa atau kesalahan , pasti ketahuan juga. Masalahnya adalah:
1. Apakah kita tahu itu dosa? Kita merasakan itu salah.
2. Kita merasakan bersalah dan memohon ampun kepada Tuhan?
3. Kita mencari kehendak Tuhan atas dosa yang telah kita akui?
Suatu ketika saya menjadi saksi persidangan atas kasus korupsi dimana tempat saya bekerja dahulu. Salah satu tersangkanya adalah mantan bos saya, yang sebelumnya, saya kenal baik dan hamba Tuhan.
Dia menghadapi sidang pengadilan itu tanpa pengacara, dan mengakui seluruh kesalahannya.
Persis seperti Daud, ia mengakui, menyesal dan menjalani tahun-tahun hukumannya.
Inilah sebuah konsekuensi yang harus ditanggung pada saat kita akrab dengan dosa.