Sudah 2 tahun kita hidup di masa pandemi, apa yang anda rasakan?
Apakah pandemi ini juga adalah upaya Tuhan untuk memurnikan hati kita?
Sedikit banyak saya rasakan benar demikian.
Hati anak-anak manusia itu tunduk bukan hanya pada pandangan Allah, melainkan juga pada penghakiman-Nya: sama seperti kui (kuali kecil – pen.) adalah untuk melebur perak, baik untuk menguji maupun memperindah perak itu, demikian pula TUHAN menguji hati. Ia menyelidiki apakah hati manusia benar atau tidak, dan hati yang benar akan diperhalus dan dimurnikan-Nya (Yer. 17:10).
Allah menguji hati melalui penderitaan (Mzm. 66:10-11), dan sering kali memilih umat-Nya dalam dapur perapian itu (Yes. 48:10), dan menjatuhkan pilihan atas mereka.
Saya tahu karena di masa pandemi, tidak hanya iman kita diuji karena apakah kita dapat bergantung penuh sepenuhnya kepada Tuhan atas kesehatan kita.
Kita juga merasakan tekanan atas permasalahan ekonomi yang turun naik, ada saatnya stabil, ada saatnya labil. Semua ini mengukuhkan iman kita untuk berserah juga kepada Tuhan.
Selain kesehatan, ekonomi, pandemi juga membentuk hidup kita untuk bergantung penuh kepada Allah, dan melihat orang lain di sekitar kita. Tidak sedikit korban yang jatuh, mereka yang sakit dan akhirnya meninggalkan kita, dan ekonomi yang lebih sulit yang harus kita bantu.
Manusia yang sombong mendadak hilang di masa pandemi. Mereka yang hidup glamor dan memamerkannya mendadak sembunyi dalam rumah mewah mereka, tidak mau keluar dan dikunjungi.
Benarkah Allah telah menguji kita selama pandemi ini, anda sendiri yang merasakan dan tahu jawabannya.