Dokumentasi Virtual Event APTIKNAS IT in the Real World - BIG DATA 30 Juli 2020 yang dilakukan oleh APTIKNAS bersama EVENTCERDAS.COM, dengan para nara sumber :
Opening : Fanky Christian - Ketua DPD DKI JAKARTA - APTIKNAS
Equinix -
- Judul : Massive Parallel Processing Data Warehouse for huge Database
- Presenter: Julyanto Sutandang
SmartServer
- Judul: IT Management and Big Data Storage
- Presenter: Aswibowo Astomo
Visidata
- Judul: Visual analysis billions of data points using Tableau and Big Data
- Presenter: Budy Sugianto, Director of Visidata & David Ciam, Consultant of Tableau.
Nantikan kegiatan kami selanjutnya di www.eventcerdas.com
Saya hanya seorang yang berpikiran sederhana, mencoba memahami dunia penuh kerumitan, mensyukuri setiap langkah yang diberkati, mendoakan harapan dan berharap hidup saya membuat banyak orang merasa sungguh hidup..
Translate
Showing posts with label Big data. Show all posts
Showing posts with label Big data. Show all posts
Friday, July 31, 2020
Monday, August 05, 2013
5V big data di Indonesia
Analisis yang menarik bahwa Big Data di Indonesia menyangkut Volume, Velocity, Variety, Veracity dan Victory.
Lihat di : http://es.slideshare.net/HeruSutadi/hasil-kajian-big-data-di-indonesia
Victory menjadi faktor penentu analisa karena kemampuan untuk menganalisis data yang ada.
4V nya adalah sebagai berikut.
Each day, millions of bytes of data are created owing to the transactions carried on the internet. Every day, the Ecommerce industry rises and companies are using newer technologies to make the websites more user-friendly. The upcoming generation believes in plastic money, and the transactional data in the Ecommerce industry rises tremendously. To support the transactions, the companies need associated processes, which cater the demands of the customers and ensure the smooth functioning of the company. Hence, a tremendous amount of data happens to be generated on a daily basis in any company.
Based on private research, it is found that different data produced needs to be managed, and theData Management system needs to follow certain criteria. Big Data is the latest ground-breaking invention to tackle huge amounts of data. The following criteria is required to evaluate any Database management system and Big Data efficiently meets it.
1st V: Volume
Enterprises are growing with a huge amount of data. The integration of social media platforms has poured in ‘Tweets’ and ‘Updates’ worth a few Terabytes of data. People post reviews of products on blogs and other media, and eventually everything ends up coming in the company. Even service and utility companies like Power companies have to capture meter readings from a number of people and the subscription list rises every day. To tackle this huge amount of data, Big Data has proposed the revolutionary ‘No-SQL database’. This technology stores data as it comes without losing any of it. It offers the minimum delay, unlike its Relational counterparts.
2nd V: Velocity
Every now and then reports are required, and the executives require information to create them. Due to different departments in the company, the executives query different sections of database and information needs to be retrieved speedily. Big Data employs No-SQL technology like ‘Hadoop’, which does not store data in tables. The data gets stored in clusters and based on requirements you can retrieve the data from the cluster and meet your requirements. As entire database need not be scanned, the velocity of the system is considerably higher.
3rd V: Variety
Different sections of the company have different processes and each have different attributes. Sometimes, data needs to be passed and maintained across different departments. Big Data stores data in clusters and is not defined by Entity-Relationship parameters. Hence, it allows the storage of complex data like multimedia without any trouble. Thus, it is known to manage a variety of data.
4th V: Veracity
The management class does not trust information, if it is just from a single source. Big Data can aggregate data from diverse sources and improves the credibility of information. Thus, it promotes the veracity of data in an effective way.
Contact Us for More Information : www.linkedin.com/in/roberthowesay
Adopsi Big Data di Indonesia Masih Minim
Sumber: http://m.indotelko.com/kanal.php?it=Adopsi-Big-Data-di-Indonesia-Masih-Minim&c=in
JAKARTA (IndoTelko) – Adopsi terhadap Big Data di korporasi Indonesia untuk operasi sehari-hari ternyata masih minim.
Hal itu terlihat dari survei yang dilakukan SAS dan SourceMedia terhadap 339 profesional bidang manajemen data tentang penggunaan teknologi manajemen data belum lam ini.
Dari survei tersebut ditemukan baru sekitar 12% perusahaan yang saat ini memiliki strategi penanganan big data dalam operasi sehari-hari.
Big Data didefinisikan sebagai sebuah problem domain di mana teknologi tradisional seperti relasional database tidak mampu lagi untuk melayani. Definisi Big di sini adalah volume, velositas dan variasi datanya.
Peningkatan volume, velositas dan variasi data banyak diakibatkan oleh adopsi internet dimana setiap individu memproduksi konten atau paling tidak meninggalkan sidik jari digital yang berpotensial untuk digunakan untuk hal-hal baru, dari audiens targeting, rekomendasi ataupun penggunaan yang lebih tak terduga.
Menurut survei tersebut beberapa alasan yang menyebabkan perusahaan tidak memanfaatkan big data secara maksimal adalah 21% tidak tahu banyak tentang big data,15% tidak mengerti tentang manfaat big data, 9% kekurangan dukungan bisnis, serta 9% kekurangan kualitas data yang baik dalam sistem yang dimiliki.
Sebelumnya hasil Riset Trend Micro Incorporated menilai tingkat keamanan teknologi informasi (TI) untuk korporasi di Indonesia dinilai masih rendah dibanding rata-rata korporasi di wilayah Asia Pasifik.Pemicunya adalah jajaran direksi perusahaan di Indonesia kurang memahami pentingnya mengelola keamanan data perusahaan.
Menurut Trend Micro Indonesia rendahnya tingkat keamanan korporasi di Indonesia bukan disebabkan oleh rendahnya kemampuan divisi TI perusahaan untuk mengelola keamanan. Tetapi, lebih disebabkan oleh sikap direksi yang belum menganggap keamanan data perusahaan sebagai aset.
Padahal, riset Trend Micro ke seribu profesional TI dan manajer di seluruh Asia Pasifik menganggap investasi terpenting dalam perusahaan adalah anti-virus atau anti-malware. Kemudian, diikuti investasi untuk pencegahan kebocoran data.
Secara terpisah, Founder of Indonesian Cloud Forum (ICF) Teguh Prasetya menyebutkan Big Data sudah di depan mata, salah satunya didorong oleh kian tingginya adopsi dari cloud computing.
Menurut Teguh, ledakan Big Data tak hanya didorong oleh pertumbuhan pengguna sosial media. Enterprise data yang besar juga termasuk di antaranya. Social data yang tidak terstruktur seperti konten, teks, audio, video, dan gambar, bercampur menjadi satu dengan Enterprise data yang terstruktur mulai dari data klien, produk, hingga transaksi perdagangan.
“Dari tren ini bisa dianalisa, fenomena Big Data bisa menjadi peluang bisnis besar jika diantisipasi dengan tepat dan cepat. Namun sebaliknya, jika penyedia infrastruktur dan operator telekomunikasi gagal atau terlambat mengantisipasi, risikonya bisa jadi bencana,” kata Teguh.
Mengutip Big Data Market Forecast 2012-2017, pada tahun ini pasarnya mencapai US$ 5,1 miliar. Angka ini terus meningkat dengan pertumbuhan eksponensial dua kali lipat dari tahun ke tahun hingga 10 kali lipat dalam lima tahun ke depan.
Diproyeksikan, pasar Big Data akan tumbuh menjadi US$ 10,2 miliar di tahun 2013, US$ 16,8 miliar di 2014, US$ 32,1 miliar di 2015, US$ 48 miliar di 2016, dan mencapai puncaknya US$ 53,4 miliar di 2017. Peluang pasar yang besar ini akan didominasi oleh pasar infrastruktur seperti data center.(ct)
Hal itu terlihat dari survei yang dilakukan SAS dan SourceMedia terhadap 339 profesional bidang manajemen data tentang penggunaan teknologi manajemen data belum lam ini.
Dari survei tersebut ditemukan baru sekitar 12% perusahaan yang saat ini memiliki strategi penanganan big data dalam operasi sehari-hari.
Big Data didefinisikan sebagai sebuah problem domain di mana teknologi tradisional seperti relasional database tidak mampu lagi untuk melayani. Definisi Big di sini adalah volume, velositas dan variasi datanya.
Peningkatan volume, velositas dan variasi data banyak diakibatkan oleh adopsi internet dimana setiap individu memproduksi konten atau paling tidak meninggalkan sidik jari digital yang berpotensial untuk digunakan untuk hal-hal baru, dari audiens targeting, rekomendasi ataupun penggunaan yang lebih tak terduga.
Menurut survei tersebut beberapa alasan yang menyebabkan perusahaan tidak memanfaatkan big data secara maksimal adalah 21% tidak tahu banyak tentang big data,15% tidak mengerti tentang manfaat big data, 9% kekurangan dukungan bisnis, serta 9% kekurangan kualitas data yang baik dalam sistem yang dimiliki.
Sebelumnya hasil Riset Trend Micro Incorporated menilai tingkat keamanan teknologi informasi (TI) untuk korporasi di Indonesia dinilai masih rendah dibanding rata-rata korporasi di wilayah Asia Pasifik.Pemicunya adalah jajaran direksi perusahaan di Indonesia kurang memahami pentingnya mengelola keamanan data perusahaan.
Menurut Trend Micro Indonesia rendahnya tingkat keamanan korporasi di Indonesia bukan disebabkan oleh rendahnya kemampuan divisi TI perusahaan untuk mengelola keamanan. Tetapi, lebih disebabkan oleh sikap direksi yang belum menganggap keamanan data perusahaan sebagai aset.
Padahal, riset Trend Micro ke seribu profesional TI dan manajer di seluruh Asia Pasifik menganggap investasi terpenting dalam perusahaan adalah anti-virus atau anti-malware. Kemudian, diikuti investasi untuk pencegahan kebocoran data.
Secara terpisah, Founder of Indonesian Cloud Forum (ICF) Teguh Prasetya menyebutkan Big Data sudah di depan mata, salah satunya didorong oleh kian tingginya adopsi dari cloud computing.
Menurut Teguh, ledakan Big Data tak hanya didorong oleh pertumbuhan pengguna sosial media. Enterprise data yang besar juga termasuk di antaranya. Social data yang tidak terstruktur seperti konten, teks, audio, video, dan gambar, bercampur menjadi satu dengan Enterprise data yang terstruktur mulai dari data klien, produk, hingga transaksi perdagangan.
“Dari tren ini bisa dianalisa, fenomena Big Data bisa menjadi peluang bisnis besar jika diantisipasi dengan tepat dan cepat. Namun sebaliknya, jika penyedia infrastruktur dan operator telekomunikasi gagal atau terlambat mengantisipasi, risikonya bisa jadi bencana,” kata Teguh.
Mengutip Big Data Market Forecast 2012-2017, pada tahun ini pasarnya mencapai US$ 5,1 miliar. Angka ini terus meningkat dengan pertumbuhan eksponensial dua kali lipat dari tahun ke tahun hingga 10 kali lipat dalam lima tahun ke depan.
Diproyeksikan, pasar Big Data akan tumbuh menjadi US$ 10,2 miliar di tahun 2013, US$ 16,8 miliar di 2014, US$ 32,1 miliar di 2015, US$ 48 miliar di 2016, dan mencapai puncaknya US$ 53,4 miliar di 2017. Peluang pasar yang besar ini akan didominasi oleh pasar infrastruktur seperti data center.(ct)
Subscribe to:
Posts (Atom)