1 Samuel 1:11-12, 17, 20 (TB) Kemudian bernazarlah ia, katanya: "TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya."
Ketika perempuan itu terus-menerus berdoa di hadapan TUHAN, maka Eli mengamat-amati mulut perempuan itu;
Jawab Eli: "Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya."
Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: "Aku telah memintanya dari pada TUHAN."
Duka hati Hana telah Tuhan ganti dengan sukacita. Akhirnya dia mendapatkan anak dan tidak dianggap remeh lagi. Tuhan mendengar doanya dan dia pun menepati janjinya. Membawa anaknya untuk Tuhan.
Meminta pada Tuhan seolah sudah menjadi kebiasaan kita. Kita pun sudah tahu jawaban Tuhan, bisa ya, bisa tidak, bisa juga nanti.
Tapi Hana meminta lain, meminta agar diberikan keturunan dan memberkannya untuk Tuhan. Tiap doa pasti ada keinginan kita. Tapi berdoa seperti Hana, dan menyerahkan anak yang Tuhan berikan. Kebanggaan tertingginya diberikan kepada Tuhan.
Bisakah kita memberikan kebanggaan kita kepada Tuhan?