1 Korintus 13:1-4 (TB) Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Kemarin pagi, berdiskusi dengan kepala satpam di tengah taman besar. Pertanyaan yang cukup membuat saya berpikir "sampai kapan ya pak ini akan begini" dalam logat betawi bekasi yang kental.
Saya menarik nafas sambil membetulkan masker. Saya rasa ini bisa lama pak, minimal 2-3 bulan lagi... Lalu dia menjawab, 'waduh kasihan warga kecil pak'. Saya berusaha menjawab cepat, 'ya , sabar saja pak'.
Ya, tidak banyak ternyata yang bisa kita lakukan di masa WFH dan PSBB yang terjadi sekarang. Dan itu juga yang kita temukan di ayat kita pagi ini. Dan apa yang mendasari sabar kita? Kasih.
Tanpa kasih, tidak ada sabar. Kasih itu sangat diperlukan. Kita punya banyak duit untuk bertahan di masa pandemi tapi tanpa kasih, itu percuma. Karena kita tetap perlu orang lain di sekitar kita. Kasih itu melandasi hubungan kita dengan Allah, pemilik hidup kita, dan hubungan dengan sesama kita.
Sekalipun kita pandai, pintar ngomong, kaya dan raijn berbagi semua harta kita, tapi tanpa kasih, itu semua sia-sia. Sekarang orang sombong tidak berdaya bukan? Status sosmed nya bukan lagi tentang kekayaannya, tapi ketakutannya.
Kasih inilah yang akan menguatkan kita melewati masa pandemi. Kasih ini yang akan menguatkan iman dan imun kita masing-masing, dengan bersabar, kita tidak akan melulu keluar rumah. Dengan bersabar, kita aka makan apa adanya bukan yang terenak dan termahal. Dengan bersabar, kita akan sanggup diam diri bukan tunjukkan kememawah hidup dan tempat-tempat termahal di dunia yang kita kunjungi.
Ya kasih itu sabar. Itu juga yang Tuhan minta dari kita para pengusaha. Bagi yang punya kemampuan dana lebih, mereka bisa menyumbang orang banyak. Bagi yang punya kemampuan dana bertahan cukup, mereka tetap bisa menggaij karyawannya dengan baik. Tapi bagi yang kesulitan keuangan pun, kita bisa mengajak karyawan untuk bersabar dan menerima semua kondisi ini.
Sabar ya, itu yang kerap saya katakan, tidak hanya kepada orang yang saya temui, tapi kita kepada diri saya sendiri.