Translate

Thursday, October 10, 2024

Kendala B2B di Indonesia

 Kendala yang sering dihadapi dalam bisnis B2B (Business-to-Business) di Indonesia meliputi beberapa aspek, antara lain:

  1. Infrastruktur Teknologi yang Kurang Memadai: Meski sudah ada perkembangan digital, banyak bisnis B2B di Indonesia masih menghadapi kendala dalam penerapan teknologi informasi yang optimal, terutama di daerah terpencil yang memiliki akses internet terbatas.

  2. Regulasi dan Birokrasi yang Kompleks: Peraturan pemerintah yang berubah-ubah dan proses perizinan yang panjang seringkali menjadi hambatan bagi perusahaan B2B, terutama dalam hal impor-ekspor, sertifikasi, dan kepatuhan terhadap standar.

  3. Kepercayaan dan Transparansi: Dalam transaksi B2B, membangun kepercayaan antar perusahaan bisa menjadi tantangan. Banyak bisnis masih bergantung pada jaringan personal dan koneksi langsung untuk memastikan reputasi mitra bisnis, karena kekurangan sistem penilaian yang transparan.

  4. Pembiayaan dan Akses Modal: Banyak perusahaan B2B, terutama UMKM, kesulitan mendapatkan pembiayaan atau modal kerja yang cukup. Sistem perbankan dan lembaga keuangan di Indonesia belum sepenuhnya mendukung kebutuhan modal yang fleksibel untuk skala usaha yang lebih kecil.

  5. Logistik dan Distribusi: Indonesia adalah negara kepulauan dengan infrastruktur logistik yang masih berkembang. Distribusi produk ke berbagai wilayah sering kali menghadapi kendala logistik yang berpengaruh pada biaya dan waktu pengiriman.

  6. Pendidikan dan Keterampilan Tenaga Kerja: Tenaga kerja yang kurang terampil, terutama dalam hal manajemen dan teknologi, masih menjadi kendala bagi banyak perusahaan B2B untuk berkembang dan berinovasi.

  7. Persaingan Harga dan Kualitas: Di sektor B2B, tekanan untuk menawarkan harga yang kompetitif sering kali menyebabkan perusahaan kesulitan menjaga kualitas produk atau jasa, terutama dengan adanya persaingan dari produk impor.

  8. Kebijakan Proteksionisme: Beberapa industri menghadapi kebijakan proteksionisme dari pemerintah yang membatasi impor atau mengharuskan penggunaan produk lokal, yang dapat mempengaruhi kelancaran bisnis B2B dalam beberapa sektor.

Mengatasi kendala-kendala ini memerlukan sinergi antara pemerintah, pelaku bisnis, dan penyedia teknologi untuk menciptakan ekosistem bisnis yang lebih efisien dan kompetitif di Indonesia.

Itulah sebabnya , saya membuat IndoBitubi (Indonesia Business to Business), yang difokuskan untuk membangun skill , membagikan knowledge serta jaringan (guanxi) dalam lingkungan B2B di Indonesia.

Kegiatan terdekat kami akan dilakukan di 6 November 2024. Saya mengharapkan kehadiran rekan-rekan bersama-sama di Getcourse Hall , Setiabudi Jakarta Selatan.


Wednesday, October 09, 2024

Ekonomi Bergerak di Q4 2024

Melihat banyak berita mengenai deflasi 5 bulan terakhir, saya merasakan juga, dengan berkurangnya proyek dan pekerjaan yang kami tangani.

Lalu gimana menggerakannya ? Menurut Bong Chandra, ini semua karena jumlah uang yang beredar menurun. Dengan menurun nya, maka tidak banyak pembelian, belanja dilakukan masyarakat

Dengan adanya pergerakan ekonomi global, maka ekonomi suatu negara tidak hanya dipengaruhi faktor internal, tapi juga perlu faktor dari luar, dari negara lain. Maka tidak ayal, pergerakan ekonomi Amerika, China, Eropa juga berdampak besar bagi Indonesia.

Web3 is coming

- otentikasi perlu kriptografi. Kriptografi adalah ilmu dan praktik untuk mengamankan informasi dengan menggunakan algoritme, kode, dan tanda tanganTujuannya adalah untuk menjaga kerahasiaan, integritas, dan keabsahan data.

Web3 industri ini saya jadi ingat kawan saya, Rudi Hidayat, yang mainnya membuat platform web3. Nah, masa depan web3 ini selalu terkait dengan token, virtual dan blockchain.

Mengenai blockchain, ternyata sebenarnya banyak dan besar sekali penerapannya. Bagaimana melibatkan diri dalam blockchain? 

Pertama, ini desentralisasi. Sangat kontrakdiktif dengan apa yang saya pelajari selama ini, yaitu sentralisasi. Jaringan IT umumnya sentralisasi. Meskipun demikian, blockchain terdistribusi di jaringan yang tersentralisasi, karena semua jaringan akan memiliki node jaringan, dan terkoneksi satu dengan yang lain. Dalam pandangan saya ini seperti big wide area network. Perbedaannya adalah pemrosesan data bisa di titik terjauh, di edge, ujung di berbagai tempat.

Kedua, web3 dan blockchain ini juga akan mengatur agar kepemilikan data dan privasi ada di tempat kita, tanpa bergantung ke platform lain.

Ketiga, web3 dan blockchain ini akan mengatur otomatisasi. Misal otentikasi transaksi, pembelian, selama key nya sesuai, maka bisa otomatis. Ini mungkin yang belum terlalu siap kita jalani. Tapi saya tahu, di perbankan, mereka telah menerapkan ini dalam beberapa aplikasinya.

Keempat, privasi, skalabilitas, peraturan, akan selalu jadi masalah di Web3 dan blockchain. Maka kita harus bersiap diri mempersiapkan ini.