Translate

Friday, April 04, 2025

KEPUTUSAN PRESIDEN TRUMP ADALAH OPENING STATEMENT, PINTU NEGOSIASI MASIH TERBUKA

Press Release
KEPUTUSAN PRESIDEN TRUMP ADALAH OPENING 
STATEMENT, PINTU NEGOSIASI MASIH TERBUKA



JAKARTA, 03 April 20205

Merespons kebijakan Presiden AS Donald Trump yang diumumkan 02 April 2025, juga pernyataan pers pemerintah, 03 April 2025, Kadin Indonesia menyampaikan sejumlah hal berikut.

1. AS adalah mitra bisnis strategis Indonesia. Hal itu tercermin dalam neraca perdagangan kedua negara dan investasi. Hubungan Indonesia dan AS adalah hubungan saling membutuhkan. Saya yakin, kita bisa melakukan negosiasi dengan AS, antara lain karena posisi geopolitik dan geokonomi Indonesia. Saya melihat pernyataan Presiden Trump merupakan opening statement. Artinya pintu negosiasi masih terbuka. Posisi Indonesia sangat strategis di Kawasan Pasifik. Selain bagian dari kekuatan ekonomi ASEAN, Indonesia adalah anggota APEC. Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia juga tentu menjadi pertimbangan Trump. 
2. Kadin mendukung keputusan pemerintah Indonesia untuk mempersiapkan berbagai langkah strategis menghadapi penerapan tarif resiprokal AS dan melakukan negosiasi dengan Pemerintah AS. Komunikasi yang intens dengan Pemerintah AS di berbagai tingkatan, termasuk mengirimkan delegasi tingkat tinggi ke Washington DC untuk melakukan negosiasi langsung dengan Pemerintah AS adalah langkah yang tepat. 
3. Kadin menilai penting kerjasama Indonesia dengan negara anggota ASEAN untuk memperjuangkan kepentingan yang sama. Kadin mengapresiasi langkah pemerintah yang telah berkomunikasi dengan Malaysia selaku pemegang Keketuaan ASEAN untuk mengambil langkah bersama. Sepuluh negara anggota ASEAN terdampak pengenaan tarif AS.
4. Untuk memperkuat komunikasi kedua negara, perlu ada figur yang bisa berperan sebagai duta besar Indonesia di AS mengingat proses pemilihan dubes Indonesia memakan waktu lama. 
5. Kadin Indonesia akan menggunakan jalur hubungan dengan Kamar Dagang Amerika Serikat (US Chamber of Commerce) yang sudah terjalin baik selama ini. Awal Mei, Kadin Indonesia akan ke AS. Pada 26 November 2024, Kadin berpartisipasi dalam 12th US-Indonesia Investment Summit yang diselenggarakan oleh American Chamber of Commerce in Indonesia (AmCham Indonesia) dan US Chamber of Commerce. Bertema "Golden Indonesia: Charting the Path to 2045", pertemuan yang diadakan di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta itu mendiskusikan strategi untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045 dengan fokus pada peningkatan daya saing global, kesejahteraan nasional, dan pertumbuhan berkelanjutan. Meskipun tidak ada informasi spesifik mengenai pertemuan bilateral langsung antara Kasdin Indonesia dan US Chamber of Commerce pada November 2024 dan partisipasi KADIN dalam US-Indonesia Investment Summit menunjukkan adanya kolaborasi dan komunikasi antara kedua organisasi untuk meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi antara kedua negara.
6. Jika AS menindaklanjuti rencana tarif impor 32% untuk produk Indonesia dampak signifikan akan menimpa neraca pembayaran, khususnya neraca perdagangan dan arus investasi. AS merupakan pemasok valuta asing terbesar, yang menyumbang surplus perdagangan sebesar US$ 16,8 miliar pada tahun 2024. Mitra dagang bilateral terbesar Indonesia pada tahun 2024 adalah AS yang memberikan surplus US$ 16,8 miliar kepada Indonesia. Hampir semua ekspor komoditas utama Indonesia ke AS meningkat pada tahun 2024. Sebagian besar barang Indonesia yang diekspor ke AS adalah produk manufaktur, yaitu peralatan listrik, alas kaki, pakaian, bukan komoditas mentah. Selama ini, produk Indonesia dikenakan tarif impor sekitar 10% di AS. Namun, faktanya, beberapa barang konsumsi sepenuhnya bebas bea masuk, karena Indonesia menikmati fasilitas preferensi sistem umum (GSP) yang diberikan oleh pemerintah AS kepada negara-negara berkembang.  
7. Untuk memperkuat neraca perdagangan pasca keputusan Trump, free trade agreement (FTA) dilakukan lebih selektif. Fokus saja pada satu jenis industri secara vertikal, hulu hingga hilir. Indonesia perlu membuka pasar baru, yakni pasar Asia Tengah, Turki, Afrika, dan Amerika Latin. Perdagangan intra-Asean juga masih perlu diperkuat.
8. Ada peluang Indonesia mempertahankan hubungan baik dengan AS sebagai mitra dagang. AS membutuhkan pasar bagi peralatan pertahanan, pesawat terbang, dan LNG. Kita bisa menegosiasikan hal ini dengan produk ekspor andalan Indonesia. AS memberlakukan Inflation Reduction Act (IRA) atau UU Penurunan Inflasi yang bertujuan menurunkan inflasi di AS, mendorong transisi energi bersih melalui insentif besar-besaran terhadap kendaraan listrik (EV), energi terbarukan (solar, angin), dan industri baterai dan semikonduktor. AS bisa memberikan subsidi terhadap impor produk olahan dari nikel dan mineral lainnya dari Indonesia sepanjang mineral itu diolah sesuai standar lingkungan dan ketenagakerjaan. Hal ini dimungkinkan oleh critical minerals agreements dengan AS.
9. Kebijakan Presiden Trump juga berdampak pada pergerakan dana investasi, baik investasi portofilio maupun foreign direct investment (FDI) atau investasi langsung. Karena itu, penting sekali upaya Indonesia menarik investasi, di antaranya lewat pembuatan special economic zone yang dikhususkan untuk AS dengan aliansinya. Kawasan ekonomi khusus (KEK) itu sangat penting untuk menarik relokasi industri dari China.
10. Dampak negatif kebijakan Presiden Trump perlu dihitung dengan cermat. Penurunan ekspor alas kaki, pakaian, dan produk elektronik Indonesia ke AS akan berdampak pada ketenagakerjaan. Kadin mengimbau agar pemerintah dan pelaku usaha bersama-sama mencegah PHK.
11. Indonesia disebutkan Presiden Trump menerapkan tarif terhadap produk impor dari AS yang jika ditotal mencapai 64%. Dalam dokumen 2025 National Trade Estimate (NTE) Report on Foreign Trade Barriers, Indonesia dipandang telah menaikkan tarif impor secara progresif selama 10 tahun terakhir. Peningkatan tarif terjadi pada berbagai komoditas impor, khususnya barang yang bersaing dengan produk buatan dalam negeri AS. Terhadap pernyataan ini, yang menjadi dasar pengenaan tarif hingga 32% perlu sebuah klarifikasi yang menyeluruh. Pemerintah Indonesia perlu memeriksa dengan seksama kebenaran tuduhan AS. Kadin menilai tepat langkah Pemerintah Indonesia dalam menyiapkan berbagai langkah untuk menjawab permasalahan yang diangkat oleh Pemerintah AS, terutama yang disampaikan dalam laporan NTE yang diterbitkan US Trade Representative. Kita dukung pembuatan tim untuk klarifikasi dan negosiasi.
12. Setidaknya, AS menyoroti lima kebijakan pemerintah Indonesia yang merugikan AS. Kelima kebijakan ini perlu diperiksa kembali untuk memastikan kebenarannya. Pertama, sejumlah perubahan tarif barang masuk yang termuat dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 199 Tahun 2019 tentang Ketentuan Kepabeanan, Cukai, dan Pajak atas Impor Barang Kiriman, yang kemudian mengalami revisi beberapa kali sehingga menjadi PMK Nomor 96 Tahun 2023. Kedua, proses penilaian pajak yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan yang memicu kekhawatiran. Kekhawatiran meliputi proses audit yang tidak transparan dan rumit, denda yang besar untuk kesalahan administratif, mekanisme sengketa yang panjang, dan kurangnya preseden hukum di pengadilan pajak. Ketiga, PMK Nomor 41 Tahun 2022 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22. Salah satu aturan yang disoroti mengenai penambahan jumlah barang impor yang dikenakan pajak penghasilan (PPh) pasal 22. Para pengusaha AS khawatir proses klaim pengembalian lebih bayar PPh yang dibayar di muka dapat memakan waktu bertahun-tahun. Keempat, cukai minuman beralkohol impor yang lebih tinggi daripada domestik. Minuman beralkohol buatan luar negeri dengan kadar 5% dan 20% dikenai cukai 24% lebih tinggi daripada buatan lokal. Ini juga terjadi pada cukai minuman beralkohol impor dengan kadar 20% dan 55%, yang dikenakan cukai 52% lebih tinggi. Kelima, perubahan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 61 Tahun 2024 tentang Neraca Komoditas. Menurut AS, perluasan lisensi impor untuk lima komoditas di antaranya gula, beras, daging, ikan, dan garam. Dalam perkembangannya, aturan ini memuat 19 produk lain yang memerlukan lisensi impor dengan asesmen pemerintah Indonesia. Pada awal 2025, kebijakan diperluas dan memasukkan bawang putih, dan pemerintah akan memasukkan apel, anggur, dan jeruk di daftar pada 2026.
13. Kebijakan Presiden Trump —yang disebutnya sebagai kebijakan balas dendam—. perlu dijadikan momentum untuk membangkitkan ekonomi Indonesia. Jika Presiden Trump menyatakan hari pengumuman tarif sebagai Hari Pembebasan AS, Indonesia perlu menggulirkan sebuah paket kebijakan ekonomi menyeluruh untuk membebaskan para pelaku usaha dari kecemasan berinvestasi di Indonesia. Kadin mengapresiasi keputusan Presiden Prabowo yang telah menginstruksikan Kabinet Merah Putih untuk mengambil langkah strategis dengan melakukan perbaikan struktural dan menggulirkan paket deregulasi, yaitu penyederhaan regulasi dan penghapusan regulasi yang menghambat, khususnya regulasi terkait non-tariff barrier. Saat ini adalah momentum yang tepat bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saing, menjaga kepercayaan pelaku pasar, dan menarik investasi, asing dan domestik. Momentum pertumbuhan ekonomi perlu dijaga dengan terus memperbaiki iklim invetasi demi penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi.
14. Palu godam Presiden Trump perlu dijadikan momentum bagi pemerintah, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan pelaku usaha Indonesia untuk lebih bekerjasama menjaga kepercayaan pasar, stabilitas rupiah, dan terus berusaha menurunkan ekonomi biaya tinggi seperti tercermin di ICOR yang masih di atas 6%, jauh dari batas normal 4%.


Jakarta, 03 April 2025
Ketua Umum Kadin Indonesia

Anindya Novyan Bakrie

Strategi Terbaik Bagi Indonesia Hadapi Kenaikan Tarif AS

 Strategi terbaik bagi dunia IT Indonesia untuk mengatasi kenaikan tarif AS pada April 2025 memerlukan pendekatan yang berfokus pada mitigasi dampak, adaptasi pasar, dan penguatan kapabilitas domestik. Berikut adalah strategi yang dapat diterapkan oleh pelaku industri IT, baik perusahaan, pemerintah, maupun komunitas teknologi, berdasarkan konteks perang dagang dan kebijakan tarif resiprokal AS:


1. Diversifikasi Sumber Impor Produk IT
  • Tujuan: Mengurangi ketergantungan pada produk IT dari AS yang berpotensi naik harga akibat biaya rantai pasok atau tarif balasan.
  • Langkah:
    • Beralih ke pemasok dari negara Asia seperti China (Huawei, Lenovo), Korea Selatan (Samsung), atau Taiwan (Asus, TSMC) yang menawarkan produk IT kompetitif dengan harga lebih rendah.
    • Manfaatkan perjanjian perdagangan bebas (FTA) seperti RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership) untuk mendapatkan tarif preferensial dari negara anggota.
  • Contoh: Perusahaan telekomunikasi seperti Telkom bisa mengganti perangkat jaringan Cisco (AS) dengan Huawei (China), yang sudah terbukti kompetitif di pasar Indonesia.
  • Dampak: Mengurangi biaya impor hingga 10–20% dibandingkan produk AS yang terkena dampak tarif.

2. Penguatan Produksi Lokal IT
  • Tujuan: Membangun kemandirian teknologi untuk mengurangi ketergantungan pada impor.
  • Langkah:
    • Dorong investasi dalam manufaktur perangkat keras lokal, seperti laptop, server, atau komponen jaringan, dengan insentif pajak dari pemerintah (contoh: super deduction tax hingga 200% untuk R&D).
    • Kembangkan ekosistem software lokal melalui dukungan startup dan komunitas open-source, seperti pengembangan aplikasi berbasis AI atau cloud computing.
    • Tingkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk produk IT, misalnya targetkan 40% TKDN pada 2030 untuk perangkat telekomunikasi.
  • Contoh: Kolaborasi antara perusahaan seperti Advan (produsen lokal) dan pemerintah untuk memproduksi laptop murah bagi pendidikan, menggantikan impor dari Dell atau HP.
  • Dampak: Mengurangi impor IT hingga 30% dalam 5 tahun dan menciptakan lapangan kerja baru.

3. Optimalisasi Pasar Ekspor Alternatif
  • Tujuan: Mengimbangi penurunan ekspor IT ke AS akibat tarif 32% dengan menargetkan pasar lain.
  • Langkah:
    • Fokus pada pasar ASEAN, India, atau anggota BRICS (Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan), yang memiliki permintaan tinggi terhadap solusi IT seperti fintech dan e-commerce.
    • Kembangkan produk IT berbasis kebutuhan lokal negara berkembang (misalnya aplikasi manajemen UMKM) untuk meningkatkan daya saing ekspor.
    • Manfaatkan keanggotaan Indonesia di BRICS (resmi 2025) untuk akses pasar baru.
  • Contoh: Perusahaan seperti Gojek atau Tokopedia bisa mengekspor platform digital ke India atau Afrika Selatan.
  • Dampak: Menambah pendapatan ekspor IT hingga US$500 juta per tahun dalam 3 tahun.

4. Adaptasi terhadap Kenaikan Biaya melalui Efisiensi
  • Tujuan: Menjaga daya saing bisnis IT di tengah kenaikan harga impor.
  • Langkah:
    • Adopsi teknologi cloud computing untuk mengurangi kebutuhan perangkat keras impor (contoh: migrasi ke AWS lokal atau Alibaba Cloud).
    • Terapkan strategi lean IT, seperti optimalisasi penggunaan server existing atau virtualisasi, untuk memangkas biaya infrastruktur.
    • Negosiasi kontrak jangka panjang dengan pemasok untuk mengunci harga sebelum kenaikan tarif lebih lanjut.
  • Contoh: Perusahaan startup bisa beralih dari server fisik impor ke layanan cloud lokal seperti Telkom Sigma.
  • Dampak: Mengurangi biaya operasional IT hingga 15–25%.

5. Kolaborasi Pemerintah dan Swasta
  • Tujuan: Menciptakan kebijakan pendukung dan ekosistem yang tangguh.
  • Langkah:
    • Pemerintah bisa menunda kenaikan tarif balasan terhadap produk IT AS untuk menjaga harga kompetitif, sambil mempercepat FTA dengan negara lain.
    • Luncurkan program pelatihan digital massal (contoh: Digital Talent Scholarship) untuk meningkatkan kapabilitas SDM IT lokal, mengurangi ketergantungan pada software impor.
    • Berikan subsidi atau pinjaman lunak untuk UMKM IT yang terdampak kenaikan biaya perangkat.
  • Contoh: Kementerian Kominfo bisa memperluas program 1.000 Startup Digital dengan fokus pada solusi berbasis lokal.
  • Dampak: Meningkatkan kontribusi sektor IT terhadap PDB sebesar 1–2% dalam 5 tahun.

6. Antisipasi Depresiasi Rupiah
  • Tujuan: Mengurangi dampak pelemahan rupiah akibat perang dagang terhadap biaya impor IT.
  • Langkah:
    • Hedging valuta asing untuk perusahaan IT besar yang bergantung pada impor (misalnya Telkomsel atau Indosat).
    • Dorong pembayaran dalam mata uang lokal atau alternatif (seperti yuan melalui BRICS) untuk transaksi dengan pemasok non-AS.
  • Dampak: Stabilisasi biaya impor meskipun rupiah turun 5–10%.

Kesimpulan Strategi Terbaik
Strategi terbaik adalah kombinasi diversifikasi sumber impor, penguatan produksi lokal, dan optimalisasi pasar ekspor alternatif, didukung oleh kolaborasi pemerintah-swasta. Dalam jangka pendek (1–2 tahun), fokus pada efisiensi dan substitusi impor dari negara Asia dapat mengurangi dampak kenaikan tarif AS hingga 20–30%. Dalam jangka panjang (5–10 tahun), pengembangan industri IT lokal akan menjadikan Indonesia lebih mandiri, dengan potensi meningkatkan kontribusi sektor IT dari 4% PDB (2023) menjadi 6–8% pada 2035. Langkah ini sejalan dengan visi Indonesia Digital 2045, sekaligus menjadikan dunia IT Indonesia lebih tangguh di tengah perang dagang global.