30062004 - buat pejuang ERP.
ERP, mungkin banyak sekali yang mengetahui singkatannya, Enterprise Resource Planning.. tapi ERP yang lagi saya kerjakan ini, sedikit banyak bikin pusing kepala. Tapi tetap saja, ERP merupakan suatu lahan tersendiri bagi dunia IT Indonesia.
ERP bukan barang baru. Pengembangan ERP sudah dilakukan orang beberapa tahun yang lalu, dan salah satu produk yang beken sekali adalah SAP. Mungkin beribu orang Indonesia terlibat dalam pengembangan ERP, tapi lebih mungkin lagi berjuta orang Indonesia menggunakan software ERP yang bukan dikembangkan di Indonesia. Kenapa? Apakah karena ERP buatan Indonesia kurang berbobot ? Apakah karena tidak percaya dengan buatan dalam negri sendiri ? Apakah karena ERP memang kerjaannya konsultan asing yang fasih berbahasa Inggris dan seolah2 mengerti semua bisnis proses Indonesia?
Bukan juga, mungkin sama seperti barang2 lainnya buatan Indonesia, disinyalir kurang bermutu, kurang berbobot, kurang analisanya, kurang nge-trend kalo dikasih tahu ke orang lain.. masih banyak kurangnya.. termasuk kurang berduit juga kalo dibuat proyek.
Wah... runyam, artinya termasuk ERP juga tidak bisa menjadi kebanggaan donk di negeri sendiri. Sekarang saja, SAP sudah downsizing, gila2an lagi, mereka melaunch produk utk SMB (Small & Medium Business) yang selama ini menjadi makanan bagi para pengembang software dalam negeri.
Lantas gimana ? Menurut saya sich, produk ERP yang dikembangkan putra-putri bangsa kita tidak kalah menariknya. Cuma memang, membungkus, jualan, gembar-gembor, bentuk penyajian, dukungan / support yang harus digenjot.
Enggak mudah memang, tapi inilah tantangan. Sekitar saya, banyak sekali software house yang mengembangkan produk2 yang saya lihat sangat bagus. Tapi mereka tidak bisa menjualnya dengan mudah, kenapa ? Ini pertanyaan klasik. Masyarakat kita masih memandang sebelah mata. Akhirnya, sedikit banyak, programmer bagus kita kabur ke negeri sebelah. Disana mereka mengembangkan software, dan lucunya, masuk kembali ke Indonesia, dengan bentuk yang beda, tapi tetap sama. Mirip kasusnya dengan banyaknya kekayaan Indonesia yang lolos ke luar negeri, dan kembali dalam bentuk yang mudah kita beli dimana2 saat ini.
PR besar lagi buat kita.
Saya hanya seorang yang berpikiran sederhana, mencoba memahami dunia penuh kerumitan, mensyukuri setiap langkah yang diberkati, mendoakan harapan dan berharap hidup saya membuat banyak orang merasa sungguh hidup..
Translate
Wednesday, June 30, 2004
Tuesday, June 29, 2004
290604 - new hope
lantaran sepi job, saya jadi ingat lagi dulu gimana susahnya menjadi team dalam perusahaan outsourcing.. Tahun 2000 itu, outsourcing buat perusahaan2 Indonesia blm terlalu dilirik akibat masih percaya dirinya perusahaan2 utk bisa memanage IT mereka masing-masing. Tapi kecenderungan utk mulai bergantung kepada perusahaan lain dan memberikan pekerjaan IT itu semakin nampak. Sekarang, sudah lumrah, dan akan semakin lumrah.
Kesulitan awal pada waktu outsourcing kita lakukan, adalah resistansi dari pengguna perusahaan itu sendiri, yang seharusnya melihat outsourcer sebagai partner, lebih cenderung dianggap lawan. Mungkin karena mereka pikir, pekerjaan dan 'rahasia' mereka sedikit banyak terusik oleh orang lain dalam waktu singkat..
Berikutnya, tanpa SOP dan manual yang jelas, outsourcing akan terseok-seok. Ibarat menjalankan kapal tanpa kompas, menjalankan perahu tanpa tujuan.. Celakanya, inilah kelemahan perusahaan2 Indonesia. Mereka tidak menjalankan prosedur baku yang benar dan terdokumentasi baik. Artinya, PR tambahan buat outsourcer, buat ulang semua SOP dan manual yang ada, artinya pemborosan uang dan waktu lagi buat kedua belah pihak.
Yang ironis berikutnya, banyak perusahaan yang tidak tahu cara mengukur dan mendefinisikan layanan outsourcer. Yang penting ada yang ngurus, wah, itu sih bukan solusi. Bisa bikin runyam malah. Harus ada yang mendefinisikan cakupan kerja, cara mengukur layanan outsourcer, atau SLA. Nah ini lah yang masih kadang2 lupa dilihat orang. Mulai dari outsourcing software development sampai outsourcing technical ataupun keseluruhan IT nya, semua nya harus ada SLA nya.
Berikutnya, yang bisa bikin pusing kepala lagi, pada saat menjalankan outsourcing, dari pihak pengguna, tidak ada orang yang khusus dan konsentrasi memonitor jalan dan pekerjaan outsourcer. Sedikit banyak, perlu ada tim, ada mekanisme, ada cara, ada regular meeting, ada pertemuan2 yang memonitor dan memperhatikan jalannya outsourcer dengan seksama. Artinya, perlu orang / people sekalian tools nya, makanya konsep project management tetap diterapkan dengan menggunakan software-software khusus, seperti software helpdesk management. Itu kan intinya IT selama ini buat perusahaan, tim yang mendukung proses bisnis. Kalo enggak ada, bisa repot. Sedikit banyak, IT jadi tulang punggung, dan sekarang semua jenis bisnis, mulai menggunakan komputer untuk support bisnisnya, sekalipun bisnis tukang pukul..
Kecenderungan ini semakin marak dengan konsep tenaga kerja kita yang mulai menerima konsep kontrak. Kerja kontrak sudah enggak dipandang sepele lagi, karena dengan konsep kontrak inilah, malah kinerja karyawan dapat dipacu dan dimonitor dengan baik.
semuanya saling mendukung, sekarang tinggal berpulang ke perusahaan2 Indonesia, apakah mereka akan tetap mempertahankan untuk mengeluarkan uang banyak untuk investasi orang dan IT mereka, atau mereka akan melibatkan orang lain (yang lebih kompeten) utk mengurusi itu, dan mereka bisa duduk santai dengan melihat dashboard di monitor komputer mengenai performansi IT dan bisnis mereka. Kita lihat saja nanti.
lantaran sepi job, saya jadi ingat lagi dulu gimana susahnya menjadi team dalam perusahaan outsourcing.. Tahun 2000 itu, outsourcing buat perusahaan2 Indonesia blm terlalu dilirik akibat masih percaya dirinya perusahaan2 utk bisa memanage IT mereka masing-masing. Tapi kecenderungan utk mulai bergantung kepada perusahaan lain dan memberikan pekerjaan IT itu semakin nampak. Sekarang, sudah lumrah, dan akan semakin lumrah.
Kesulitan awal pada waktu outsourcing kita lakukan, adalah resistansi dari pengguna perusahaan itu sendiri, yang seharusnya melihat outsourcer sebagai partner, lebih cenderung dianggap lawan. Mungkin karena mereka pikir, pekerjaan dan 'rahasia' mereka sedikit banyak terusik oleh orang lain dalam waktu singkat..
Berikutnya, tanpa SOP dan manual yang jelas, outsourcing akan terseok-seok. Ibarat menjalankan kapal tanpa kompas, menjalankan perahu tanpa tujuan.. Celakanya, inilah kelemahan perusahaan2 Indonesia. Mereka tidak menjalankan prosedur baku yang benar dan terdokumentasi baik. Artinya, PR tambahan buat outsourcer, buat ulang semua SOP dan manual yang ada, artinya pemborosan uang dan waktu lagi buat kedua belah pihak.
Yang ironis berikutnya, banyak perusahaan yang tidak tahu cara mengukur dan mendefinisikan layanan outsourcer. Yang penting ada yang ngurus, wah, itu sih bukan solusi. Bisa bikin runyam malah. Harus ada yang mendefinisikan cakupan kerja, cara mengukur layanan outsourcer, atau SLA. Nah ini lah yang masih kadang2 lupa dilihat orang. Mulai dari outsourcing software development sampai outsourcing technical ataupun keseluruhan IT nya, semua nya harus ada SLA nya.
Berikutnya, yang bisa bikin pusing kepala lagi, pada saat menjalankan outsourcing, dari pihak pengguna, tidak ada orang yang khusus dan konsentrasi memonitor jalan dan pekerjaan outsourcer. Sedikit banyak, perlu ada tim, ada mekanisme, ada cara, ada regular meeting, ada pertemuan2 yang memonitor dan memperhatikan jalannya outsourcer dengan seksama. Artinya, perlu orang / people sekalian tools nya, makanya konsep project management tetap diterapkan dengan menggunakan software-software khusus, seperti software helpdesk management. Itu kan intinya IT selama ini buat perusahaan, tim yang mendukung proses bisnis. Kalo enggak ada, bisa repot. Sedikit banyak, IT jadi tulang punggung, dan sekarang semua jenis bisnis, mulai menggunakan komputer untuk support bisnisnya, sekalipun bisnis tukang pukul..
Kecenderungan ini semakin marak dengan konsep tenaga kerja kita yang mulai menerima konsep kontrak. Kerja kontrak sudah enggak dipandang sepele lagi, karena dengan konsep kontrak inilah, malah kinerja karyawan dapat dipacu dan dimonitor dengan baik.
semuanya saling mendukung, sekarang tinggal berpulang ke perusahaan2 Indonesia, apakah mereka akan tetap mempertahankan untuk mengeluarkan uang banyak untuk investasi orang dan IT mereka, atau mereka akan melibatkan orang lain (yang lebih kompeten) utk mengurusi itu, dan mereka bisa duduk santai dengan melihat dashboard di monitor komputer mengenai performansi IT dan bisnis mereka. Kita lihat saja nanti.
Monday, June 28, 2004
Mungkin harus re-fokus juga dlm diriku sendiri, tapi memang ada beberapa hal yang harus jelas-jelas terdefinisi.
Contoh, untuk jadi perusahaan yang besar, aku rasa, memang harus fokus.
Artinya, kekuatan tim di dalam pun harus fokus.
mungkin blog ini akan jadi saksinya suatu saat nanti.
tapi anyway, blog ini akan aku fokuskan juga untuk menjadi sarana ku mengembangkan diri sebagai konsultan dan enterprenour sejati. okay..
Contoh, untuk jadi perusahaan yang besar, aku rasa, memang harus fokus.
Artinya, kekuatan tim di dalam pun harus fokus.
mungkin blog ini akan jadi saksinya suatu saat nanti.
tapi anyway, blog ini akan aku fokuskan juga untuk menjadi sarana ku mengembangkan diri sebagai konsultan dan enterprenour sejati. okay..
Friday, June 11, 2004
110604 - Fokus donk
Repot juga, punya perusahaan.. tapi blm terfokus. Kita masih blm menentukan apakah di IT Solution, IT Business Consulting atau malah di IT System Integrator. Komponen yang kita miliki semuanya cukup, cuma memang tinggal menentukan sikap aja. Mau konsen di mana.
IT Solution Provider
- Tim konsultan ada
IT Business Consulting
- Tim konsultan blm ada
IT System Integrator
- Tim Network ada
- Tim Software ada
- Tim Project Manager ada
- Tim Marketing ada
jadi ? memang masih kuat di IT System Integrator, cuma harus mengarahkan lagi kearah IT Business Consulting, dimana areanya lebih besar.
IT Solution Provider
- Tim konsultan ada
IT Business Consulting
- Tim konsultan blm ada
IT System Integrator
- Tim Network ada
- Tim Software ada
- Tim Project Manager ada
- Tim Marketing ada
jadi ? memang masih kuat di IT System Integrator, cuma harus mengarahkan lagi kearah IT Business Consulting, dimana areanya lebih besar.
Subscribe to:
Posts (Atom)