Membaca berita ini, "Kemendikbud Masih Siapkan Alternatif Permintaan Guru TIK"
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/01/29/p3bd8f423-kemendikbud-masih-siapkan-alternatif-permintaan-guru-tik
Kembali saya bertanya, mengapa negara kita masih lambat sekali mengadoptasi TIK, dan bahkan terkesan ragu mengajarkannya kepada anak-anak kita?
TIK kembali dianggap hanya sebagai pelengkap, dimana padahal sudah lebih dari 50% masyarakat Indonesia mengakses Internet. Internet yang adalah bentuk 'real' dari TIK.
Padahal target pemerintah kita menjadi negara berbasis Digital Economy di tahun 2020.
Tapi mengapa tetap saja, lebih rumit atau malas mengubah kurikulum sekolah ketimbang menyesuaikannya dengan perkembangan yang terjadi saat ini, dimana TIK menjadi dasar dari berbagai aktifitas saat ini.
Lalu, pertanyaan apakah Guru TIK masih perlu ?
Semua merasa perlu, tapi tidak mau memaksimalkan potensi untuk membantu, memastikan guru TIK bisa berkembang dengan baik. Oleh karena apa? Karena kita tidak punya masterplan TIK Nasional.
Tidak ada pendekatan komprehensif yang menyatakan dengan jelas kepentingan adanya guru TIK yang menjadi basis dari pendidikan TIK untuk anak-anak kita. Anak-anak kita dibiarkan belajar dengan sendirinya, cenderung liar dan menyerap apa saja yang bisa mereka serap.
Lalu kemanakah kerja kementrian terkait selama ini? KPTIK (Komite Penyelaras TIK) telah mengingatkan ini jauh-jauh hari, dan semakin kesini, semakin tidak jelas. Semua tidak sadar, bahwa smartphone yang telah menjadi teman keseharian warga Indonesia perlu dukungan sumber daya manusia yang besar. Dan semoga kita semua cepat sadar.