Translate

Monday, August 05, 2013

Adopsi Big Data di Indonesia Masih Minim


Sumber: http://m.indotelko.com/kanal.php?it=Adopsi-Big-Data-di-Indonesia-Masih-Minim&c=in

JAKARTA (IndoTelko) – Adopsi terhadap Big Data di korporasi Indonesia untuk operasi sehari-hari ternyata masih minim.
Hal itu terlihat dari survei yang dilakukan SAS dan SourceMedia terhadap 339 profesional bidang manajemen data tentang penggunaan teknologi manajemen data belum lam ini.

Dari survei tersebut ditemukan baru sekitar 12% perusahaan yang saat ini memiliki strategi penanganan big data dalam operasi sehari-hari.

Big Data didefinisikan sebagai sebuah problem domain di mana teknologi tradisional seperti relasional database tidak mampu lagi untuk melayani. Definisi Big di sini adalah volume, velositas dan variasi datanya.

Peningkatan volume, velositas dan variasi data banyak diakibatkan oleh adopsi internet dimana setiap individu memproduksi konten atau paling tidak meninggalkan sidik jari digital yang berpotensial untuk digunakan untuk hal-hal baru,  dari audiens targeting, rekomendasi ataupun penggunaan yang lebih tak terduga.

Menurut survei tersebut beberapa alasan yang menyebabkan perusahaan tidak memanfaatkan big data secara maksimal adalah 21% tidak tahu banyak tentang big data,15% tidak mengerti tentang manfaat big data, 9% kekurangan dukungan bisnis, serta 9%  kekurangan kualitas data yang baik dalam sistem yang dimiliki.

Sebelumnya hasil Riset Trend Micro Incorporated menilai tingkat keamanan teknologi informasi (TI) untuk korporasi di Indonesia dinilai masih rendah dibanding rata-rata korporasi di wilayah Asia Pasifik.Pemicunya adalah  jajaran direksi perusahaan di Indonesia kurang memahami pentingnya mengelola keamanan data perusahaan.

Menurut  Trend Micro Indonesia  rendahnya tingkat keamanan korporasi di Indonesia bukan disebabkan oleh rendahnya kemampuan divisi TI perusahaan untuk mengelola keamanan. Tetapi, lebih disebabkan oleh sikap direksi yang belum menganggap keamanan data perusahaan sebagai aset.

Padahal, riset Trend Micro ke seribu  profesional TI dan manajer di seluruh Asia Pasifik menganggap investasi terpenting dalam perusahaan adalah anti-virus atau anti-malware. Kemudian, diikuti investasi untuk pencegahan kebocoran data.

Secara terpisah, Founder of Indonesian Cloud Forum (ICF) Teguh Prasetya menyebutkan Big Data sudah di depan mata, salah satunya didorong oleh kian tingginya adopsi dari cloud computing.

Menurut Teguh, ledakan Big Data tak hanya didorong oleh pertumbuhan pengguna sosial media. Enterprise data yang besar juga termasuk di antaranya. Social data yang tidak terstruktur seperti konten, teks, audio, video, dan gambar, bercampur menjadi satu dengan Enterprise data yang terstruktur mulai dari data klien, produk, hingga transaksi perdagangan.

“Dari tren ini bisa dianalisa, fenomena Big Data bisa menjadi peluang bisnis besar jika diantisipasi dengan tepat dan cepat. Namun sebaliknya, jika penyedia infrastruktur dan operator telekomunikasi gagal atau terlambat mengantisipasi, risikonya bisa jadi bencana,” kata Teguh.

Mengutip Big Data Market Forecast 2012-2017, pada tahun ini pasarnya mencapai US$ 5,1 miliar. Angka ini terus meningkat dengan pertumbuhan eksponensial dua kali lipat dari tahun ke tahun hingga 10 kali lipat dalam lima tahun ke depan.

Diproyeksikan, pasar Big Data akan tumbuh menjadi US$ 10,2 miliar di tahun 2013, US$ 16,8 miliar di 2014, US$ 32,1 miliar di 2015, US$ 48 miliar di 2016, dan mencapai puncaknya US$ 53,4 miliar di 2017. Peluang pasar yang besar ini akan didominasi oleh pasar infrastruktur seperti data center.(ct)