Translate

Monday, June 25, 2007

Memotivasi Kita (Jemaat) untuk Melayani

Memotivasi Kita (Jemaat) untuk Melayani

fankychristian@gmail.com – May 2007

(untuk Majalah HODOS)

Tulisan ini merupakan ringkasan sekaligus penjabaran dari buku saku “Bagaimana Memotivasi Jemaat Melayani”, karya Pdt. Herman Soekahar, B.Th. Buku kecil ini mudah dipahami dan dimengerti, serta diambil sarinya untuk perkembangan jemaat kita.

Pada waktu memulai pelayanan sebagai penatua, ada beragam pertanyaan yang muncul, tentang bagaimana seharusnya saya melayani. Pertanyaan tiga tahun yang lalu itu, kembali muncul dalam refleksi saya setelah melewati masa tugas 3 tahun pertama. Dan, mungkin, buku saku ini salah satu yang memacu kembali semangat dan sukacita pelayanan saya untuk kembali bersedia dan bersiap memasuki 3 tahun pelayanan berikutnya.

Pelayanan kepada Yesus Kristus, sang kepala Gereja pada saat ini sebenarnya berlandaskan kepada:

- prinsip-prinsip pelayanan yang pernah diajarkan dan dibuat oleh Kristus dan para Rasul-Nya atau para Murid-Nya serta telah diikuti oleh Jemaat mula-mula

- sejarah perkembangan pelayanan di lading Tuhan

- tantangan pelayanan setempat di mana Gereja berdiri

Karena jarak waktu yang demikian lama antara Gereja mula-mula dan Gereja masa kini, serta variabel-variabel sesuai dengan konteks di mana Jemaat Tuhan itu ditempatkan, maka tidak mustahil dapat terjadi bahwa Pelayanan Jemaat Tuhan pada masa kini tidak lagi sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Yesus Kristus pada para rasul-Nya.

Dalam kehidupan-Nya sebagai Guru dan Tuhan, Yesus Kristus mengajarkan hal-hal yang penting sehubungan dengan pelayanan bagi Kerajaan Allah.

  1. Pelayanan yang dilakukan bukanlah paspor masuk kerajaan Sorga.

Diantara para pengikut Kristus sepanjang zaman, akan selalu ada kemungkinan timbulnya salah pengertian mengenai konsepsi pelayanan itu. Seringkali orang beranggapan bahwa pelayanan yang dilakukan merupakan paspor baginya untuk masuk ke dalam kerajaan Sorga. Maka tidak heran banyak murid Tuhan senang mengungkapkan dan menceritakan sejarah pelayanannya dan buah pelayanannya dengan motivasi untuk membanggakan diri bahwa dia telah diberi hak untuk masuk ke dalam kerajaan Sorga. Sebelumnya Yesus telah bernubut tentang salah paham terhadap konsep itu. Nubuat itu tertulis dalam Matius 17:21-23. Orang-orang itu mengatakan kepada Tuhan:

“ – dengan nama-Mu kami telah bernubuat

Bernubuat adalah menyampaikan berita dari Allah, sehingga tidak harus berarti meramalkan hal-hal yang akan datang. Istilah “Nama-Mu selalu kami pakai dalam kegiatan pelayanan kami bagi kerajaan Sorga” selalu dipakai.. Pada waktu itu, dengan tegas, Yesus Kristus berkata “Aku tidak mengenal kamu (Mat 7:23). Jadi jelas, bukan pelayanan yang dilakukan demi Nama Tuhan itu yang akan membuat kita masuk ke dalam kerajaan Sorga, tetapi “melakukan kehendak Bapa” itulah yang akan memberi hak kepada kita untuk memasuki kerajaan Sorga. Pelayanan yang dikerjakan yang tidak seturut dengan kehendak Allah Bapa adalah identik dengan “melakukan kejahatan di hadapan Tuhan kita”, sekalipun kita mengatakan “hal itu kubuat demi Nama Tuhan”.

Inilah yang seharusnya Tuhan inginkan, yaitu pelayanan kita dilakukan sepenuhnya untuk kemuliaan Tuhan, bukan demi kepentingan tertentu, bukan demi kepentingan Badan Pelayanan, bukan karena kepentingan Komisi, bukan karena ingin dipandang – ingin dilihat orang, seharusnyalah semuanya karena “melakukan kehendak Bapa”.

Memahami ini ternyata tidak mudah, karena lebih mudah melihat orang-orang tertentu menonjol dalam pelayanannya karena ingin dilihat orang. Orang tertentu menjadi sangat aktif dan dominan karena ingin menunjukkan dirinya (aktualisasi diri), dan orang tertentu menjadi sangat posesif atas pelayanannya. Tetapi dengan kuasa Tuhan, dan kemurnian hati kita, serta kesungguhan kita melayani, akan semakin membukakan mata kita, apakah pelayanan yang kita lakukan ini adalah pelayanan yang “melakukan kehendak Bapa”.

  1. Diperlukan pergumulan doa untuk mendapatkan pekerja Kristus yang baik (Mat 9:37-38).

Dalam pelayanan-Nya di bumi Palestina itu, Yesus melihat begitu banyak orang yang membutuhkan pertolongan-Nya. Ia melihat ladang Allah begitu luas, perlu pekerja yang begitu banyak. Sebab itu, disamping memanggil 12 rasul, Ia juga memanggil 70 orang murid lain dan sepanjang zaman, Ia selalu memanggil manusia untuk bekerja di ladang-Nya, untuk merawat jiwa-jiwa yang terlantar seperti domba yang tidak tergembalakan. Nah, untuk mendapatkan pekerja di ladang Allah yang memadai dengan tuntutan pelayanan yang ada, Yesus menunjukkan bahwa kita harus “minta kepada Allah yang empunya pekerjaan agar Dia mengirimkan pekerja-pekerja yang tepat untuk ladang-Nya itu”.

Pergumulan kita untuk menantikan pekerja-pekerja yang Tuhan siapkan untuk bekerja di ladang-Nya tidak mudah. Seringkali kita harus menunggu begitu lama untuk mendapatkan seorang Pendeta. Seringkali kita harus berjuang, bergumul dan berharap, untuk mendapatkan Penatua yang sepadan. Dan tidak jarang, sangat sulit mempertahankan re-generasi kepengurusan dalam Badan Pelayanan dan Komisi. Seringkali jawaban yang sama kita terima dari orang-orang yang kita gumuli dan kita minta untuk terlibat dalam pelayanan. Tapi sekali lagi, jangan jera. Karena memang diperlukan keterlibatan Tuhan dalam hal ini, dimana Dia saja yang mengetahui dengan tepat, siapa dan apa yang harus dikerjakan sang pelayan dalam bidang pelayanan yang Tuhan siapkan.

Dan ternyata juga, pergumulan kita membutuhkan perjuangan nyata. Seringkali orang-orang tertentu memiliki potensi dan kerinduan untuk melayani, yang begitu besar, sehingga seolah ingin menonjol diantara orang lain. Tetapi, percayalah, Tuhan sendiri yang akan menentukan. Semula, saya tidak dengan mudah menerima hal ini, yaitu bahwa orang-orang tertentu masuk ke dalam lingkungan pelayanan, padahal kita mengetahui tindak-tanduk dan tingkah laku negatifnya, tetapi ternyata, dari yang tidak sempurna – muncullah yang sempurna. Dari teman pelayanan yang seolah kita lihat tidak mampu, dialah yang malah paling sering menguatkan. Dari orang yang kita lihat paling susah diatur, dialah yang paling bekerjasama. Tuhan membuat semua indah pada waktunya.

  1. Yang melayani membutuhkan kuasa Ilahi (Mat 10:1)

Yesus mengerti benar tantangan pelayanan pada zaman itu yang akan dihadapi oleh murid-muridNya, sebab itu, Ia memberikan kuasa kepada mereka. Kuasa yang diterima oleh para murid tidak hanya kuasa dari Allah dalam bentuk Roh Kudus, tetapi juga kekuatan, kemampuan, energi, kuasa serta otoritas untuk melakukan pelayanan tersebut.

Saya ingat sekali, betapa saya merasa sangat tidak mampu menerima pelayanan sebagai ketua Panitia Natal Umum, tetapi saya tahu dengan pasti, Tuhan tidak pernah tinggal diam. Dia akan memberikan kekuatan, baik dalam bentuk Roh Kudus yang membuat pikiran dan jiwa kita bertindak dalam kehendakNya, dan juga kekuatan fisik, kesehatan jasmani, energi, dinamis tubuh kita dan berbagai kemampuan komunikasi serta koordinasi untuk memenuhi pelayanan yang dipercayakan kepada kita.

  1. Pelayanan tidak boleh diperjualbelikan (Mat 10:8)

Dalam pelayanan yang dikerjakan oleh murid-murid Tuhan, ada banyak orang yang disembuhkan dari kerasukan setan, sakit penyakit mereka, dan banyak orang yang dihiburkan dalam penderitaan mereka oleh sebab kuasa Roh Kudus yang menyertai mereka. Singkatnya, ada banyak orang yang mengalami keadaan yang baik melalui pelayanan mereka. Hal itu tentu akan menggoda murid-murid untuk memperjualbelikan pelayanan dan karunia Allah itu. Hanya mau memberikan pelayanan asal ada imbalannya. Kalau demikian, motivasinya bukan lagi mengerjakan pekerjaan Kristus tetapi mendapatkan imbalan. Terhadap hal ini Yesus memperingatkan mereka yang melayani dengan ucapan ”Kamu telah memperoleh dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah dengan cuma-cuma pula”.

  1. Dalam pelayanan, diperlukan keseimbangan antara sifat cerdik dan tulus (Mat 10:16)


Yesus Kristus menasihatkan para murid-Nya yang diutus itu agar cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Mengapa harus demikian? Sebab mereka diutus ke dalam suatu lingkungan bagaikan domba di tengah-tengah serigala. Bahaya sewaktu-waktu dapat muncul dan memusnahkan mereka.

“Cerdik seperti ular” artinya cepat tanggap terhadap bahaya yang akan muncul dan cekatan untuk menghindarkan diri dari bahaya. “Tulus seperti merpati” artinya memiliki karakter yang polos.

Dalam pengalaman pelayanan kita menemukan bahwa bukan semua jemaat hidup dalam ketulusan seperti merpati. Kadang-kadang ada yang memasang jerat dan jebakan-jebakan dalam pelayanan. Kalau seorang hamba Tuhan hanya memiliki ketulusan hati saja berarti dia telah menjadi umpan yang empuk. Kita harus meminta hikmat dari Tuhan agar dapat menjadi orang yang cerdik tetapi memiliki karakter yang polos.

Para pelayan seolah masuk ke dalam lingkungan birokrasi rumit apabila berhubungan dengan Majelis Jemaat. Padahal di lingkungan Majelis Jemaat, memikirkan bagaimana sebanyak mungkin orang dapat terlibat dalam pelayanan. Jadi seharusnya saling melengkapi. Tentu saja, hal ini dapat diatasi dengan komunikasi dan koordinasi. Dan sekali lagi, cepat tanggap dan ketulusan sangat berperan dalam komunikasi yang terjadi.

  1. Pelayanan menuntut kerelaan berkorban bagi Tuhan dan orang yang dilayani (Markus 10:43-45)

Yesus Kristus telah meninggalkan teladan pelayanan. Ia datang untuk berkorban memberikan nyawa-Nya bagi keselamatan manusia. Mereka yang melayani dituntut kerelaan untuk berkorban: uangnya, waktunya, tenaganya, bahkan kalau perlu korban nyawanya.

Rasul-rasul Kristus telah pergi mewartakan Injil dan mereka telah menyerahkan nyawanya bagi Injil itu sebagai korban di atas mezbah.

Saya melihat dengan jelas, banyak orang yang meluangkan waktunya, mulai dari hal terkecil, mengantar orang melayani, hingga menyumbangkan uang dalam jumlah besar untuk mendukung pelayanan. Dari waktu, tenaga dan harta, inilah yang Tuhan minta. Tetapi kita harus bersiap juga, apabila nyawa pun harus diberikan.

  1. Tidaklah patut untuk membanggakan diri karena telah melayani (Lukas 10:17-20; 17:7-10)

Ada bahaya besar yang akan mengancam mereka yang telah sukses dalam pelayanan, yaitu merebut kemuliaan Allah bagi dirinya sendiri. Hal itu tercermin jelas dalam dua perikop di atas. Keberhasilan kita dalam pelayanan bukanlah karena kehebatan kita, tetapi karena kita diberi wewenang untuk melakukan tu, sebab kita telah menerima Roh Kudus dan kekuatan dari Allah. Setiap mereka yang melayani Tuhan haruslah menyadari hal ini baik-baik.

Ini mungkin yang paling susah kita hindari. Apabila kita terlibat dalam pelayanan tertentu, maka otomatis, kita bangga terlibat di dalamnya. Terlibat dalam proyek-proyek besar gereja bukan membuat kita semakin besar, tetapi harusnya membuat kita semakin kecil di hadapan Tuhan.

  1. Yang melayani harus bersedia mengikut Yesus di mana pun Yesus berada (Yohanes 12:26)

Kita tidak dapat mengharapkan hanya dalam kemuliaan bersama Yesus Kristus, Tuhan kita, tetapi juga harus bersedia ikut menderita bersama Dia. Rela dicemooh, dihina, difitnah, ditolak karena kebenaran Injil.

Melayani Tuhan bukanlah hal yang mudah, tetapi Tuhan senantiasa memberikan kita kekuatan untuk menjalaninya. Oleh karena itu, apabila Saudara diminta untuk melayani Tuhan dalam bidang pelayanan tertentu, bergumullah, meminta jawaban Tuhan, diam dan menunggu dengan sabar. Apabila hati kita berkata, “saya siap ya Tuhan”, maka Tuhan akan memberikan kita kekuatan dalam bentuk Roh Kudus, dan kekuatan jasmani, pikiran untuk menjalaninya.

Saya jadi ingat perihal suksesi seputar penggantian kabinet SBY yang baru saja berlalu. Setelah mengevaluasi para pembantunya 6 bulan yang lalu, SBY memutuskan untuk mengangkat pembantu dan memutasi pembantunya. Sedangkan, masyarakat telah menunggu begitu lama, menantikan gerakan istimewa SBY ini. Bayangkan, ladang (masyarakat) di luar sana begitu banyak yang harus dikerjakan, tetapi yang mengerjakan sedikit (pembantu). Tidak semua orang dipilih, semua hal ditimbang seksama, bahkan mungkin memerlukan waktu. Tetapi pemilihan pembantu SBY mencapai titik, dimana semua pihak berpikir memang sangat diperlukan adanya pembantu-pembantu ini. Tuhan mempersiapkan semua pada waktunya.

Bayangkanlah, Saudara ditelpon malam ini untuk membantu SBY dalam hal tertentu. Tentu pertanyaan berikutnya adalah “apakah saya mampu?”. Kerendahan diri kita dalam menanggapi kepercayaan yang diberikan kepada kita oleh orang lain (ataupun Tuhan) memang sangat penting. Tetapi juga sangat penting untuk percaya diri dan percaya bahwa Tuhan akan membantu. Maka, apabila suatu ketika, Saudara diminta oleh rekan seiman, pendeta, penatua dan Majelis Jemaat – untuk melayani dalam bidang pelayanan tertentu. Percayalah, Tuhan bekerja di dalamnya.

Pertanyaan selanjutnya adalah “bagaimana saya bekerjanya?”. Tuhan mempercayakan suatu bidang pelayanan kepada Saudara, karena Dia meyakini, bahwa Saudara memiliki POTENSI. Selain hal ini, karena Saudara memiliki PENGETAHUAN / Knowledge. Juga adakalanya, karena Saudara memiliki KEMAMPUAN / Skill. Dan jangan lupa, mungkin juga karena Saudara memiliki SIKAP / Attitude. Nah, apabila ternyata Saudara hanya memiliki satu atau dua dari hal-hal diatas, maka Saudara sebaiknya mencari cara untuk meningkatkan dan mendapatkan hal lainnya.

Seringkali dalam awal masa pelayanan kita, seolah kita ingin menonjol. Kita ingin diperhitungkan keberadaan diri kita. Inilah yang seringkali membuat kita terjatuh. Oleh karena itu, senantiasa kita berdoa meminta pertolongan Tuhan dalam setiap pelayanan yang kita lakukan. Kerajinan kita dalam melayani Tuhan akan membuat kita semakin bersemangat dalam pelayanan kita (Roma 12:11).

Tuhan mungkin akan mengevaluasi pelayanan kita, dan Dia akan menentukan apakah kita berguna untuk ladangnya, maka bersiaplah selalu apabila kita dievaluasi. Kritik dan saran dalam pelayanan kita, meskipun datangnya dari orang lain, semuanya digunakan untuk membangun kita semakin baik. Dan semua ini kita gunakan untuk mengoreksi diri kita di hadapan Tuhan (1 Kor 9:27).

Maka bersiaplah, apabila Tuhan meminta kita melayani-Nya. Semoga tulisan ini menjadi berkat untuk kita semua. Tuhan memberkati.