Reformata.com - HUBUNGAN Tanpa Status (HTS), mungkin istilah ini masih asing di telinga. Namun istilah ini telah menjadi gaya hidup bagi beberapa gelintir orang. Bahkan bagi Rian (27), hubungan itu sah-sah saja. “Itu hubungan yang mengasyikkan, karena tidak terikat apa pun”. Baginya, HTS adalah sebuah pertemanan yang diawali dengan kesadaran untuk saling menikmati rasa keber-samaan. “Saya melakukan itu, karena saya belum dapat ber-komitmen. Belum ada yang bisa diharapkan dari saya. Saya belum memiliki sesuatu yang bisa saya berikan kepada pasangan saya, untuk saat ini,” begitu pengakuan Rian.
Sementara Sandi beralasan, “Tidak adanya keberanian untuk mengungkapkan kejujuran hati, itu menjadi alasan mengapa hubu-ngan itu terjadi tanpa status yang jelas”.
Namun di sisi lain Vanda berko-mentar, “Sekian lama kami berte-man dekat, namun tak ada keje-lasan. Dia membuat saya binggung. Ada hal-hal yang sangat pribadi dia masuki, itu benar-benar membuat saya merasa sangat nyaman dengannya. Tapi di sisi lain, tak ada komitmen apa pun. Saya takut kehilangan dia, tapi saya-pun tidak dapat menuntut lebih”.
Rian, Sandy, dan Vanda memberi gambaran tentang sesuatu yang terjadi di balik HTS. Ada yang diuntungkan dan ada yang dirugi-kan. HTS adalah hubungan antar pria dan wanita yang sangat intim, lebih dekat dari seorang sahabat, namun tidak ada pengakuan yang jelas. HTS, hanya terdapat unsur gairah atau nafsu di dalamnya, tetapi tidak jelas keintiman dan komitmen atau ikatannya.
Dampak HTS
Tidak adanya kepastian hubu-ngan, bisa membuat sakit hati, bahkan terjadinya perpisahan, ada-lah dampak dari HTS. Rasa nyaman dan cinta selalu beriringan dengan adanya kebersamaan. Saat-saat yang bisa membuat senang, ketika rasa itu diresponi dengan perhatian dan tanggapan yang positif. Keber-samaan terus dibangun dalam kedekatan yang menghadirkan cinta, adanya rasa saling membu-tuhkan, serta saling berbagi. Namun hanya sebatas itu. Ketika ada kesempatan menemukan orang lain, yang bisa mengisi harapan dan ekspektasi diri, maka keber-samaan itu dapat berganti haluan tanpa harus merasa bersalah. Tak heran, hubungan awal berakhir tanpa bekas dan penjelasan apa pun. Semua bisa berakhir karena tidak ada ikatan apa pun. Dalam hal ini seringkali wanita yang menjadi korbannya.
Tak bertanggung jawab
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya HTS. Semua berawal dari kedekatan dan kebersamaan. Rasa nyaman mem-bangun rasa. Namun keberanian berkomitmen sulit dilakukan, sebatas menikmati kesenangan belaka. Sejatinya, sebuah hubu-ngan yang sehat membutuhkan sebuah kepastian dalam komit-men. Karena dengan hubungan seperti itu, pasangan pria bisa pergi meninggalkan teman wanita-nya kapan pun dia suka. Tidak bisa menuntut lebih pada pasangannya untuk melakukan banyak hal. Termasuk juga ketika si dia lebih memilih orang lain sebagai kekasih hati, Anda pun harus menerima keputusan tersebut dengan lapang dada.
Ada tiga unsur penting yang harus dibangun dalam membangun hubungan asmara. Sejatinya adalah keintiman, gairah, dan komitmen. Maka HTS merupakan hubungan yang tidak bertangung jawab, karena kehilangan komitmen di sana. Apa bedanya HTS dengan TTM (teman tapi mesra)? ternyata sama saja: kedekatan dan keintiman tanpa sebuah penga-kuan dan komitmen. Sakit hati dan kekecewaan selalu mengikuti di akhir cerita. Karena salah satu pihak akan melangkah tanpa beban.
Bagi kawula muda, dunia perga-ulan memang penuh dinamika, serta ekspresi muda yang mem-bara. Namun semoga itu mem-bawa gerak kita pada pengaruh yang positif. Tanggung jawab merupakan komitmen yang harus diemban. Maka bangunlah hubu-ngan di atas dasar tanggung jawab, bukan kesenangan dan kepuasan diri.
Selamat membangun dan mem-perbaiki hubungan. Jika sampai saat ini hubunganmu belum jelas, perbaiki dan jelaskan kembali tujuan hubungan itu. Dan bagi yang akan membangun hubungan, arahkanlah itu dalam tanggung jawab mencintai dan memiliki tujuan pasti. Hubungan sejati bukan hanya dapat saling mengun-tungkan, namun sama-sama melakukan yang benar, dengan berdampak positif bagi pasangan dan lingkungan.?Lidya