Translate

Saturday, September 18, 2010

"Small is beautiful"

From: I <i_sumarya@yahoo.com>
Mg Biasa XXV : Am 8:4-7; 1Tim 2:1-8; Luk 16:1-13
"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam
perkara-perkara besar"

"Small is beautiful" = Kecil itu indah, demikian sebuah motto yang
menjadi pedoman atau pegangan cukup banyak orang, khususnya mereka
yang sukses dan terhormat dalam karya, usaha maupun jabatan atau
fungsinya. Para pengusaha besar yang sukses, berjaya dan berhasil
sampai kini hemat kami adalah orang-orang yang mulai dengan
usaha-usaha kecil dan sederhana. Berkat atau karena ketekunan,
kesungguhan, keuletan serta kasihnya terhadap hal-hal atau
perkara-perkara kecil, yang seiring dengan perjalanan waktu perkara
yang diurus atau dikelola semakin besar, mereka tetap tegar dan
bahagia mengurus atau mengelola perkara-perkara besar. Sebagai
pengusaha atau pimpinan usaha yang sukses perhatian mereka terhadap
yang kecil juga menjadi nyata dengan memperhatikan para pegawai atau
pekerja kecil/rendah di perusahaan atau kantor mereka, misalnya para
satpam, petugas kebersihan, pengemudi, pramuria dst.. Pemimpin Negara
yang sukses alias sungguh melayani rakyat, berjuang dan berkorban demi
rakyat dalam jabatan atau fungsinya, para umumnya juga berasal dari
kalangan rakyat kecil, atau ketika masa kecil mereka telah terbiasa
setia para perkara-perkara kecil dalam hidup sehari-hari mereka. Maka
baiklah kami mengajak anda sekalian untuk sungguh berrefleksi serta
menghayati sabda Yesus yang diwartakan pada hari ini.

"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam
perkara-perkara besar Dan barangsiapa tidak benar dalam
perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara
besar" (Luk 16:10)

Apa yang sungguh kita butuhkan dalam kebutuhan hidup sehari-hari kita
maupun kita kerjakan sebenarnya perkara-perkara atau hal-hal kecil dan
sederhana, misalnya makan dan minum, berbicara dalam aneka pertemuan
atau perjumpaan, tidur/istirahat alias meletakkan tubuh kita di tempat
yang telah tersedia apa adanya, berjalan, dst.. ..Aneka macam
peralatan elektronik yang canggih pada saat ini juga kecil.
Perkara-perkara atau hal-hal kecil macam apa saja yang selayaknya
dengan setia kita urus atau kelola? Perkenankan di sini saya
mengajukan beberapa contoh, semoga membantu untuk berrefleksi:
1) Anak kecil/bayi. Merawat atau mengurus anak kecil atau bayi memang
tidak mudah, membutuhkan kasih pengorbanan, dedikasi, kesabaran,
kelemah-lembutan, kerendahan hati dst… Maka tidak mengherankan ketika
kami mendengar info bahwa ada ibu-ibu/keluarga muda dengan mudah
menitipkan anak/bayinya kepada neneknya/baby-sitter-nya, entah karena
demi karier atau karena malas, tak mau repot-repot. Dengan mudah bayi
sampai usia balita perawatannya diserahkan kepada baby-sitter atau
nenek. Memang bayi sampai usia balita masih dengan mudah ikut siapa
saja, asal merasa dikasihi. Para ibu/orangtua yang dengan mudah
meninggalkan bayinya sampai usia balita hemat saya akan menghadapi
tantangan atau kesulitan besar ketika anak-anak mulai tumbuh sebagai
remaja dalam mendidik atau mendampingi anak-anak. Maka dengan ini kami
berharap kepada para ibu/orangtua muda untuk membiasakan setia merawat
anak-anaknya sendiri sampai usia balita. Kesetiaan anda merawat
anak-anak sampai usia balita akan menjadi dasar dan modal untuk
mendampingi mereka atau sesama yang menghadapi masalah dan tantangan
berat dalam kehidupan.
2) Tugas/pekerjaan kecil/sederhana. Tugas atau pekerjaan kecil dan
sederhana pada umumnya dilakukan oleh para pembantu rumah
tangga/perkantoran, sedangkan di dalam keluarga-keluarga pada umumnya
dilakukan oleh para ibu rumah tangga. Tugas atau pekerjaan itu
misalnya: menyapu, mengepel, membuka dan menutup pintu, mengatur
tempat tidur, mencuci pakaian, dst.. Kami berharap tidak hanya para
pembantu atau ibu rumah tangga saja yang melakukan tugas atau
pekerjaan kecil dan sederhana tersebut, melainkan kita semua, tanpa
pandang bulu, hendaknya terbiasa juga melakukan tugas atau pekerjaan
kecil dan sederhana. Anak-anak di dalam keluarga hendaknya sedini
mungkin dilatih dan dibiasakan melakukan tugas atau pekerjaan kecil
dan sederhana tersebut, antara lain dengan teladan konkret dari para
orangtua/bapak-ibu. Jika kita setia dan sukses mengurus atau mengelola
tugas atau pekerjaan kecil dan sederhana, yang kelihatan tersebut,
kiranya kita akan memperoleh kemudahan untuk mengurus dan
memperhatikan yang spiritual, seperti nilai-nilai atau
keutamaan-keutamaan hidup yang menyelamatkan dan membahagiakan.
3) Sesama yang kecil, miskin dan berkekurangan. Memperhatikan
saudara-saudari kita yang kecil, miskin dan berkekurangan sungguh
membutuhkan kasih dan pengorbanan. Secara material mungkin kita akan
membantu mereka, entah dengan harta benda atau uang, namun secara
spiritual sebenarnya kita dapat belajar dari mereka yang kecil, miskin
dan berkekurangan. Pengalaman dari putera-puteri dari beberapa sekolah
katolik di Jakarta, yang mengadakan `live in' di daerah miskin di
wilayah Yogyakarta maupun Jawa Tengah memperlihatkan dan membenarkan
hal tersebut. Dari keluarga kecil, miskin dan berkekurangan maupun
anak-anak/remaja miskin dan berkekurangan mereka dapat belajar
nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan yang tidak mereka temukan di
Jakarta, baik di dalam keluarga mereka maupun masyarakat. Nilai-nilai
atau keutamaan-keutamaan itu misalnya: keuletan, kerja keras,
ketahanan, syukur dan terima kasih, dst.. Sebenarnya di kota besar pun
kita dapat melakukan hal itu, misalnya: silahkan berjalan kaki minimal
dalam radius satu atau dua kilometer dari rumah atau kantor/tempat
tugas anda, dan selama dalam perjalanan lihat apa yang ada di pinggir
jalan dst.., secara khusus mereka yang miskin dan berkekurangan.

"Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara
Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan
diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu
yang ditentukan. Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai
pemberita dan rasul -- yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta --
dan sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan
kebenaran. Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang
laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan
tanpa perselisihan" (1Tim 2:5-8)

Pesan Paulus kepada Timoteus, sebagaimana saya kutipkan di atas ini,
rasanya lebih terarah kepada rekan laki-laki, yang diajak untuk
`berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa
perselisihan'. Maklum pada umumnya kaum laki-laki malas berdoa,
antara lain nampak dalam kegiatan doa bersama di
lingkungan-lingkungan, yang mayoritas dihadiri oleh rekan perempuan.
Berdoa berarti berwawancara atau berkomunikasi dengan Tuhan, dan
karena Tuhan maha segalanya, maka mau tak mau berada di hadirat Tuhan
kita akan bersembah-sujud dengan rendah hati seraya membuka diri
terhadap sapaan dan sentuhanNya. Cukup menarik dan mengesan peringatan
Paulus bahwa selama berdoa hendaknya tidak dalam keadaan marah atau
berselisih. Maka jika anda masih dalam keadaan marah atau berselisih
ketika akan berdoa kami harapkan untuk berdamai lebih dahulu dengan
mereka yang menimbulkan kemarahan atau perselisihan. Pesan ini juga
mengingatkan bahwa buah doa adalah persahabatan dan perdamaian, bukan
kemarahan dan perselisihan. Berdamai dan bersahabat dengan Tuhan
berarti berdamai dan bersahabat dengan sesama atau saudara-saudari
kita dimanapun dan kapanpun. Sekali lagi kami ajak dan ingatkan
rekan-rekan laki-laki: "Marilah kita berdoa dengan menadahkan tangan
yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan" setiap hari dalam
kesibukan dan pelayanan kita. Kita awali dan akhiri kesibukan dan
pelayanan kita dengan berdoa.

"Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia,
mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata,
tetapi tidak dapat melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak dapat
mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium, mempunyai
tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak
dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya.
Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang
yang percaya kepadanya" (Mzm 115:4-8)

Jakarta, 19 September 2010