Mengikut Yesus keputusanku,
Mengikut Yesus keputusanku,
Mengikut Yesus keputusanku.
'Ku tak ingkar, 'Ku tak ingkar.
Walau sendiri 'kuikut Yesus,
Walau sendiri 'kuikut Yesus,
Walau sendiri 'kuikut Yesus.
'Ku tak ingkar, 'Ku tak ingkar.
Dunia di b'lakang salib di depan,
Dunia di b'lakang salib di depan,
Dunia di b'lakang salib di depan.
'Ku tak ingkar, 'Ku tak ingkar.
Mengikut Yesus keputusanku,
Mengikut Yesus keputusanku.
'Ku tak ingkar, 'Ku tak ingkar.
Walau sendiri 'kuikut Yesus,
Walau sendiri 'kuikut Yesus,
Walau sendiri 'kuikut Yesus.
'Ku tak ingkar, 'Ku tak ingkar.
Dunia di b'lakang salib di depan,
Dunia di b'lakang salib di depan,
Dunia di b'lakang salib di depan.
'Ku tak ingkar, 'Ku tak ingkar.
Khotbah hari ini dari Ev. Lantina menggugah perasaan saya kembali terbawa ke tahun-tahun awal saya mengambil keputusan menjadi penatua.
Disamping rasa bangga, ada rasa kuatir di awal menjadi penatua. Karena saat yang sama, perusahaan baru dibangun sedang berusaha mendapatkan pekerjaan, dan mengakibatkan saya harus sering keluar kota ke jawa timur. Tugas pelayanan sempat terbengkalai. Dan pernah berpikir, apakah mungkin belum saatnya melayani.
Waktu berjalan, memiliki tanggung jawab atas keluarga, sehingga semua harus tetap berjalan, tapi usaha malah makin sulit, dan kesulitan keuangan mulai membelit kami kala itu. Hingga akhirnya, tahun 2005, saya memutuskan untuk keluar dari perusahaan.
Tiga bulan tidak ada pendapatan, menggantungkan dari gesekan kartu kredit untuk hidup, tidak ada aset, dan tidak ada yang menerima saya untuk bekerja.
Hingga saya bertanya kepada Tuhan. Mengapa? Mengapa saat saya mengambil jalan pelayanan, bahkan menjadi penatua, justru kehidupan makin sulit, dan bangkrut.
Ternyata, jawabannya ada di Matius 8, ayat 57-58. Dengan ayat ini mengingatkan kita bahwa mengikut Yesus, menjadi pelayanNya, jangan mengharapkan berkat. Seringkali kita mengharapkan berkat terus, termasuk waktu mengikut Tuhan, kita berharap kita diberkati luar biasa. Sehingga tujuan kita mengikut Tuhan menjadi berbeda.
Akhirnya Tuhan menjawab doa saya waktu itu. Dia memberikan saya keberanian untuk memulai usaha sendiri, dengan bermodalkan pinjaman 10juta dari tante saya. Saya buat CV, dan beli mesin fax. Sisanya saya menyewa virtual office, dan kemudian membuat kartu nama. Saya mulai berani menghubungi kawan satu persatu, meminta pekerjaan.
Satu persatu pekerjaan mulai berdatangan, dan satu persatu juga tim karyawan bergabung membantu. Setidaknya sudah mulai ada pendapatan.
Ini mengingatkan saya, fokuslah kepada Sang Pemberi Berkat, bukan berkatNya.
Lalu masalah lain muncul. Istri mengandung anak kedua. Tapi janinnya tidak berkembang. 3 bulan kami menunggu, karena tidak ada uang cukup, kami ke rumah sakit murah. Tidak sanggup ke Carolus lagi, kami mencari rumah sakit lain. Keluar masuk rumah sakit, akhirnya keguguran.
Di saat saya harus bertugas melayani menjadi liturgos, istri sedang mengerang kesakitan keguguran. Tapi prioritas pelayanan harus dilakukan. Setelah itu kami ke rumah sakit, dan hasilnya memang keguguran. Puji Tuhan kandungannya bersih. Sesuai dengan Matius 8:59-60, prioritas dalam melayani, menjadi pelayan, mengikut Tuhan menjadi hal yang sangat penting.
Kesaksian Ev.Lantina yang menceritakan penatua prokantor yang harus melayani KKR di hari yang sama, ibunya terkasih meninggal. Pilihan yang berat, tapi selalu kita akan dihadapkan dengan prioritas dalam hidup kita. Dan menempatkan Kristus diatas hal lain menjadi hal utama yang selalu dihadapkan di hidup kita.
Terakhir, Matius 8:61-62, mengingatkan mengikut Yesus membuat kita harus menetapkan hati. Tidak boleh mendua. Kita tidak bisa mendua hati, kaki kita juga tidak bisa ada di dua titik berbeda, dunia vs Tuhan. Pilihan yang kita ambil dalam mengikut Tuhan seringkali membuat kita tidak memiliki kawan banyak. Seringkali pilihan ini membuat kita tersingkir dari pergaulan dunia.
Tidak sedikit saya merasa saya dikucilkan, karena saya memilih tidak merokok, tidak minum alkohol, dan tidak melakukan entertain malam. Konsumen kabur karena saya bilang tidak bisa mengeluarkan uang korupsi dan markup. Semua ini wajar, dan semakin wajar hingga saat ini telah puluhan tahun menjalani usaha.
Ada titik-titik dimana dalam hidup kita sangat sulit harus menunjukkan diri kita siapa, sebagai pengikut Kristus. Ada saatnya mungkin kita jatuh dalam dosa, tapi bangkitlah lagi. Ingat senantiasa, pilihan berat yang telah kita ambil dalam mengikut Yesus.
Kelelahan rohani mungkin juga kita alami. Kesibukan pelayanan pernah mendera saya juga. Hingga akhirnya mengambil waktu 'break'. Tapi saya tetap tidak bisa tenang. Sudah biasa sibuk sejak SMP jadi tukang soundsystem gereja, tiap hari ke gereja, gereja sudah jadi rumah kedua.
Sekarang saya paham, kenapa justru orang yang super sibuk lah yang dipakai Tuhan secara luar biasa juga. Karena Tuhan memang mempersiapkan orang-orang seperti itu.
Selamat mengikuti Tuhan, temukan Dia dalam hidupmu, jadikan dia sumber keteguhan hatimu, prioritas hidupmu, jangan menoleh ke belakang sekalipun. Tuhan menolong kita.