Saya hanya seorang yang berpikiran sederhana, mencoba memahami dunia penuh kerumitan, mensyukuri setiap langkah yang diberkati, mendoakan harapan dan berharap hidup saya membuat banyak orang merasa sungguh hidup..
Translate
Sunday, March 30, 2025
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446H
Saturday, March 29, 2025
CAMP SUKSES SEJATI: RAHASIA SUKSES DALAM BISNIS ATAU KARIR
CAMP SUKSES SEJATI:
RAHASIA SUKSES DALAM BISNIS ATAU KARIR
Merasa putus asa dalam berbisnis? Persaingan yang ketat untuk berhasil?
Bahkan setelah sukses masih ada yang merasa kosong dan lelah di tengah pencapaian mereka?
Dalam camp ini, kita akan menggali dasar yang kokoh bagi para pengusaha dan profesional Kristen/Katolik—prinsip yang bukan hanya membawa keberhasilan, tetapi juga ketenangan, kepenuhan, dan makna sejati dalam hidup.
Mari belajar, bertumbuh, dan mengalami transformasi bersama!
Detail agenda 👇 :
🗓 14 - 15 Juni 2025
⏰ 2 full day
🏨 Hotel Luminor, Jakarta
Apa yang Anda dapatkan?
✔ Akomodasi 2D/1N (Twin Sharing)
✔ Free Konsultasi Pekerjaan/Bisnis
✔ Free Tes Psikologi MBTI + DISC
✔ Materi Camp dengan Gnowbe
👇Berikut informasi lebih lanjut tentang SSBL :
https://linktr.ee/KBCSS
Investasi :
👉 Normal : Rp. 2.500.000,-
👉 Promo Maret 2025 : Rp 1.750.000,- (terbatas untuk 15 org pendaftar)
Contact Person:
Rachel https://wa.me/6287889384329/
Penyelenggara: KINGDOM BUSINESS COMMUNITY
Friday, March 28, 2025
Kolaborasi Kunci Sukses Payment Gateway
Dalam Salah satu kesempatan, kami mendapatkan visitasi Dari PT Finnet Indonesia.
Industri payment gateway sendiri mungkin baru muncul di awal tahun 2000an. Ini muncul seiring dengan semakin berkembangnya industri transaksi keuangan. PT Telkom mempeloporinya dengan membuat anak perusahaan yang khusus menangani transaksi jasa sebagai payment gateway.
Dimana peran payment gateway? Bank sebagai penyedia transaksi perbankan ternyata tidak bisa menjadi payment gateway, sehingga memerlukan mitra perusahaan yang berkonsentrasi sebagai payment gateway. Dengan demikian, bank berkonsentrasi menyediakan layanan lain, sedangkan payment gateway menjadi "gateway" untuk beragam transaksi antar mitra, termasuk ke bank.
AI will replace most DOCTORS and TEACHERS within 10 years.
That's what Bill Gates just told Jimmy Fallon.
And he's not wrong.
Think about it:
↳ Medical diagnoses will be instant
↳ Personalized education available 24/7
↳ Expert-level advice at zero cost
The reality?
We're entering an era of "free intelligence" where specialized human skills become automated.
No more waiting rooms.
No more overcrowded classrooms.
No more limited access to expertise.
But here's what's fascinating:
The change isn't coming slowly.
It's happening now.
At unprecedented speed.
And there's no ceiling to what AI can achieve.
Gates calls it "profound and scary" - because once this shift happens, there's no going back.
The world in 2034 won't just be different.
It will be unrecognizable.
Some see opportunity.
Others see disruption.
Both are right.
Wednesday, March 26, 2025
Mengapa Blackberry gagal?
The BlackBerry Bold series, while initially popular, ultimately failed for several key reasons:
1. Late Response to Touchscreen Trend
BlackBerry clung to physical keyboards for too long, while the market was shifting rapidly to touchscreens after the iPhone (2007) and Android phones exploded in popularity. When BlackBerry did release touchscreen phones, they were clunky or poorly executed (like the Storm and Torch).
2. Outdated Operating System
BlackBerry OS was secure and efficient for messaging, but it wasn't built for modern app ecosystems. While iOS and Android had thriving app stores, BlackBerry's app selection was limited, discouraging users and developers alike.
3. Poor User Experience
The user interface on BlackBerry OS became outdated compared to the smoother, more visually appealing UIs on iPhones and Android devices. The Bold series, even with hardware upgrades, still felt "old-school" in comparison.
4. Enterprise Market Shift
BlackBerry was dominant in the corporate world, but when iPhones and Androids began offering secure enterprise features (like MDM, encryption, VPN), businesses started allowing or even preferring these newer platforms over BlackBerry.
5. Failure to Attract Consumers
BlackBerry failed to capture the mainstream consumer market. Its focus remained too narrow on business users, while competitors were winning over everyday users with better cameras, apps, entertainment, and design.
6. Slow Innovation Cycle
Compared to fast-moving competitors like Apple and Samsung, BlackBerry's product development and innovation pace was slow. By the time newer Bold models (like Bold 9900) came out, the tech was already lagging.
In short, the BlackBerry Bold was a great device in a world that quickly outgrew it. The company's inability to pivot fast enough sealed its fate in the consumer smartphone market.
Tuesday, March 18, 2025
Pelajaran dari Runtuhnya Kedai Abuya
Need A Break in Social Media
Tidak terasa, hampir semua sosial media telah saya miliki dan jalani. Tiap-tiap mungkin ada kegunaannya secara spesifik.
Dalam seumuran saya, umumnya memiliki Facebook. Kemudian Facebook mengembangkan Instagram, dan Whatsapp. Tentu saya memiliki ketiganya.
Tapi yang saya temukan powerful adalah Instagram, dimana bisa mengupdate ke Facebook. Sehingga tidak harus dilakukan satu-satu. Tapi cukup dari Instagram, semua konten bisa lari ke Facebook.
Maka sejak 2018, saya terus mengajarkan ke semua orang, untuk bisa saling mengupdate sosial media yang ada, dengan cara yang mudah tentunya.
Website, blog, akan selalu ada. Dan itu yang saya lakukan dengan blog ini sejak 2004. Tapi ada juga beberapa website dan blog yang aktif dan kemudian mati, berubah menjadi blog saja. Itu semua tergantung kebutuhan.
Seperti yang saya katakan di awal, semua ada tujuannya. Untuk membangun "awareness" mengenai produk, solusi, brand, hingga personal brand. Memang kita membutuhkan gabungan ini semua, website + blog + sosial media dan terakhir unified communication.
Inilah tren hidup kita saat ini. Namun saya merasa, ada saatnya kita akan perlu 'break". Dan ini saya lakukan dalam 1 tahun, ada beberapa minggu, saya akan memilih untuk mematikan sosial media.
Jadi sangat penting untuk bisa memperhatikan mengapa anda perlu sosial media, platform yang mungkin saja membuka hidup anda, dan bahkan membuat anda hidup di dunia yang berbeda.
Jadi saya tetap merasakan, pentingnya kita bisa melakukan "break" sosial media. Dengan adanya ini, kita bisa mengevaluasi diri kita, apakah kita telah menggunakan sosial media dengan tepat ?
Happy break social media !
Wednesday, March 12, 2025
Mengapa Riset AI di Indonesia masih rendah ?
Riset AI di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara maju karena beberapa faktor berikut:
1. Keterbatasan Sumber Daya Manusia yang Ahli di Bidang AI
- Jumlah peneliti, data scientist, dan engineer AI di Indonesia masih terbatas.
- Kurangnya program pendidikan dan pelatihan yang fokus pada AI di universitas maupun industri.
- Minimnya kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah dalam pengembangan AI.
2. Keterbatasan Infrastruktur dan Teknologi
- Infrastruktur komputasi yang mahal, seperti GPU dan cloud computing, masih kurang tersedia untuk riset AI.
- Akses terhadap dataset berkualitas yang bisa digunakan untuk training AI masih terbatas.
- Koneksi internet dan akses terhadap teknologi terbaru masih belum merata di seluruh Indonesia.
3. Minimnya Pendanaan untuk Riset AI
- Investasi dari pemerintah maupun sektor swasta dalam riset AI masih sangat rendah dibandingkan negara seperti China, AS, atau Eropa.
- Kurangnya hibah dan insentif bagi peneliti AI untuk mengembangkan inovasi baru.
- Banyak perusahaan yang lebih fokus pada implementasi AI siap pakai daripada berinvestasi dalam pengembangan teknologi AI sendiri.
4. Regulasi dan Kebijakan yang Belum Optimal
- Kebijakan terkait AI masih dalam tahap awal dan belum banyak mendorong pengembangan riset AI secara strategis.
- Kurangnya regulasi terkait data sharing membuat peneliti kesulitan mengakses dataset yang diperlukan.
- Tidak ada roadmap nasional yang kuat untuk membimbing perkembangan riset AI.
5. Budaya dan Mindset yang Belum Mendukung Riset AI
- Banyak perusahaan dan institusi lebih fokus pada adopsi teknologi luar daripada mengembangkan AI sendiri.
- Kolaborasi antara universitas, startup, dan industri masih lemah, sehingga hasil riset sering kali tidak bisa diimplementasikan secara luas.
- Riset sering hanya berhenti di tahap akademik dan sulit untuk dikomersialisasi atau diterapkan dalam dunia nyata.
6. Kurangnya Kompetisi dan Kolaborasi Internasional
- Riset AI Indonesia masih minim partisipasi di konferensi internasional seperti NeurIPS, ICML, atau CVPR.
- Kurangnya kemitraan dengan universitas atau perusahaan AI global yang bisa mempercepat perkembangan riset.
Solusi untuk Meningkatkan Riset AI di Indonesia
- Meningkatkan investasi pemerintah dan swasta dalam riset AI.
- Membuka akses ke data dan infrastruktur komputasi untuk riset.
- Mendorong kolaborasi antara universitas, startup, dan industri dalam penelitian AI.
- Mengembangkan regulasi yang mendukung inovasi AI tanpa menghambat kreativitas.
- Meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan AI untuk menciptakan lebih banyak talenta lokal.
- Membantu peneliti Indonesia untuk lebih aktif dalam kompetisi dan konferensi AI internasional.
Bagaimana RISET AI bisa berhasil ?
Riset AI bisa berhasil jika memiliki strategi yang jelas, sumber daya yang cukup, dan pendekatan yang sistematis. Berikut beberapa faktor kunci keberhasilannya:
1. Definisi Masalah yang Jelas
- Identifikasi permasalahan spesifik yang ingin diselesaikan dengan AI.
- Pastikan ada kebutuhan nyata dalam industri atau bisnis yang ingin dijawab oleh riset ini.
2. Data yang Berkualitas
- AI membutuhkan data yang bersih, terstruktur, dan relevan.
- Pastikan data memiliki volume yang cukup dan mewakili variasi kasus yang akan dihadapi AI dalam implementasi nyata.
3. Pemilihan Model dan Algoritma yang Tepat
- Gunakan pendekatan yang sesuai, misalnya Machine Learning (ML), Deep Learning, atau Natural Language Processing (NLP).
- Eksperimen dengan berbagai model untuk menemukan yang paling efektif.
4. Sumber Daya dan Infrastruktur
- Gunakan hardware yang memadai (misalnya GPU atau TPU untuk deep learning).
- Gunakan framework AI yang efisien seperti TensorFlow, PyTorch, atau Scikit-Learn.
5. Tim yang Kompeten
- Libatkan tim yang terdiri dari Data Scientist, AI Engineer, dan Domain Expert.
- Kolaborasi dengan akademisi atau pakar industri bisa meningkatkan kualitas riset.
6. Evaluasi dan Validasi Model
- Gunakan metrik evaluasi yang sesuai, seperti akurasi, precision-recall, dan F1-score.
- Lakukan validasi silang (cross-validation) untuk menghindari overfitting.
7. Iterasi dan Eksperimen Berulang
- AI berkembang dengan eksperimen berulang dan fine-tuning model.
- Gunakan teknik hyperparameter tuning untuk mendapatkan performa optimal.
8. Aspek Etika dan Keamanan
- Pastikan model AI tidak bias dan tidak melanggar privasi pengguna.
- Terapkan standar keamanan agar AI tidak disalahgunakan atau dieksploitasi.
9. Implementasi dan Pengujian di Dunia Nyata
- Setelah model berhasil dikembangkan, uji dalam skenario bisnis nyata.
- Gunakan feedback dari pengguna untuk menyempurnakan model.
10. Monetisasi dan Keberlanjutan
- Pastikan hasil riset memiliki potensi bisnis yang jelas.
- Cari model bisnis yang bisa mendukung pengembangan dan inovasi AI lebih lanjut.