Translate

Monday, October 19, 2020

EMILY IN PARIS

 EMILY IN PARIS


(HOW TO LEARN FROM THE OUTSIDERS and THE NEWCOMERS)

**


Saya baru saja melihat beberapa episode dari sebuah serie baru di NetFlix. Emily in Paris.

Tadinya saya nonton karena kangen dengan suasana di Paris (dan lama belum bisa ke sana karena COVID). Meskipun sebenarnya kangen sama yang mirip sama Emily juga (tapi ssssst, jangan bilang-bilang). 

Serie itu menceritakan tokok bernama Emily, seorang talent muda yang cantik, bekerja di sebuah perusahaan marketing di Amerika.


Emily dikirim ke Paris karena perusahaannya  melakukan Merger & Acquisition dan Emily harus pergi ke sana untuk bekerja di perusahaan yang baru saja dibeli.


Maka dengan penuh percaya diri Emily pun masuk ke perusahaan itu pada hari pertamanya.


**

Ternyata ... seringkali dunia tidak seindah yang kita harapkan...


Bulan bulan pertama di  perusahaan itu terasa sangat berat bagi Emily.

Hampir semua orang di perusahaan itu seolah olah memandang sebelah mata ke Emily.

Pengalamannya di perusahaan  yang sama selama bertahun- tahun seolah olah tidak ada artinya.


Semuanya seperti memandang mata dan seolah olah berkata,"Emily bukan dari Perancis ya? You are new in this country and in this market?"


Bahkan ada yang terang terangan mengatakan itu kepada Emily,”Bagaimana kamu bisa bekerja di sini, kalau tidak bisa berbicara bahasa Perancis”


**

By the way, sering kali cerita tentang Emily ini bukan hanya fiction. Ini kejadian yang sering terjadi pada saat kita pindah dari sebuah perusahaan ke perusahaan lain. Semua leader yang pindah perusahaan pasti pernah mengalami hal ini.


Mengapa demikian? Banyak yang tidak open mind,  terjebak dalam paradigma kita sendiri. Kita sangat menghargai "our own world", product kita, orang orang kita, proses kita, brand kita, sampai memandang sebelah mata ke dunia luar.

Dan pada saat trend ini terus menerus berjalan, tentu saja sebuah organisasi akan berhenti belajar dan lambat laun akan tergilas oleh kompetisi yang buas.


Xerox hancur karena mereka sangat percaya kepada mesin photocopy, dan ketika ada yang menawarkan early prototype of Graphic Interface, mereka memandang sebelah mata.

Kodak bangkrut karena  terlalu percaya pada foto analog, dan pada saat engineer nya sendiri menciptakan kamera digital pertama di dunia, malah dicuekin.


Dan Nokia mobile phone tenggelam karena terlalu percaya pada Symbian, sehingga saat Google menawarkan kerjasama untuk mengembangkan Android bersama sama, malah ditolak dengan arogan.


**

Arogancy, over confidence, ignorance, complacency, sleeping beauty ... atau apapun istilahnya.

Intinya begitu banyak organisasi yang terlalu focus pada internalnya (internal objective, internal solo, internal politic, internal competition...etc) dan itu membuat mereka lupa untuk belajar dari external environment. 


Sangat menutup diri dan tidak open mind terhadap ide ide dari luar atau ide ide dari talent yang baru masuk.



Akibatnya organizational knowledge dan organizational learning tidak bertambah dari waktu ke waktu.


And what is the worst thing you can do? Induction program.


Semua perusahaan melakukan Induction Program.

Apa yang dilakukan di Induction program. Kita kumpulkan 40 orang karyawan baru di dalam satu ruangan. Disuruh duduk manis selama satu hari.

And we tell them,"Shut up and listen"

(Diam dan dengarkan saja, D and D)

Kemudian seolah olah akan ada satu orang yang bilang (meskipun tidak explisit),"Forget whatever you did or you know in the past, this is how we do things here"


What a waste!

Sayang banget knowledge dan experience yang dibuang buang?


Knowledge yang mana?

Experience yang mana?

Helloooooo!!!

Di ruang kelas di mana anda melakukan induction program itu ada 40 orang peserta.

Mungkin ada yang fresh graduate. Mungkin ada yang sudah 10 tahun pengalaman kerja.

Anggaplah rata ratanya (to be on the conservative side) adalah 2.5 tahun.

Berarti di ruang itu ada 100 tahun pengalaman kerja yang anda buang begitu saja.

Kenapa.? Karena perusahaan anda tidak mau belajar dari 100 tahun pengalaman kerja.

Terus anda bilang? Tapi kan pengalaman mereka mungkin tidak relevant?

Helloooo....

Banyak yang datang dari perusahaan kompetitor anda.

Banyak yang datang dari bidang profesionalism yang sejenis.

Berarti banyak yang pernah melakukan kesalahan.

Pelajari itu supaya perusahaan anda tidak mengulang hal yang sana.

Banyak yang melakukan hal hal baru yang ternyata sukses berat.

Pelajari itu supaya anda  bisa meniru (dan memodifikasi) di tempat anda.

Vous comprenez? Do you understand?


**

Sebuah perusahaan telekomunikasi di Korea Selatan mengharamkan induction program (beranikah anda? I dare you).


And instead ... mereka melakukan reverse induction program.

Karyawan karyawan baru mengajarkan hal hal baru ke karyawan karyawan lama.

Akibatnya karyawan lama pun belajar.

Karyawan baru jadi membina network dan memupuk self confidence.

Win Win.

Banyak improvement terjadi karena ide ide baru yang datang dari luar.

Perusahaan bertambah maju.

Dan profit meningkat pesat.

See the diffetence?


**

What is experience?

A collection of repeated action.

Jadi seorang trainer yang punya pengalaman 10 tahun itu berarti selama 10 tahun mengulang-ulang sebuah action yang sama (conduct a training).

Seorang maintenance engineer yang punya pegalaman 15 tahun berarti pernah melakukan pengulangan selama 15 tahun terhadap action yang sama (maintenance sebuah mesin atau sebuah sistem).

Which is great and the organization need them.

Remember your customer pay for what they deliver.

But.... if your organization stop learning from others, it is only a matter of time before you follow Kodak and Xerox (Rest in Peace).


**

What is the message here ...


- Learn from the outsiders!

- Learn from the new talents joining your organization

- Learn even from the fresh graduates that you hired.

(I am sure they interesting knowledge that you can learn, you just need to be open mind about that).


Why .... ?

Because your organization need to improve, to answer to the challenging competition outside.


And people who keep doing it over and over again for the past 15 years may not be the  best person to ask , most likely they will not be self critical about it.

This where the inexperienced brings values.

They will be critical, bring self perspective, ask challenging questions, that will foster the improvement and the innovations from within.

The experienced outsiders (but inexperienced in internal process and policy) can share how they did things in their previous organization.

Some will work and some will not be relevant, but you would not know unless you listen and learn from them.

The fresh graduates represents the future of the company (both in term future generation of employees and customers).

Learn from them if you want to understand your future.


**

Terus bagaimana dong untuk membuat suasana agar semua orang di organisasi itu menjadi open mind?

Cobalah langkah langkah di bawah ini ....


1. Practice Your Listening Skills

Mendengar, mendengar, mendengar.

Mendengar dari boss, dari peers dan dari anak buah.

Mendengar dari yang sudah lama di perusahaan itu, dari yang baru join, maupun yang masih fresh graduates.


2. Exchange ideas

Mari saling bertukar ide.

Saling belajar satu dengan yang lain.

Berdiskusi dan mencoba mencari solusi bersama dengan saling mendengarkan idea orang lain.


3. Recognize empoyee's achievement


Ketika seseorang melakukan hal yang bagus, pujilah, give reward and celebrate.


4. Get new ideas from all employees

Bukalah channel di mana semua karyawan boleh menyumbangkan ide tentang apapun.

Beri penghargaan kepada semua ide yang masuk.

Dan bentuklah komite untuk menyeleksi ide mana yang akan diimplementasikan.


5. Get feedbacks from customers

Untuk tidak terlalu berfokus pada internal, tanyakanlah feedback dari customer anda secara teratur.


6. Encourage open minded work environment


Buatlah suasana kerja yang demokratis. Jangan bikin kasta kasta. Jangan terlalu hierarchical. Buatlah agar semua orang merasa pada level yang sama.

Dengan demikian semuanya akan confident untuk contribute and share the new ideas.


**

Jadi ingat baik baik.

The message is that we have to respect and learn from all the employees, both the veteran and the newcomers (and even the fresh graduates).

You will learn the cuture and way of working from the veterans.

You will get the  new perspective and new ideas from the new comers and the fresh graduates.


In order to do that, you need to create an open minded working environmeng.

And you could do that by implementing the 6 steps below...


1. Practice your listening skills


2. Exchange ideas


3. Recognize employee achievement


4. Get new ideas from all employees


5. Get feedback fron customers


6. Create democratic working relations encourage the open mind environment.


**


Selamat mencoba.


Salam Hangat 


Pambudi Sunarsihanto