Translate

Saturday, June 30, 2012

**"SEBELUM KAU CERAIKAN AKU.. BOPONGLAH AKU"**

Pada hari pernikahanku,aku membopong istriku. Mobil pengantin berhenti didepan flat kami yg cuma berkamar satu. Sahabat2ku menyuruhku untuk membopongnya begitu keluar dari mobil. Jadi kubopong ia memasuki rumah kami. Ia kelihatan malu2. Aku adalah seorang pengantin pria yg sangat bahagia.

Ini adalah kejadian 10 tahun yg lalu. Hari2 selanjutnya berlalu demikian simpel seperti secangkir air bening: Kami mempunyai seorang anak, saya terjun ke dunia usaha dan berusaha untuk menghasilkan banyak uang. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan kasih diantara kami pun semakin surut.

Ia adalah pegawai sipil. setiap pagi kami berangkat kerja bersama2 dan sampai dirumah juga pada waktu yg bersamaan. Anak kami sedang belajar di luar negeri. Perkawinan kami kelihatan bahagia. Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan yg tidak kusangka-sangka.

Nita hadir dalam kehidupanku. Waktu itu adalah hari yg cerah. Aku berdiri di balkon. dengan Nita yg sedang merangkulku. Hatiku sekali lagi terbenam dalam aliran cintanya. ini adalah apartment yg kubelikan untuknya. Nita berkata , "kamu adalah jenis pria terbaik yg menarik para gadis." Kata2nya tiba-tiba mengingatkanku pada istriku. Ketika kami baru menikah,istriku pernah berkata, "Pria sepertimu,begitu sukses, akan menjadi sangat menarik bagi para gadis." Berpikir tentang ini, Aku menjadi ragu2.

Aku tahu kalo aku telah menghianati istriku. Tapi aku tidak sanggup menghentikannya. Aku melepaskan tangan Nita dan berkata, "kamu harus pergi membeli beberapa perabot, O.K.? Aku ada sedikit urusan dikantor". Kelihatan ia jadi tidak senang karena aku telah berjanji menemaninya. Pada saat tersebut,ide perceraian menjadi semakin jelas dipikiranku walaupun kelihatan tidak mungkin. Bagaimanapun,aku merasa sangat sulit untuk membicarakan hal ini pada istriku. Walau bagaimanapun ku jelaskan, ia pasti akan sangat terluka. Sejujurnya,ia adalah seorang istri yg baik. Setiap malam ia sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk santai didepan TV.

Makan malam segera tersedia. Lalu kami akan menonton TV sama2. Atau,Aku akan menghidupkan komputer, membayangkan tubuh Nita. Ini adalah hiburan bagiku. Suatu hari aku berbicara dalam guyon, "seandainya kita bercerai, apa yg akan kau lakukan?" Ia menatap padaku selama beberapa detik tanpa bersuara. Kenyataannya ia percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yg sangat jauh dari ia. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ia akan menghadapi kenyataan jika tahu bahwa aku serius.

Ketika malam berikutnya istriku menyiapkan makan malam, ku pegang tangannya, "Ada sesuatu yg harus kukatakan "Ia duduk diam dan makan tanpa bersuara. Sekali lagi aku melihat ada luka dimatanya. Tiba2 aku tidak tahu harus berkata apa. Tapi ia tahu kalo aku terus berpikir. "aku ingin bercerai", ku ungkapkan topik ini dengan serius tapi tenang. Ia seperti tidak terpengaruh oleh kata2ku, tapi ia bertanya secara lembut, "kenapa?" "Aku serius. " Aku menghindari pertanyaannya. Jawaban ini membuat ia sangat marah. Ia melemparkan sumpit dan berteriak kepadaku, "Kamu bukan laki2!".

Pada malam itu, kami saling membisu. Ia sedang menangis.. Aku tahu kalau ia ingin tahu apa yg telah terjadi dengan perkawinan kami. Tapi aku tidak bisa memberikan jawaban yg memuaskan sebab hatiku telah dibawa pergi oleh Nita. Dengan perasaan yg amat bersalah, Aku menuliskan surat perceraian dimana istriku memperoleh rumah, mobil dan 30% saham dari perusahaanku. Ia memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa bagian.. Aku merasakan sakit dalam hati. Wanita yg telah 10 tahun hidup bersamaku sekarang menjadi seorang yg asing dalam hidupku. Tapi aku tidak bisa mengembalikan apa yg telah kuucapkan.

Akhirnya ia menangis dengan keras didepanku,dimana hal tersebut tidak pernah kulihat sebelumnya. Bagiku, tangisannya merupakan suatu pembebasan untukku. Ide perceraian telah menghantuiku dalam beberapa minggu ini dan sekarang sungguh2 telah terjadi ..

Pada larut malam,aku kembali ke rumah setelah menemui klienku. Aku melihat ia sedang menulis sesuatu. Karena capek aku segera ketiduran. Ketika aku terbangun tengah malam, aku melihat ia masih menulis. Aku tertidur kembali. Ia menuliskan syarat2 dari perceraiannya: ia tidak menginginkan apapun dariku, tapi aku harus memberikan waktu sebulan sebelum menceraikannya, dan dalam waktu sebulan itu kami harus hidup bersama seperti biasanya.

Alasannya sangat sederhana: Anak kami akan segera menyelesaikkan pendidikannya dan liburannya adalah sebulan lagi dan ia tidak ingin anak kami melihat kehancuran rumah tangga kami. Ia menyerahkan persyaratan tersebut dan bertanya," Paa, apakah kamu masih ingat bagaimana aku memasuki rumah kita ketika pada hari pernikahan kita?

Pertanyaan ini tiba2 mengembalikan beberapa kenangan indah kepadaku. Aku mengangguk dan mengiyakan. "Kamu membopongku dilenganmu", katanya, "jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu akan tetap membopongku hingga hari perceraian kita. Dari sekarang sampai akhir bulan ini, setiap pagi kamu harus membopongku keluar dari kamar tidur ke pintu".

Aku menerima dengan senyum. Aku tahu ia merindukan beberapa kenangan indah yg telah berlalu dan berharap perkawinanya diakhiri dengan suasana romantis.

Aku memberitahukan Nita soal syarat2 perceraian dari istriku. Ia tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya. "Bagaimanapun trik yg ia lakukan,ia harus menghadapi hasil dari perceraian ini" ia mencemooh. Kata2nya membuatku merasa tidak enak. Istriku dan aku tidak mengadakan kontak badan lagi sejak kukatakan perceraian itu. kami saling menganggap orang asing.

Jadi ketika aku membopongnya dihari pertama, kami kelihatan salah tingkah. Anak kami menepuk punggung kami,"wah, papa membopong mama, mesra sekali". Kata2nya membuatku merasa sakit.. Dari kamar tidur ke ruang duduk, lalu ke pintu, aku berjalan 10 meter dengan ia dalam pelukan lenganku.

Ia memejamkan mata dan berkata dengan lembut," mari kita mulai hari ini, jangan memberitahukan pada anak kita." Aku mengangguk, merasa sedikit bimbang. Aku melepaskan ia di pintu. Ia pergi menunggu bus, dan aku pergi ke kantor.

Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Ia merebah di dadaku,Kami begitu dekat sampai2 aku bisa mencium wangi di bajunya. Aku menyadari bahwa aku telah sangat lama tidak melihat dengan mesra wanita ini. Aku melihat bahwa ia tidak muda lagi.beberapa kerut tampak di wajahnya.

Pada hari ketiga, ia berbisik padaku, "kebun diluar sedang dibongkar.hati2 kalau kamu lewat sana."

Hari keempat,ketika aku membangunkannya,aku merasa kalau kami masih mesra seperti sepasang suami istri dan aku masih membopong kekasihku dilenganku.

Bayangan Nita menjadi samar.

Pada hari kelima dan enam, ia masih mengingatkan aku beberapa hal, seperti,dimana ia telah menyimpan baju2ku yg telah ia setrika, aku harus hati saat memasak, dll. Aku mengangguk.

Perasaan kedekatan terasa semakin erat. Aku tidak memberitahu Nita tentang ini. Aku merasa begitu ringan membopongnya.Berharap setiap hari pergi ke kantor bisa membuatku semakin kuat.

Aku berkata padanya,"kelihatannya tidaklah sulit membopongmu sekarang". Ia sedang mencoba pakaiannya, aku sedang menunggu untuk membopongnya keluar. Ia berusaha mencoba beberapa pakaian tapi tidak bisa menemukan yg cocok. Lalu ia melihat,"semua pakaianku kebesaran". Aku tersenyum.Tapi tiba2 aku menyadarinya sebab ia semakin kurus itu sebabnya aku bisa membopongnya dengan ringan bukan disebabkan aku semakin kuat.

Aku tahu ia mengubur semua kesedihannya dalam hati. Sekali lagi , aku merasakan perasaan sakit Tanpa sadar ku sentuh kepalanya. Anak kami masuk pada saat tersebut."Pa, sudah waktunya membopong mama keluar"

Baginya,melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi bagian yg penting . Ia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya dan merangkulnya dengan erat. Aku membalikkan wajah sebab aku takut aku akan berubah pikiran pada detik terakhir.

Aku menyanggah ia dilenganku, berjalan dari kamar tidur,melewati ruang duduk ke teras. Tangannya memegangku secara lembut dan alami. Aku menyanggah badannya dengan kuat seperti kami kembali ke hari pernikahan kami. Tapi ia kelihatan agak pucat dan kurus, membuatku sedih.

Pada hari terakhir,ketika aku membopongnya dilenganku, aku melangkah dengan berat. Anak kami telah kembali ke sekolah. Ia berkata,"

sesungguhnya aku berharap kamu akan membopongku sampai kita tua". Aku memeluknya dengan kuat dan berkata "antara kita saling tidak menyadari bahwa kehidupan kita begitu mesra".

Aku melompat turun dari mobil tanpa sempat menguncinya. Aku takut keterlambatan akan membuat pikiranku berubah. Aku menaiki tangga. Nita membuka pintu. Aku berkata padanya," Maaf Nita, Aku tidak ingin bercerai. Aku serius". Ia melihat kepadaku, kaget. Ia menyentuh dahiku."Kamu tidak demam". Kutepiskan tanganya dari dahiku "maaf, Nita,Aku cuma bisa bilang maaf padamu, Aku tidak ingin bercerai. Kehidupan rumah tanggaku membosankan disebabkan ia dan aku tidak bisa merasakan nilai2 dari kehidupan, bukan disebabkan kami tidak saling mencintai lagi. Sekarang aku mengerti sejak aku membopongnya masuk ke rumahku, ia telah melahirkan anakku. Aku akan menjaganya sampai tua. Jujur kukatakan, sekarang aku bisa melihat begitu hinanya engkau.. bahkan saat kau kuminta bersumpah, terlalu banyak kebohongan yang telah kau lakukan. Jadi aku minta maaf padamu, aku tidak akan menceraikan isteriku untuk mengawinimu!".

Nita tiba-tiba seperti tersadar, ia memberikan tamparan keras kepadaku dan menutup pintu dgn keras dan tangisannya meledak. Aku menuruni tangga dan pergi ke kantor. Dalam perjalanan aku melewati sebuah toko bunga, ku pesan sebuah buket bunga kesayangan istriku. Penjual bertanya apa yg mesti ia tulis dalam kartu ucapan? Aku tersenyum, dan menulis: " Aku akan membopongmu setiap pagi sampai kita tua.."

**** Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."- Matius 19:6

Thursday, June 28, 2012

Pekerja Kategori berapakah Anda?

PEKERJA KATEGORI IV

Ed Silvoso, penulis Anointed for Business, membedakan empat jenis
orang percaya dalam dunia kerja. Kategori I adalah orang yang hanya
bekerja untuk mencari uang. Kategori II merupakan orang yang bekerja
dengan prinsip-prinsip kebaikan kristiani. Kategori III terdiri dari
orang yang mencari Tuhan dan pimpinannya dalam pekerjaan. Kategori
IV yaitu mereka yang mentransformasikan dunia kerjanya bagi Kristus.
Termasuk kategori yang manakah Anda?


Nehemia adalah seorang pekerja, seorang bupati di tanah Yehuda (ayat
15). Ia bukanlah seorang nabi, imam, atau rohaniwan. Akan tetapi, ia
peduli terhadap pekerjaan Tuhan di puing-puing kota dan masyarakat
Yerusalem. Ia menangkap rencana Tuhan di dalam hatinya (Nehemia
2:12, 7:5), lalu bergerak mempersembahkan doa, waktu, tenaga, bahkan
seluruh hidupnya bagi Tuhan melalui pekerjaannya. Pasal yang kita
baca memberikan salah satu catatan tentang pengaruh kehadirannya dan
kesepenuhan hatinya untuk mentransformasi masyarakat yang sedang
dibangun kembali dari pembuangan. Kisah Nehemia menjadi contoh
pekerja kategori IV.


"Kegerakan dalam dunia kerja memiliki potensi yang sangat besar
karena menjangkau kelompok orang yang memiliki kuasa untuk melakukan
perubahan dalam masyarakat, " kata Peter Wagner. Ketika orang yang
bekerja di bidang pemerintahan, pendidikan, bisnis, dan sebagainya
mulai menangkap tujuan Tuhan dan menyerahkan diri untuk dipakai
sepenuhnya, kita akan melihat perubahan-perubahan besar yang
memuliakan Tuhan dan memberkati orang lain. Jadilah bagian di
dalamnya. --JOO

SUDAHKAH KEHADIRAN KITA DI TEMPAT KERJA MEMBAWA ORANG
MENGENAL PRIBADI TUHAN DAN MENGALAMI KARYA TUHAN?

build-access-manage at dayaciptamandiri.com

Wednesday, June 27, 2012

Sorry, Marketers, You’re Doing Twitter Wrong


Most marketers are tweeting too much on the wrong days, not using hashtags enough and almost never do the one thing that will dramatically boost their retweets — ask for them — according to a new study looking at how marketers use Twitter from Buddy Media.
The social media marketing firm, which was recently acquired by Salesforce, looked at 320 Twitter handles from the world’s biggest brands from Dec. 11, 2011 to Feb. 23, 2012. Among the findings: Twitter engagement rates for brands are 17% higher on Saturday and Sunday compared to weekdays. However, most brands aren’t taking advantage of this phenomenon and, on average, only 19% of the brands’ tweets were published on the weekend. If a brand spaced its tweets out evenly throughout the week, then 28.6% should occur on the weekends. A full copy of the report can be found here.
Depending on the industry, the difference between weekday and weekend engagement is even more stark. The weekend produces 30% higher engagement for fashion brands, for instance. Publishers also enjoy a 29% higher engagement on Saturdays, when consumers are presumably catching up on the news of the week. Yet only 7% of tweets from publishers actually occur on Saturdays.
In general, as the chart below shows, according to Buddy Media, the brands are tweeting way too much in the middle of the week and not nearly enough on the weekend:

Despite the strong showing for Saturday and Sunday tweets, the study also found, paradoxically, that tweets published during “busy hours” performed best. Tweets during such hours, defined as between 8 a.m. and 7 p.m. in the study, got 30% higher engagement rates than those those that occurred after-hours. Twitter’s performance in this respect is the mirror image of Facebook, where posts on “non-busy hours” get 17% higher engagement. As a result, Buddy Media recommends using both Facebook and Twitter for your outgoing communication, but using them at different times, which are outlined on the chart below:

Meanwhile, the “tweet spot” for the number of tweets per day appears to be four. After that, the law of diminishing returns sets in.

As for the tweets themselves, Buddy Media suggests keeping them to fewer than 100 characters. Tweets of that length got a 17% higher engagement rate than other, comparatively windy tweets. While you’re tweeting, it’s also a good idea to include a link, since such linked tweets have an 86% higher retweet rate than their linkless counterparts. Of course, the link should work. They often don’t and in 92% of cases, Buddy Media determined that was because they didn’t insert a space before the link.
Other findings in the report:
  • Tweets with hashtags get twice the engagement of those without, yet only 24% of tweets during the time of the study used them.
  • Using one or even two hashtags in a tweet is fine, but if you add a third, you’ll begin to see an average 17% dropoff in engagement.
  • Posts with images have double the engagement of those without even though users can’t see them until they click on them.
  • If you ask followers to “RT,” you’ll get a 12X higher retweet rate than if you don’t. But if you spell out the word “retweet,” that figure jumps to 23X.
Though 77% of brands in a recent poll said that Twitter was a top priority, Tami Dalley, VP-insights and analytics at Buddy Media, argues that there’s room for improvement. “It’s great that brands are active on Twitter,” she says, “but it’s crucial they know best practices for publishing engaging content. Reach and engament can vary drastically with minor tweaks.”
What do you think? Is your business using Twitter right? Does Buddy Media’s report jibe with your experience? Let us know in the comments.

Tuesday, June 26, 2012

Apakah bisnis Anda telah menggunakan CRM? Mulailah sekarang

10 things SMBs should look for in a CRM

By Michel Ozzello | June 25, 2012, 6:51 AM PDT

Small and medium-size businesses are often at a competitive disadvantage next to the big guys, but never more so than in this hyper-connected age. While big businesses have the budgets to create or tailor CRM systems that track and manage customer interactions, SMBs typically struggle to find efficient, cost-effective ways to acquire and retain customers.

That's starting to change, though, with the rise of cloud computing and a number of CRMs designed specifically with SMBs in mind. Here are 10 things SMBs should look for in a CRM to get the greatest ROI.

1: On the cloud

When it comes to big businesses, we could argue all day about whether the cloud is beneficial. With big IT departments at their fingertips, they can maintain maximum security by continuing to store and manage data on their own servers. They can also develop customized CRMs without radically increasing their costs.

But SMBs don't have that luxury. Cloud-based CRMs are particularly useful for small businesses because they enable the outsourcing of development and management costs to the CRM provider (in a software as a service — SaaS — model), which takes responsibility for developing, managing, updating and maintaining the CRM externally.

2: Better email campaigns

It is not uncommon in SMBs to find employees answering individual emails one at a time. This creates an inbox bottleneck and increases response time. Any good CRM will enable more email efficiency, allowing for marketers, salespeople, and customer service representatives to better launch and track campaigns. In addition, all those email interactions will be stored and tracked inside the CRM (and not on each the mailbox of each individual), which increases control on the whole communication process with your prospects.

3: Connecting via social media

Social media presents great opportunities for small businesses to connect with their customers. It also presents a whole lot of headaches. A good CRM will help monitor the social media universe so that when customers start tweeting negative feedback about a product, their complaint can be quickly routed to the person in the business who can do something about it. Likewise, social media tools will also help companies identify and amplify praise, as well as any rich content they might be providing via articles and blog posts. Finding a CRM that aids a company in improving its content and conversations is essential.

4: Tracking and integrating customer data

Greater access to customer feedback means more information to track. Any good CRM will not just track and store customer data but it will also package information into easy-to-use, meaningful reports that illuminate how, when, and why customers are making purchasing decisions.

5: Enabling the sales pipeline

One of the most difficult things to track for small businesses is the progress of potential sales. Who's doing what, how far along they are, expenses, travel details, and so forth. Good CRMs track this data in real time, enabling the sales department to act quickly and accurately.

6: Evaluation tools

Data is just as valuable during the sale as it is afterward. Evaluation tools are an essential feature of a CRM system, enabling departments to run analyses and package information into easy-to-understand reports that can help them get out ahead of the pack the next time around.

7: Mobility

With more salespeople working on the go or remotely, it's important to be able to access CRMs from afar. This enables real-time tracking of tasks and sales and increased agility. A CRM that doesn't have good mobile features is out of synch with the way companies operate today and you shouldn't waste your money on it!

8: User interface

With a number of CRMs available on the market, SMBs should search for one with a user interface their employees can navigate intuitively. This will lessen the amount of time and money spent on training, and it will motivate employees to actually use the system. Look specifically for CRMs that centralize most tasks into user-friendly dashboards.

9: Customization

Different businesses have different demands. This means some SMBs will need to customize their CRM, which is often easier said than done. If you know your business is going to need to make a lot of tweaks, look for one that makes this process simple.

10: Vendor services

How much support does the CRM provider deliver? They will probably be there for technical errors and provide materials to train your employees on the new system — but what about customization? Will they help you as part of the onboarding process or will you have to hire their services separately? Are there local service companies that can help you deploy the system and evolve it when your needs change? One thing is for sure: You always end up needing help deploying a CRM system. So find out who can help and how much will it cost before you make your decision
build-access-manage at dayaciptamandiri.com

Apa kegunaan GPL dan free software untuk bisnis?

GPL and free software licensing: What's in it for business?

By Richard Hillesley | June 15, 2012, 9:31 AM PDT

Copyleft or free software licensing helps ensure open standards and the continuity of the code. Photo: Shutterstock

For a variety of reasons business is often seen as antipathetic to copyleft licensing. The GPL - the GNU General Public License - the most popular copyleft licence, sometimes gets a hostile press, often for reasons that don't reflect its real and positive effects.

Arguments about the pros and cons of copyleft and permissive licensing go back a long way. A permissive licence is as it says, and allows the user to copy, repackage, sell, or change the code in any way the user likes, as long as some form of attribution is given.

A copyleft licence, such as the GPL, gives similar rights but ensures reciprocity by obliging those who distribute the code to pass on the same rights to others, unimpaired, which by definition includes giving access to the source code and to any changes that have been made to it.

The software can be used for any purpose the user pleases, and can be repackaged and sold, or given away free. Verbatim copies can be made of the program, but must be accompanied by the GPL and any notices referring to the GPL, including the copyright and disclaimers of warranty for the software. All changes to the code must be noted, with notice of the changes and who made them.

A permissive licence puts its faith in the better side of human nature and is often said to be friendlier to business, because users can do as they wish with the code and have no obligation to pass on alterations to the software.

For their part, advocates of the GPL argue that copyleft not only guarantees the freedom of the code but also helps build reciprocity and community. Copyleft helps ensure open standards and the continuity of the code, which are vital if people are going to interoperate in a networked world, and this philosophy has worked to the advantage of users and developers alike.

Free software licences' range of emphasis

There are varying shades of emphasis and no two licences are completely alike, so the Apache License v2, which is classed as permissive, offers some level of patent cover, and weaker copyleft licences such as the LGPL or Mozilla Public Licence are more flexible than the GPL.

Contrary to myth neither the GPL nor the LGPL are viral, in the sense of forcing any software linked to them to adopt the licence. GPL code can be dynamically linked to binary proprietary code, and the LGPL allows static linking to proprietary binaries. Relationships between the GPL licences and other software are carefully explained in the GPL FAQ.

The choice of licence comes down to personal preference, and both approaches can have good or bad effects, depending on the user's perspective. When it comes to business, the choice of licence is pragmatic and should be swayed by the aims of the project.

While, for instance, Google has aimed to remove all GPLed software from Android's userland, and Apple won't allow GPLed software to be sold through its App Store, it is indisputably the case that both personal and business users of projects such as the Linux kernel and GCC have gained from the provisions of a licence that makes it easy to share code for mutual advantage, and hard to fork code for individual or corporate gain.

Beneficial effects of GPL for commerce

GCC, the ultimate portable compiler, is a good example of the beneficial effects of the GPL to commerce and industry. When the GNU Compiler Collection (GCC) first came on the scene, compilers were an expensive commodity. GCC made it cheap and affordable for software vendors and OEMs to port software across a wide range of operating systems and computer architectures.

A side effect of this approach was that devices became cheaper, and open-source operating systems such as Linux and BSD could be ported more cheaply to routers, mobile and embedded devices, which spread the usefulness and reduced the cost of these devices.

Because GCC became ubiquitous and used the GPL, it became the path of least resistance for companies to add the code to compile languages and proprietary architectures into GCC, which in turn made the languages and architectures accessible to others.

If chip manufacturers or the designers of proprietary languages kept their changes to themselves, the languages and the architectures would be less useful to software vendors and OEMs and to the manufacturers themselves. The portability of GCC played a big part in making it possible to port Linux to many devices.

A permissive licence would not have prohibited this effect, but would have made it less likely - if only because the GPL enforces reciprocity and in doing so encourages some level of commonality.

Reciprocity's positive impact on software

This effect is even truer of the Linux kernel. Reciprocity has been a positive asset for Linux because copyleft ensures a company that contributes to the Linux kernel has the assurance that it will also benefit from the contribution of others.

In a recent BBC interview, Linus Torvalds commented on this effect: "If you're a person who is interested in operating systems, you don't want to get involved if you feel like your contributions would be somehow taken advantage of, but with the GPLv2, that simply was never an issue."

He said the fundamental property of the GPLv2 is its mutually beneficial nature: "I'll give you my improvements, if you promise to give your improvements back. It isn't just fair on an individual scale, it's fair on a company scale and it's fair on a global scale."

Torvalds said if competitors fail to put in the same effort that you do, they can't reap the rewards you can: "If they don't contribute, they don't get to control the direction of the project, and they won't have the same kind of knowledge and understanding of it that you do. So there really are big advantages to being actively involved - you can't just coast along on somebody else's work."

GPL's assurance of freedom and commonality

A company may fork, strip or enhance the Linux kernel according to the strengths and weaknesses of the company's hardware, but its enhancements must be made available to others. And the GPL, which gives assurance of the continued freedom and commonality of the code, is the driver behind this impulse.

From a business perspective, the primary advantage of a permissive licence over a copyleft licence is that it grants the user the right to fork and reuse the code in a proprietary setting, or to add value with proprietary add-ons. This effect has worked very well for some companies, which have benefited from the ability to reuse the code.

But the ability to fork code in a proprietary setting can also discourage others from contributing to a project, knowing that a competitor can add value to their contribution and profit from a one-sided transaction.

The ability to fork code in a proprietary setting can retract some of the advantages of being open source, yet many companies take the view that the ability to fork is an advantage as long as it is a choice that's open to them. It is a matter of opinion whether this is a beneficial aspect of permissive licensing, or a sub-optimal use of free software.

A permissive licence offers real freedom to end users, who can do as they wish with the software, and works in the interests of companies with a pressing need to share code and guard their intellectual property.

But the GPL has also proved its value as a collaborative tool - because community, commonality, interoperability and continuity of the software are useful side-effects of the licence, and increase the advantages of being open source and free.
build-access-manage at dayaciptamandiri.com

Monday, June 25, 2012

Five ways social media can help you get a promotion

By Mamta Saha | June 21, 2012, 5:07 AM PDT

There are a number of sound reasons why social networkers are more likely to progress in their career.

A waste of time, a distraction and a drain on resources - those are all accusations that managers have levelled at the use of social media at work. But research suggests that far from being a barrier to productivity, using social media actually helps employees advance their careers.

Working recently on a Google project on the use of social tools in business, I thought one finding really stood out: those using social tools at work are more likely to get promoted than those who do not.

The research showed that 86 per cent of frequent users say they have recently been promoted and 72 per cent say they are likely to be promoted, compared with 61 per cent and 39 per cent of non-users. The report hails these workers as the new social climbers, because they know how to employ the tools in the right way to get ahead.

In reality, there are a number of reasons why social networkers are more likely to progress in their career, and it appears that the most successful, visionary companies are already acknowledging the benefits of these tools to make it easy to connect and work together online.

According to the Google research, high-growth companies are most likely to use social tools, so it is important not to ignore their potential for the workplace.

So what are high-fliers doing differently when it comes to social networking? There are a number of ways in which social tools can help with career progression:

1. Showcasing depth of knowledge

When social media first appeared on the radar it was the more introverted individuals who started to use it, creating blogs, answering questions on forums and generally understanding the technology's potential as an outlet for sharing knowledge and exchanging views. This experience put them one step ahead, helping them to get noticed for their expertise.

In a professional situation, in-depth authority on a relevant topic is extremely attractive to employers and helps get introverts noticed without the need for active self-promotion because others are drawn to them to tap into their knowledge.

2. Making connections

Those using social networking in the workplace have recognised its potential to broaden their circle of contacts, which can lead to all sorts of useful business connections.

Building a network of contacts also offers an effective means of solving problems, giving access to a wider panel of individuals with different areas of expertise, whose knowledge can be tapped into to help solve problems and give advice on unfamiliar situations.

3. Building a personal brand

The most successful social networkers are not the ones who give away vast quantities of information about themselves online. Such behaviour can look unprofessional and even damage your reputation.

It tends to be those who have distilled personal information to build their own brand, including their skillset, experience and connections, who are most likely to be successful in using social networking to progress their careers.

That said, individual touches such as occasional updates on hobbies and interests can also lead to more meaningful connections with all kinds of influential people. In Google +, for instance, these contacts with similar interests can be grouped together, making it easier to ensure your updates and requests are relevant to those receiving them.

4. Tapping into knowledge

Another great opportunity for using social tools to excel comes in using them to learn about your organisation. Many companies have already established a network or blog and are using these channels to provide information about staff skills, company news and initiatives. So taking an interest in these forums and communities can be very informative.

Using social media to track company references is also a good idea. For instance, if a story about your company breaks on Twitter, and you are the first to spot it, this shows senior staff you are taking an interest in the organisation, which can impress them.

5. Time management and productivity benefits

Today's social climbers are also using these tools to help them work smarter. Most of us are familiar with being bombarded with emails that we don't have time to read and being pulled into meetings that seem to last longer than necessary.

Through thinking creatively about what social tool could do the job more effectively, you can change these time-draining practices in your company. Instant messaging, for instance, can be a time-saver when you want an answer to a question quickly.

Collaborative documents edited online by multiple people at the same time could replace some meetings. It is only through trying out different tools that you will learn these shortcuts for yourself and be seen as a more efficient member of the team.

It is important to remember that opportunistic, driven individuals are likely to grasp any opportunities that come their way to make themselves more successful. That's why they are getting ahead through using social tools.

They know that these services can help make them better informed, better connected and more productive. So if you're reading this and wondering what all the fuss is about, it could be time to open your mind to what social media can do for your own career
build-access-manage at dayaciptamandiri.com

Saturday, June 23, 2012

Tips dan Trik Memotret dengan Kamera Ponsel

Oleh: Nur Ikhsan Suryakusumah
Senin, 11 Juni 2012, 19:09 WIB

INILAH.COM, Jakarta - Seiring perkembangan teknologi, saat ini hampir semua ponsel dilengkapi fasilitas kamera. Kualitas kamera dalam ponsel seringkali menjadi pertimbangan utama pemilihan sebuah produk.

Ponsel dengan kamera berkualitas baik umumnya berharga mahal. Namun dengan ponsel berkamera standar pun kita sebenarnya bisa memaksimalkan fitur menarik ini dengan teknik pengambilan gambar yang baik.

Berikut ini adalah tips dan trik untuk lebih mengoptimalkan kamera ponsel agar menjadi karya fotografi yang berkualitas:

1. Mengatur jarak ideal dengan objek

Kamera ponsel kebanyakan tidak dibekali lensa zoom maksimal. Jadi pastikan Anda dekat dengan obyek yang akan dibidik.

Format pengambilan foto close up membuat hasil foto terlihat jauh lebih detail. Tapi tetap jaga jarak dengan obyek. Mode pengambilan gambar makro tidak selalu bisa dijumpai di ponsel. Pengambilan gambar yang terlalu dekat bisa membuat gambar menjadi kabur.

2. Sensitif pada pengaturan cahaya

Potret gambar dengan cahaya cukup, kecuali ponsel kamera Anda memiliki flash yang terintegrasi. Saat memotret di bawah terik sinar matahari, obyek jangan membelakangi datangnya cahaya.

Namun hal ini bisa dilanggar ketika Anda ingin bereksperimen membuat foto siluet. Karena cahaya salah satu faktor penting untuk menghasilkan karya pemotretan optimal.

3. Perhatikan background

Jangan sampai latar belakang mengganggu obyek. Tempatkan obyek berlatar belakang tidak terlalu sibuk. Jangan sampai pohon yang ada di belakang obyek misalnya seolah-olah tumbuh dari kepala si obyek.

4. Mencoba berbagai angle

Jika kapasitas memori mencukupi, jangan takut bereksperimen. Cobalah mengambil foto dengan angle (sudut pandang)yang berbeda-beda. Foto Anda dijamin akan terlihat tidak monoton dan lebih kreatif.

5. Pilih resolusi tinggi

Perbedaan kualitas foto antara resolusi tinggi dan rendah tidak akan terlihat di layar ponsel. Makin tinggi resolusi yang Anda pakai, makin baik gambar yang dihasilkan. Perbedaan ini akan terlihat saat foto hasil jepretan dari ponsel dipindah ke layar komputer/ laptop.

6. Pastikan kebersihan lensa

Ponsel kamera umumnya tidak dibekali penutup lensa. Pastikan untuk membersihkan lensa Anda sebelum mengambil foto.

7. Perhatikan pengunaan memori

Upayakan dan periksa kembali telefon genggam apakah memori yang tersedia cukup untuk mengabadikan objek, dengan memastikan selalu ada kapasitas memori yang cukup untuk mengambil foto. Hal ini bisa diatasi dengan membiasakan memindahkan foto Anda ke memori komputer atau external hardisk.

8. Konsentrasi dan keseimbangan

Upayakan kondisi dan posisi tubuh dan tangan Anda jangan sampai bergoyang saat tombol shutter ditekan. Ini untuk menjaga agar foto tidak kabur (blur) dan kelihatan tidak fokus.

9. Kenali fitur pemotretan di ponsel Anda

Ponsel berkamera untuk tipe-tipe tertentu seperti: mid-end dan high-end umumnya dibekali dengan fitur yang cukup lengkap. Di sana bisa ditemukan pengaturan brightness, exposure, white balance, dan fitur-fitur lain.

Sesekali sempatkanlah mengeksplorasi fitur apa saja yang ada di ponsel. Dengan mengenal perangkat yang Anda gunakan, Anda bisa menggunakannya dengan optimal

11. Minimalkan penggunaan digital zoom

Upayakan posisi dan jarak objek untuk pemotretan sudah pada posisi optimum dengan sinar yang cukup ke obyek dengan cara menggeser posisi Anda, bukan dengan digital zoom. Penggunaan digital zoom bisa membuat kualitas gambar berkurang.

12. Sesuaikan ukuran dengan resolusi terpakai

Hasil pemotretan ponsel bisa dicetak dengan kualitas maksimal, jika disesuaikan antara ukuran cetakan dengan resolusi gambar yang digunakan. Hal ini harus sesuai kapasitas dan kemampuan kamera.

13. Perbaiki dengan software olah digital

Jika Anda masih kurang puas dengan hasil fotonya, sah-sah saja jika Anda ingin memperbaiki intensitas cahaya, warna, dan komposisi yang mungkin tidak terjangkau oleh kamera ponsel Anda dengan menggunakan software olahdigital seperti Photoshop dsb.

Selamat mencoba... [mor]
build-access-manage at dayaciptamandiri.com

Saturday, June 16, 2012

Serial Strategi Penjualan – Langkah 1: Menghubungi dan Kwalifikasi Prospek

Perencanaan kunjungan penjualan meliputi berbagai aktifitas untuk berkomunikasi dengan prospek, mengidetifikasi pembuat keputusan, kwalifikasi, identifikasi peluang berdasarkan kategori, dan melaksanakan taktik positioning awal.

Beberapa pertanyaan yang mungkin muncul di benak penjual antara lain:
Apakah prospek ini mungkin menjadi pelanggan saya? Apakah ada peluang disana? 
Jika ada, siapa yang membuat keputusan?
Apakah saya dapat menghubungi mereka?
Bagaimana saya harus menempatkan perusahaan pada posisi yang berbeda sedemikian rupa, sehingga dibutuhkan dan membuat mereka tertarik untuk bicara dengan saya?

Sebaliknya, ketika anda berusaha menghubungi psopek, mungkin mereka bertanya:
o Siapa orang ini?
o Mau apa dia?
o Mengapa saya harus menerima dia?

Anda sendirilah, sebagai penjual, yang perlu mengembangkan pertanyaan-pertanyaan diatas, baik dari sisi penjual maupun prospek, dan berusaha mencari jawaban untuk keduanya.

Melewatkan langkah ini akan membawa beberapa konsekwensi yang tidak menguntungkan anda, antara lain:
1. Anda bekerja tidak terarah
2. Tidak siap dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan prospek, sehingga
3. Tercipta kesan di benak prospek, bahwa anda tidak profesional, jadi
4. Tidak dapat dipercaya, tidak dapat diandalkan

Wednesday, June 13, 2012

15 Permintaan pasanganmu yang mungkin tidak pernah diucapkan

"

1. Janganlah lupa. Ingatlah dr awal kita bersatu itu karena kita saling menyukai & mencintai

2. Aku selalu ingin melakukan sesuatu untukmu, maka hargailah usahaku. Apapun yang telah kulakukan walau kecil sekalipun

3. Cobalah selalu & selalu mengerti walau untuk berjuta-juta kalipun semua cara & sifatku

4. Jangan marahi aku di depan orang banyak & jangan pernah bandingkan aku dengan pria atau wanita lain

5. Ketika kamu sedang tidak bersamaku, ingatlah aku, hubungilah aku, tanyakan apa yg aku lakukan & bagaimana kondisiku

6. Janganlah ada kata bosan ajaklah aku dalam acara atau kegiatan yang melibatkanmu. Kenalkanlah aku sebagai suamimu/istrimu karena aku ingin teman-temanmu juga mengenal aku

7. Kian hari waktu terus berlalu, maka jangan selalu kamu ungkit hal yang lalu

8. Aku selalu mencoba, tapi bila kamu tak suka tolong beritahu aku. Bicaralah jangan kamu diam & menumpuk kekesalan sehingga kita saling berdiam diri & menimbulkan luka

9. Jangan membuat aku jadi bingung & sedih, mari kita cari solusi & jalani bersama

10. Jangan mengatakan hal-hal buruk tentang aku. Bukankah dulu semua indah dimatamu? Bisakah kita terus menganggap indah?

11. Walau kita sering berselisih paham, marah & bertengkar janganlah lelah. Mari jadikan ini sebagai proses saling belajar mengampuni mengasihi sepanjang usia

12. Pandanglah keberadaanku. Bicaralah tentang apapun. Pikiranmu perasaanmu jangan sampai ada orang lain yang lebih tahu & lebih sering berkomunikasi denganmu daripada aku

13. Abadikanlah kenangan kita. Pasanglah foto kita bersama karena itu artinya kamu mengakui keberadaanku & itu membuatku bangga

14. Ketika kita berjalan dampingilah aku, gandenglah tanganku & sebenarnya aku juga ingin mendengar kata sayang, mendapat pelukan serta ciuman darimu setiap harinya. Maukah kamu melakukannya?

15. Aku berharap kita selalu saling mencintai dengan sepenuh hati & semoga kamu selalu setia mendampingiku sampai aku menutup mata

SEMOGA BERMANFAAT. JADIKAN KELUARGAMU INDAH
Surya Lie

Monday, June 11, 2012

Apakah edukasi mempengaruhi karir menjadi direktur?

How education impacts the journey to CIO

By Scott Lowe | May 29, 2012, 5:58 AM PDT

I'm often asked what classes are important to take in high school and college in order to achieve a reasonable level of success in IT management.  For me, this is an easy answer, but before I unveil it, let me provide some context around my answer.  For me, there is one specific class with a specific teacher that I feel was the most important class I took when I was in school.

Obviously, an IT management career requires a broad education.  CIOs and IT Directors need to understand technology to a point at which they can make good decisions regarding direction or at least understand enough so that they can put into action the plans from their staff members and link these plans to business goals.  In this context, it's important to have a reasonable technical education, although it's possible to pick up what's necessary in on-the-job efforts, too.  Personally, my degree is in Computer Science but I took a broad-based curriculum that included a lot of underlying Comp Sci courses, including COBOL and Pascal, but also courses on data design and workflow logic.  Much to my surprise, shortly after graduating from college, I discovered that, at the time, the most valuable course I took in college was COBOL, at least as it pertained to my first IT job.  It was in my COBOL classes that I learned to read data definitions and data types and I was putting these skills to work immediately upon starting my job.  While I was taking the COBOL courses, which we required, I didn't see the value in the "dead" language-which we know is far from dead-but once I got into the real world, I realized that my college learning was necessarily all about the topic at hand.  Sure, I learned COBOL, but it was the framework around which COBOL operates that was the real benefit.  Of course, I took the required general education courses, which included economics, accounting and physics.  Believe it or not, I came very, very close to changing my major to accounting.

Bear in mind that information above was at the end of just my first two years in college; I did not attend under a traditional timeline.  It was after my first two years that I started my first IT job.

My second two years of college still had some computer science elements, such as Java programming, but this part of my college career was undertaken after spending some time in the field, so I had a better idea as to what I ultimately wanted, which was to move into IT management.  In addition to computer science courses, I took courses on leadership styles, power structures and organizational dynamics.  My focus in my last two years was much more on how organizations operate, but still within the context of Information Technology.  By this point, I had my eyes set on the CIO chair.

From here, the rest is really history.  I continued to move around to different jobs, moving up the organization until I eventually became an IT Director and then CIO, a position I left last November to start my own consultancy.

So, looking back, what class do I feel had the most impact on my career?  This is a question that can only be answered after more than 20 years.  It was my 11th grade high school English class that really shaped my career.  I didn't know it at the time, but it put me on the path to where I am now.  I didn't really care for English or Language Arts up until that point, but I was fortunate enough to have a teacher that completely turned me around to a point where I skipped 12th grade English and took college English in my senior year of high school.  It was in 11th grade English that I learned that I actually enjoyed writing, telling stories and sharing experiences.

Obviously, from a writing perspective, which is an important aspect of my career these days, the skills I learned in that English class are obvious.  However, even as a CIO, I learned that the ability to communicate is, by far, the most important skill that a CIO can have.  In fact, I believe that every IT staff person should be a good communicator.  IT is still a black box to so many people and the cryptic communication that sometimes comes from IT does nothing to help the department's image.

Never forget that the act of sending a communication or giving a speech is not communication in and of itself.  "Communication" implies that there is an understanding of the material at hand.  If the recipient does not understand the message, communication has not taken place.

Don't take this to mean that it was just English that has helped my career; it just had the most impact.  Frankly, even if I didn't realize it at the time, almost all of the courses that I took in my formal education have been important in one sense or another.  Even my economics and accounting courses came to the front and center a couple of years ago when I rebuilt my employer's long range financial forecasting model from scratch.  Educationally, nothing has gone to waste.

Since leaving college… a few years ago… one thing I've never forgotten is that success comes only through lifelong learning.  Sitting still isn't something I'm good at, so I read pretty voraciously and "play" in my home lab when there are new software releases that interest me.  A good education is just one aspect of a good CIO, but it's an important one
build-access-manage at dayaciptamandiri.com

How NOT to sell your product or your services

By Toni Bowers | June 6, 2012, 7:43 AM PDT

When I talk about resumes, I repeat, to a ridiculous degree, the mantra that they must focus on what you have to offer a potential employer, rather than list a history of your life.

I recently had a conference call with a guy hawking a new job-finding site. The guy's PR agency contacted me because they know about my blog. After about five minutes into the call, I wanted to bite my phone in half out of frustration. But because I'm a silver-lining, make-lemonade-from-lemons kind of girl (I'm totally lying), I actually got a blog topic out of it.

So, here are my tips for being more successful at selling your product or presenting yourself in the best light for a potential partner or employer:

Choose your form of communication wisely.

I know we're all hip, multitasking people who are much too important to forsake our morning half-caff, double-tall, non-fat Blue Java Indonesian coffee and poppy seed rugelach at the local coffeehouse to sit down for an organized presentation, but let's make the effort, OK?

About 12 minutes of a 30-minute call with the guy was taken up by reception issues between me, him, and the PR person. Someone was always saying, "I'm sorry, I didn't get that." At one point, he said, "Let me walk over here and see if I can hear you better." Which was fine with me because I had nothing better to do on a busy day.

Know your audience.

I am the Head Blogs Editor for a tech site that has over 2 million members. So I was perplexed when the first five minutes of the spiel was about how they purposely made their site to be accessible to everyone — like chefs or nurses. I tried to gently nudge him and ask how, specifically, an IT pro would benefit from the site, because if you want to offer an incentive for readers of a tech career blog, you might want to touch on that.

Know the benefits of your product.

His site is supposed to match employers up with job hunters based on the job hunter's online presence. He stressed that they didn't want to rely solely on a resume, which, at some point, starts looking like all the others in a hiring manager's mind. I can buy that. But then I asked how they recruit prospective employers for the site and how many they had so far. His response was that they're not really concentrating on that aspect at this time. So then my inner voice asked that age-old question "If a tree falls in a forest and there's no one there to hear it, does it make a sound?" How do you sell the benefit of getting your profile out there if there's no one around to look at it?

So, anyway, please heed these points because more than likely someone as time-stressed as me will get ahold of your resume at some point. Make the effort a little easier.
build-access-manage at dayaciptamandiri.com

Saturday, June 09, 2012

Berpikir Global, Bertindak Lokal

09 Jun 2012

Entrepreneur baru yang ingin bertahan dan mengoptimalkan pertumbuhan usaha baru mereka harus berpikir secara global dan bertindak secara lokal dari hari pertama. Pendekatan ini, lebih luas dikenal sebagai �glocalization�, berarti bahwa Anda harus mendesain dan �menyampaikan solusi global yang memiliki relevansi keseluruhan terhadap setiap setiap pasar global yang menjadi area operasi bisnisnya.

Mengakui hal ini sebagai faktor penting sebagaimana budaya dan bahasa memastikan Anda memiliki pemahaman tentang motivator regional, tabu yang ada di lingkungan setempat dan kebiasaan/ adat setempat sehingga solusi-solusi Anda secara ideal didesain dan dipasarkan untuk memberikan nilai yang memiliki relevansi lokal yang asli.

Perlu disadari bahwa Anda tidak perlu meluncurkan produk di setiap negara pada saat yang bersamaan. Namun itu berarti bahwa Anda berpikir tentang implikasi global pada setiap langkah yang diperlukan sepanjang proses:


Pilihlah nama perusahaan dan produk dengan seksama

Jangan memilih nama untuk perusahaan yang memiliki arti yang sama sekali berbeda atau menjurus ke citra negatif dalam bahasa lain.Ingatlah saat Chevy Nova membutuhkan penamaan ulang, setelah Chevrolet menyadari bahwa Nova bermakna �tidak pergi� dalam pasar Spanyol, yang menjadikannya bukan nama yang bagus bagi produk mobil mereka.

Antisipasi pertumbuhan yang lebih besar di luar pasar asal Anda
Tidak setiap pasar internasional itu penting tetapi sebagian memang harus diperhatikan. Kelas menengah ke atas dalam populasi Indonesia akan tumbuh �terus �dalam beberapa tahun ke depan seiring dengan semakin baiknya kinerja perekonomian kita. Hal serupa juga terjadi di Cina, India, AS.

Perkokoh merek Anda di pasar internasional
Sebuah merek internasional akan mematok harga yang �lebih tinggi dan permintaan pelanggan yang lebih banyak. Hal ini disebut sebagai itikad baik merek, sebuah nilai yang sulit didapatkan dari kepercayaan yang dihasilkan dari pembeli dan mitra. Sembari Anda mulai untuk memenuhi permintaan dalam pasar domestik, biarkan merek Anda berlanjut ke tingkat internasional dengan biaya yang lebih rendah.

Seimbangkan bisnis antara satu tempat dengan yang lain
Saat pembeli di satu wilayah mulai menurun, carilah pembeli di lokasi lain untuk menutupi penuruan itu. Perusahaan dengan portofolio yang terdiversifikasi bisa memfokuskan energi mereka pada pasar global yang sedang berjaya.


Berbicara dalam bahasa pelanggan
Orang memberitahu saya bahwa situs multi bahasa bisa melipatgandakan bisnis online setempat di banyak bagian di AS. Akhir-akhir ini, pelanggan memulai siklus pembelian secara online di mana mereka bisa mendapatkan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang sering ditanyakan, informasi produk, dan transaksi. Semua ini disajikan dalam bahasa yang mereka mengerti.


Temukan sumber global sekarang
Hal ini mungkin kurang tepat pada saat sekarang ini tetapi usaha baru yang cerdas sedang mencari produk-produk mereka dari awal. Software bisa dikembangkan di luar agar biayanya lebih hemat, volume manfaktur cepat tersedia dari Cina dan desain Eropa memiliki peluang yang makin bertambah di setiap negara.

Lindungilah secara selektif hak milik intelektual Anda di seluruh dunia
Saat ini, tidak ada hak paten dunia atau proses paten internasional yang ada sehingga Anda harus mengajukannya di setiap negara yang bersangkutan. mencoba untuk mendapatkan perlindungan hak paten di selurub dunia pada awalnya memang sangat mahal, jadi pilihlah daerah atau negara yang dijadikan target dengan cermat dan tentukan waktunya. Akhir-akhir ini dunia sudah menjadi satu pasar raksasa. Ia bisa bersifat homogen atatu heterogen atau kombinasi keduanya. Akses yang lebih mudah menuju pasar internasional ialah dengan menciptakan peluang penjualan tak berbatas pada tataran internasional.

Hasilnya ialah bahwa setiap usaha rintisan kini harus mempertimbangkan setiap aspek manajemen, penjualan dan layanan pada tataran global. Namun, untuk bisa mendapatkan kelebihan kompetitif sejati, Anda masih harus menerapkan solusi efektif pertama-tama pada tingkatan lokal. Jangan melakukannya sekaligus. (*AP)

build-access-manage at dayaciptamandiri.com

Saturday, June 02, 2012

Hemat via Internet

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak bangsa Indonesia berhemat, beberapa hari silam. SBYmemang menekankan soal menghemat anggaran belanja lewat kebijakan terkait BBM dan energi – khususnya bagi para pegawai pemerintah dan BUMN.

Namun, terkait usaha menghemat kocek pemerintah itu, sebenarnya salah satu upaya lain yang penting dan mendesak untuk digalakkan adalah pemanfaatan teknologi Internet secara lebih efektif dan efisien.

Sejauh ini memang sudah ada beberapa kegiatan pemerintah dengan menggunakan teknologi Internet. Selain surat elektronik (surel) alias e-mail dan penayangan 'brochure-ware' melalui berbagai situs kantor pemerintahan dan BUMN, syukurlah sudah ada program e-procurementatau pun e-government.

Tetapi banyak hal masih perlu ditingkatkan penggunaannya. Misalnya, para pengambil keputusan tidak mesti melakukan rapat secara tatap-muka dalam setiap rapat kerja – kecuali ketika masalah yang dihadapi demikian pelik sehingga memerlukan kehadiran semua pihak.

Namun bila rapat hanya membahas beberapa soal rutin, seperti rapat tiap Selasa yang digagas Menteri BUMN Dahlan Iskan, umpamanya, kiranya para pegawai pemerintah bisa memanfaatkan teknologi seperti 'web-cam', kamera yang tersambung dengan Internet. Jangankan pada komputer atau laptop, bahkan sekarang ini web-cam juga sudah menjadi fitur utama berbagai telepon seluler (ponsel).

Lewat 'rapat jarak jauh' begitu, sang peserta rapat tak perlu bepergian ke luar kantor. Mobilnya pun cukup diparkir, dan tak usah membuang-buang waktu di jalan yang macet (di Jakarta) atau pun terbang mendatangi tempat rapat di luar kota.

Demikian pula dengan pelatihan. Banyak pelatihan sebenarnya dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas multimedia di Internet atau video streaming --sehingga tak perlu membayar mahal pelatih untuk berkeliling ke beberapa kantor cabang.

Melalui cara-cara demikian, dengan sekali dayung bukan hanya satu-dua pulau terlampau, melainkan bisa lima-enam sungai pun terseberangi.

Satu hal lain yang bisa memotong banyak ongkos adalah memanfaatkan teknologi Google Earth dan Google Map untuk mempromosikan pariwisata dan semua keperluan 'geospatial' bumi pertiwi – termasuk peta dan foto areal pertambangan, perkebunan dan obyek wisata -- ke konsumen di mana pun di dunia.

Kabarnya, Google telah menunjuk agen pengembangan Google Qualified Developer di Asia Tenggara lewat perusahaan 'Exist.Inc Indonesia,' yang berkantor di Jakarta.

Itu di satu sisi. Di sisi lain, sesungguhnya pemerintah selayaknya makin gencar mendulang dan mendukung pemasukan dana lewat pasar online dan media sosial yang kian hari kian marak.

Pemerintah pusat dan daerah serta semua BUMN sejatinya dapat menginfiltrasi 'pasar tanpa sekat' di dunia, melalui jejaring online yang makin cepat, makin murah dan makin luas penggunaannya.

Sebagai gambaran luasnya penggunaan Internet, mari kita tengok transaksi jual-beli produk konsumen secara online.

Pada tahun ini saja, nilai transaksi online produk Indonesia diperkirakan mencapai lebih US$4 miliar -- meningkat dari US$3,4 miliar pada 2010. Di antara situs belanja yang paling populer di Indonesia saat ini adalah pakaian dan aksesori (sekitar 36%), disusul kupon (voucher dan sebagainya) sebesar 33%, serta buku dan DVD (33%).

Potensi perkembangan itu bakalan melejit luar biasa, mengingat kontribusi Internet terhadap produk domestik bruto sesungguhnya baru mencapai 1,6%. Lebih lagi, karena Indonesia kini menempati urutan kelima negara pengakses Internet terbesar dunia.

Diperkirakan rasio jumlah konsumen online terhadap prosentase penduduk kita saat ini telah mencapai 57%. Memang itu masih di bawah Malaysia (67%) dan Vietnam (61%), tetapi prosentase itu sama dengan Singapura, dan di atas India (54%).

Menurut data yang ada, memang penjualan online di dunia terus meningkat. Sehingga tak heran bila firma pembayaran online 'PayPal' meramalkan, pada 2016 uang fisik akan ditinggalkan orang, digantikan uang digital.

Menurut Presiden Direktur Finnet Indonesia Waldan R. Bakara, Indonesia juga segera menyusul menggunakan uang digital itu. "Pada 2020, sekitar 50% warga Indonesia akan menggunakan uang digital ini," kata Waldan kepada INILAH.COM.

PayPal belum lama ini meluncurkan aplikasi InStore. Melalui aplikasi ini, konsumen tak perlu lagi mengantre di toko, karena penjual cukup menggunakan pemindai portabel yang ada di ponsel untuk membaca barcode pembeli. Sesudah itu pembeli cukup memasukkan PIN miliknya, dan selesailah 'ijab-kabul' jual beli, hanya dalam hitungan 30 detik.

Walhasil, bicara mengenai Internet dan penggunaannya bisa membuat orang berdecak heran. Dalam sejarah manusia di bumi ini, belum ada media komunikasi yang berkembang secepat Internet.

Coba saja bandingkan: jika radio dulu memerlukan waktu 30-an tahun untuk mencapai 50 juta pendengar, dan TV membutuhkan 10 tahun untuk meraih 50 juta pemirsa di dunia, maka Internet atau 'world wide web' (www) hanya perlu sekitar empat tahun guna meraih 50 juta pengguna.

Tetapi para ahli mengingatkan bahwa teknik memasarkan jasa dan produk pada zaman Internet tidak sama dengan marketing konvensional.

Di antara yang berubah pada pemasaran via Internet, pertama, adalah bahwa kini harapan atau tuntutan konsumen terhadap kenyamanan makin besar. Kini konsumen tak mau menunggu lama, dan ingin memilih sendiri waktu dan tempat mereka berbelanja, misalnya pada tengah malam dan dilakukan di kamar tidur.

Artinya, bila Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) hendak mengkampanyekan sebuah program 'wisata baru' di pasar Jerman, misalnya, maka penjaga situs kampanye wisata Kemenparekraf itu mesti siap menjawab pertanyaan calon wisatawan itu, meski pun itu dilakukan pada jam 9 malam waktu Jerman, alias sekitar pukul empat pagi WIB.

Sejumlah respon kompetitif berlangsung pada waktu berjalan, in real time. Berbeda dengan pemasaran konvensional, saat ini konsumen dapat dengan mudah membandingkan harga jasa dengan jasa pesaingnya pada saat yang sama. Saat seorang konsumen membeli tiket pesawat misalnya, ia bisa secara mudah membandingkan beberapa harga tiket berbagai maskapai penerbangan sekaligus.

Para ahli yang lain menyarankan bahwa saat ini, perusahaan atau penjual tak cukup hanya mendengar atau mempelajari apa yang diinginkan konsumen melalui kegiatan 'partisipasi'.

Konsumen, bahkan yang menjadi 'fans' bagi sebuah brand di Facebook, umpamanya, menuntut perusahaan memberi respon secara lebih bermakna.

Artinya, secara orang per orang, setiap individu ingin mendapatkan input mengenai brandyang mereka beli, dan cara-cara apa saja yang bisa mereka lakukan untuk membeli produk atau jasa itu.

Metode yang disebut enlightened engagement itu, kini menjadi fase awal evolusi di dunia komersial lewat keterlibatan sosial di Internet.

Dalam era Internet Marketing ini, kita memerlukan 'P' yang kelima –menyempurnakan 4-P yang lazim dikenal dalam dunia pemasaran. Dan 'P' kelima itu adalah 'people', orang-orang yang mewakili marketing, jasa dan bauran komersial.

Penjaga situs Kemenparekraf tadi, misalnya, mesti bisa berinteraksi, secara sosial, menawarkan paket yang dipersonalisasikan kepada calon wisatawan secara penuh empati.

Bila tidak, maka kita bukan hanya menghalangi aktifnya dampak sosial dalam urusan komersial yang berlangsung, melainkan, yang lebih parah, boleh jadi calon wisatawan Jerman tadi akan direbut negara tetangga lebih dulu.

*) Konsultan komunikasi, dan dosen komunikasi di Universitas Paramadina, Jakarta. [mor]

Friday, June 01, 2012

12 Cara Agar Anda Bebas Kanker

Rahma Lillahi Sativa : detikHealth

detikcom - Jakarta, Anda bisa benar-benar terbebas dari kanker hanya jika gaya hidup Anda sehat. Yang paling mendasar Anda harus menguasai 3 hal yaitu diet, olahraga dan menghindari rokok.

Thomas A. Sellers, PhD, direktur pencegahan dan pengendalian kanker di Moffitt Cancer Center, Tampa yang mengatakan 70 persen penyebab kanker bisa dihindari karena berkaitan dengan gaya hidup.

Namun penelitian berikutnya mengungkapkan banyak hal kecil namun mengejutkan yang dapat Anda lakukan untuk mencegah penyakit ini menyerang tubuh Anda.

Untuk lebih jelasnya, simak 12 cara mudah untuk terbebas dari risiko kanker seperti dilansir dari prevention, Jumat (1/6/2012) di bawah ini.

1. Saring Air Keran di Rumah
Dengan memberi filter pada air keran di rumah, maka Anda akan mengurangi risiko terpapar bahan kimia yang diketahui atau diduga mengandung karsinogen dan bahan kimia pengganggu hormon lainnya.

Sebuah laporan dari President's Cancer Panel dan Environmental Working Group tentang cara mengurangi paparan karsinogen menunjukkan bahwa air keran yang difilter di rumah terbukti lebih aman daripada air botolan yang kualitasnya seringkali tidak lebih tinggi, bahkan dalam beberapa kasus lebih buruk daripada sumber air kota.

Simpan air dalam wadah berbahan stainless steel atau kaca untuk menghindari kontaminan kimia seperti BPA yang bisa didapatkan dari botol plastik.

2. Sebelum Dipanggang, Rendam Dulu Dagingnya
Daging olahan yang hangus dan matang bisa mengandung senyawa kimia penyebab kanker bernama heterocyclic amines (HCA) yang terbentuk ketika daging dibakar pada suhu tinggi dan polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH) yang masuk ke dalam makanan ketika arangnya dibakar.

"Rekomendasi untuk mengurangi konsumsi daging panggang memang benar-benar didasari bukti ilmiah yang solid," kata Cheryl Lyn Walker, PhD, profesor karsinogenesis di Universitas Texas M.D. Anderson Cancer Center.

Kalaupun Anda memanggang daging, rendam daging ke dalam air berisi rosemary dan thyme setidaknya satu jam sebelum dipanggang.

Menurut penelitian dari Kansas State University, bumbu-bumbu kaya antioksidan itu dapat memotong HCA-nya hingga 87 persen.

3. Minum Kopi Setiap Hari
Orang yang minum kopi berkafein 5 cangkir atau lebih dalam sehari memiliki penurunan risiko kanker otak sebesar 40 persen seperti dikutip dari sebuah studi di Inggris pada 2010. Kebiasaan minum kopi 5 cangkir perhari ini mengurangi risiko kanker tenggorokan dan mulut.

Namun kopi memberikan perlindungan yang lebih kuat melawan kanker dibandingkan teh, yang dikatakan para peneliti Inggris juga menawarkan perlindungan terhadap kanker otak.

4. Banyak-banyak Minum Air Putih
Minum banyak air dan cairan lain bisa mengurangi risiko kanker kandung kemih dengan cara mengencerkan konsentrasi agen penyebab kanker dalam urin dan membantu mengeluarkannya lebih cepat. Menurut American Cancer Society, minumlah air minimal 8 gelas sehari.

5. Tambah Asupan Sayuran Anda
Jika Anda ingin membuat salad, pilihlah bahan-bahan yang warnanya hijaunya paling gelap. Klorofil yang memberi sayuran warna hijau itu sarat dengan magnesium. Menurut beberapa studi, senyawa itu bisa menurunkan risiko kanker usus besar pada wanita.

"Magnesium mempengaruhi proses pemberian sinyal pada sel-sel dalam tubuh dan tanpa jumlah asupan magnesium yang benar, sel-sel itu mungkin akan melakukan berbagai hal seperti membelah dan berkembang biak tanpa terkendali," ujar Walker. Hanya setengah cangkir bayam matang saja memberikan asupan 75 mg magnesium atau 20 persen dari nilai hariannya.

6. Nyemil Kacang Brazil
Kacang brazil merupakan salah satu sumber selenium, antioksidan yang menurunkan risiko kanker kandung kemih pada wanita berdasarkan penelitian dari Dartmouth Medical School.

Penelitian lain menemukan bahwa orang yang memiliki selenium berkadar tinggi memiliki risiko kematian lebih rendah dari penderita kanker paru-paru dan usus.

Para peneliti berpikir selenium tidak hanya melindungi sel dari kerusakan radikal bebas tetapi dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan menekan pembentukan pembuluh darah yang memberi makan tumor penyebab kanker.

7. Bakar Faktor Risiko Kanker Payudara Anda
Olahraga ringan seperti jalan cepat 2 jam seminggu bisa memotong risiko kanker payudara Anda hingga 18 persen. Latihan secara teratur dapat menurunkan risiko Anda dengan membantu Anda membakar lemak yang menghasilkan estrogen dan berkontribusi terhadap kanker.

8. Tanyakan Kepadatan Payudara Anda pada Dokter
Wanita yang telah menjalani mammogram berisiko terserang kanker 4-5 kali lebih tinggi dari wanita dengan skor kepadatan yang rendah. Satu teori mengatakan bahwa kepadatan payudara dihasilkan dari tingginya kadar estrogen yang dimilikinya sehingga penting bagi wanita yang memiliki kepadatan payudara tinggi untuk melakukan latihan fisik secara teratur.

"Menyusutkan lemak pada tubuh Anda juga mengubah faktor pertumbuhan serta memberikan sinyal pada protein seperti adipokine dan hormon seperti insulin agar cenderung mematikan proses dalam sel-sel yang berusaha meningkatkan pertumbuhan kanker," lanjut Walker.

9. Jangan Pakai Pengering Cucian
Sebuah pelarut yang dikenal sebagai PERC (singkatan dari perkloroetilena) yang digunakan dalam pengering tradisional dapat menyebabkan kanker hati dan ginjal serta leukemia.

Bahaya utamanya bisa terjadi pada para pekerja laundry yang menangani bahan kimia atau pakaian, meskipun para ahli belum menyimpulkan bahwa konsumen juga berisiko terserang kanker.

Alternatif untuk mengurangi paparan racun dari pengering: Cuci pakaian dengan tangan dan sabun lembut dan keringkan dengan udara, setelah itu bersihkan tempat cucinya dengan cuka putih.

10. Kurangi Penggunaan Ponsel
Gunakan ponsel Anda hanya untuk panggilan pendek atau SMS-an, bisa juga dengan menggunakan perangkat hands-free yang mengurangi pancaran frekuensi radio dari kepala Anda.

Meskipun bukti bahwa ponsel mampu meningkatkan risiko kanker otak "tidaklah konsisten dan konklusif", ungkap laporan President's Cancer Panel. Namun sejumlah review terhadap beberapa studi menunjukkan adanya kaitan diantara keduanya.

11. Blokir Sinar Matahari dengan Baju Berwarna
Memilih pakaian tertentu saat Anda keluar rumah dengan bijaksana dapat membantu melindungi Anda dari kanker kulit, kata para ilmuwan Spanyol. Dalam penelitiannya, baju berwarna biru dan merah menawarkan perlindungan yang lebih baik terhadap sinar UV daripada baju berwarna putih dan kuning.

Jangan lupa juga untuk memakai topi, meskipun melanoma bisa saja muncul dimanapun di tubuh Anda namun sebagian besar terjadi pada bagian tubuh yang terpapar sinar matahari. Peneliti dari University of North Carolina di Chapel Hill telah menemukan bahwa orang yang mengidap melanoma di kulit kepala atau leher berisiko meninggal hampir dua kali daripada penderita kanker di bagian tubuh lainnya.

12. Makan Makanan Bersih
President's Cancer Panel merekomendasikan untuk membeli daging bebas antibiotik dan hormon tambahan yang diduga menyebabkan masalah endokrin, termasuk kanker.

Laporan ini juga menyarankan agar Anda membeli produk makanan yang ditumbuhkan tanpa pestisida. Kalaupun tidak ada, belilah bahan makanan biasa lalu cucilah bahan makanan itu secara menyeluruh untuk menghilangkan residunya. (Bahakan makanan dengan pestisida paling banyak seperti seledri, buah persik, stroberi, apel dan blueberry)

"Setidaknya 40 jenis karsinogen banyak ditemukan dalam pestisida dan kita benar-benar harus mencoba untuk mengurangi paparannya," tambah Sellers
build-access-manage at dayaciptamandiri.com

Hidup yang berkelimpahan

Hidup yang berkelimpahan

"Aku datang supaya mereka memunyai hidup dan memunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b)

Kelimpahan, kata yang digemari banyak orang -- Kristen atau bukan. Kata ini biasanya dikonotasikan kepada kehidupan yang berlimpah dengan materi maupun fasilitas. Apakah demikian maksud Yohanes 10:10 itu?

Pada zaman ini, ayat di atas mudah sekali ditafsirkan lain. Orang yang kurang dalam hal materi maupun fasilitas, secara frontal maupun halus, sering dicap sebagai orang yang tidak diberkati atau tidak mengimani janji Yesus. Bahkan, jika kita jauh dari kecukupan materi ataupun sangat terbatas dalam fasilitas, kita merasa jauh dari kelimpahan yang Yesus maksudkan.

Kelimpahan berasal dari kata limpah, yang secara sederhana berarti luber atau tumpah. Dalam KBBI, kelimpahan berarti tumpah banyak. Konsekuensinya, orang yang hidup berkelimpahan haruslah orang yang kehidupannya tertumpah banyak, meluber ke mana-mana, merasuk ke kehidupan orang lain.

Tujuan kedatangan Yesus supaya kita memunyai hidup dan memunyainya dalam segala kelimpahan, tidak pandang bulu -- kaya maupun miskin, muda maupun tua, laki-laki maupun perempuan. Kita semua berhak menikmati kehidupan yang berkelimpahan, yaitu kehidupan yang memberi, meluber, dan tertumpah kepada orang lain, sehingga orang lain pun dapat menikmati hidup yang berkelimpahan, yang bersumber dalam pribadi Yesus.

Tiga Tipe Kehidupan

Tiga tipe kehidupan orang percaya dari kacamata hidup yang berkelimpahan.

1. Orang yang Merasa Tidak Cukup

Tipe ini merasa dirinya selalu kurang, merasa harus diperhatikan, minta untuk dibelaskasihani. Kata memberi, menumpahkan, meluberkan kehidupan untuk orang lain merupakan hal yang asing dan momok baginya.

2. Orang yang Merasa Cukup dengan Dirinya Sendiri

Tipe ini merasa cukup dengan dirinya, sehingga tidak memerlukan orang lain. Tipe ini cuek, acuh tak acuh, tidak peka, karena mottonya "Jangan mengganggu aku, karena aku pun tidak mengganggu kamu; Jangan minta tolong apa pun kepadaku, karena aku juga tidak minta tolong kepadamu". Tipe ini alergi dengan kata memberi, menumpahkan, meluberkan dirinya bagi orang lain karena akan mengganggu kemapanan, kenyamanan, maupun kehidupan pribadinya.

3. Orang yang Berkelimpahan

Tipe ini menjadikan dirinya sebagai saluran dan Yesus adalah sumbernya (Yohanes 4:14). Orang ini berusaha untuk memancarkan, meluberkan berkat-berkat, karunia-karunia, dan hidupnya sendiri bagi orang lain. Orang ini menghidupi kehidupan yang memberi, meluberkan, melimpahkan kepada orang lain apa yang diterimanya, sementara ia sendiri terus bergantung pada sumber yang tidak pernah habis, yaitu Yesus Kristus.

Kehidupan yang bagaimanakah yang sedang kita hidupi?

Halangan Hidup Berkelimpahan

Salah satu halangan untuk menikmati hidup yang berkelimpahan adalah masa lalu:

1. yang minim dengan materi dan fasilitas dapat membuatnya selalu merasa kekurangan,

2. yang datang dari keluarga mampu dan mapan dapat membuatnya merasa cukup dengan dirinya, bahkan sering kali dipenuhi kekhawatiran untuk mempertahankan kemapanan dan kecukupan materi yang dinikmatinya, sehingga tidak dapat menikmati kehidupan berkelimpahan yang sesungguhnya,

3. yang diliputi dengan kepahitan dapat menghambat sukacita maupun pengampunan,

4. yang dicekam kemarahan dapat menghalangi ucapan syukur dan kesabaran, atau

5. yang hidupnya selalu menuntut keadilan dan berusaha membalas setiap respons terhadap dirinya, dapat menyumbat kasih.

Masih banyak hal yang dapat menjadi penyumbat, penghambat, dan penghalang bagi kita untuk menikmati hidup yang berkelimpahan di dalam Kristus, sehingga kita tidak dapat menikmati kelimpahan kasih karunia-Nya, pemeliharan-Nya, sukacita-Nya, oleh karena kita belum menyelesaikan dan berdamai dengan masa lalu kita.

Diambil dari:

Judul Jurnal : Navigator, Volume 7, No. 2 - April 1996 Penulis : Drs. Hari Widodo Penerbit : Navigator, Bandung 1996 Halaman : 1