Translate

Friday, October 23, 2020

MOTIVATING YOUR TEAM , VIRTUALLY



Malam itu saya sedang diskusi dengan seorang marketing director di sebuah perusahaan multinational. Sebut saja namanya Tika.

Tika adalah seorang talent dalam bidang marketing, yang sudah lama meniti kariernya di beberapa perusahaan. Dan akhirnya, dengan track record yang sangat bagus, dia sekarang menduduki posisi marketing director di perusahaan itu.

Tadinya kami janjian mau makan malam di sebuah mall, tapi karena PSBB, Tika bilang ke saya, "Mas, giliran saya yang traktir ya. Saya akan order makanan yang sama, nanti kita makan, dan kita Zoom sambil ngobrol." 
"Siap." Jawab saya. 
**
Dan malam itu cukup lucu, karena saya menerima kiriman sebuah salad, sebuah steak, dan sebuah dessert, lengkap dengan jus nanas kesukaan saya. Kami pun mulai diskusi. Tika menceritakan tentang pekerjaannya dan tentang challenge yang dia hadapi.

Dia bilang ke saya, "Mas, sebenarnya secara challenge bisnis, semua orang juga akan mengerti bahwa memang pada masa krisis ini, karena pandemi, tentu saja semua orang sedang dalam masa sulit. Dan berarti bisnis memang sulit, revenue sulit. Saya sangat mengerti hal itu. Masalah yang saya hadapi bukan pada leading the business, tapi leading your team." Tika berhenti sejenak untuk meminum minumannya.

Malam itu meskipun lewat Zoom, saya tetap melihat betapa kecantikan alami Tika yang berpadu dengan kecerdasan yang tergambar dari kata-katanya. 
Tika melanjutkan, "Mas Pam kan selalu bilang, bahwa being a leader berarti keseimbangan antara tiga hal ini: lead your business, lead your team, and lead yourself. Saya lagi punya masalah dengan lead your team nih, Mas. Karena kita bekerja secara remote dan virtual. Kita tidak bisa leluasa datang ke kantor karena PSBB. Saya merasa bahwa ikatan emosional dan engagement tim saya jadi rendah. Dan saya jadi kebingungan bagaimana memotivasi dan mengembangkan mereka dalam situasi seperti ini, yang kita tidak tahu kapan hal ini akan berakhir. 
"Jadi pertanyaan saya sederhana, bagaimana memotivasi tim saya dalam situasi pandemi Covid-19, terutama secara digital connection ini." 
**


Pertanyaan yang disampaikan Tika memang sangat relevan.

Pertanyaan itu mungkin banyak juga ditanyakan oleh leader-leader yang lain. 
Covid-19 di satu pihak membawa efektifitas dan efisiensi karena kita dapat bekerja secara digital dari rumah, tidak usah datang ke kantor. Tetapi benar juga bahwa kadang-kadang emotional engagement, atau ikatan emosional, antara atasan dan anak buahnya, antara rekan satu tim, menjadi berkurang. 
Terus bagaimana, apakah kita tidak mungkin menimbulkan emotional engagement tersebut, meskipun kerja secara digital? 
Ternyata tidak. Ternyata masih mungkin. Kita lihat ya. 
**
Dulu, saya menjadi Direktur HR sebuah Bank, pada saat kami akan memindahkan transaksi, dari pertemuan fisik dengan teller di kantor cabang, ke mobile banking dan internet banking, awalnya juga banyak yang komplain. Orang-orang bilang, "Tapi kan beda ... kalau di digital kita ngga ketemu, ngga bisa menunjukkan perhatian. Apakah nasabah akan mau diperlakukan seperti itu?" Pertanyaan yang sama terucap.

Beberapa tahun kemudian, ternyata nasabahnya oke. Ternyata, para pelanggan juga lama-lama malas pergi ke kantor cabang. Macet, panas, hujan, cari parkiran susah. Mending juga di rumah, pakai internet banking atau mobile banking. 
Dan tren yang sama sedang terjadi dengan hubungan anak buah dan atasan.
**

Intinya apa? 
Pada saat kita sedang mengalami perubahan, perubahan paradigma, perubahan sistem, perubahan budaya, dan perubahan cara kerja atau way of working, pasti akan ada tantangan pada awalnya. Tapi bukan berarti tidak mungkin. Pasti bisa dong, menghasilkan emotional engagement meskipun kita bekerja dari rumah, meskipun secara digital. 

"Terus bagaimana dong, menimbulkan atau menumbuhkan emotional engagement meskipun tidak ketemu secara langsung?" 
Intinya kan begini, pada saat kita ketemu di kantor, itu sebuah tim, antara bos dan anak buah, atau antara peer, tanggung jawab seorang bos itu kan bukan hanya memberikan pekerjaan, tetapi bos juga harus memberikan perhatian, pekerjaan, dan pengembangan. 
Berarti apa? 
3P itu tadi, yakni perhatian, pekerjaan, dan pengembangan harus dilakukan baik pada saat Anda bekerja secara digital, maupun pada saat Anda bekerja di kantor. Mau ketemu atau engga, ngga ada masalah, asalkan Anda memberikan ketiga hal itu. 
Kan ngga enak juga, kalau di kantor kita lagi ketemu, belum apa-apa langsung 'Nih, kerjain.' 
Apa yang dilakukan bos yang baik? Pasti tanya dulu dong, 'Apa kabar? Sehat? Bagaimana anak? Bagaimana keluarga? Kemarin hari Sabtu ngapain aja?' itu perhatian. 
Setelah itu baru ngomong pekerjaan. 'By the way, untuk proyek ini, sampai di mana progress-nya? Apa yang harus kita lakukan?' dan lain sebagainya. 
Setelah pekerjaan, jangan lupa ngomong tentang pengembangan karier. 'Kamu di sini sudah berapa tahun? Karier aspirasimu menjadi apa?' Dan kemudian 'Bagaimana kita akan mengembangkan kamu bersama-sama supaya kamu mencapai aspirasi yang kamu cita-citakan.' 
Bos yang baik melakukan ketiga hal itu.
**

Problemnya adalah dengan kesibukan digital, karena kita tidak bertemu langsung, mudah sekali bagi setiap bos itu untuk straight to the point. Begitu ketemu, 'Ini sudah dikerjakan belum? Kamu harus ngerjain ini. Tolong kerjakan yang ini.' Lama-lama, anak buah Anda melihat e-mail Anda, pesan WhatsApp Anda, atau melihat ponsel berbunyi dengan nama Anda di layar, sudah alergi duluan. 
Terus gimana dong enaknya? 
Ya lakukan hal yang sama. Mau digital, mau di kantor, lakukan: perhatian, pekerjaan, dan pengembangan. 3 hal ini sangat penting.
**

Jadi bagaimana? 
Pertama, kalau lagi nelpon atau lagi berhubungan, tanyakan dulu kabarnya. Sediakan waktu yang cukup untuk berdiskusi. Perhatian kepada dia, apa yang bisa dibantu. Jangan straight to the point. Siapa tahu anak buah Anda stress di rumah terus, siapa tahu dia stress ketemu istrinya tiap hari, siapa tahu dia stress karena mungkin gajinya dikurangi, atau bonusnya menurun. Kasih perhatian, dan tanyakan apa yang Anda bisa bantu. 
Karena, pertanyaan paling hebat yang seorang leader bisa tanyakan bukannya 'Kapan kamu menyelesaikan pekerjaan ini?' tapi 'Apa yang bisa saya bantu untuk membuat kamu lebih sukses lagi?' 
Kedua, baru melangkah ke pekerjaan. Sampaikan objektif yang harus dicapai, tanyakan bagaimana kira-kira dia akan mengerjakan tugasnya, challenge dia untuk membuat beberapa alternatif, dan terakhir membuat kesepakatan apa yang akan dilakukan dan bagaimana memonitornya. 
Last but not least, pengembangan. Meskipun lagi digital, jangan lupa untuk melakukan pengembangan karier. Tetap diskusikan dengan dia, karier aspirasi dia apa, strength dia apa, gap yang harus dikembangkan apa, bagaimana mengembangkan, dan bagaimana memonitornya.

Jadi ingat, baik Anda bekerja secara bertatap muka di kantor, maupun bertemu secara digital, lakukan ketiga hal ini:
A) perhatian kepada anak buah, 
B) pekerjaan dengan target yang jelas dan dapat dimonitor, dan terakhir...
C) pengembangan karier team member anda

Saya mengakhiri dengan mengingatkan tugas seorang leader dari tiga perspektif: lead your business, lead your team, and lead yourself. 


Salam hangat, 
Pambudi Sunarsihanto