Satu lagi perusahaan legendaris milik keturunan Tionghoa yang bangkrut di tangan generasi ketiga. Jamu Nyonya Meneer berdiri sejak 1919, dinyatakan pailit tahun 2017.
Orang Tionghoa memang terkenal piawai dalam berbisnis, namun ada satu momok yang selalu menghantui. Mampukah perusahaan yang dirintis dengan cucuran darah dan keringat melewati generasi ketiga?
Ada pameo yang mengatakan, "generasi pertama merintis, generasi kedua membesarkan, generasi ketiga menghancurkan".
Biasanya kehancuran di tangan generasi ketiga karena perebutan harta warisan maupun kekuasaan.
Kenapa dua generasi pertama umumnya aman? Karena baik yang merintis maupun yang membesarkan sama-sama pernah merasakan pahit getirnya membangun usaha. FYI, biasanya generasi kedua sejak umur belasan tahun sudah dilibatkan dalam bisnis.
Beda banget dengan generasi ketiga yang sejak brojol dari perut sudah bergelimang kemewahan. Tahu sendiri kalau sejak kecil sudah terbiasa hidup enak. Apa apa tinggal minta atau perintah. Kemungkinan bisa tumbuh menjadi individu yang lebih manja, egois, sombong, dll.
Karakteristik inilah yang mungkin menyebabkan bisnis keluarga umumnya bubar di tangan generasi ketiga. Walaupun secara edukasi generasi ini lebih tinggi daripada pendahulunya.
Kesimpulan...giat dalam berbisnis bagus...tapi jangan sampai lupa...shg mengabaikan pendidikan 'karakter' anak dan cucu...terutama anak cucu generasi skrg kategori Gen 'Y' dan Gen 'Z' yang semakin sulit diarahkan & dididik dalam era keterbukaan skrg akibat massive nya internet dan media sosial...
Nyesek banget lho kalau lihat anak cucu bubar gara gara rebutan warisan...
Semoga menginspirasi....😊