Yang dikenang manusia tidak selalu yang paling hebat. Yang dicatat sejarah, tidak selalu yang paling berjasa. Manusia mengenang yang cocok dengan keinginan hatinya. Sejarah mencatat yang berpadanan dengan sudut pandang penulisnya atau penguasa yang memesan penulisan sejarah. Maka jangan berkarya demi dikenang. Jangan berjuang demi dicatat sejarah. Berkaryalah karena engkau memang punya potensi untuk diekspresikan. Berjuanglah karena nuranimu menuntun ke sana. Seperti catatan sang Pengkhotbah: "…ada sebuah kota yang kecil, penduduknya tidak seberapa; seorang raja yang agung menyerang, mengepungnya dan mendirikan tembok-tembok pengepungan yang besar terhadapnya; di situ terdapat seorang miskin yang berhikmat, dengan hikmatnya ia menyelamatkan kota itu, tetapi tak ada orang yang mengingat orang yang miskin itu. Kataku: "Hikmat lebih baik dari pada keperkasaan, tetapi hikmat orang miskin dihina dan perkataannya tidak didengar orang."" (Pkh. 9:14-16).
salam dari Lembang Asri,
Arliyanus
Saya hanya seorang yang berpikiran sederhana, mencoba memahami dunia penuh kerumitan, mensyukuri setiap langkah yang diberkati, mendoakan harapan dan berharap hidup saya membuat banyak orang merasa sungguh hidup..