Translate

Thursday, April 03, 2025

Mengukur Dampak Tarif Baru, Picu Kemandirian TI Indonesia

   


Pada April 2025, kebijakan tarif resiprokal AS di bawah Presiden Donald Trump mulai berlaku (diumumkan 2 April 2025). Indonesia dikenakan tarif 32% untuk ekspornya ke AS, yang merupakan salah satu pasar utama dengan nilai ekspor tahunan sekitar US$23–30 miliar (berdasarkan estimasi 2023–2024).


Dampaknya meliputi:

  • Penurunan Daya Saing Ekspor: Produk unggulan seperti tekstil, garmen, minyak sawit, dan kayu akan menghadapi kenaikan biaya di pasar AS. Negara ASEAN lain seperti Filipina (tarif 17%) atau Singapura (10%) bisa mengalihkan pesanan dan investasi dari Indonesia.
  • Kehilangan Lapangan Kerja: Sektor padat karya seperti tekstil dan garmen berisiko mengalami PHK karena berkurangnya permintaan dari AS.
  • Depresiasi Rupiah: Penurunan ekspor dapat memperlemah neraca perdagangan, menekan nilai tukar rupiah, dan memicu inflasi domestik.
  • Tekanan Ekonomi: Potensi kerugian miliaran dolar dari ekspor dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, yang diproyeksikan sekitar 5–5,1% pada 2025 oleh ADB dan Bank Dunia.
  • Respons Pemerintah: Indonesia mungkin mendorong perjanjian perdagangan bebas dengan AS atau diversifikasi pasar ke negara lain untuk mitigasi.

Dampak bagi Dunia IT

Mari Kita fokus ke dampaknya ke industri teknologi informasi Indonesia, yang memang selama ini banyak bergantung dengan produk Dari luar negeri.

Pertama, kurs dollar meningkat, harga produk IT Dari luar negeri semakin mahal.

Tentu saja ini pasti terjadi. Sekarang saja nilai tukar mata uang USD sudah mencapai 16.800. Dan kemungkinan besar, bisa mencapai 20.000 seperti kata banyak prediksi ekonom Indonesia.

Kedua, daya beli konsumen menurun, mencoba mencari produk lebih terjangkau. Karena produk Dari luar negeri kebanyakan menggunakan mata uang USD, maka harga akan meningkat tajam. Tentu kebutuhan konsumen akan selalu ada, karena market Indonesia yang demikian besar. Tapi konsumen akan cenderung mencari produk alternatif. Inilah kesempatan Kita untuk maju Dan mandiri

Ketiga, menggunakan mata uang non USD. Bila produk dibeli dengan USD semakin mahal, maka sebaiknya Kita menggunakan mata uang lain, selain USD. Bila membeli produk Dari USA mahal, maka kita mencari sumber yang lain, dengan mata uang lain.

Mencari sumber IT lain vs membangun Kemandirian

Inilah momentum yang bisa kita manfaatkan. Pilihannya, mungkin mencari sumber produk IT lain, yang mungkin juga selama ini juga sudah dilakukan, misal Dari China, India Dan Russia, bahkan ada juga Dari Malaysia.

Yang kedua , membangun Kemandirian. Saatnya Kita bangkit, Dan punya produk sendiri, tidak mengandalkan dari luar negeri.

Ini yang penuh tantangan sedari dulu. Tapi inilah kesempatan kita.

Anda siap mendukung ?

Kami di APTIKNAS siapa melakukan ini bersama-sama. Kami memulainya dengan membuat Roadmap "Dokumen Kebijakan Nasional: Roadmap Kemandirian Teknologi Informasi terhadap Produk AS (2025-2030)"

Bisa diakses di: https://docs.google.com/document/d/1-i12VTcVwXyNcWbkUwPV6KwqxUNTOoAfJ9ManLTN9s0/edit?usp=drivesdk

Anda tertarik mendukung, kontak kami di dppaptiknas@gmail.com