gsm
great sharing meaningful
Inspirasi :
Kasus Diaspora, Kita Bisa Belajar dari Korea Selatan
Pada masa pemerintahan salah satu presiden Korea Selatan (Korsel), saya lupa apakah Roh Tae-Woo, Kim Young-Sam, atau Kim Dea-Jung. Salah satu dari mereka mengunjungi Amerika Serikat (AS). Dan pada kunjungan tersebut menyempatkan diri untuk bertemu muka dengan para Pekerja Diaspora (Migran) yang berasal dari Korsel. Sebagian besar dari mereka adalah penerima beasiswa yang telah berhasil lulus dan telah menerima Green Card (kartu kewarganegaraan) AS.
Di hadapan semua peserta dia menyampaikan tentang perkembangan demokrasi dan perjuangan ekonomi Korsel.
Saat sesi tanya jawab. Salah seorang peserta temu muka tersebut menyampaikan pertanyaan:
*_"Bapak Presiden, saya adalah penerima beasiswa pemerintah, dan telah berhasil lulus dan bekerja di AS. Saya ingin berbakti dan berkarya untuk membalas jasa negara yang telah memberikan saya kesempatan belajar sehingga hari ini saya bisa sukses berkarier di AS. Saya memohon pencerahan dari Bapak Presiden, apakah saya harus pulang ke Korea dan bekerja bagi Pemerintah agar Korea bisa maju, atau saya tetap bekerja di AS ? Mohon arahkan saya, karena saya merasa berhutang budi kepada negara Korea."_*
Dan Presiden Korsel saat itu menjawab dengan jawaban yang menyentuh jiwa para pekerja diaspora (migran) Korea di seluruh dunia:
*_"Saudaraku, saya datang ke AS bukan untuk meminta anda pulang ke Korsel, karena belum ada pekerjaan dan industri yang mampu menggunakan keahlian saudara di Korsel. Tapi saya meminta kepada saudara sekalian, raihlah karier di AS, jadilah professional dengan ranking terbaik dan tertinggi di tempat anda bekerja. Dan setelah itu ambilah keputusan organisasimu untuk mengimpor dan menggunakan produk Korea sebagai komponen dalam industri yang kamu pimpin di AS. Dengan demikian anda telah menciptakan lapangan kerja bagi saudara-saudara anda di Korea. Dengan cara ini anda telah membalas budi kepada negara."_*
Jawaban tersebut membuat seluruh peserta menangis terharu. Dan sejak saat itu, secara bertahap kita melihat, mobil-mobil Hyundai, peralatan elektronik SAMSUMG, LG, dll mulai memasuki AS.
Dari keset sampai kaset, semua mulai memasuki AS, dan ekonomi Korea mulai tumbuh menguasai dunia.
Saya bercerita tentang hal ini karena saya termasuk orang yang kalah bersaing untuk ekspor ke AS karena pembeli kita adalah migran Korea yang tiba-tiba hanya membeli produk dari Korea, dan tidak lagi dari Indonesia.
Menjadi seorang Indonesian, atau Indonesianis tidak hanya dibuktikan dengan Paspor, Green Card, atau kartu identitas lainnya. Atau bahkan job sebagai menteri. Tetapi seorang Indonesian adalah memiliki jiwa yang mencintai Indonesia walau Indonesia menolak kita. Dan kita tetap bisa memberi dan tidak berharap kembali karena cinta kita, terlepas dari orang-orang yang kita beri cinta tersebut mengerti atau menyambut atau bahkan menolak kita.
Fanky Christian
fankychristian.blogspot.com