Segeralah ke dokter bila kita menemukan kelainan di mata si kecil. Jangan
ditunda, demi masa depannya.
Mata memiliki banyak fungsi. Di samping untuk melihat dalam arti
ketajaman penglihatan, mata juga berfungsi untuk melihat warna dan
melihat luas lapangan. "Selain itu, fungsi yang paling tinggi adalah
kesadaran ruang (stereovision)," ujar dokter spesialis mata dari RS Mata
Aini, Dr. Abdul Manan Ginting.
Kesadaran ruang adalah kemampuan membedakan jauh dekat dan hanya bisa
dilakukan jika kedua mata memiliki fungsi yang baik. "Kedua belah mata
harus mempunyai penglihatan yang baik atau hampir sama baiknya dan
mempunyai kemampuan untuk berfusi atau bekerja bersama," lanjut Ginting.
Nah, apa yang terjadi jika mata juling? "Mata juling yang tidak segera
ditangani akan mengakibatkan si penderita kehilangan kemampuan
stereovision untuk selama-lamanya," tegas Ginting. Orang-orang ini akan
kehilangan lapangan pekerjaan tertentu, misalnya pilot, ahli bedah, dan
sebagainya. "Ia tidak memiliki perspektif. Jadi, jangan anggap sepele.
Harus segera dikenali dan ditangani."
FUNGSI RUSAK
Menurut Ginting, mata harus selalu bergerak harmonis, baik ke kanan, ke
kiri, ke atas, maupun ke bawah. Selain itu, mata juga harus selalu menuju
pada satu titik, baik melihat jauh maupun dekat. Gerakan kedua mata ini
bisa harmonis karena ada 6 buah otot yang menggerakkannya. Keenam otot
ini memiliki 3 buah syaraf mata yang berpusat di otak.
Juling atau strabismus atau squint bisa terjadi karena berbagai faktor.
Misalnya saja, faktor bawaan. Juling juga bisa terjadi karena kerusakan
pada otot, syaraf, atau karena pusatnya yang rusak. Pusat yang rusak ini
bisa di pusatnya sendiri, tetapi bisa juga akibat mata yang tidak
mendapat rangsangan. "Kalau mata tidak mendapat perangsangan, ya,
sentrumnya tidak bisa bekerja. Akibatnya, tidak bisa mengatur ke mana
mata akan melihat," ujar Ginting.
Pada orang dewasa, juling lebih banyak terjadi karena kelainan syaraf,
misalnya karena radang atau stroke. Sedangkan pada anak, yang paling
banyak terjadi adalah juling karena gangguan pada otot-otot mata. Pada
anak, juling karena gangguan syaraf seringkali terjadi karena trauma
persalinan. "Misalnya persalinan yang menggunakan vacuum. Ini bisa
membuat salah satu otot menjadi lumpuh," lanjut Ginting.
Gangguan otot mata bisa karena impuls/rangsangan yang diberikan oleh
syaraf bekerjanya tidak sama untuk semua otot. "Ada yang over action atau
under action, sehingga mata menjadi tidak harmonis," lanjut dokter
lulusan UI ini.
Selain fungsinya yang rusak, bisa juga karena ototnya yang memiliki
kelainan. "Ada otot yang memang terlalu lemah dan ada yang terlalu besar,
sehingga mata dalam gerakannya tidak normal. Ini biasanya dibawa dari
lahir dan seringkali ada faktor-faktor genetik," ujar Ginting.
Ada lagi juling yang tidak ada hubungannya dengan otot atau syaraf, yaitu
pada bayi atau anak yang penglihatannya jelek atau bahkan buta. "Dalam
keadaan istirahat, mata akan bergerak keluar, misalnya saat tidur. Nah,
mata yang tidak bisa melihat, tidak bisa dipacu untuk melihat suatu
benda, sehingga akan bergerak ke arah luar. Akibatnya, mata akan menjadi
juling."
Di sisi lain, terdapat pula juling yang bukan juling, yang terjadi pada
kelompok etnis Cina atau Jepang. Bayi yang baru lahir dari kelompok etnis
ini, secara relatif memiliki jarak antara pinggir kelopak mata yang
lebar. Akibatnya, terkesan matanya masuk ke dalam (telecanthus) dan
dianggap juling. "Juling semacam ini disebut juling palsu (pseudo
strabismus) dan akan hilang sendiri setelah anak dewasa," ujar Ginting.
JENIS KELAINAN
Juling dibagi menjadi 2 bagian, yakni juling manifest (trophia/nyata).
Juling jenis ini bisa dilihat langsung oleh orang awam. Misalnya, mata
keluar, satu ke atas satu ke bawah, atau satu ke kanan satu ke kiri.
Juling trophia harus lebih cepat ditangani. Karena pada juling jenis ini,
biasanya salah satu mata akan menjadi lebih dominan, sementara yang
lainnya menjadi tidak dominan. "Nah, mata yang tidak dominan ini tidak
pernah bisa memberikan impuls ke otak sehingga otak tidak bisa
berkembang. Akibatnya, penglihatannya pun tidak berkembang," ujar
Ginting. Ini yang disebut ambyopia atau lazy eyes atau mata malas.
Jika ini yang terjadi, sebaiknya segera ditangani sedini mungkin. "Jangan
sampai menunggu hingga anak berusia lebih dari usia 4 tahun."
Penanganannya bisa dengan merangsang mata yang malas.
Yang paling sederhana adalah dengan menutup mata yang berfungsi bagus,
kemudian memaksa mata yang juling tersebut untuk digunakan. "Kalau sudah
ada kemajuan, baru dilakukan operasi supaya mata tidak kembali menjadi
malas," ujar Ginting. Atau sebaliknya, dilakukan operasi terlebih dulu,
kemudian baru dilakukan perangsangan. "Tetapi biasanya yang didahulukan
adalah mengembalikan fungsinya."
Ada juga juling manifest tetapi bermasa depan bagus, yakni alternating
squint. "Juling jenis ini, mata yang digunakan bergantian. Pada posisi
tertentu mata kanan yang digunakan dan pada posisi tertentu mata kiri
yang dipakai. Jadi, tidak terjadi lazy eyes," ujar dokter yang juga
praktek di Jakarta Eye Center.
Juling yang kedua adalah juling yang disebut intermitten atau phoria.
"Juling ini hanya terjadi kadang-kadang saja dan biasanya lebih susah
didiagnosis karena secara fisik tidak tampak. Ini dapat dikenali misalnya
saat melamun," ujar Ginting.
Penanganan juling intermitten masih bisa menunggu sampai anak menjadi
lebih dewasa. "Karena untuk juling jenis ini, pada saat tertentu kedua
mata bisa bekerja bersama. Sehingga, kalau pada suatu saat ia dioperasi,
kedua matanya sudah memiliki kemampuan melihat bersama-sama (fusi)."
Sebetulnya, semua operasi mata juling adalah untuk memperkuat dan
melemahkan otot, karena impulsnya sama namun responnya beda. Impuls A
pada satu otot, gerakannya dibuat menjadi 10, tetapi di otot lain menjadi
20 sehingga tidak harmonis. Karena itu, otot yang salah ini diperlemah.
"Tetapi, kalau satu saja yang diperlemah, otot bisa menjadi disfungsi.
Karena itu, yang kuat dilemahkan dan yang lemah dikuatkan supaya
seimbang," jelas Ginting lebih lanjut.
BISA PULIH
Begitulah, ada juling yang bisa dengan mudah dikenali dan ada juga yang
tidak mudah dikenali. "Jadi, sebaiknya anak segera diperiksakan ke dokter
mata sedini mungkin supaya tidak terlambat. Jika usia anak sudah di atas
9 tahun, prospek kesembuhannya hampir tidak ada," tambah Ginting.
Juling juga tidak mengenal perbedaan strata sosial maupun ekonomi. "Bisa
menimpa anak perempuan atau laki-laki. Banyak anak yang juling berasal
dari orangtua yang tidak juling. Yang penting adalah bagaimana kita
mengenali dan melakukan tindakan supaya fungsi mata tidak terganggu.
Kalau ditemukan lebih dini, maka 100 persen bisa dipulihkan, kok," ujar
Ginting.
Hasto Prianggoro. Foto: Dok.Jakarta Eye Center
Terapi Mata Juling
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui apakah anak juling atau
tidak. Tentu, yang paling baik adalah membawanya ke dokter. Beberapa tips
dari Dr. Abdul Manan Ginting di bawah ini bisa membantu untuk mengetahui
apakah anak juling atau tidak:
* Hirsberg Test
Caranya dengan menyenter kedua mata dari jarak sekitar 50 cm. Kemudian
lihat, di mana titik cahaya lampu senter. Kalau kedua titik cahaya berada
di tengah mata, berarti mata normal (ortho).
Selain mengarahkan tepat dari depan, tes ini juga bisa dilakukan dengan
menggerakkan lampu senter ke kiri atau ke kanan. Yang normal, letak titik
selalu simetris. Kalau lampu senter diarahkan miring ke kanan, maka kedua
titik cahaya di mata pun dua-duanya ke sebelah kanan. Kalau titik cahaya
satu di tengah dan satu di pinggir, maka kemungkinan besar anak juling.
* Cover Uncover Test
Tes ini biasanya untuk anak yang lebih besar, misalnya setelah usia 1
tahun. Caranya, dengan menggunakan lampu senter atau boneka yang
diletakkan di muka anak. Kemudian mata kiri dan kanan kita tutup
bergantian.
Pada mata normal, mata tidak akan bergerak dan tetap menghadap ke arah
lampu senter atau boneka. Ini berarti fungsinya bagus. Otak akan berkata,
"Kamu lihat ke senter/boneka itu!" Kalau bergerak pada waktu tutupnya
dipindahkan, maka kemungkinan besar ia juling.
* Menutup Satu Mata
Caranya, tutuplah sebelah mata anak. Misalnya, mata kanannya. Jika mata
kanannya jelek, maka ketika ditutup, anak tidak akan marah atau mencoba
menepis tangan yang menutupi matanya tersebut. Anak akan marah ketika
Anda menutupi mata kirinya, karena penglihatannya terhalang. Ini
menunjukkan bahwa mata sebelah kanannya tak baik.
Selain tes untuk mengetahui apakah anak juling, tes ini juga penting,
karena ada anak yang tidak juling tetapi salah satu matanya tidak
melihat. Misalnya, anak yang lahir dari ibu yang menderita toksoplasma.
"Matanya bagus, tapi ia tidak bisa melihat, karena bagian vital retinanya
mengalami kerusakan karena parasit toksoplasma," ujar Ginting.
build, access and manage your IT infrastructure and web applications