Yesus biasanya digambarkan sebagai gembala yang menggendong domba
atau Sosok yang membuka tangan pada orang dari seluruh dunia seperti
yang kerap terlihat dalam poster religius. Gambaran itu menunjukkan
Yesus yang lembut hati. Gambaran itu tentu tidak salah. Namun, Yesus
juga pernah marah! Itulah peristiwa yang terjadi di Bait Tuhan
menjelang hari raya Paskah Yahudi. Apa pasal?
Yesus mengobrak-abrik para pedagang hewan dan penukar uang di Bait
Tuhan. Para pedagang ini pintar mengambil untung dari situasi ibadah
umat. Umat Israel memerlukan hewan korban yang lolos dari sensor
cacat dan hanya boleh mempersembahkan uang halal, yakni yang tidak
bergambar penguasa Romawi. Nah, para pedagang ini memfasilitasi
kepentingan umat dengan menyediakan hewan-hewan yang mulus dan uang
yang halal.
Namun, Yesus melihat hal lain. Para pedagang itu rupanya
berkongkalikong dengan para imam dalam menentukan hewan yang lolos
sensor. Sulit bagi umat untuk meloloskan hewan dari pemeriksaan para
imam kalau mereka membawa hewan kepunyaan sendiri. Baru kalau mereka
membeli dari pedagang di Bait Suci, hewan mereka akan diloloskan oleh
para imam. Hal inilah yang membuat Yesus marah.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah terbebas dari motivasi
terselubung semacam ini? Sudahkah pelayanan kita pada Tuhan dan
sesama bersih dari kepentingan pribadi yang dipoles dengan kosmetika
rohani? Siapakah sesungguhnya yang kita kasihi dan kita layani? Tuhan
dan sesama, ataukah kepentingan perut sendiri? --DKL
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!