Saya hanya seorang yang berpikiran sederhana, mencoba memahami dunia penuh kerumitan, mensyukuri setiap langkah yang diberkati, mendoakan harapan dan berharap hidup saya membuat banyak orang merasa sungguh hidup..
Translate
Saturday, September 29, 2012
Friday, September 28, 2012
Proses-proses ITIL dalam ITIL 2011
The ITIL processes within IT Service Management ensure that IT Services are provided in a focused, client-friendly and cost-optimized manner. With their help, IT Services are clearly defined, success can be measured with regards to the service provision, and targeted improvement measures can be introduced where necessary.
In ITIL 2011 (ITIL V3 2011 Edition) the ITIL processes are grouped into five stages (see Fig. "ITIL Processes"): follow the links to get to the pages with detailed ITIL process descriptions.
Service Lifecycle - ITIL Processes
ITIL Processes: Service Strategy
Process Objective: To decide on a strategy to serve customers. Starting from an assessment of customer needs and the market place, the Service Strategy process determines which services the IT organization is to offer and what capabilities need to be developed. Its ultimate goal is to make the IT organization think and act in a strategic manner.
ITIL Processes: Service Design
Process Objective: To design new IT services. Its scope includes the design of new services, as well as changes and improvements to existing ones.
ITIL Processes: Service Transition
Process Objective: To build and deploy IT services. This process also makes sure that changes to services and Service Management processes are carried out in a coordinated way.
ITIL Processes: Service Operation
Process Objective: To make sure that IT services are delivered effectively and efficiently. This includes fulfilling user requests, resolving service failures, fixing problems, as well as carrying out routine operational tasks.
ITIL Processes: Continual Service Improvement (CSI)
Process Objective: To use methods from quality management in order to learn from past successes and failures. The Continual Service Improvement process aims to continually improve the effectiveness and efficiency of IT processes and services, in line with the concept of continual improvement adopted in ISO 20000.
Thursday, September 27, 2012
10 Strategi CIO di tahun 2013
Ten Strategic CIO priorities for 2013
- Simplify IT and Transform Your Spending: Kick the 80/20 Budget Habit
- Lead the Social Revolution: Drive the Social-Enabled Enterprise
- Unleash Your Company’s Intelligence: Create the Enterprise-Wide Opportunity Chain
- Embrace the Engagement Economy: Merge the Back Office and the Front Office into the Customer Office
- Future-Proof Your IT Architecture
- Upgrade “Cloud Strategy” to “Business Transformation Enabled by the Cloud”
- Transform Big Data into Big Insights, Big Vision, and Big Opportunities
- Preside over a Shotgun Wedding: Systems of Record Marry Systems of Engagement
- Lead with Speed: CIO as Chief Acceleration Officer
- Bend the Value Curve: More Innovation, Less Integration
- Innovation starts with capability. Begin by delivering basic IT projects and services with excellence. If your projects are always late and users hate IT, then you need to clean house. You can only achieve the credibility needed to drive innovation if your team has the capability to execute core IT mandates with skill and confidence.
- IT value requires listening. Always remember that IT provides a service to the business. As with any service, success depends on communication, understanding, and willingness to adapt to changing business conditions. Many (and I mean MANY) CIOs and IT departments do not understand the nuances of listening and talking to line of business counterparts. To become a strategic, you must learn to listen well; trust me, that's a fact.
- Innovation means transformation. Innovation and business value always require change; it requires envisioning a tomorrow in which we do things differently and better than today. As CIO, your most important job is helping lead the business in change and innovation. If the business isn't ready, which may be likely, then your challenge becomes helping preparing the ground for future change.
Monday, September 24, 2012
BERTUMBUH DALAM KEDEWASAAN IMAN
James Fowler, teolog gereja Methodis, Amerika Serikat, memetakan ada enam tahapan pertumbuhan iman dalam diri seseorang. Keenam tahapan itu singkatnya adalah:
1. Intuitive projective faith (usia 18-24 bulan sampai 7 tahun). Pertumbuhan iman seseorang anak mulai berinteraksi dengan lingkungannya. Anak sangat dipengaruhi oleh cerita-cerita orang dewasa di sekitarnya. Dari apa yang mereka dengar itu, mereka membentuk gambaran Tuhan. Surga yang imajinatif dan neraka yang mengerikan. Gambaran ini umumnya bersifat irasional, tentu dipandang dari sudut orang dewasa. Mungkin bagi si anak hal itu nyata. Pada masa ini anak belum mengerti sebab-akibat dan tidak dapat memisahkan antara fakta dan fantasi. Konsep Tuhan yang diyakini pada masa ini berkisar antara kepatuhan (obedience) yang akan menghasilkan imbalan hadiah dan hukuman (punishment) sebagai konsekuensi dari ketidaktaatan. Banyak orang dewasa masih berada pada tahap iman ini. Mau melakukan sesuatu asal diberi imbalan. Mau beribadah asal ada yang menguntungkan buat aku.
2. Mythic literal faith (usia 7 sampai 12 tahun). Pada usia ini, anak mulai berpikir lebih logis. Memandang alam semesta lebih tertata. Mereka cenderung mempercayai cerita dan simbol religi secara harafiah. Mereka belum mampu berpikir abstrak. Namun, mereka sudah dapat memahami bahwa Tuhan itu adil. Allah digambarkan menurut alam fantasi. Tidak sedikit pula orang dewasa berhenti di sini. Menafsirkan ayat-ayat suci secara harafiah. Menolak metode hermeneutik. Yang penting bagaimana teksnya saja berbunyi ya harus dilakukan. Tidak usah mendalami konteks dimana ayat itu dinyataka.
3. Synthetic convensional faith (usia remaja dan selanjutnya). Setelah mampu berpikir abstrak, remaja mulai membentuk ideologi (sistem kepercayaan) dan mempunyai kometmen terhadap apa yang dianggapnya ideal. Di masa ini mereka mulai mencari identitas diri dan menjalin hubungan pribadi dengan Tuhan. Namun, identitas mereka belum benar-benar terbentuk. Tahap ini umumnya terdapat pada pengikut agama yang terorganisir. Mereka bangga dengan simbol-simbol organisasi keagamaannya sebagai bentuk identitas bersama. Menurut Fowler sekitar 50 persen orang dewasa secara fisik tidak mampu melewati tahap ini. Pertumbuhan yang stag pada posisi ini banyak dimanfaatkan oleh para politikus untuk menjaring masa radikal dan merupakan lahan yang subur untuk gerakan-gerakan militan fundamentalis.
4. Individuative reflektive faith (dewasa awal – pertengahan umur duapuluhan). Mereka yang bisa memasuki tahap ini akan memeriksa kembali iman mereka dangan kristis lalu memikirkan ulang kepercayaan mereka terlepas dari otoritas eksternal dan norma kelompok. Mereka bersedia merombak sistem kepercayaan yang menurutnya tidak lagi relevan. Dalam tataran ini orang mulai bisa menghargai perbedaan dan berdialog menemukan kebaikan bersama.
5. Conjunctive faith (usia paruh baya). Pada tahap ini, manusia menyadari batas-batas kemampuan akali. Mereka menyadari adanya paradoks dan kontradiksi dalam hidup. Mereka mengintegrasikan kembali nilai-nilai iman yang pada tahap sebelumnya dirombak. Mereka lebih bisa menerima diri dan menysukuri apa yang dimilikinya.
6. Universalizing faith (usia lanjut). Tahap terakhir ini jarang sekali orang yang dapat mencapainya. Egoisme dan egosentrisme dalam diri orang-orang yang mencapai tingkatan ini hampir-hampir tidak ada lagi. Apa yang mereka yakini sebagai kebenaran nyata terlihat dalam kehidupan dan perjuangan mereka. Pada tahapan ini seseorang akan memberikan apa yang terbaik dari dirinya untuk kebaikan bersama. Ukuran hidupnya bukan lagi "punya" atau "memiliki" ini dan itu tetapi memberi. Memberikan yang terbaik untuk dunia. Namun ia tetap rendah hati, sederhana dan manusiawi. Mahatma Gandhi, Martin Luther King Jr. Bunda Teresa adalah mereka yang dapat mencapat tahapan ini.
Jika kita berkaca pada analisis Fowler, di manakah posisi pertumbuhan iman kita? Fowler mengingatkan 50 persen orang dewasa tidak mampu melewati tahap ketiga (Synthetic convensional faith). Artinya, ketika menginjak usia remaja setengah, dari populasi manusia tidak lagi mengalami pertumbuhan iman. Sedangkan usianya terus menjadi tua. Maka tidaklah mengherankan kalau kehidupan beragama itu hanya melekat pada simbol-simbol harafiah, sulit menerima perbedaan, merasa benar sendiri, tidak mau kritis dengan diri sendiri, yang ada gampang menyalahkan dan menghakimi orang lain. Hidup hanya memperjuangkan kepentingan sendiri dan kelompoknya. Jangan-jangan iman kita juga mengalami stagnan, tidak mau bertumbuh lagi.
Iman yang tidak mau bertumbuh setidaknya ditandai dengan dua hal. Pertama, egoisme segala sesuatu diarahkan untuk pementingan dan pemuliaan diri sendiri. Sensitif dan gampang marah ketik kepentingan dan kenyamanannya terusik. Bukankah kita juga sering mudah tersinggung kalau kepentingan dan rasa nyaman kita terusik? Kita jarang memposisikan diri pada pihak lain yang tidak kita sukai. Sama seperti Yeremia (Yeremia11:20), manakala tersakiti segera meminta Tuhan untuk membalas orang yang menyakiti kita. Tampaknya wajar dan manusiawi, pemazmur dalam banyak tulisannya pun mengungkapkan hal yang sama, Mazmur 54 misalnya. Namun, apakah yang wajar dan manusiawi ini yang dikehendaki oleh Tuhan? Bukankah Kristus mengajari kita bukan seperti itu, melainkan melawan kejahatan dengan kebaikan dan mendoakan mereka yang telah menganiaya kita (Matius 5:44).
Kedua, iri hati. Tidak rela melihat keberhasilan orang lain. Ada perasaan tinyak nyaman kalau orang lain sukses dan dihormati orang. Meskipun iri hati adalah wajar dan manusiawi namun di sana mengacam dan membahayakan. Iri hati merupakan sumber konflik dan pertikaian. "Sebab di mana ada iri hati dan pementingan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." (Yakobus 3:16). Jika kedua hal itu – egoisme dan iri hati – menguasai seseorang maka akan sulit baginya untuk mengalami pertumbuhan iman.
Yesus menginginkan iman para murid itu bertumbuh ke arah yang benar, namun yang terjadi mereka lebih mengedepankan ego masing-masing. Contoh dari keegoisan mereka tercermin dalam perebutan tempat utama. Berebut tempat menjadi orang nomor satu rupanya bukan terjadi di abad moderen dan dalam kekuasaan duniawi saja. Para murid Yesus pun berlomba untuk mendapatkan kedudukan istimewa (Markus 9:33-37). Yesus mengecam para murid ketika mereka bertengkar memperebutkan tempat utama, menjadi orang ternama dan dihormati.
Yesus mengingatkan jika mereka mau menjadi yang terbesar dalam Kerajaan, mereka akan memperolehnya, namun bukan dengan menjadi yang pertama, melainkan yang terakhir, bukan dengan menjadi tuan, melainkan dengan menjadi pelayan bagi semua. Dalam hal ini bukan berarti Yesus anti dan menolak ambisi. Sebaliknya, Ia menciptakan kembali ambisi yang benar. Untuk ambisi memerintah, Ia menggantikannya dengan keinginan untuk melayani. Untuk ambisi dilayani, Ia menawarkan supaya melayani. William Barclay mengatakan hal ini bukan pandangan idealistik yang tidak mungkin. Inilah pandangan yang paling masuk akal. Sejarah membuktikan bahwa orang yang benar-benar besar, orang yang dikenang sebagai orang yang telah banyak memberikan sumbangsih nyata bagi kehidupan adalah orang yang berkata pada dirinya sendiri, bukan, "Bagaimana aku bisa menggunakan negara dan masyarakat untuk meningkatkan prestiseku dan ambisi pribadiku?", tetapi, "Bagaimana aku dapt menggunakan karunia-karunia yang ada padak untuk melayani negara?"
Orang yang tidak mementingkan dirinya sendiri memang langka. Namun, ternyata bila ada orang seperti itu ia pasti akan dikenang. Di Yunani ada cerita tentang seorang di kota Sparta. Orang itu Paedaretos. Ada tiga ratus orang kandidat akan dipilih untuk memerintah kota Sparta. Paedaretos salah satu dari calon itu. Ketika daftar calon diumumkan, ternyata namanya tidak tercantum. Salah seorang kawannya berkata, "Saya menyesal karena kamutidak terpilih. Rakyat semestinya sudah tahu bahwa kamu sudah menunjukkan diri sebagai seorang pejabat negara yang bijaksana." Paedaretos menjawabnya dengan ringan, "Saya senang bahwa di Sparta ada tiga ratus orang yang lebih baik dibandingkan dengan saya." Dalam cerita ini kita bertemu dengan seorang yang telah menjadi legenda karena ia siap memberikan tempat pertama kepada orang lain dan sama sekali tidak merasa sakit hati.
Perpecahan dan pertikaian yang mengoyak bangsa atau daerah mestinya tidak perlu terjadi apabila keinginan satu-satunya dari semua pejabat adalah untuk melayani masyarakatnya. Konflik dan perpecahan dalam gereja pun mestinya tidak pernah terjadi apabila setiap pelayan Tuhan menghayati tugas panggilannya dengan benar, yakni bahwa keinginan satu-satunya dalam melayani adalah melayani Tuhan melalui sesama. Kedewasaan iman seseorang akan terlihat mana kala ia memberi tempat yang utama untuk orang lain tidak dengan terpaksa melain dengan senang hati.
Sumber: http://nananggki.blogspot.com/
build-access-manage at dayaciptamandiri.com
Sunday, September 23, 2012
Sang Lebah mencari di pagi hari
Matanya mungkin sembab
Tidurnya tak nyenyak
Menjaga tidur sang Ratu
Pagi ini
Telah terjaga
Keluar menyeruak pagi
Berlomba mencari bunga yang mekar
Sesekali saja
Tubuhnya hinggap
Di daun kosong tak berbunga
Menarik nafas pengap
Itulah Lebah
Sang pencari bunga
Tiada lelah bekerjalah
Apakah kita sepertinya?
Aralia, 23/09/12
build-access-manage at dayaciptamandiri.com
Saturday, September 22, 2012
Evolve or Die
By Nick Heath | September 21, 2012, 3:10 AM PDT
Keeping the servers humming is no longer enough to justify the existence of the IT: it's time for the tech team to raise their game - or risk becoming irrelevant.
The IT department needs to prove to the business why it's more than just a support function, according to Essex County Council CIO David Wilde.
"It's almost an adapt or die moment for a lot of the IT profession, if you don't start being able to articulate and contextualise technology's value add to service delivery then why are you there?" he told the Efficient ICT 2012 conference in London.
IT roles likely to be less in demand in future are "bog standard engineering and desktop support. All that kind of stuff is a diminishing service," he said.
Wilde said this change in demand as inevitable: "Stuff is getting better, it breaks down less and people swap it out more often. So the demand for those level of skills is reducing." In addition, today's workforce is more IT-literate than that of a decade ago, he said, so can do more IT-related tasks for themselves.
Staff at in-house IT departments need to learn the ins and outs of the business - and use that knowledge to communicate technology's benefits, or else risk seeing the IT department demoted - to a necessary but uninteresting support service.
"The IT department will change, and its influence within the organisation will become lesser or greater depending on how it changes," he warned.
"I'm a big fan of moving to that value-add space around quality of information and business alignment, which I think is how you grow," he said.
Opportunities for IT to spread its influence in areas like big data analysis, will otherwise be taken up by other areas of the business - the likes of finance - if IT fails to step up to the plate, he said.
While the in-house IT department may shrink as jobs continue to move from the business to third party providers, Wilde doesn't subscribe to the view that automation in cloud computing will destroy the IT department.
He said that automation of provisioning of the likes of storage and compute power took place years ago and that with cloud computing comes additional complexity that needs to be managed.
"In cloud environments you might get much better automation but the complexity of the multi-tenanted environment gives you different challenges around how you manage multiple VMs, how you manage security and access control - it's just different roles," he said.
Perhatikan kata kuncinya: orchestration dan automation ..
build-access-manage at dayaciptamandiri.com
Friday, September 21, 2012
How the Cloud Makes Your Company More Productive
If your business wants to grow and expand, you've got to get your people to your customers. There your sales team and others can grow your business one customer at a time, giving them the service and support that your customers expect from your company and employees.
What business people sometimes don't realize is that the cloud can actually help with that huge task.
Getting your people out of the office where they can get their critical work completed – what an amazing concept!
I started really thinking about this idea after recently reading about "6 Cloud Trends that are Driving Workers Out of the Office" in a blog post on CloudTweaks.com.
The story described how a small 123-person company, Automattic, which hosts servers for WordPress, has its employees spread out over 94 cities in 26 countries, using the cloud and mobile apps to communicate and get their work done.
The cloud trends that are helping Automattic with this metamorphosis, according to the CloudTweaks post, are:
1. Increased availability of Software-as-a-Service (SaaS) cloud applications.
2. An explosion in mobile devices capable of accessing these apps.
3. Increased social media use.
4. Pressure on IT departments to reduce budgets.
5. Globalization.
6. Greatly improved user experience.
Those six concepts got me thinking – yes, of course these things are helping Automattic's employees to get their work done wherever they are, but even more importantly, the cloud is making it vastly easier for those workers to go where their customers are located, anytime, anywhere, while having all of their sales tools, information and other resources available at a moment's notice.
Essentially, the cloud can make your employees more customer-focused, and in today's global economy, that is a game-changer.
Certainly lots of sales transactions are made today online or over the phone, but sitting down with a customer who really needs help solving their business problems is still a very critical and even intimate part of your business. That's where bonds are formed, where trust is created, and where business loyalty can still sprout. When your customers need your help the most, that's where true connections are made.
And that's where the cloud can truly enable your business to thrive by giving your employees even greater abilities to respond to your customers.
How so?
Because now with the cloud, your workers can use their cloud-enabled SaaS mobile applications to answer the toughest customer questions from anywhere, at any time, while sitting in a café sharing coffee with a customer in need. At the same time, SaaS can even make it affordable and realistic for specific workers to have access to specialized applications that can help them do their jobs better.
Because now that explosion of mobile devices which are capable of accessing SaaS apps lets your sales force and support staff respond to customers on site with every needed detail at their fingertips. That is huge flexibility, thanks to the cloud.
Because now, by using more cloud-enabled social media in their work, your employees can stay closer to their clients – your customers – to serve and hear them better. The cloud makes it easier for your workers to listen to your customers, too.
Because by using the cloud to maintain your key business applications instead of deploying them internally and then maintaining them, your IT department can work harder, too, to save money and enable increased productivity.
Because the cloud recognizes and embraces the true business globalization that has been developing in the last several decades by providing flexible, agile, process-focused ways of doing business. This allows the cloud to encourage customer-focused innovation, rather than forcing your employees to respond to customers in the same slow, outmoded and old-fashioned ways of the past.
Because the cloud enables your workers, wherever they are, to enjoy a greatly improved user experience as they reach out to customers, making sales and driving positive results for your company. The cloud is making it easier for your workers to be more productive by allowing them to use their creativity in making the deal using every technology that you make available to them.
For businesses of every size, from small to large, these are great growth possibilities.
It's a good thing to keep in mind as you are thinking about how the cloud can affect your business and employees. Don't forget to also consider how the cloud can ultimately bring you even closer to your customers.
Todd R. Weiss is an award-winning technology journalist and freelance writer who worked as a staff reporter for Computerworld.com from 2000 to 2008. Weiss covers enterprise IT from cloud computing to Hadoop to virtualization, enterprise applications such as ERP, CRM and BI, Linux and open source, and more. He spends his spare time working on a book about an unheralded member of the 1957 Milwaukee Braves and watching classic Humphrey Bogart movies. You can follow him on Twitter @TechManTalking. You can contact him at toddrweiss@gmail.com
build-access-manage at dayaciptamandiri.com
Tuesday, September 18, 2012
Konsep Strategi Perusahaan
Hal-hal yang bersifat strategis hendaknya dikelola dengan apa yang disebut manajemen strategis.
Oleh karena itu, bis-mo-deng Anda pun harus dimulai dengan visi, misi dan falsafah. Visi adalah cita-cita masa depan yg ada di benak Anda sebagai pendiri.
Misi akan berisikan penjabaran secara tertulis mengenai visi tadu sehingga jelas dan mudah dimengerti.
Falsafah digunakan untuk menuntun semua anggota perusahaan untuk melaksanakan pekerjaan dalam mencari jalan keluar dari masalah-masalah yang timbul.
Kemudian tentukan Tujuan Organisasi, yg berisikan pernyataan luas mengenai apa yg akan dituju dan diwujudkan organisasi. Seperti menjadi perusahaan unggul, market leader, mengelola usaha secara efektif, memiliki teknologi unggul. Secara umum, tujuan adalah penjabaran misi organisasi Anda.
Strategi induk adalah rangkaian strategi perusahaan yang memperhatikan lingkungan atau kondisi external, internal, tantangan dan hambatan, melihat kelemahan dan kekuatan serta mengetahui ancaman-ancaman.
Sasaran Jangka Panjang adalah proses kesinambungan yang berisikan tahapan-tahapan, dengan mengacu pada Strategi Induk yang telah ditentukan.
Strategi dan Kebijakan Fungsional adah sasaran jangka pendek dalam berbagai fungsi operasional untuk melakukan berbagai aktifitas, umumnya akan dibagi terkait keuangan, sumber daya manusia, produksi, operasi dan pemasaran.
Strategi di atas kemudian dibagi menjadi detail Program dan Anggaran, berupa proyek-proyek.
Agar sasaran yang ingin diraih perlu pelaksanaan. Pelaksanaan perlu kontrol dan pengendalian.
Semua ini akan dievaluasi dalam periode tertentu, disebut dengan Kinerja.
Secara kontinyu Evaluasi dilakukan untuk memberikan umpan balik untuk formulasi atau implementasi strategi.
Selamat mencoba mendetailkannya.
build-access-manage at dayaciptamandiri.com
Sunday, September 16, 2012
Gunakan proses ITIL untuk perencanaan perusahaan / lembaga Anda.
Posted on September 12, 2012 by Mark Thomas

Heads up – your 2013 budget is due soon. It will be here before you know it so assemble the team and start planning.
If you're on a calendar year financial cycle, it is likely you're starting to hear rumblings about the upcoming budget planning cycle. Don't fret, here are some hints to helping you ease the pain as well as prepare you for things you may not have considered. The purpose of this is not to replace your current process, but to provide you with a short and sweet reminder of some things to take in to account.
I've been involved in a lot of budget planning, and had an "aha" moment about three years ago when I was putting together my budget that I wanted to share with you: if my IT Service organization leverages ITIL processes to support my services, why don't I use those processes to help me plan the budget? Of course I could outline the full complement of processes here and explain their applicability, but I decided to pick a few of the big ones that seemed to help me the most. Here are some good nuggets to consider as you are preparing your budget items. Of course it's not a complete list, but this should be enough to trigger some great ideas.
Portfolio, Demand, and Capacity Management. Understanding that your portfolio represents the complete set of services provided, seek to gain an understanding of the pipeline. These are the services, projects, programs and initiatives that are planned for next year. Of course, you cannot do this without input from your customers. Understanding their demand needs and patterns of business activity will indicate increases or decreases in expectations. Without this, all of your planning is mute. What growth is expected? Are there any business initiatives that warrant increased capacity? Now is also good time to review the operational services you support today and give your catalog a facelift.
Availability and Continuity Management. This is absolutely critical. Although it has been my experience that most organizations take availability into account, they often fail to consider any changes or modifications to continuity plans. Although these are technically considered different processes, they have a very strong bond. Plan your availability budget around vital business functions and business impact analysis. For example, the more critical a service is to the business, the more effort you put into the components that support that service. On the continuity side, what are the costs to satisfying the business continuity plan from the IT perspective?
Service Level Management. If you've been conducting your service reviews, you probably are aware of changes to current SLAs. Will these agreements require any changes to your financial models? Remember that there's more to Service Level Management than SLAs, they also consider Operational Level Agreements (OLAs) and Underpinning Contracts. Underpinning Contracts need to be considered because they are contracts with suppliers and vendors. These contracts should support SLAs, and must be analyzed to ensure proper alignment with the service requirements.
If you recognized the above Service Management processes, you may also recognize the following list. Don't forget to consider each one of these potential inputs as well as you plan your budget:
+ Service Asset & Configuration Management
+ Release & Deployment Management
+ Change Management
+ Knowledge Management
+ Event Management
+ Incident Management
+ Problem Management
+ Request Fulfillment
+ Access Management
+ Service Desk
+ Technical Management
+ Application Management
+ IT Operations Management
Whether you refer to your processes to help you with the budget or not, there are still some time-honored good practices that I have to share.
1. Your IT budget cannot be created in a vacuum. It requires alignment with your customers and collaborative inputs. These inputs come from supported business units, Service Management processes, and key members of your staff.
2. Be realistic. Fluffing your budget will lead to a lack of confidence in your budgeting capabilities; having a solid business case with real data will give you credibility and precision.
3. Keep a historical perspective on your ratios. These will allow you to benchmark against previous years and allow you to capture some very interesting trends in your accuracy.
4. Keep a lot of notes. Discussions that lead do budget decisions are often forgotten once the budgeting process is complete. Refer to your notes to help remind you of the reasons for certain items within your budget.
Good luck in your planning this year. I'm sure there are several other areas which might be helpful. Feel free to share your ideas!
Mark
http://blogs.interfacett.com/using-itil-process-next-budget-planning
build-access-manage at dayaciptamandiri.com
Friday, September 14, 2012
Bertekun dalam KesetiaanYohanes 16 : 1-4a
Krn ketika kita sdh mengikut Yesus, bukan berarti kita bisa hidup dgn santai dan enak saja, kita akan di perhadapkan dgn segala macam tantangan dan pencobaan, maka dari itu setiap kita juga hrs di perlengkapi dgn diajar tentang memikul salib dan menyangkal diri
Di firman Tuhan hr ini, Yesus sdh memperingatkan setiap kita supaya kita jgn kecewa dan menolakNya, krn kita akan di kucilkan, ditolak dan bahkan dibunuh krn nama Tuhan
Itulah yg di maksud dgn memilkul salib dan menyangkal diri, utk bisa melakukan itu semua di butuhkan karakter KESETIAAN
Dan janji Tuhan buat setiap kita yg SETIA sampai akhir, kita akan menerima mahkota yg tdk akan pernah layu yg tersimpan bagi kita di sorga
Sdh siapkah kita utk setia mengikut Yesus ???? Gbu
build-access-manage at dayaciptamandiri.com
Wednesday, September 12, 2012
SAVE MARRIAGE
Perilaku yg merusak pernikahan :
SUAMI:
1. Suami tdk berfungsi menjadi pemimpin dgn baik akibatnya saling melukai.
2. Suami gagal menjadikan Istri nomor satu dlm hidupnya.
3. Suami membandingkan Istri dgn wanita lain.
4. Suami kurang disiplin mengontrol emosi dan kebiasaan buruk.
5. Suami gagal memuji hal-hal kecil dari Istri.
6. Suami menolak pendapat Istri.
7. Suami tdk pernah minta maaf.
ISTRI:
1. Istri tdk menghargai Suami sbgai otoritas.
2. Istri gagal menundukan diri kpd Suami. 3. Istri gagal menampilkan
kecakapan manusia batiniah.
4. Istri gagal menunjukan rasa syukur kpd Suami.
Kebutuhan seorang Suami :
1. Sex.
2. Istri sbgai sahabat.
3. Rumah yg rapi.
4. Istri yg menarik
5. Saling menghargai.
Kebutuhan seorang Istri :
1. Kasih dan penghargaan.
2. Diajak bicara.
3. Jujur dan terbuka.
4. Keuangan yang cukup.
5. Komitmen thdp keluarga.
Ingat.. Kepala keluarga yg berhasil dlm keluarga maka keberhasilan yg lain
akan mengikuti, Kepala keluarga yg gagal dlm keluarga maka kegagalan lain
akan mengikuti.
Kebahagiaan perkawinan membutuhkan perjuangan yg tidak kenal lelah, dan
membutuhkan kehadiran dan pertolongan Tuhan.
Berbahagialah mereka yang benar-benar menikmati hidup rumah tangga yg rukun
dan damai, meskipun itu harus diperoleh dgn cucuran air mata. Belaian
tangan suami adalah emas bagi istri. Senyum manis sang istri adalah permata
bagi suami. Kesetiaan suami adalah mahkota bagi istri. Keceriaan istri
adalah sabuk di pinggang suami.
Perbaikilah apa yg bisa diperbaiki sekarang sebelum terlambat. Cintailah
pasangan yg telah Tuhan pilih untukmu
If u care about family, broadcast this. It will save a marriage.
TUHAN akan memberkati Pernikahanmu.. Bagi yg belum Menikah, ini bisa
menjadi bekal kelak bila anda menghadapi hidup Pernikahan.
Remember: Jgn pernah mengucap kata CERAI .
Salam,
Hermanto
Tuesday, September 11, 2012
Update utk Application Manager versi 10.8
http://www.manageengine.com/products/applications_manager/ Modified Web pages : All
Online Help :
http://www.manageengine.com/products/applications_manager/help/ http://www.manageengine.com/products/applications_manager/AppManager_10_Help.zip
build-access-manage at dayaciptamandiri.com
Setia Membaca Kitab Suci
1 Timotius 4 : 13-16
Paulus mengingatkan kepada setiap kita, utk selalu bertekun di dlm membaca Kitab - kitab Suci, dan bukan hanya sekedar membaca tetapi juga merenungkan apa yg kita baca dan juga mempraktekan dlm kehidupan sehari2
Krn dgn kita hanya membaca tetapi tdk mempraktekan itu semua tdk berarti apa2 bagi kita
Dr itu ketika kita membaca firman Tuhan, dan merenungkan juga mempraktekan di dlm kehidupan kita, bukan hanya kita yg berubah tetapi org sekelilingi kita juga merasakan dampaknya, krn firman Tuhan itu adalah Allah yg hidup
Marilah kita bertekun terus dlm membaca firman Tuhan.
build-access-manage at dayaciptamandiri.com
Sunday, September 09, 2012
5 cara utk menghilangkan telepon helpdesk yang mengganggu.
By Sam Narisi | September 5, 2012, 9:37 AM PDT
Nearly all IT departments are overworked and understaffed right now. And in many organizations, no area is feeling the crunch more than the help desk.
In fact, IT departments say their help desk staff is just slightly more than half the size it should be, according to a 2011 survey from Robert Half Technology. On average, the companies surveyed employed one held desk staffer for every 112 users. However, when asked what the ideal ratio would be, the average answer was 65 to 1.
To make things worse, those too-small staffs often spend a lot of time fielding calls that can be preventable, are frivolous or just downright annoying. That includes simple questions most computer users should be able to answer by now, as well as calls about personal technology the IT department has no responsibility over.
Fortunately, it's possible to reduce the volume of those help desk calls by increasing training, creating or tweaking policies, and taking other steps.
Here are some things IT departments can do to cut the volume of help desk calls:
1. Create a social help desk
One of the effects of the consumerization of IT and the growing BYOD trend is that more users are working with technology that they understand and enjoying tinkering with. Also, the ubiquity of smartphones and other advanced gadgets means many people are more comfortable with technology in general.
IT departments can use that to their advantage by creating a social help desk where users can answer each other's questions and offer advice to their peers. Many companies are having success by setting up support groups for users with personal smartphones - for example, IT can create a section of the company's intranet where iPhone users can post questions or collaborate on wiki documents.
2. Have a help desk liaison in each department
Another benefit of users' increasing tech knowledge is that most or all of the departments in a company probably have at least one person with enough expertise to answer at least basic support questions. IT can recruit some of those people and have them act as an initial contact for when the rest of the department has tech problems.
IT can seek out volunteers for that role, and will often find some people who are more than willing to help. That can greatly reduce the number of basic questions that come through and give IT staff more time to deal with serious issues.
3. Write policies on what calls are accepted
Users often turn to the help desk for help with their own technology equipment - and that's becoming even more common now that the line between personal and work devices is blurring. In some cases, that's not a problem - many help desk staffers are more than happy to offer advice to help out their co-workers.
But in other organizations, things might spiral out of control and the help desk could be constantly fielding calls to fix personal issues. If that happens, it's time to make a policy about what calls the help desk will answer and make sure the rules are communicated to all users.
4. Educate users - and follow up
Help desks often have to answer a distressing amount of calls from not so tech-savvy users who have basic questions about Office applications or other common software. Many organizations attempt to limit those calls by offering basic computer training for users who need it - but often, they don't do enough to follow up and make sure the education is having the desired effect.
Offering training sessions on a regular basis can help, but IT departments should also make sure they're providing users with adequate reference materials so they can answer questions on their own. That can include print-outs, or an easy-to-navigate self-service IT support website. Staffers can also use calls as an opportunity to remind users about the tools that are available.
5. Let users know a problem has been reported
Many help desk calls involve several users - for example, when a department's printer isn't working or if there are hiccups in the company's Internet connection - and a lot of time can be wasted by all of those people calling in to report the same issue.
IT can cut down by informing all affected users that a problem has been reported and that it's being worked on. For example, a notice can be posted on the help desk portal, if the company uses one, or a quick email can be sent to all necessary users. That will also give people an update on the status of the problem, which they'll appreciate.
Conclusion: Train the help desk, too
In some companies, the relationship between the IT help desk and the rest of the company isn't so great. Sometimes, users are to blame for the way they communicate with the help desk - but the IT staff can often do things better, too.
So in addition to changing user behavior to make the help desk run more smoothly, IT departments can also focus on keeping help desk employees trained in the key soft skills they need to deal with users.
Keseluruhan hal diatas dapat ditangani dengan implementasi helpdesk system ServiceDesk Plus.
Dengan mudah user dapat login ke helpdesk system untuk melihat:
+ status permasalahan
+ FAQ ttg banyak hal
+ Knowledgebase yg berasal dari solusi permasalahan yang selesai.
Gunakan ServiceDesk Plus untuk manajemen helpdesk Anda, bahkan yang versi standard pun sudah sangat berguna untuk Anda.
Anda punya kendala dengan budget, gunakan versi annual sehingga lebih hemat.
Anda tidak punya tim helpdesk nya? Kontak kami untuk solusi helpdesk lengkap dengan tim helpdesknya.
Kami siap melayani Anda.
build-access-manage at dayaciptamandiri.com
Saturday, September 08, 2012
Kenali Profil dan Visi-Misi JB
Nama : Ir. H. Joko Widodo
Tempat, tgl lahir : Surakarta, 21 Juni 1961
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana Kehutanan-Universitas Gadjah Mada
Nama : Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM
Tempat, tgl lahir : Manggar, 29 Juni 1966
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : S-2 Sekolah Tinggi Manajemen, Prasetya Mulya
Visi
Jakarta baru, kota modern yang tertata rapi, menjadi tempat hunian yang layak dan manusiawi, memiliki masyarakat yang berkebudayaan, dan dengan pemerintahan yang berorientasi pada pelayanan publik.
Misi
1. Mewujudkan Jakarta sebagai kota modern yang tertata rapi serta konsisten dengan rencana tata ruang wilayah
2. Menjadikan Jakarta sebagai kota yang bebas dari masalah-masalah menahun seperti macet, banjir, pemukiman kumuh, sampah, dan lain-lain
3. Menjamin ketersediaan hunian dan ruang publik yang layak serta terjangkau bagi warga kota dan ketersediaan pelayanan kesehatan yang gratis sampai rawat inap dan pendidikan yang berkualitas secara gratis selama 12 tahun untuk warga Jakarta.
4. Membangun budaya masyarakat perkotaan yang toleran, tetapi juga sekaligus memiliki kesadaran dalam memelihara kota.
5. Membangun pemerintahan yang bersih dan transparan serta berorientasi pada pelayanan publik.
build-access-manage at dayaciptamandiri.com
SENANTIASA BERSYUKUR
Saat anda di tegur atasan anda karena kinerja anda pdhl ada rekan anda yg lbh JELEK dari anda namun sll di perhatikan dan di bela, bayangkanlah Saat seseorg di pecat nmn tdk mengerti kesalahannya.
Saat anda dilecehkan orang lain melalui kata-kata yg tajam,
bayangkanlah para pengemis yg tiap hari dilecehkan orang lain tapi mereka masih tegar.
Saat anda mulai bersungut-sungut mengenai gaji yg anda terima,
bayangkanlah seseorang yg berjalan kaki membawa map lamaran kerja,
namun tak pernah mendapatkan pekerjaan yg sangat ia harapkan.
Saat anda tak merasa puas karna suaramu tak semerdu org lain,
ingatlah seorang tunarungu yg tak bisa berbicara tapi belajar keras untuk berbicara.
Saat anda tak puas dgn tinggi badanmu ato bentuk rambutmu yg tak sebaik org lain,
ingatlah mereka yg dilahirkan dgn tubuh cacat,
namun bisa menjalani kehidupan dengan antusias.
Saat anda kehilangan sedikit uang & anda sangat marah & damai sejahteramu hilang,
ingatlah para korban bencana alam yg kehilangan seluruh milik mereka.
Saat anda merasa kesal karena batuk, pilek, sakit kepala ato penyakit ringan lainnya,
bayangkanlah orang-orang yg divonis dokter mengidap penyakit berat & sulit diobati.
Mengucap syukurlah dalam segala hal,
sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1Tesalonika 5:18)
Mengucap syukurlah untuk keberadaan anda sekarang ini.
Jika hanya memandang kepada masalah & kesulitan anda sendiri,
akan sulit bagi anda untuk bersyukur karna manusia tidak pernah puas.
Tapi jika anda mencoba melihat sekelilingmu,
maka anda akan sadar bahwa anda adalah org yg beruntung.
Apa yg TUHAN berikan adalah kebaikan semata,
jika anda tak menganggapnya demikian,
itu karna anda hanya melihatnya dari kacamata manusia yg terbatas.
"Ucapan Syukur Membuat Masalah Besar Jadi Kecil & Masalah Kecil Jadi Tak Berarti..."
Selamat menikmati akhir pekan bersama keluarga.
build-access-manage at dayaciptamandiri.com
Mengurangi stress
Mengurangi stress: Stress itu sering baik untuk membuat kita lebih optimum dalam bekerja. Eustress, stress yang baik, pada fase "Thrill" sangat bermanfaat buat kita. Tetapi, sering kita mengalami stress yang berlebihan, dan membawa dampak negatip, baik untuk diri kita sendiri, ataupun orang2 disekeliling kita.
Ada 9 hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi stress level kita:
1. Mengurangi nilai kepentingan hal yang kita kuatirkan. Kita menjadi stress karena apa yang kita hadapi kita anggap sangat penting. Padahal tidak semuanya sebenarnya sepenting itu. Salah sedikit, miring sedikit, tidak lah apa2. Dengan mengurangi nilai pentingnya hal itu, akan membuat kita berkurang stressnya. 9 dari 10 orang stress selalu melebihkan resiko yang terjadi dengan menganggap akan terjadi hal yang jauh lebih parah dari yang sebenarnya.
2. Mengurangi pemikiran akan kemungkinan itu terjadi. Teman yang takut terbang, memikirkan kemungkinan pesawat ada problem diudara. Dengan memikirkan bahwa hal itu sangat kecil kemungkinannya, kita dapat mengurangi stress kita.
3. Berpikirlah dari sudut pandang yang lain. Kalau anda tidak diterima bekerja di A, mungkin masih ada pilihan di B, atau bahkan bisa membuat anda menjadi wiraswasta. Kita coba lihat persoalan dari sudut2 yang lain.
4. Rayakan kesuksesan kecil anda. Kita stress sebab kita selalu menghawatirkan hal2 kecil dan negatip, kalau kita merayakan kesuksesan kecil kita, misalkan berhasil menyelesaikan proyek 3 hari lebih awal, perlu kita makan soto bersama. Kemeriahan perayaan mengurangi stress kita.
5. Bertemulah dengan sahabat anda. Sahabat mengurangi stress, membuat kita menjadi bahagia, dan membuat suasana hati membaik. Kita perlu kadang membuat kehidupan sosial kita menjadi sebuah obat untuk penghilang stress kita.
6. Gunakan mental energi kita untuk hal2 yang lebih positip. Kita arahkan fokus dan perhatian kita pada penyelesaian dan pada sisi2 positip tantangan yang kita hadapi. Jangan masuk pada lingkaran setan yang membuat kita menjadi terputar2 pada persoal kecil yang kita jadikan besar.
7. Tanyakan kembali dengan pertanyaan yang lebih penting. Apakah ini akhir hidup anda bila anda gagal? Apakah yang anda pentingkan dalam hidup ini? Lima tahun dari sekarang, apakah hal ini masih sepenting ini? Siapa sebenarnya yang membutuhkan ini, apakah benar segenting ini persoalannya? Pertanyaan yang tepat akan membawa anda pada sudut hati yang tepat pula.
8. Larilah sejenak. Bila tidak tahan dalam stress, cobalah ke Bali pada akhir pekan, atau ke kebun binatang pada hari Minggu, atau ke Bogor melihat tanaman. Pelarian sejenak memperbaiki suasana hati dan membuat kita lupa sejenak dengan persoalan yang ada.
9. Hadapi dengan tegar. Pada akhirnya harus kita hadapi juga persoalan yang ada. Memang tidak mudah, dan butuh ketahanan, tetapi pada akhirnya kita harus mau dan mampu menghadapi persoalan itu dan menyelesaikannya.
Semoga 9 hal diatas dapat mengurangi stress yang anda alami, dan memperbaiki kehidupan anda. Stress yang baik perlu untuk kita punyai, tapi bila telah berlebihan harus kita kurangi juga supaya tidak terlalu membebani kehidupan kita. Salam sukses untuk anda.
*Tanadi Santoso
Thursday, September 06, 2012
21 Perbedaan Cara Pikir Miliarder dan Orang Biasa
VIVAnews - Miliarder wanita dunia asal Australia, Gina Rinehart, memberikan pernyataan keras kepada media dengan mengatakan kalangan kelas menengah terlalu cemburu dengan orang-orang kaya.
Gina yang tengah terlibat kasus hukum perebutan harta warisan ini menganggap kalangan kelas menengah lebih banyak menghabiskan waktunya untuk minum-minum, merokok, dan bersosialisasi dibandingkan bekerja keras untuk mengumpulkan kekayaannya.
Pengarang buku How Rich People Think, Steve Siebold, yang telah mewawancari miliarder hampir tiga dekade mencoba mencari tahu sesuatu yang membuat kalangan super kaya ini seolah terpisah dengan kalangan lain.
Dikutip dari bussines Insider, perbedaan sebetulnya terletak pada uang itu sendiri. Ini adalah mengenai mentalitas.
"Kalangan kelas menengah sering menasehati untuk bahagia dengan apa yang dimiliki," kata Steve. "Secara keseluruhan, banyak orang yang merasa ketakutan bila ingin berkaitan dengan uang,"
Berikut adalah 21 perbedaan cara berpikir para miliarder dan orang-orang biasa:
1. Orang biasa menganggap uang adalah akar dari segala kejahatan. Orang kaya berpikir kemiskinan adalah akar dari semua kejahatan
Siebold mengatakan banyak orang yang telah dicuci otaknya dengan menganggap orang kaya adalah kalangan beruntung atau tidak jujur. Inilah yang menyebabkan munculnya budaya malu untuk menjadi kaya di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah.
"Masyarakat seluruh dunia tahu bahwa memiliki uang memang tak menjamin kebahagiaan namun membuat hidup lebih mudah dan lebih bisa dinikmati," kata Siebold.
2. Orang biasa menganggap egois adalah sifat buruk. Orang kaya memandang egois adalah kebajikan
"Orang kaya keluar rumah dan membuat dirinya senang. Mereka tak berupaya untuk berpura-berpura menyelamatkan dunia," kata Siebold.
Masalahnya masyarakat kelas menengah memandang hal itu sebagai sesuatu yang negatif dengan membiarkan tetangga mereka hidup dalam kemiskinan.
"Jika anda tak menjaga diri sendiri, Anda tak dalam posisi untuk menolong orang lain. Anda tak bisa memberikan yang tak Anda miliki,"
3. Orang biasa bermental penjudi. Orang kaya memiliki mental beraksi
Siebold mengatakan, saat sebagian orang menunggu menemukan angka yang tepat dan berharap meraih kekayaan, orang kaya berupaya untuk menyelesaikan masalah.
"Para pahlawan (kelas menengah) menunggu Tuhan, pemerintah, bos, atau pasangannya. Ini adalah cara berpikir orang rata-rata yang menurunkan cara pendekatan ini dalam memandang hidup padahal detik jam terus berdetak,"
4. Orang biasa menganggap jalan menjadi kaya harus melalui pendidikan formal. Orang kaya percaya dengan cara mengambil ilmu yang lebih spesifik
5. Orang biasa terbius dengan kejayaan masa lalu. Orang kaya bermimpi untuk masa depan
Miliarder mendapatkan kekayaannya karena mereka bertaruh dengan dirinya dan proyek yang dibuatnya, tujuan, dan ide-ide ke dalam masa depan yang belum jelas.
Orang-orang yang percaya dengan kekayaan yang pernah diperolehnya, jarang sekali menjadi kaya. Bahkan biasanya berakhir dengan ketidakbahagiaan dan depresi.
6. Orang biasa melihat uang dengan emosi. Orang kaya melihat uang secara logis.
Ketika mendapatkan uang, orang biasa akan mentransformasikannya menjadi sebuah ketakutan dan didorong oleh pemikiran untuk mengubahnya menjadi masa pensiun yang menyenangkan
Orang kaya melihat uang sebagai alat yang kritis yang menggambarkan pilihan dan peluang.
7. Orang biasa mendapat uang dari aktivitas yang tak disukai. Orang kaya mengikuti hasrat mereka
Rata-rata orang biasa melihat orang kaya bekerja sepanjang waktu. Kalangan yang lebih pintar berusaha untuk melakukan apa yang disukai dan mencari cara untuk menghasilkan uang dari kecintaannya itu.
Di pihak lain, kalangan kelas menengah mendapat pekerjaan yang tak disukainya karena mereka membutuhkan uang.
8. Orang biasa menetapkan target rendah agar tak kecewa. Orang kaya meninggikan target sebagai tantangan
Psikolog dan ahli kesehatan lain seringkali memberikan nasihat kepada pasiennya untuk memasang target rendah dalam kehidupannya agar tak kecewa.
"Takkan ada orang yang bisa menjadi kaya dan hidup dengan impiannya tanpa memasang target besar," kata Siebold.
9. Orang biasa percaya harus melakukan sesuatu untuk menjadi kaya. Orang kaya percaya Anda harus menjadi sesuatu untuk menjadi kaya
Inilah alasan mengapa orang seperti Donald Trump beranjak dari jutawan menjadi miliarder yang berutang US$9 miliar dan kembali dengan kekayaan yang lebih besar.
"Di saat sebagian besar orang terpaku untuk mengerjakan dan segera mendapat hasil dari pekerjaannya, orang-orang terkenal berupaya mempelajari dan berkembang dengan setiap pengalaman yang dimiliki,"
10. Orang biasa percaya Anda butuh uang untuk menghasilkan uang. Orang kaya menggunakan uang milik orang lain
Siebold mengatakan orang kaya umumnya tak takut untuk menghimpun kekayaannya dari kantong orang lain.
11. Orang biasa menilai pasar modal dikendalikan oleh logika dan strategi. Orang kaya tahu bahwa pasar modal dikendalikan emosi dan keserakahan.
Sukses investasi di bursa saham tak selalu hanya berdasar formula hitung-hitungan matematika. Orang kaya justru menilai faktor utama yang mengendalikan pasar keuangan adalah ketakutan dan keserakahan. "Mereka memasukkan faktor ini pada perdagangan dan tren pasar modal," kata Siebold.
Pengetahuan mengenai sifat alami manusia dan dampak overlap pada perdagangan pasar modal memberikan investor keuntungan strategis dalam membangun kekayaan lebih besar melalui leverage.
12. Orang biasa hidup di atas kebutuhan mereka, orang kaya justru sebaliknya.
Orang kaya hidup di bawah standar kebutuhannya, bukan karena mereka cerdas. Namun, karena mereka membuat banyak uang untuk hidup mewah di saat mengantongi pasokan layaknya seorang raja di masa mendatang.
13. Orang biasa melatih anaknya untuk bertahan. Orang kaya melatih anaknya untuk menjadi kaya.
Kalangan orang kaya melatih anak-anaknya sejak usia dini dengan mengenalkan konsep berpunya dan tak berpunya. Meski banyak orang yang berpendapat bahwa Siebold mengakui dirinya mendukung ide elitism tersebut, dia menolak pandangan itu.
"Masyarakat selalu mengatakan orang tua mengajarkan anaknya untuk melihat ke bawah (masyarakat yang lebih miskin). Itu tak semuanya benar," kata Siebold. "Apa yang mereka ajarkan pada anaknya adalah melihat dunia melalui mata yang lebih objektif."
14. Orang biasa memiliki uang yang membuatnya stres. Orang kaya mencari kedamaian pikiran dalam kekayaan.
Alasan mengapa orang kaya mendapat kekayaan lebih banyak adalah mereka tidak takut untuk mengakui bahwa uang bisa membuat masalah selesai.
"Kalangan menengah melihat uang sebagai kebutuhan yang tak pernah ada habisnya, sehingga harus memenuhi sepanjang hidup".
15. Orang biasa memilih terhibur daripada terdidik. Orang kaya justru sebaliknya.
Umumnya orang-orang kaya tak banyak berinvestasi dalam bentuk pendidikan formal. Justru yang mereka lakukan adalah belajar sepanjang waktu, kendati masa pendidikan telah usai.
"Ketika masuk ke rumah orang kaya, hal pertama yang Anda lihat adalah ruang perpustakaan mahal berisi buku-buku yang telah membuat mereka menjadi sukses".
16. Orang biasa berpikir orang kaya adalah sombong. Orang kaya hanya ingin dikelilingi oleh golongan yang memiliki pemikiran sama.
Mentalitas negatif dari uang yang telah meracuni kalangan kelas menengah membuat kalangan orang kaya memilih untuk bergaul dengan masyarakat yang sama dengan mereka.
"Orang kaya tak bisa menerima pesan mengenai kiamat dan kegelapan," kata Siebold.
17. Orang biasa fokus pada menabung. Orang kaya fokus pada pendapatan.
Siebold berteori, kalangan orang kaya memfokuskan dirinya memikirkan cara meraih untung dari risiko yang diambil. Langkah ini lebih dipilih daripada menyimpan uang yang telah diterimanya.
18. Orang biasa bermain aman dengan uangnya. Orang kaya tahu kapan waktunya mengambil risiko.
19. Orang biasa senang kenyamanan. Orang kaya mencari kenyamanan dalam ketidakpastian.
Bagi sebagian orang, dibutuhkan keberanian yang sangat besar untuk menjadikan risiko sebagai jalan menjadi miliarder. Tantangan yang bagi kalangan kelas menengah akan menciptakan posisi tak nyaman.
"Kenyamanan fisik, psikologis, dan emosi merupakan tujuan utama dari pemikiran kalangan kelas menengah".
20. Orang biasa tak pernah mengaitkan uang dan kesehatan. Orang kaya tahu bahwa uang bisa menyelamatkan hidup.
Di saat sebagian besar masyarakat AS berselisih mengenai isu Obamacare dan jaminan asuransi kesehatan perusahaan, kalangan super kaya justru mendaftar layanan kesehatan super elite.
Orang kaya ini menjadi anggota dari asuransi yang memberikan jaminan 24 jam yang hanya bisa diakses segelintir masyarakat.
21. Orang biasa percaya bahwa mereka harus memiliki keluarga bahagia atau menjadi kaya. Orang kaya tahu bagaimana mendapatkan semua itu.
Ide mengenai kekayaan akan memunculkan waktu berkumpul keluarga yang mahal, tak lain hanya sebuah pembiaran. Orang kaya berpikir Anda bisa memiliki semuanya jika melakukan pendekatan pada tantangan itu dengan pikiran penuh cinta dan kekayaan. (art)
--
Sent from Gmail Mobile
Sunday, September 02, 2012
Sudah menuliskan Anda?
Dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu, dimana komputer dan khususnya desktop masih menguasai pasaran dan menjadi satu-satunya alat yang digunakan untuk mengakses dunia 'lain', maka sekarang ini berbeda. Lebih mudah dijumpai orang menjinjing tablet, mengakses iPad, iPhone, dan yang paling banyak BBM. Dan sebagian besar aktifitasnya adalah terkait dengan aktifitas membaca, dibandingkan menulis.
Sedangkan untuk menulis, dan menjadi penulis aktif,itu sangat perlu latihan. Ini pun saya sedang membiasakan diri menulis di atas keyboard virtual di media iPad yang diberikan Tuhan ini. Sehingga jelas, tidak mudah lagi menemukan bakat-bakat penulis baru. Perkembangan yang muncul sebenarnya sempat menggembirakan, seiring dengan banyaknya orang yang menggunakan media blog untuk menyampaikan inspirasinya. Tapi ternyata tidak semua orang suka menulis, atau minimal menyampaikan komentar atau pendapatnya, padahal inilah esensinya penulis, yaitu ada ide, ada yang menggelitik otaknya, dan ingin disampaikan ke orang lain.
Perlu kita cermati juga perkembangan teknologi yang mendukung para penulis muda, seingat saya, dulu waktu saya mau menulis, saya menulis kerangka tulisannya pada buku kerja saya, kemudian menentukan pokok tulisan, dan mulai mengambil kertas untuk menuliskannya lebih lengkap dengan mengembangkan tulisan. Sekarang beda. Saya menuliskan pokok tulisannya dalam notes, baik tablet samsung kecil, ataupun iPad, kemudian mencari waktu untuk mengembangkannya dengan mengetik ya di word, atau notepad, atau bahkan langsung menuliskannya di blog seperti sekarang.
Hanya saja, sekarang ini, sumber tulisan demikian luas, khususnya yang dapat di akses melalui search engine yang ada, maka tentu saja tulisan kita harus lebih berbobot dengan mempertimbangkan konten muatan yang ada.
Dari segi bagaimana tulisan dipublikasikan juga sangat berkembang. Dulu cenderung menulis untuk koran dan majalah, sekarang ada blog, ada website, ada koran dan majalah digital, semua ini menantang kita untuk menulis lebih baik, tapi memang, inilah tantangan dunia Indonesia saat ini.
Dengan berkurangnya penulis muda, dan semakina banyaknya orang yang lebih suka menyadur dan menerjemahkan tulisan orang lain, dibandingkan mengembangkannya, maka kita seolah akan semakin kehabisan ide, dan cenderung mengambil ide dan pemikiran orang lain. Lama kelamaan ini akan membuat kita tidak mempunyai pola pikir, kita akan cenderung mengikuti pemikiran dan pendapat orang lain.
Dalam jangka panjang ini sangat mengkhawatirkan tidak hanya untuk bangsa, untuk negara, tapi juga untuk keluarga dan kita bicara keyakinan dan agama kita.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk kembali, dan terus menjaga, kebiasaan untuk menulis, mengembangkan ide dan pemikiran kita, mengembangkan pendapat, sehingga semua dapat terjaga dengan baik.
Jadi mulailah Anda menulis kembali ya.
Saturday, September 01, 2012
TRAPPED: Change Notification to Foglight NMS Freemium Model
Begin forwarded message:
From: "Quest Software Technical Support" <supportnotifications@quest.com>
Date: 1 September 2012 02:05:25 WIB
To: fanky@dayaciptamandiri.com
Subject: Change Notification to Foglight NMS Freemium Model
Reply-To: "Quest Software Technical Support" <supportnotifications@quest.com>
Send this email to a friend | View on mobile phone | View as web page
Please be advised that the terms and conditions of using Foglight Network Management System (NMS) as a freemium product have changed.
Effective September 1, 2012, Foglight Network Management System (NMS) is free to use for a maximum of 200 interfaces under the following terms:
Customer may use the Freeware at no cost to monitor up to 200 interfaces. For purposes of these Freeware Terms, an "Interface" is defined as any point of traffic on the network interacting with a device, or a point of interaction between components. This would include any physical or virtual ports on a switch or every NIC card on a server.
For users who installed Foglight NMS prior to September 1st, 2012 there will be a 60 day grace period before the enforcement of the maximum of 200 interfaces limit. In addition, the following add-on modules for Foglight Network Management System can be used at no cost for a maximum of 60 days:
- Traffic Analysis Module
- VoIP Module
- Foglight APM Integration
Should you need additional time to evaluate the product, or have any questions, please contact Foglight NMS sales at (415) 901- 7873, or email nmsquestions@quest.com.
Quest Software
5 Polaris Way
Aliso Viejo, CA 92656Foglight NMS Community
Phone: (949) 754-8000
Email: nmsquestions@quest.com
Facebook | Twitter | LinkedIn | Communities | Quest TV
© 2012 Quest Software Incorporated. ALL RIGHTS RESERVED.
Quest, Quest Software, and the Quest Software logo are trademarks and registered trademarks of Quest Software, Inc. in the U.S.A. and/or other countries. For a complete list of Quest's trademarks, please visit http://www.quest.com/legal/trademarks.aspx. All other trademarks and registered trademarks are property of their respective owners. View Quest Software's Privacy Policy.