Translate

Tuesday, June 29, 2004

290604 - new hope

lantaran sepi job, saya jadi ingat lagi dulu gimana susahnya menjadi team dalam perusahaan outsourcing.. Tahun 2000 itu, outsourcing buat perusahaan2 Indonesia blm terlalu dilirik akibat masih percaya dirinya perusahaan2 utk bisa memanage IT mereka masing-masing. Tapi kecenderungan utk mulai bergantung kepada perusahaan lain dan memberikan pekerjaan IT itu semakin nampak. Sekarang, sudah lumrah, dan akan semakin lumrah.

Kesulitan awal pada waktu outsourcing kita lakukan, adalah resistansi dari pengguna perusahaan itu sendiri, yang seharusnya melihat outsourcer sebagai partner, lebih cenderung dianggap lawan. Mungkin karena mereka pikir, pekerjaan dan 'rahasia' mereka sedikit banyak terusik oleh orang lain dalam waktu singkat..

Berikutnya, tanpa SOP dan manual yang jelas, outsourcing akan terseok-seok. Ibarat menjalankan kapal tanpa kompas, menjalankan perahu tanpa tujuan.. Celakanya, inilah kelemahan perusahaan2 Indonesia. Mereka tidak menjalankan prosedur baku yang benar dan terdokumentasi baik. Artinya, PR tambahan buat outsourcer, buat ulang semua SOP dan manual yang ada, artinya pemborosan uang dan waktu lagi buat kedua belah pihak.

Yang ironis berikutnya, banyak perusahaan yang tidak tahu cara mengukur dan mendefinisikan layanan outsourcer. Yang penting ada yang ngurus, wah, itu sih bukan solusi. Bisa bikin runyam malah. Harus ada yang mendefinisikan cakupan kerja, cara mengukur layanan outsourcer, atau SLA. Nah ini lah yang masih kadang2 lupa dilihat orang. Mulai dari outsourcing software development sampai outsourcing technical ataupun keseluruhan IT nya, semua nya harus ada SLA nya.

Berikutnya, yang bisa bikin pusing kepala lagi, pada saat menjalankan outsourcing, dari pihak pengguna, tidak ada orang yang khusus dan konsentrasi memonitor jalan dan pekerjaan outsourcer. Sedikit banyak, perlu ada tim, ada mekanisme, ada cara, ada regular meeting, ada pertemuan2 yang memonitor dan memperhatikan jalannya outsourcer dengan seksama. Artinya, perlu orang / people sekalian tools nya, makanya konsep project management tetap diterapkan dengan menggunakan software-software khusus, seperti software helpdesk management. Itu kan intinya IT selama ini buat perusahaan, tim yang mendukung proses bisnis. Kalo enggak ada, bisa repot. Sedikit banyak, IT jadi tulang punggung, dan sekarang semua jenis bisnis, mulai menggunakan komputer untuk support bisnisnya, sekalipun bisnis tukang pukul..

Kecenderungan ini semakin marak dengan konsep tenaga kerja kita yang mulai menerima konsep kontrak. Kerja kontrak sudah enggak dipandang sepele lagi, karena dengan konsep kontrak inilah, malah kinerja karyawan dapat dipacu dan dimonitor dengan baik.

semuanya saling mendukung, sekarang tinggal berpulang ke perusahaan2 Indonesia, apakah mereka akan tetap mempertahankan untuk mengeluarkan uang banyak untuk investasi orang dan IT mereka, atau mereka akan melibatkan orang lain (yang lebih kompeten) utk mengurusi itu, dan mereka bisa duduk santai dengan melihat dashboard di monitor komputer mengenai performansi IT dan bisnis mereka. Kita lihat saja nanti.