Translate

Monday, June 25, 2007

Memotivasi Kita (Jemaat) untuk Melayani

Memotivasi Kita (Jemaat) untuk Melayani

fankychristian@gmail.com – May 2007

(untuk Majalah HODOS)

Tulisan ini merupakan ringkasan sekaligus penjabaran dari buku saku “Bagaimana Memotivasi Jemaat Melayani”, karya Pdt. Herman Soekahar, B.Th. Buku kecil ini mudah dipahami dan dimengerti, serta diambil sarinya untuk perkembangan jemaat kita.

Pada waktu memulai pelayanan sebagai penatua, ada beragam pertanyaan yang muncul, tentang bagaimana seharusnya saya melayani. Pertanyaan tiga tahun yang lalu itu, kembali muncul dalam refleksi saya setelah melewati masa tugas 3 tahun pertama. Dan, mungkin, buku saku ini salah satu yang memacu kembali semangat dan sukacita pelayanan saya untuk kembali bersedia dan bersiap memasuki 3 tahun pelayanan berikutnya.

Pelayanan kepada Yesus Kristus, sang kepala Gereja pada saat ini sebenarnya berlandaskan kepada:

- prinsip-prinsip pelayanan yang pernah diajarkan dan dibuat oleh Kristus dan para Rasul-Nya atau para Murid-Nya serta telah diikuti oleh Jemaat mula-mula

- sejarah perkembangan pelayanan di lading Tuhan

- tantangan pelayanan setempat di mana Gereja berdiri

Karena jarak waktu yang demikian lama antara Gereja mula-mula dan Gereja masa kini, serta variabel-variabel sesuai dengan konteks di mana Jemaat Tuhan itu ditempatkan, maka tidak mustahil dapat terjadi bahwa Pelayanan Jemaat Tuhan pada masa kini tidak lagi sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Yesus Kristus pada para rasul-Nya.

Dalam kehidupan-Nya sebagai Guru dan Tuhan, Yesus Kristus mengajarkan hal-hal yang penting sehubungan dengan pelayanan bagi Kerajaan Allah.

  1. Pelayanan yang dilakukan bukanlah paspor masuk kerajaan Sorga.

Diantara para pengikut Kristus sepanjang zaman, akan selalu ada kemungkinan timbulnya salah pengertian mengenai konsepsi pelayanan itu. Seringkali orang beranggapan bahwa pelayanan yang dilakukan merupakan paspor baginya untuk masuk ke dalam kerajaan Sorga. Maka tidak heran banyak murid Tuhan senang mengungkapkan dan menceritakan sejarah pelayanannya dan buah pelayanannya dengan motivasi untuk membanggakan diri bahwa dia telah diberi hak untuk masuk ke dalam kerajaan Sorga. Sebelumnya Yesus telah bernubut tentang salah paham terhadap konsep itu. Nubuat itu tertulis dalam Matius 17:21-23. Orang-orang itu mengatakan kepada Tuhan:

“ – dengan nama-Mu kami telah bernubuat

Bernubuat adalah menyampaikan berita dari Allah, sehingga tidak harus berarti meramalkan hal-hal yang akan datang. Istilah “Nama-Mu selalu kami pakai dalam kegiatan pelayanan kami bagi kerajaan Sorga” selalu dipakai.. Pada waktu itu, dengan tegas, Yesus Kristus berkata “Aku tidak mengenal kamu (Mat 7:23). Jadi jelas, bukan pelayanan yang dilakukan demi Nama Tuhan itu yang akan membuat kita masuk ke dalam kerajaan Sorga, tetapi “melakukan kehendak Bapa” itulah yang akan memberi hak kepada kita untuk memasuki kerajaan Sorga. Pelayanan yang dikerjakan yang tidak seturut dengan kehendak Allah Bapa adalah identik dengan “melakukan kejahatan di hadapan Tuhan kita”, sekalipun kita mengatakan “hal itu kubuat demi Nama Tuhan”.

Inilah yang seharusnya Tuhan inginkan, yaitu pelayanan kita dilakukan sepenuhnya untuk kemuliaan Tuhan, bukan demi kepentingan tertentu, bukan demi kepentingan Badan Pelayanan, bukan karena kepentingan Komisi, bukan karena ingin dipandang – ingin dilihat orang, seharusnyalah semuanya karena “melakukan kehendak Bapa”.

Memahami ini ternyata tidak mudah, karena lebih mudah melihat orang-orang tertentu menonjol dalam pelayanannya karena ingin dilihat orang. Orang tertentu menjadi sangat aktif dan dominan karena ingin menunjukkan dirinya (aktualisasi diri), dan orang tertentu menjadi sangat posesif atas pelayanannya. Tetapi dengan kuasa Tuhan, dan kemurnian hati kita, serta kesungguhan kita melayani, akan semakin membukakan mata kita, apakah pelayanan yang kita lakukan ini adalah pelayanan yang “melakukan kehendak Bapa”.

  1. Diperlukan pergumulan doa untuk mendapatkan pekerja Kristus yang baik (Mat 9:37-38).

Dalam pelayanan-Nya di bumi Palestina itu, Yesus melihat begitu banyak orang yang membutuhkan pertolongan-Nya. Ia melihat ladang Allah begitu luas, perlu pekerja yang begitu banyak. Sebab itu, disamping memanggil 12 rasul, Ia juga memanggil 70 orang murid lain dan sepanjang zaman, Ia selalu memanggil manusia untuk bekerja di ladang-Nya, untuk merawat jiwa-jiwa yang terlantar seperti domba yang tidak tergembalakan. Nah, untuk mendapatkan pekerja di ladang Allah yang memadai dengan tuntutan pelayanan yang ada, Yesus menunjukkan bahwa kita harus “minta kepada Allah yang empunya pekerjaan agar Dia mengirimkan pekerja-pekerja yang tepat untuk ladang-Nya itu”.

Pergumulan kita untuk menantikan pekerja-pekerja yang Tuhan siapkan untuk bekerja di ladang-Nya tidak mudah. Seringkali kita harus menunggu begitu lama untuk mendapatkan seorang Pendeta. Seringkali kita harus berjuang, bergumul dan berharap, untuk mendapatkan Penatua yang sepadan. Dan tidak jarang, sangat sulit mempertahankan re-generasi kepengurusan dalam Badan Pelayanan dan Komisi. Seringkali jawaban yang sama kita terima dari orang-orang yang kita gumuli dan kita minta untuk terlibat dalam pelayanan. Tapi sekali lagi, jangan jera. Karena memang diperlukan keterlibatan Tuhan dalam hal ini, dimana Dia saja yang mengetahui dengan tepat, siapa dan apa yang harus dikerjakan sang pelayan dalam bidang pelayanan yang Tuhan siapkan.

Dan ternyata juga, pergumulan kita membutuhkan perjuangan nyata. Seringkali orang-orang tertentu memiliki potensi dan kerinduan untuk melayani, yang begitu besar, sehingga seolah ingin menonjol diantara orang lain. Tetapi, percayalah, Tuhan sendiri yang akan menentukan. Semula, saya tidak dengan mudah menerima hal ini, yaitu bahwa orang-orang tertentu masuk ke dalam lingkungan pelayanan, padahal kita mengetahui tindak-tanduk dan tingkah laku negatifnya, tetapi ternyata, dari yang tidak sempurna – muncullah yang sempurna. Dari teman pelayanan yang seolah kita lihat tidak mampu, dialah yang malah paling sering menguatkan. Dari orang yang kita lihat paling susah diatur, dialah yang paling bekerjasama. Tuhan membuat semua indah pada waktunya.

  1. Yang melayani membutuhkan kuasa Ilahi (Mat 10:1)

Yesus mengerti benar tantangan pelayanan pada zaman itu yang akan dihadapi oleh murid-muridNya, sebab itu, Ia memberikan kuasa kepada mereka. Kuasa yang diterima oleh para murid tidak hanya kuasa dari Allah dalam bentuk Roh Kudus, tetapi juga kekuatan, kemampuan, energi, kuasa serta otoritas untuk melakukan pelayanan tersebut.

Saya ingat sekali, betapa saya merasa sangat tidak mampu menerima pelayanan sebagai ketua Panitia Natal Umum, tetapi saya tahu dengan pasti, Tuhan tidak pernah tinggal diam. Dia akan memberikan kekuatan, baik dalam bentuk Roh Kudus yang membuat pikiran dan jiwa kita bertindak dalam kehendakNya, dan juga kekuatan fisik, kesehatan jasmani, energi, dinamis tubuh kita dan berbagai kemampuan komunikasi serta koordinasi untuk memenuhi pelayanan yang dipercayakan kepada kita.

  1. Pelayanan tidak boleh diperjualbelikan (Mat 10:8)

Dalam pelayanan yang dikerjakan oleh murid-murid Tuhan, ada banyak orang yang disembuhkan dari kerasukan setan, sakit penyakit mereka, dan banyak orang yang dihiburkan dalam penderitaan mereka oleh sebab kuasa Roh Kudus yang menyertai mereka. Singkatnya, ada banyak orang yang mengalami keadaan yang baik melalui pelayanan mereka. Hal itu tentu akan menggoda murid-murid untuk memperjualbelikan pelayanan dan karunia Allah itu. Hanya mau memberikan pelayanan asal ada imbalannya. Kalau demikian, motivasinya bukan lagi mengerjakan pekerjaan Kristus tetapi mendapatkan imbalan. Terhadap hal ini Yesus memperingatkan mereka yang melayani dengan ucapan ”Kamu telah memperoleh dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah dengan cuma-cuma pula”.

  1. Dalam pelayanan, diperlukan keseimbangan antara sifat cerdik dan tulus (Mat 10:16)


Yesus Kristus menasihatkan para murid-Nya yang diutus itu agar cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Mengapa harus demikian? Sebab mereka diutus ke dalam suatu lingkungan bagaikan domba di tengah-tengah serigala. Bahaya sewaktu-waktu dapat muncul dan memusnahkan mereka.

“Cerdik seperti ular” artinya cepat tanggap terhadap bahaya yang akan muncul dan cekatan untuk menghindarkan diri dari bahaya. “Tulus seperti merpati” artinya memiliki karakter yang polos.

Dalam pengalaman pelayanan kita menemukan bahwa bukan semua jemaat hidup dalam ketulusan seperti merpati. Kadang-kadang ada yang memasang jerat dan jebakan-jebakan dalam pelayanan. Kalau seorang hamba Tuhan hanya memiliki ketulusan hati saja berarti dia telah menjadi umpan yang empuk. Kita harus meminta hikmat dari Tuhan agar dapat menjadi orang yang cerdik tetapi memiliki karakter yang polos.

Para pelayan seolah masuk ke dalam lingkungan birokrasi rumit apabila berhubungan dengan Majelis Jemaat. Padahal di lingkungan Majelis Jemaat, memikirkan bagaimana sebanyak mungkin orang dapat terlibat dalam pelayanan. Jadi seharusnya saling melengkapi. Tentu saja, hal ini dapat diatasi dengan komunikasi dan koordinasi. Dan sekali lagi, cepat tanggap dan ketulusan sangat berperan dalam komunikasi yang terjadi.

  1. Pelayanan menuntut kerelaan berkorban bagi Tuhan dan orang yang dilayani (Markus 10:43-45)

Yesus Kristus telah meninggalkan teladan pelayanan. Ia datang untuk berkorban memberikan nyawa-Nya bagi keselamatan manusia. Mereka yang melayani dituntut kerelaan untuk berkorban: uangnya, waktunya, tenaganya, bahkan kalau perlu korban nyawanya.

Rasul-rasul Kristus telah pergi mewartakan Injil dan mereka telah menyerahkan nyawanya bagi Injil itu sebagai korban di atas mezbah.

Saya melihat dengan jelas, banyak orang yang meluangkan waktunya, mulai dari hal terkecil, mengantar orang melayani, hingga menyumbangkan uang dalam jumlah besar untuk mendukung pelayanan. Dari waktu, tenaga dan harta, inilah yang Tuhan minta. Tetapi kita harus bersiap juga, apabila nyawa pun harus diberikan.

  1. Tidaklah patut untuk membanggakan diri karena telah melayani (Lukas 10:17-20; 17:7-10)

Ada bahaya besar yang akan mengancam mereka yang telah sukses dalam pelayanan, yaitu merebut kemuliaan Allah bagi dirinya sendiri. Hal itu tercermin jelas dalam dua perikop di atas. Keberhasilan kita dalam pelayanan bukanlah karena kehebatan kita, tetapi karena kita diberi wewenang untuk melakukan tu, sebab kita telah menerima Roh Kudus dan kekuatan dari Allah. Setiap mereka yang melayani Tuhan haruslah menyadari hal ini baik-baik.

Ini mungkin yang paling susah kita hindari. Apabila kita terlibat dalam pelayanan tertentu, maka otomatis, kita bangga terlibat di dalamnya. Terlibat dalam proyek-proyek besar gereja bukan membuat kita semakin besar, tetapi harusnya membuat kita semakin kecil di hadapan Tuhan.

  1. Yang melayani harus bersedia mengikut Yesus di mana pun Yesus berada (Yohanes 12:26)

Kita tidak dapat mengharapkan hanya dalam kemuliaan bersama Yesus Kristus, Tuhan kita, tetapi juga harus bersedia ikut menderita bersama Dia. Rela dicemooh, dihina, difitnah, ditolak karena kebenaran Injil.

Melayani Tuhan bukanlah hal yang mudah, tetapi Tuhan senantiasa memberikan kita kekuatan untuk menjalaninya. Oleh karena itu, apabila Saudara diminta untuk melayani Tuhan dalam bidang pelayanan tertentu, bergumullah, meminta jawaban Tuhan, diam dan menunggu dengan sabar. Apabila hati kita berkata, “saya siap ya Tuhan”, maka Tuhan akan memberikan kita kekuatan dalam bentuk Roh Kudus, dan kekuatan jasmani, pikiran untuk menjalaninya.

Saya jadi ingat perihal suksesi seputar penggantian kabinet SBY yang baru saja berlalu. Setelah mengevaluasi para pembantunya 6 bulan yang lalu, SBY memutuskan untuk mengangkat pembantu dan memutasi pembantunya. Sedangkan, masyarakat telah menunggu begitu lama, menantikan gerakan istimewa SBY ini. Bayangkan, ladang (masyarakat) di luar sana begitu banyak yang harus dikerjakan, tetapi yang mengerjakan sedikit (pembantu). Tidak semua orang dipilih, semua hal ditimbang seksama, bahkan mungkin memerlukan waktu. Tetapi pemilihan pembantu SBY mencapai titik, dimana semua pihak berpikir memang sangat diperlukan adanya pembantu-pembantu ini. Tuhan mempersiapkan semua pada waktunya.

Bayangkanlah, Saudara ditelpon malam ini untuk membantu SBY dalam hal tertentu. Tentu pertanyaan berikutnya adalah “apakah saya mampu?”. Kerendahan diri kita dalam menanggapi kepercayaan yang diberikan kepada kita oleh orang lain (ataupun Tuhan) memang sangat penting. Tetapi juga sangat penting untuk percaya diri dan percaya bahwa Tuhan akan membantu. Maka, apabila suatu ketika, Saudara diminta oleh rekan seiman, pendeta, penatua dan Majelis Jemaat – untuk melayani dalam bidang pelayanan tertentu. Percayalah, Tuhan bekerja di dalamnya.

Pertanyaan selanjutnya adalah “bagaimana saya bekerjanya?”. Tuhan mempercayakan suatu bidang pelayanan kepada Saudara, karena Dia meyakini, bahwa Saudara memiliki POTENSI. Selain hal ini, karena Saudara memiliki PENGETAHUAN / Knowledge. Juga adakalanya, karena Saudara memiliki KEMAMPUAN / Skill. Dan jangan lupa, mungkin juga karena Saudara memiliki SIKAP / Attitude. Nah, apabila ternyata Saudara hanya memiliki satu atau dua dari hal-hal diatas, maka Saudara sebaiknya mencari cara untuk meningkatkan dan mendapatkan hal lainnya.

Seringkali dalam awal masa pelayanan kita, seolah kita ingin menonjol. Kita ingin diperhitungkan keberadaan diri kita. Inilah yang seringkali membuat kita terjatuh. Oleh karena itu, senantiasa kita berdoa meminta pertolongan Tuhan dalam setiap pelayanan yang kita lakukan. Kerajinan kita dalam melayani Tuhan akan membuat kita semakin bersemangat dalam pelayanan kita (Roma 12:11).

Tuhan mungkin akan mengevaluasi pelayanan kita, dan Dia akan menentukan apakah kita berguna untuk ladangnya, maka bersiaplah selalu apabila kita dievaluasi. Kritik dan saran dalam pelayanan kita, meskipun datangnya dari orang lain, semuanya digunakan untuk membangun kita semakin baik. Dan semua ini kita gunakan untuk mengoreksi diri kita di hadapan Tuhan (1 Kor 9:27).

Maka bersiaplah, apabila Tuhan meminta kita melayani-Nya. Semoga tulisan ini menjadi berkat untuk kita semua. Tuhan memberkati.

Aplikasi ’Sense of Responsibillity’ gereja dalam pembinaan iman jemaat

Aplikasi ’Sense of Responsibillity’ gereja

dalam pembinaan iman jemaat

fankychristian@gmail.com

(untuk Majalah HODOS)

Seiring dengan perjalanan waktu, tiga tahun tak terasa, tibalah saya, harus memutuskan untuk meneruskan pelayanan sebagai penatua, ataukah berhenti. Saya mungkin orang terakhir yang memasukkan formulir jawaban bersedia melayani untuk tiga tahun berikutnya, tapi itu saya syukuri, karna memang ternyata tidak hanya waktu saja yang saya perlukan, tetapi pemikiran mengenai bagaimana sebaiknya saya melayani Tuhan, khususnya dalam pembinaan iman jemaat di gereja ini.

Mungkin Bidang Pembinaan (Bina) lebih dikenal sebagai bidang yang mengurus Komisi (bermassa) – Anak, Remaja, Pemuda dan Dewasa, serta Pokja Hodos, Pemahaman Alkitab. Bina lebih kerap didengar membawa permasalahan, saran, usul dan solusi atas badan-badan pelayanan itu, tetapi, jujur saya akui, Bina dalam tiga tahun terakhir berkonsentrasi membenahi internal badan pelayanannya dibanding langsung mengurus pembinaan iman jemaat umum. Membuka kembali semua bahan untuk menuliskan ulang mengenai aplikasi ’rasa tanggung jawab’ / Sense of Responsibility (SoR) membutuhkan waktu, tapi inilah hasilnya.

Pembinaan Jemaat

Pembinaan jemaat dimulai dari pembangunan jemaat. Pembangunan jemaat adalah perwujudan dan pembinaan kepemimpinan yang melayani yang efektif dari pejabat-pejabat gerejawinya dalam wadah Majelis Jemaat dan pemimpin-pemimpin gereja lainnya dalam wadah badan-badan pelayanan jemaat (Tager GKI Pasal 52 – Ayat 2). Oleh karena itu, perumusan visi dan misi Jemaat menjadi titik tolak penting (Tager GKI Pasal 52, ayat 3). Gereja kita telah memiliki visi dan misi Jemaat yang jelas. Maka inilah aplikasi SoR yang pertama, yaitu Visi dan Misi Jemaat yang jelas.

Siapa yang bertanggung jawab atas pembinaan Jemaat ? Penatua (Tager GKI Pasal 68, ayat 1, point b) – melaksanakan pendidikan dan pembinaan. Pendeta (Tager GKI Pasal 69, ayat 1, point j) – melaksanakan pendidikan dan pembinaan terutama Katekisasi. Kita lihat lebih detail. Majelis Jemaat bertugas mewujudkan dan membina kepemimpinan yang melayani dari para penatua dan pendeta (Tager GKI Pasal 75, Ayat 3). Juga bertugas untuk memfasilitas pembinaan kepemimpinan kepelayanan dari para pemimpin gerejawi lainnya dalam badan-badan pelayanan jemaat (Tager GKI Pasal 75, Ayat 4). Oleh sebab inilah, kemudian program pelayanan (atau disebut Program Kerja) dalam kurun tahunan dibuat, disetujui dan dievaluasi. Maka inilah aplikasi SoR yang kedua, yaitu adanya para Penatua, para Pendeta dalam Majelis Jemaat, dimana tiap tahun membuat, menyusun, mengevaluasi Program Kerja.

Program Kerja yang dibuat tiap tahunnya harus selaras dengan Visi dan Misi gereja. Pergumulan yang telah dilakukan menghasilkan 3 Sense yang dijabarkan dalam 3 program kerja. Tahun ini adalah tahun terakhir, dimana Sense of Responsibility menjadi hal penting. Inila aplikasi SoR yang ketiga, dimana dalam tiap tahun pelayanan, harus ada target penting, ada tujuan yang ingin dicapai, agar semua gerak laju pelayanan mengarah pada satu hal, sesuai visi/misi gereja dan Sinode GKI.

Sekarang kita lihat sisi pertumbuhan Iman Jemaat. Membicarakan pertumbuhan, pasti ada 2 hal, yaitu : aspek pelayanan/kegiatan dan aspek konsolidasi internal / eksternal (masyarakat). Artinya kita bertumbuh melalui aktifitas dan internalisasi dalam diri sendiri serta dalam keterlibatan dengan pelayanan di dalam jemaat dan di dalam usaha jemaat meraih dunia luar, baik melalui kata-kata ataupun perbuatan nyata (Ketika Aku Dipanggil MelayaniNya, hal.98). Maka inilah aplikasi SoR yang keempat, yaitu berapa banyak program kerja yang bertujuan membangun jemaat internal, dan juga program kerja yang menyentuh dan melibatkan masyarakat sekitar.

Mari kita lihat apa yang kita miliki sepanjang tahun ini untuk membuat iman jemaat bertumbuh ? Kita akan melihat dari program kerja dalam Bina. Bina mencanangkan pembinaan bagi para pengurus Komisi. Hal ini dirasakan penting untuk memberikan wawasan, ketrampilan dan pengetahuan mengenai mengurus Komisi. Termasuk juga di dalamnya program pembinaan untuk para penatua. Bina juga bekerjasama dengan bidang lainnya untuk mengadakan pembinaan untuk para aktifis. Mulai dari Bina Aktifis, Pelayan Musik, Pelawat, Liturgos. Inilah aplikasi SoR yang kelima, yaitu, kita harus mempersiapkan pekerja Kristus yang sesuai, dalam hal komitmen, pengetahuan, ketrampilan dan perilaku (Knowledge Attitude Skill).

Program berikutnya mungkin yang berat bagi Bina. Menyusun Kurikulum Pembinaan. Seperti diketahui, selama ini program kerja dibuat berdasarkan kebutuhan jemaat sesuai dengan visi dan misi dari Gereja yang menyalurkan berkat. Tetapi kita juga harus memiliki penjabaran visi dan misi untuk mempersiapkan para pemimpin yang melayani (Christian Leadership). Langkah ini telah disadari semenjak Jubelium yang lalu, dengan membentuk tim Think Tank. Tim ini mendiskusikan visi dan misi gereja dan menggumulinya. Tim bekerjasama dengan para pendeta, Majelis Jemaat (dan khususnya Bina) untuk menyusun kurikulum pembinaan, bagi para aktifis gereja. Bina menyadari hal ini tidak mudah, tetapi inilah saatnya untuk memulai.

Bina juga menyadari kesulitan yang dihadapi untuk mencari aktifis Komisi, dan Badan Pelayanan, bahkan sampai ke Penatua. Maka inilah saatnya untuk membina sedini mungkin para aktifis. Oleh karena itu, mulai dari tahun lalu, para lulusan Katekisasi dilibatkan dalam kegiatan Kelompok Tumbuh Bersama. KTB ini dibentuk, dijalankan dengan menggunakan kurikulum khusus untuk mempersiapkan peserta dalam 2 tahun, dan kemudian dalam 1 tahun berikutnya masuk ke dalam Komisi. Diharapkan dengan melibatkan sebanyak mungkin dalam kegiatan Komisi, maka krisis kepemimpinan serta kesulitan mencari tenaga aktifis dapat diatasi secara bertahap.

Bina mengetahui dengan pasti keterbatasan penatua untuk terlibat dalam kegiatan dan aktifitas Komisi bermassa. Oleh karena itu, Bina melibatkan 2 orang Tenaga Pendamping Komisi untuk terlibat aktif, mendalami masalah, serta membantu Bina dan Majelis Jemaat membina badan pelayanan lebih baik lagi. Para Tenaga Pendamping dipilih dengan kompetensi yang sesuai, khususnya dalam hal konseling pastoral dan Pendidikan Agama Kristen (PAK).

Bina juga konsisten mendukung pelayanan dalam HODOS sebagai media pembinaan gereja, serta kegiatan Pemahaman Alkitab untuk memahami Alkitab secara mendalam dengan menggunakan tema-tema khusus. Inilah aplikasi SoR keenam, yaitu mempersiapkan kegiatan pembinaan iman.

Mengapa Jemaat harus ikut serta

Pembinaan jemaat tidak hanya menjadi tanggung jawab bagi Majelis Jemaat (Bina) dan Pendeta saja. Mengapa? Majelis Jemaat terdiri dari para penatua yang memiliki batas waktu pelayanan. Paling lama satu orang penatua dapat melayani dalam 7 tahun. Pendeta juga tidak dapat sepenuhnya dibebankan, karena harus membagi perhatian dan konsentrasinya juga dalam banyak bidang dan kegiatan. Oleh karena itulah, Jemaat harus ikut serta. Jemaat harus mendukung program yang dibuat. Jemaat harus mengevaluasi program. Jemaat harus mendukung kurikulum pembinaan. Jemaat harus memberikan masukan kepada Tim Think Tank. Jemaat harus mendukung kegiatan KTB. Jemaat harus mendukung agar anak-anaknya terlibat dalam Komisi Anak, anak-anaknya hadir dalam kegiatan Sekolah Minggu. Jemaat harus merelakan anak remajanya ikut Kebaktian Remaja dan kegiatan Komisi Remaja. Jemaat harus mendorong putra putri dewasanya ikut kegiatan Komisi Pemuda. Jemaat harus aktif ikut kegiatan Lansia, kegiatan Kebaktian Wanita, kegiatan Komisi Dewasa, hadir dalam seminar-seminar Komisi Dewasa. Jemaat harus membaca Hodos. Jemaat harus menghadiri Pemahaman Alkitab. Masih banyak lagi, dimana jemaat bisa terlibat. Sekali saya katakan terlibat, bukan sekedar hadir, bukan sekedar datang-dengar-pulang. Inilah aplikasi SoR ketujuh, untuk kita semua.

Pemahaman Alkitab yang diselenggarakan tiap hari Selasa sore selalu dihadiri oleh para peserta setianya. Dengan topik menarik serta publikasi yang dilakukan terus menerus, mengajak kita hadir, mendengarkan dan mendalami perkataan Firman Tuhan atas hal tertentu. Semakin kita menggali Firman Tuhan, semakin kecil kita di hadapan Tuhan, semakin dekat dengan Tuhan. Inilah sarana yang disediakan untuk kita semua untuk semakin mengenal Tuhan kita. Tidak lain, inilah aplikasi SoR kedelapan, dimana kita harus semakin mengenal Tuhan kita, sehingga kita mengetahui kehendak Tuhan dalam hidup kita.

Buletin yang kita baca ini telah memasuki masa yang cukup panjang. Dengan tim yang berganti dan pengkayaan isi dan pembahasan, memang menjadi semakin sulit bagi tim Pokja Hodos untuk melakukan seleksi tulisan yang ketat. Tulisan dipilih dengan baik, karena jatidiri Hodos yang merupakan buletin pembinaan gereja kita. Tapi jangan berkecil hati, tetaplah menulis, dan kirimkan bahan tulisan Anda. Konsentrasikan kepada materi pembinaan gereja kita, baik dalam bentuk konsep, pergumulan, kesaksian hingga tulisan bebas ataupun refleksi. Inilah salah satu aplikasi SoR kesembilan bagi kita semua, dimana kita membagikan apa yang kita miliki untuk perkembangan iman sesama kita.

Tidak pernah cukup waktu dan kertas untuk menuliskan semua hal terkait pembinaan gereja kita. Maka untuk itulah kami (Bina) ada. Apabila ada hal yang terkait dengan pembinaan gereja, baik saran, masukan, kritik serta apapun untuk gereja kita, silahkan hubungi tim Bidang Bina, para pengurus Komisi dan Pokja PA/Hodos. Kita selalu merindukan ide-ide terkait peningkatan kualitas pelayanan, sehingga aplikasi dari rasa tanggungjawab kita sebagai pelayan Kristus semakin nyata dalam hidup kita. Tuhan memberkati.

Merenung - 13Juni2007

13 Juni 2007

Keluaran 35:30-35

35:30. Berkatalah Musa kepada orang Israel: "Lihatlah, TUHAN telah menunjuk Bezaleel bin Uri bin Hur, dari suku Yehuda,
35:31 dan telah memenuhinya dengan Roh Allah, dengan keahlian, pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan,
35:32 yakni untuk membuat berbagai rancangan supaya dikerjakan dari emas, perak dan tembaga;
35:33 untuk mengasah batu permata supaya ditatah; untuk mengukir kayu dan untuk bekerja dalam segala macam pekerjaan yang dirancang itu.
35:34 Dan TUHAN menanam dalam hatinya, dan dalam hati Aholiab bin Ahisamakh dari suku Dan, kepandaian untuk mengajar.
35:35 Ia telah memenuhi mereka dengan keahlian, untuk membuat segala macam pekerjaan seorang tukang, pekerjaan seorang ahli, pekerjaan seorang yang membuat tenunan yang berwarna-warna dari kain ungu tua, kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan halus, dan pekerjaan seorang tukang tenun, yakni sebagai pelaksana segala macam pekerjaan dan perancang segala sesuatu.

Ternyata menjadi tukang ataupun yang akrab kerennya sebagai 'engineer' pun dipimpin oleh Allah. Allah membuat segala sesuatunya ada, termasuk juga pekerjaan seorang engineer. Beberapa tahun waktu saya habiskan dengan jabatan itu, mulai dari 'engineer' perangkat elektronik - radio, hingga 'engineer' komputer. Pada waktu saya menjadi engineer, fokus saya adalah 'make it work' - bagaimana membuat itu dan ini berfungsi, berjalan. Oleh karena itu, pola pikir yang dikembangkan selalu adalah 'apa itu', 'bagaimana cara kerjanya', 'kapan digunakan', 'oleh apa/siapa', 'dimana' - 4W1H. Pola ini yang mungkin masih membekas di otak saya, sehingga memandang segala sesuatunya pasti ada unsur 4W1H. Makanya, jangan heran, selalu ngotot untuk tahu, dan ingin tahu dan ingin memberikan saran - ya karena 'otak engineer' ini.

Tapi memang, saya ingat sekali, dalam doa-doa saya dulu, yang saya doakan selalu agar 'itu dan ini berfungsi', bukan untuk 'kemuliaan Tuhan'. Inilah pikiran picik kita. Seolah kita melihat, apa yang kita kerjakan bukan urusan Allah, seolah dengan kemampuan yang kita miliki, Allah hanya kita perlukan untuk membuat segala sesuatunya lancar. Tidak yang lain. Ayat ini mengingatkan kita kembali, bahwa sekalipun Allah memberikan kemampuan / skill, kita harus menggunakan semuanya itu untuk kemuliaan Allah. Dan kembali lagi, bahwa apa pun yang kita lakukan, jika tanpa campur tangan Allah di dalamnya, maka semuanya akan percuma.

Gbu.

Merenung - 17Juni2007

II Tim 1:1-14

1:1. Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus,
1:2 kepada Timotius, anakku yang kekasih: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.
1:3 Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. Dan selalu aku mengingat engkau dalam permohonanku, baik siang maupun malam.
1:4 Dan apabila aku terkenang akan air matamu yang kaucurahkan, aku ingin melihat engkau kembali supaya penuhlah kesukaanku.
1:5 Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.

1:6. Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu.
1:7 Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.
1:8 Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah.
1:9 Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman
1:10 dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.
1:11 Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru.
1:12 Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan.
1:13 Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus.
1:14 Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita.

Membaca surat Paulus kepada Timotius membuat saya terharu. Pertama, betapa Paulus bersyukur oleh karena Timotius - yang dengan kasih Allah telah dipakai Allah dgn luar biasa.

Kedua, betapa pentingnya bibit-bobot-bebet dalam diri Timotius, yang mana nyata dari nenek - ibu nya yang mengasihi Allah, dan maka Timotius juga demikian. Ada unsur dan peran dari 'keturunan yang takut kepada Allah' untuk menjadi seorang pengasih Allah, oleh karena itu, tugas kita sebagai orang tua tidak pernah bisa dipandang remeh. Apakah kita membuat anak-anak kita mengasihi Allah dengan sungguh? Apakah warisan rohani ini dapat kita turunkan terus menerus?

Ketiga, karunia panggilan Allah kepada Timotius. Allah memberikan kita roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Mungkin kita hanya mengenalnya sebagai Roh Kudus. Tapi nyatalah, roh inilah yang memberikan kekuatan - pada saat kita lemah, pada saat kita tidak berdaya, pada saat kita merasakan kita tidak sanggup - ingatlah Roh Kudus yang ada di dalam kita akan memberikan kekuatan. Pada saat kita merasa didera, disiksa, tak berdaya - kita harus berdoa kepada Tuhan untuk senantiasa diberikan kekuatan. Roh yang sama juga memberikan kepada kita, kasih. Apabila kita kurang mengasihi sesama dan Allah, maka roh ini tidak kita gunakan semaksimal mungkin. Marilah kita lihat, apakah kasih Yesus - dapat menjadi pedoman kita senantiasa untuk mengingat kita harus mengasihi orang lain tanpa pamrih. Kita mengingat, Dia melakukan semua pengorbanannya untuk kita, tanpa harap atau pamrih, Yesus mati dan bangkit untuk kita. Dan Roh yang sama juga memberikan kita - ketertiban. Mungkin ini unsur yang paling jarang diperhatikan. Betapa ketertiban merupakan buah Roh Kudus, dimana kita tidak memaksakan kehendak kita. Kita tidak memikirkan kepentingan diri kita sendiri. Kita selalu merindukan suasana dan hati penuh damai dan sukacita.

Keempat, dorongan bagi Timotius untuk hidup penuh keberanian bagi Kristus Yesus juga diekspresikan jelas oleh Paulus. Paulus tidak malu menderita untuk Yesus, karena dia tahu, kepada siapa dia percaya, dan dia mengetahui dengan jelas apa yang dipertaruhkan. Paulus juga meminta kita memegang semua ajaran Kristus, mencontoh ajaran yang sehat - dan melakukan nya (tidak hanya mempelajarinya) dalam iman dan kasih Yesus. Serta semua nya itu merupakan harta, berkat, karunia, anugrah terindah yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita, oleh apa? Oleh Roh Kudus dalam diri kita masing-masing.

Maka, nyatalah, dengan surat-surat Paulus kepada banyak teman pelayanannya, surat digunakan untuk menguatkan, menyatakan dan mengingatkan kembali betapa Allah bekerja dengan luar biasa. Sekarang ini mungkin sudah jarang menggunakan surat, tapi kita ada media komunikasi lain yang tidak kalah baiknya. Email dapat digunakan untuk berkirim informasi dan berita, tetapi juga dapat digunakan untuk menguatkan dan mendukung orang lain. SMS, akrab dalam hidup kita, juga dapat digunakan sebagai media untuk mendukung, menguatkan dan mendoakan orang lain.