Translate

Tuesday, September 24, 2019

PARENTS as LEADERS (PERAN ORANG TUA sebagai LEADERS)

PARENTS as LEADERS
(PERAN ORANG TUA sebagai LEADERS)

Sebuah pagi yang cerah, hari itu hari Minggu, di mana biasanya semua orang beristirahat.
Tapi Pagi itu Ivan sedang berdiskusi dengan mentornya.
Ivan adalah seorang consultant management di sebuah consulting firm ternama di negeri ini. Dia masih muda, sangat ambisius dan rajin belajar dari seniornya. Ivan berjumpa dengan mentornya sebulan sekali. Banyak sekali yang dia bisa pelajari dari mentornya.

Mereka lunch  di sebuah tempat breakfast yang sangat nyaman di Sentul. Ivan sudah menunggu beberapa menit, ketika mentornya datang dari kejauhan, tersenyum sambil menutup pintu BMW hitam kesayangannya.
"Apa kabar Ivan? Sehat?"
"I am doing well Pak. Thanks. How about you?"
"I am ok, agak capek but ok. Kemarin sore saya baru pulang dari Vietnam"
"Yes, I know, Kami bangga banget , bapak bisa menjadi pembicara di Conference di sana"
"Terima kasih, saya hanya berusaha share pengalaman saya dengan orang lain. Dan semakin banyak orang yang dapat saya share kan semakin bagus"

Ivan bertanya lagi,"Tapi bapak itu selain jadi pembicara di Indonesia, juga diundang sebagai pembicara di mana-mana ya Pak? Bulan Juni di Singapore, bulan Agustus di Philippines, September di Vietnam dan rencananya bulan Desember ke Malaysia ya Pak?"
Mentornya tersenyum, minum Caffe Latte nya dan berkata,"May be , they like my presentation style"
Ivan meneruskan lagi,"Justru itulah yang mau saya tanyakan Pak, kok sepertinya presentation style bapak natural banget. Banyak yang suka, dan bapak bahkan bisa melakukannya dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan  bahasa Perancis. Itu bakat ya Pak?"
"Ivan, Ivan .... never believe in talents. Semua yang saya lakukan ini adalah karena latihan dan kerja keras! Semuanya berkat ayah dan ibu saya...."

"Jadi ayah dan ibu bapak yang melatih semua ini? Yang melatih presentasi bapak?"
"Yes, dan mereka melatih saya sejak saya berumur 6 tahun"
Ivan seperti tak percaya,"Ayah bapak menyuruh bapak presentasi waktu bapak berumur 6 tahun?"
"Yes, he did"
Ivan baru mengerti, pantes saja mentornya flexible dan confident banget kalau presentasi, ternyata dia sudah bekerja keras dan berlatih keras selama berpuluh-puluh tahun!

Mentornyamenambahkan ,"Bukankah itu tugas orang tua ? Menjadi mentor bagi anaknya, menjadi role-model bagi anaknya. Tetapi juga menjadi servant leadership bagi anaknya. Bukan menjadi leader yang menyuruh-nyuruh anaknya. Tetapi menjadi leader yang fokus pada membantu anak-anaknya agar berhasil dalam kehidupan mereka di masa depan."

"Ayah dan ibu saya, dari kecil bertanya apa cita-cita saya, dan kemudian melatih saya, mengawasi saya belajar. Beliau yang guru SD, sudah tahu bahwa presentation skills akan sangat penting bagi karier saya. Dia menyuruh saya tampil waktu kelas 1 SD di depan seluruh siswa SD, untuk melakukan presentasi pertama saya.
Beliau melatih saya, memberikan feedback apa yang bagus dan apa yang harus diperbaiki. Dan dia men-challenge saya untuk terus memperbaiki.
Suatu saat waktu SMA kelas 1, saya pulang membawa piala Juara 2 Pidato sekabupaten. Ayah saya memberi ucapan selamat dan langsung bilang,"Ayo kita latihan lagi, biar kamu bisa menjadi Juara 1"
Ivan terpana mendengar cerita mentornya.

Mari kita stop di sini sejenak dan membahas diskusi tadi, tentang peran seorang ayah dan ibu. Bahwa seorang ayah atau ibu menjadi orang tua , mencari nafkah untuk keluarga, tetapi sebagai leader juga mendidik anak-anaknya dan mempersiapkan mereka di masa depan.
Realitasnya? Apakah kita semua melakukan itu? Jangan-jangan kita semua sebagai keluarga sibuk mencari nafkah, pergi pagi,
pulang malam (saat anak-anak kita sudah tidur), dan bahkan sabtu pun kadang-kadang masih bermain bersama teman-teman kita, main golf atau sibuk shopping bersama teman-teman kita. Helllooooo??? Di mana tugas kita sebagai orang tua dan leader bagi anak-anak kita.

Saya menuliskan ini untuk mengingatkan kita semua, bahwa tugas kita bukan hanya mencari nafkah dan memberikan uang kepada mereka, tetapi juga untuk medidik dan menjadi role-model bagi anak anak kita.

Terus apa dong yang harus kita lakukan ayah dan ibu sebagai orang tua? Coba kita ikuti beberapa rekomendasi di bawah ini:

a) ASK THEIR ASPIRATIONs

Tugas Orang tua bukan untuk memaksakan kehendak mereka kepada anak. Tetapi menanyakan cita-cita mereka, berdasarkan passion, bakat, minat dan ketertarikan mereka. Kemudian membantu mereka untuk mencapai cita-cita mereka.
Ada orang tua yang seringkali bilang bahwa mereka "mengarahkan" anak-anaknya. Jangan lakukan itu. Kita ini sebagai orang tua memang expert tentang masa lalu (kan pengetahuan dan pengalaman ini kita dapatkan di masa lalu). Padahal anak-anak kita sedang mempersiapkan masa depan mereka. Bagaimana seorang expert masa lalu, bisa memberikan nasihat tentang masa depan? Gak nyambung kan. Berhentilah mengarahkan, berhentilah memaksakan. Yang anda bisa lakukan adalah menanyakan cita-cita mereka dan membantu mereka mencapainya.

b) TRAIN THEM

Setelah mereka menyampaikan cita-cita mereka, bantu mereka. Ajari mereka, kalau perlu berikan fasilitas lebih, beli buku tambahan, guru private, online coursse atau apapun yang akan membantu mereka berprestasi.
Ingat, mereka akan berkompetisi, Berarti mereka yang training lebih keras, bekerja lebih keras dan belajar lebih banyak akan memenangkan kompetisi. 
Bantu mereka untuk itu.

c) CHALLENGE THEM

Challenge mereka. Temukan strength mereka, bakat mereka dan passion mereka. Dorong mereka untuk mencapai yang terbaik di bidang itu.
Ada kalanya mereka motivasinya turun. Nah di sini peran anda penting untuk memotivasi mereka. Ingatkan bahwa itu adalah cita-cita mereka sendiri (bukan orang tua yang mengarahkan).
Dan motivasi mereka. Gambarkan betapa indahnya hidup mereka di masa depan kalau cita-cita mereka. Kalau perlu perkenalkan dengan orang-orang yang sudah mencapai cita-cita mereka.
Ajaklah mereka ke negeri-negeri yang indah dan tempat-tempat yang menginspirasi mereka.

d) GIVE THEM EXAMPLES

Bagian ini yang paling sulit. Menjadi contoh dan teladan bagi mereka.
Kalau anda ingin anak anda rajin belajar, anda juga harus rajin belajar,
Kalau anda ingin anak anda bekerja keras, anda harus bekerja keras.
Kalau anda ingin mereka bersemangat tinggi dalam hidup, anda juga harus bersemangat,
Monkey see monkey do.
Our children will copy everything we do.
It is called parenting by example!

e) REWARD THEM
Terakhir, jangan lupa
memberikan penghargaan bagi mereka.
Mereka akan bekerja keras, belajar keras, untuk jangka waktu yang panjang.
Berika mereka waktu istirahat,
Berikan mereka hadiah dan penghargaan, setelah mereka bekerja keras.
Jangan sampai mereka hanya disuruh bekerja dan belajar tanpa pernah dikasih penghargaan.
Reward them after their hardwork.

Jadi ingat ya, sebagai ayah dan ibu, kita mempunyai tugas mulia untuk mendidik anak-anak kita. Coba kita ikuti beberapa rekomendasi di bawah ini:
a) ASK THEIR ASPIRATIONs
b) TRAIN THEM
c) CHALLENGE THEM
d) GIVE THEM EXAMPLES
e) REWARD THEM


Salam Hangat

Pambudi Sunarsihanto

Fanky Christian
IT Infrastructure Specialist


Chairman DPD DKI APTIKNAS
Vice Chairman ASISINDO
Secretary ACCI

See our next events at www.eventcerdas.com

Tuesday, September 17, 2019

BECOME THE MASTER OF FAILURES

BECOME THE MASTER OF FAILURES
(Belajarlah mengatasi kegagalan)

  
Dalam proses creativity dan innovasi kita seringkali menghadapi kegagalan (failures). Itu pasti.
Kalau anda tidak pernah gagal, berarti anda tidak pernah menchallenge diri anda sendiri, dan mungkin anda hanya puas dengan prestasi biasa-biasa saja tanpa keinginan untuk strecth yourself.

Padahal banyak sekali yang tidak mampu mengatasi kegagalan bahkan turun motivasinya.
Padahal salah satu kemampuan yang penting untuk dimiliki oleh seorang innovator adalag kemampuan menangani failures,  berhenti dulu, belajar , memperbaiki diri dan memulai lagi.

Kita dengarkan dua cerita di bawah ini:

Cerita pertama: Jake Wetzel adalah juara Olimpiade mendayung tahun 2004 di Athena dan tahun 2008 di Beijing. Dan ketika ditanya apa kunci keberhasilannya, dia menjawab,"Saya mencari kegagalan. Saya selalu men-challenge limit saya sendiri, dan saya selalu gagal pada awalnya kemudian saya berlatih lebih keras lagi , mencoba dan mencoba lagi untuk mengalahkan record saya sendiri, sampai akhirnya berhasil. Kemudian saya pasang target yang lebih tinggi lagi. Saya terus menerus mencari kegagalan saya . Sehingga pada saat saya gagal, saya sudah terbiasa dengan itu, saya tetap termotivasi dan saya tetap bekerja keras lagi"
Wow !!!!

Cerita kedua: Ilma belajar main sulap sejak umur lima tahun. Ilma ingin menjadi juara kompetisi sulap di singapore. Dia latihan terus secara konsisten.
Di kompetisi pertama, dia berumur 8 tahun , waktu dia perform , dia gagal melakukan trick andalannya, maklum masih demam panggung. Ilma menangis di depan panggung dan minta berhenti.
Ilma mencoba lagi, dan tahun  berikutnya Ilma mencoba lagi. Ternyata Ilma harus gagal lagi, tetapi dia mampu menahan diri dan meneruskan performance nya. Kemudian setelah selesai semuanya, Ilma menangis di belakang panggung karena masih gagal juga.
Dan tahun ketiga, Ilma mencoba lagi. Sekarang Ilma  berhasil menyelesaikan performance nya dengan baik dan menjadi juara.
We call this persistence, perserverance, resilience, ketegaran dan kegigihan!
Ilma is now become the master of failures, Berarti dia akan terus berusaha men-challenge dirinya sendiri, dan kalau dia gagal dia sudah bisa menghandle kegagalan itu, memotivasi dirinya sendiri dan bangkit lagi!
 
Pertanyaannya, apakah anda mampu menghadapi failures? Ingat, kalau anda ingin maju, pasti akan banyak failures di depan mata anda? Anda harus melatih diri anda dengan kemampuan untuk menangani kegagalan yang (pasti) akan anda hadapi!

Dan untuk berlatih anda harus banyak pengalaman. Ini berarti sering sering men-challenge diri anda, istilah kerennya ....
DO NOT LIMIT your CHALLENGE, but CHALLENGE YOUR OWN LIMIT.

Bagaimana caranya untuk melatih diri kita agar mampu menangani kegagalan dengan baik? Kita ikuti
empat saran dari Bill Wooditch dalam bukunya "Fail More"

a) SEEK FAILURES

Terus meneruslah berusaha memperbaiki diri, berusaha selalu mencapai yang lebih baik. Jangan cepat puas dengan apa yang anda capai sekarang.
Ingat, good is the enemy of great. Dan  kenyamanan adalah musuhnya kemajuan. Artinya kalau anda terus merasa nyaman maka anda akan sulit mengalami kemajuan (progress).
Berarti harus berlatih dan bersiap siap mencapai yang lebih tinggi dari apa yang anda capai sekarang.
Masalahnya sebelum mencapai kemajuan anda akan sering kali mengalami kegagalan. Tanyakan kepada orang sales, berapa kali mereka gagal sebelum berhasil menjual. Tanyakan kepada atlet, berapa kali mereka gagal sebelum menjadi juara.
Semakin banyak kegagalan anda, semakin anda berlatih dan terbiasa menghadapinya. Dan semakin anda mampu bangkit dari kegagalan berikutnya. This is the key to your long term success

b) SPLIT THE FAILURES into 2 groups: ACCEPTABLE and UNACCEPTABLE , the  DEVELOP YOUR OWN FAILURE TRESHOLD

Anda tetap harus mengambil "calculated risk". Resiko yang diperhitungkan, mana yang masih anda bisa toleransi (terima) dan mana yang tidak.
Saat saya di Singapore, saya mendapatkan tawaran kerja di Rio de Jenario, saya melihat resikonya terlalu tinggi, lokasi terlalu jauh, dan anak anak saya masih terlalu kecil untuk menyesuaikan diri dengan perubahan budaya.
I did not take it.

Dalam kesempatan lain, setelah saya mendapatkan kesempatan untuk bekerja di Beijing dua tahun. Kami mengambil opportunity itu. Dan Alhamdulillah, menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi kami.

Tapi juga pernah mendapatkan opportunity lain untuk pindah ke sebuah negara di sebuah perusahaan, kami pindah lagi, sayangnya culture di perusahaan tersebut sangat berbeda  dengan value yang saya punya, dan saya pun tidak mampu perform dengan baik.
Again, gagal is ok, dan sebelum membawa pengaruh lebih banyak lagi, saya pun memindahkan keluarga saya ke negara lain lagi.

Remember, hanya Rudy Hartono yang mampu menjadi juara All England delapan kali berturut turut. Itu jaman dulu di mana kompetisi tidak seketat sekarang.
Di jaman now, di mana kompetisi nya seketat ini, your journey will be full of failures and success and a combination of both!

Be ready for both success and failures, but be prepared and learn how to handle your failures.

c)  PRACTICE, PRACTICE, PRACTICE

Seperti semua skills, tentu saja semakin banyak anda praktekkan , anda akan semakin mahir.
Berarti anda juga harus semakin sering men-challenge diri anda sendiri, selalu ingin mencapai yang lebih tinggi lagi, dan terbiasa untuk gagal pada awalnya.
Practice to fail!
Sehingga pada saat anda gagal beneran (karena ini memang tidak bisa dihindari), anda akan mampu menghadapinya dan mampu menanganinya dengan baik agar anda tidak demotivasi dan tidak stress!

e) THE BEST RESULT is CRAFTED from MASTERY

Monalisa itu digambar oleh Leonardo di Caprio (eh salah), oleh Leonardo Da Vinci. Dan kita tahu bahwa itu pasti bukan lukisan pertama yang digambarnya.
Bola lampu ditemukan Thomas Alva Edisson setelah ratusan kali berexperiment.

THE BEST RESULT is CRAFTED from MASTERY, and the mastery only come from persistence and thousand hours of pain!
Are you ready for that?

Terus kok hidup kayaknya menderita banget ya? Harus selalu siap dengan thousan hours of pain , failures and frustrations?

Ya , enggak juga kali!
Kuncinya adalah passion! Enjoy what you are doing. Nikmati apa yang anda lakukan.
Pilihlah karier sesuai dengan bidang yang anda suka  ,
sehingga anda tidak tahu beda antara kerja dan main main!

Leonardo di Caprio (eh Leonardo da Vinci) sangat suka melukis, makanya dia melukis berjam jam tanpa
mengenal lelah.
Thomas Alva Edissson sangat suka berexperiment di laboratorium, makanya dia menghabiskan waktu ribuan jam di sana.
You have to enjoy what you do and chooae the career based on what you like to do!

Jadi ingat, lakukan empat hal ini, untuk terus menerus menchallenge diri anda sendiri? memperbaiki diri anda sendiri dan melatih diri anda dengan kegagalan agar mampu bangkit lagi:

a) SEEK FAILURES
b) SPLIT THE FAILURES into 2 groups: ACCEPTABLE and UNACCEPTABLE , the  DEVELOP YOUR OWN FAILURE TRESHOLD
c)  PRACTICE, PRACTICE, PRACTICE
e) THE BEST RESULT is CRAFTED from MASTERY

Salam Hangat

Pambudi Sunarsihanto





Fanky Christian
IT Infrastructure Specialist


Chairman DPD DKI APTIKNAS
Vice Chairman ASISINDO
Secretary ACCI

See our next events at www.eventcerdas.com

Tuesday, September 10, 2019

Dokumentasi Kegiatan Indonesia Cloud and Data Center Convention (IDCDC) 5 Sep 2019

APTIKNAS mendukung kegiatan internasional Indonesia Cloud and Datacenter Convention yang diadakan di Hotel Shangrilla Jakarta pada tanggal 5 Sep 2019

Hadir dalam kesempatan ini Ketua APTIKNAS DKI JAKARTA Fanky Christian dan 30 peserta booth, serta ratusan peserta seminar.








Dokumentasi di MetroTV bisa diakses disini

Sampai jumpa di IDCDC berikutnya

Sunday, September 01, 2019

Perbedaan antara RPO dan RTO


Manfaat teknologi cloud yang kita rasakan hingga sekarang memang memberikan dampak yang signifikan. Tak heran jika teknologi yang satu ini banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti bisnis dan finansial. Cloud yang memungkinkan penggunanya untuk menyimpan lebih banyak data dengan storage yang lebih besar, juga bisa diandalkan untuk askes data sewaktu-waktu. Tentunya cara ini jauh lebih menguntungkan daripada harus menyimpan data secara konvensional di hardware tertentu, bukan?
Selain karena alasan kepraktisan tersebut, satu lagi manfaat yang ditawarkan cloud tetapi tidak pada penyimpanan konvensional, yakni adanya fitur disaster recovery. Fitur ini tentu dibutuhkan oleh siapa saja, mengingat data adalah hal penting demi kelangsungan perusahaan. Seperti yang kita tahu bahwa bencana bisa datang sewaktu-waktu maka penting untuk melindungi data Anda sehingga fitur disaster recovery ini amat Anda perlukan.
Berbicara mengenai disaster recovery, ada dua istilah yang pasti sering muncul yakni Recovery Point Objective (RPO) dan Recovery Time Objective (RTO). Karena mirip, maka tak jarang keduanya dianggap sama, namun sebetulnya berbeda. Berikut perbedaannya.
Recovery Time Objective
Ketika bencana melanda dan mengakibatkan seluruh data hilang, maka secara otomatis data center Anda akan berusaha untuk memulihkan diri dari bencana tersebut untuk bisa melangsungkan fungsi IT nya kembali agar bisa berjalan normal. Nah, waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing produk layanan untuk pemulihan ini berbeda-beda. inilah yang dimaksud dengan recovery time objective.
Jadi dengan kata lain, recovery time objective adalah upaya melakukan pengaturan waktu terkait berapa lama sebuah layanan produk dapat berjalan normal kembali setelah bencana terjadi. Seperti kata pepatah, waktu adalah uang, maka semakin cepat sebuah layanan untuk melakukan recovery maka akan semakin baik. Apalagi bagi perusahaan besar. Setiap detik sangat berarti, bukan?
Tentu saja, hal ini akan berimbas pada harga yang harus Anda bayar. Semakin cepat Anda menginginkan layanan tersebut untuk pulih maka semakin mahal biaya yang harus Anda bayar. Misalnya Anda ingin suat layanan bisa berjalan kembali lima jam setelah bencana terjadi, maka Anda harus membayar berkali-kali lipat lebih mahal daripada dibanding pemulihan yang memerlukan waktu lima hari misalnya.
Hal ini disebabkan karena semakin singkat waktu yang diminta, maka akan semakin banyak sumber daya yang diperlukan sehingga berimbas pada biaya yang lebih mahal untuk pengadaan sumber daya tersebut.
Recovery Point Objective
Lain lagi dengan recovery point objective. Meskipun hal yang satu ini sering dianggap sama dengan recovery time objective, namun jauh berbeda. Jika RTO lebih berorientasi pada lamanya waktu pemulihan bencana, maka RPO lebih ke datanya. Recovery point objective merupakan waktu maksimal yang bisa ditoleransi saat terjadi kehilangan data.
Misalnya saat terjadi bencana, kira-kira berapa banyak kehilangan data yang bisa Anda toleransi? Apakah dua jam data, atau satu hari data, atau satu minggu data? Kapasitas data dalam waktu hitungan hari tersebut yang disebut dengan RPO. Cukup berbeda dengan RTO, bukan? RPO ini berhubungan erat dengan frekuensi backup yang Anda lakukan. Lamanya waktu RPO mempengaruhi jadwal backup berkala Anda. Misalkan waktu RPO yang Anda tentukan adalah 24 jam, maka Anda harus melakukan backup setiap 24 jam sekali dan jika lebih sedikit, maka artinya Anda juga harus lebih seiring melakukan backup.

Itulah tadi perbedaan RTO dan RPO. Keduanya sama-sama penting untuk kelangsungan bisnis Anda sehingga pertimbangkan baik-baik saat akan menentukan RTO dan RPO pada layanan yang Anda akan pakai.
Photo credit: pxhere.com

Info maka maksimal rto yang diijinkanarti rto dan rpopersamaan antara recovery point objective dan recovery time objective