Translate

Tuesday, April 09, 2019

PARENTING BY EXAMPLES

PARENTING BY EXAMPLES 
(Memberikan teladan yang baik bagi anak-anak kita)

Namanya Dian, seorang ibu rumah tangga dengan tiga anak yang pintar, dan seorang suami yang sukses dalam kariernya. Hari itu kami makan malam di sebuah cafe Perancis di Mega Kuningan.

Saya sangat kagum pada self confidence Dian. Malam itu dia tampil dengan gaun sederhana dan wajah polos tanpa make up sedikitpun. Rambutnya tergerai panjang melengkapi kecantikan alaminya.

Saya bertanya,"Dian, kayaknya happy banget ya? Suaminya sukses di karier, dan tiga anak yang pintar di sekolahnya. How did you do that?"
Dian terkejut,"Kok tanya sama gua? Tanya sama suami dan anak-anak gua dong. You should ask them how did they do that"

Saya menyela,"Tentu saja karena saya tahu di belakang suami yang sukses ada istri yang sangat cerdas!"
Dian menyambung,"Sebenarnya sederhana saja kok. Saya sangat mengerti  bahwa pada sebuah pertuniukan yang sukses ada aktor-aktor yang bermain di depan panggung. Tetapi ada juga tim yang luar biasa yang bermain di belakang panggung. Problemnya terjadi pada saat semua berebut posisi di depan panggung. 
Saya memilih untuk memerankan peran saya di belakang panggung,
mendukung karier suami saya dan mendorong anak-anak saya agar berprestasi! It was a choice.
Dan Saya sangat bahagia dan bangga melihat mereka dengan achievement mereka!"

Wah keren banget!
Saya pun bertanya lagi,"Terus untuk mendidik anak-anak dimana Dian punya tiga anak yang berprestasi, bahkan yang pertama mendapatkan beasiswa ke Amerika, pasti peran Dian sangat penting, mengingat suami sangat sibuk dengan kariernya kan?"
Salad yang kami pesan sudah datang, pembicaraan kami terhenti sebentar.
Setelah minum Aqua (ssssst pesan sponsor nih:-), 
Dian menyambung,"Ya tetap harus dua duanya. Tetapi ya kalau memang yang satu lebih sibuk ya berarti strategy (dalam mendidik anak) harus kuat dan kemudian saya harus lebih disiplin dalam memonitor implementasi sehari/hari nya kan."

Diskusi semakin menarik, Dian bahkan sudah menggunakan kata-kata strategy dan implementasi dalam mendidik anak-anak mereka.
Sepertinya mereka menerapkan strategy bisnis dalam mendidik anak-anak mereka.
Terus sebenarnya strategy mereka apa sih?

Dian meringkasnya dalam beberapa point ini:
Develop based on strength (mengembangkan anak berdasarkan bakat mereka)
Balancing character and competence (mendidik dua aspek sama pentingnya: pengengembangan karakter dan prestasi akademis)
Encourage the children to work hard (talent/bakat itu gak penting, yang lebih penting adalah usaha dan kerja keras kita untuk mencapai sesuatu)

Salad kami sudah habis, dan sekarang kami sedang menikmati
miso soup kami.
Saya meneruskan,"Terus bagaimana memastikan bahwa strategy (mendidik anak) itu berhasil dijalankan ?"

Dian menambahkan,"Pada saat anak-anak memasuki usia remaja, they stop listening to the parents. Jadi gak ada gunanya menggurui, memberi tahu, menasihati atau memberikan petuah yang panjang-panjang. It just does not work anymore?"

"Really? Then what should we do then?"
"GIVING EXAMPLES ! Memberikan contoh. Berarti orang tua harus mengerjakan sesuatu apa yang dia akan suruh ke anaknya"
Kalau mau anak kita mencuci piring ya kita harus mencuci piring di depan mereka.
Kalau mau anak kita solat lima waktu, ya kita harus solat di depan mereka.
Kalau kita ingin anak-anak kita belajar, ya kita harus baca buku dan belajar di depan mereka!

It is called PARENTING BY EXAMPLE, menjadi orang tua yang baik dengan memberikan contoh yang baik ke anak-anak kita.
Jangan terlalu banyak memberikan petuah atau nasihat atau khotbah. Anda cukup memberikan mereka contoh yang baik. Anda hanya harus mengerjakan seusatu terlebih dahulu sebelum anda menyuruh mereka mengerjakan hal yang sama. 

"Belajar? Jadi suami Dian dan Dian juga masih belajar?"
"Ya iyalah! Suami saya di rumah masih belajar dari buku, YouTube dan audio learning setiap hari. Dan saya kuliah lagi (usia Dian yang hampir 50 tahun) , jadi setiap hari saya belajar,
mengerjakan PR dan mempersiapkan test!"
Wow! Semangatnya hebat banget!
"Mengapa Dian harus kuliah lagi?"
Dian menjawab,"Pertama,
untuk mempersiapkan diri menghadapi masa depan yang terus berubah.
Kedua, mempersiapkan kegiatan utk saya sendiri  3 tahun kedepan setelah anak anak pergi kuliah nanti. Ketiga, untuk memberi contoh dan memberi semangat agar mereka juga mau belajar karena melihat contohnya!"

Saya kagum banget pada semangatnya dan pada filosofinya. Kedengaran sangat mudah, dan mungkin sulit diterapkan, tetapi karena Dian menikmati proses  belajar itu makanya bisa dijalankan dengan konsisten.

Sebelum makan malam kami berakhir, saya menanyakan apa yang dilakukan sehari-hari Dian dan suaminya dengan anak-anaknya sehari-hari.
Sambil tersenyum, Dian menambahkan beberapa hal ini:

a) Spend time with them, listen and understand them, help them

Jangan percaya dengan spending quality time.
Pada akhirnya kita harus spend both quantity time dan quality time.
Lalui waktu bersama anak-anak anda, agar anda bisa mengenal mereka, mengerti mereka dan membantu mereka.

b) Help them to build their dream
Tugas anda  bukan mendiktekan apa yang harus mereka lakukan di masa depan.Tetapi anda berdiskusi dan membuk wawasan mereka agar anak-anak anda dapat mempunyai cita-cita mereka sendiri.

c) Teach them that if they want to achieve more than others, they will have to work harder, much harder

Begitu banyak yang mengagung-agungkan IQ atau bakat. Bahkan banyak yang menyuruh anaknya melakukan tes bakat.
Padahal sehebat apapun bakatnya , tanpa usaha dan kerja keras juga hak mungkin cita-cita anak bisa dicapai.
Jadi anak-anak kita harus bekerja keras dan cerdas (work hard and smart at the same time).

d) BUILD THE TRUST IN THE FAMILY, TRUST YOUR CHILDREN, TRUST EACH-OTHER

Banyak orang tua yang menghabiskan waktunya mengontrol dan menelpon anak anaknya setiap kali dan menanyakan mereka lagi ngapain.
Percayalah, kalau anak anda ingin melakukan sesuatu yang tidak baik, mereka akan menemukan cara untuk menyembunyikannya dari anda (they are smart, dont underestimate them).
Yang harus dilakukan adalah mendidik nilai-nilai agar mereka tahu mana yang benar dan mana yang salah, dan kemudian lepaskanlah mereka ke alam bebas dan percayalah pada mereka,

Terima kasih Dian, yang sudah memberikan ide tulisan  berdasarkan kisah nyata ini.

Salam Hangat


Pambudi Sunarsihanto

Fanky Christian
IT Infrastructure Specialist
Smartcityindo.com
StartSmeUp.Id

Chairman DPD DKI APTIKNAS
Vice Chairman ASISINDO
Secretary ACCI