Translate

Friday, August 26, 2011

Mengenal Data Center Maturity Model

The Green Grid has developed the Data Center Maturity Model (DCMM) and supporting white paper  to outline capability descriptors by area such that users can benchmark their current performance, determine their levels of maturity, and identify the ongoing steps and innovations necessary to achieve greater energy efficiency and sustainability, both today and into the future.  The maturity model touches upon every aspect of the data center including power, cooling, compute, storage and network. The levels of the model outline current best practices and a 5-year roadmap for the industry.

Downloads:
DCMM - Full Model
DCMM - All Individual Sections in Zip File
DCMM - Compute Section
DCMM - Cooling Section
DCMM - Management Section
DCMM - Network Section
DCMM - Other Facility Section
DCMM - Other IT Section
DCMM - Poster (Standard E)
DCMM - Poster (A0)
DCMM - Power Section
DCMM - Storage Section

Download lengkap disini:
http://www.thegreengrid.org/Global/Content/Tools/DataCenterMaturityModel.aspx
build-access-manage
on www.dayaciptamandiri.com

Elemen Penghancur Perkawinan



13140175312034994613
Ill. Google
By. Julianto Simanjuntak ***
Ada satu hal yang memprihatinkan setiap kali konseling masalah suami-istri. Yakni mengetahui umumnya orang yang akan menikah begitu sibuk menyiapkan pesta perayaan. Tetapi sayang, setelah upacara selesai, cinta dan pernikahan itu tidak dirawat. Akhirnya cinta itu pudar bahkan mati.
Demikian juga skil perkawinan tidak meningkat seiring usia perkawinan. Banyak yang enggan mengunjungi terapis perkawinan meski situasi pernikahan mereka sedang berada diujung tanduk. Akibatnya pernikahan klien kami secara perlahan tapi pasti menuju kerusakan yang parah.
Seorang klien kami yang suaminya sering melakukan KDRT berkata, ”Pak, awalnya saya kagum dan mencintai suami saya. Tetapi setelah menjalani pernikahan 20 tahun, rasanya ingin suami saya itu mati saja. Kalau  saya mendengar suara mobilnya pulang dari kantor… saya sudah stres dan gemetar.”
Mengapa banyak pernikahan yang dimulai dengan cinta tapi ditengah jalan menghadapi situasi-situasi krisis yang menyedihkan? Mengapa mereka yang tadinya begitu mesra dan romantis menjadi hidup saling merasa asing, bahkan saling membenci satu terhadap yang lain.
Ada Beberapa elemen yang dapat merusak dan menghancurkan perkawinan
1. Sifat Keras Kepala
Beberapa pernikahan tampaknya dirusak beberapa   tingkah laku yang menghancurkan. Satu diantaranya adalah Mereka mudah terbakar oleh perbedaan pendapat.
Apa yang terjadi kurang lebih mirip dengan bermain domino, di mana yang satu berusaha (harus) menang dan mengalahkan yang lain. Penyebabnya masing-masing keras kepala. Ini menjadi elemen perusak atau penghancur  dan mengkontaminasi perkawinan. Keras kepala merupakan Racun dalam relasi suami-istri.
Bagaimana mengatasi pola permainan domino ini? Kedua pasangan harus mau duduk bersama dan membicarakan dengan terbuka. membicarakan hal-hal apa yang menjengkelkan diri mereka di depan pasangan mereka. Misal sang istri curhat pada suami: “Saya tidak dapat bercinta dengan kamu ketika kamu minum alkohol terlalu banyak. Hal ini menurunkan minat saya”.  Contoh lain: “Kamu seringkali terlambat untuk makan, dan kamu tidak pernah menelpon saya sebelumnya.”
2.  “You hurt me- so- I hurt you”
Kadang salah satu pasangan mengeluarkan statement atau tindakan-tindakan tertentu yang sifatnya menghina, menyerang pasangannya hanya karena berbeda pendapat.  Pasangannya itu berusaha menjadi lebih superior dan membangun self-esteem-nya dan martabatnya sendiri. Tingkah laku ini sering menjadi pola “you hurt me- so- i hurt you’.
Hal inilah yang memperlemah pernikahan. Seringkali penyebab tingkah laku ini samar-samar. Sementara pasangan yang menderita senang dengan perasaan inferiornya. Dengan berperan sebagai  korban dia mendapat jalan memojokkan pasangannya. Misal, sang istri dominan suka mengambil keputusan tanpa tanya suami. saat keputusan itu ternyata salah, suami kemudian berkata, “Kan, mama yang mutusin sendiri…” Dia menang tapi dengan cara melukai sang istri.
3. Mendominasi dan “Menyuap” Pasangan
Seorang istri yang sukses dalam karir, timbul kecenderungan untuk mengontrol suami dan urusan rumah tangganya. Kadang untuk itu dia berperilaku agresif dan berpura-pura meminta pendapat sang suam.  Namun slalu kurang waktu untuk diskusi, mem uat sang suami menyerah pada kemauan istrinya
Ada juga sikap menyuap pasangan.  Pola ini sering dipakai di mana komunikasi berjalan secara tidak jelas. Terjadi sistem “suap” supaya pasangan ‘diam’ dan menerima keadaan. Contoh : Seorang istri yang ingin curhat kepada suaminya tentang sesuatu hal yang berhubungan dengan suaminya tetapi tidak kesampaian karena suami terlebih dahulu memberikan sesuatu padanya perhiasan (hadiah). Sehingga si istri mengurungkan niatnya untuk curhat. Jadi ucapan terima kasih dari istri pada suaminya tidak berarti karena kebutuhan tidak terjawab.
4. Membaca pikiran (mind-reading)
Istri/suami mempunyai asumsi pikiran terhadap pasangannya. Akibatnya, seringkali terjadi salah paham dan memancing pertengkaran.  Contoh : seorang suami yang terlambat pulang dengan alasan bertemu klien sementara istri di rumah sudah berasumsi suaminya pergi dengan perempuan lain.
Contoh: Kata Anda dalam hati, “Jangan-jangan dia itu ….”
Mind reading ini menjauhkan anda secara emosi, dan  Kecurigaan membangun jarak Anda dengan pasangan. Waspadai juga pikiran berikut ini:
“Istri saya sengaja berbuat begini supaya saya marah…”
“Suami saya sengaja mau mempermalukan saya…”
5. Sok sibuk.
Perilaku menjengkelkan lainnya adalah sok sibuk. Penghindaran diri untuk berkomunikasi dengan pasangannya dengan alasan masing-masing sibuk dengan urusannya.   Contoh : Suami membawa pulang pekerjaan. Istri juga terus sibvuk kerja mengurus anak dan membersihkan rumah. Karena kesibukan masing-masing maka akhirnya mereka tidak saling berkomunikasi.
6. Berubah Jauh Setelah Menikah
Selama masa pacaran pria biasanya lebih berinisiatif dari wanita. Ia mudah merayu pasangannya itu. Wanita biasanya bertingkah seperti seorang yang sungguh feminin- agar kelihatan menarik bagi pasangannya.
Tapi setelah menikah rata-rata para suami lebih berkonsentrasi pada tugas-tugasnya. Cinta romantisnya yang tadinya begitu agresif menjadi berkurang. Selama masa atau suasana romantik waktu pacaran, para wanita biasanya mengasumsikan atau berharap rayuan pasangannya itu akan terus bertahan. Namun kenyataannya tidak demikian. Sehingga si wanita terpaksa meminta kesediaan suaminya membuat suasana itu lagi secara sukarela. Muncullah perasaan semacam dibohongi, padahal ini hanya Akibat dari kurang saling mengenal dengan baik, terutama saat pacaran.
7.  Berbuat Baik Demi Menguasai Pasangan
Perbuatan baik yang dilakukan oleh suami/istri dengan tujuan menyenangkan diri sendiri.  Contoh: seorang istri yang melayani kebutuhan seksual suami dengan tujuan keinginannya dipenuhi, misal: ingin dibelikan cincin berlian. Pola saling balas antara suami istri yang dilakukan secara sadar. Pasangan hanya berbuat baik  jika pasangan lebih dulu berbuat baik dan sebaliknya . Pola ini merusak pernikahan maka perlu dihindarkan. Masing-masing perlu memiliki cinta yang tulus dan sabar menanggung ‘kejahatan’ pasangan.
8. Perceraian
Pernikahan memang sulit, namun perceraian juga adalah sesuatu yang sulit. Orang orang yang telah menikah selalu merasa terperangkap ketika ingin bercerai. Mau cerai takut sakit dan mahal, rasa malu kepada masyarakat. Kelahiran, pernikahan, kematian, ada acara formal ritualnya, tapi tidak demikian dengan perceraian.Lebih lanjut bukti-bukti menunjukkan perceraian bukanlah solusi terbaik dari masalah pernikahan.
Kebanyakan dari mereka justru akhirnya tidak tahan menghadapi rasa kesepian yang mencekam, dan akhirnya mencoba pergi ke pelacuran dan minuman keras; ada juga yang coba menikah lagi, namun angka perceraian tetap saja tinggi. Ketika mereka mencoba pernikahan yang kedua, ketiga, keempat dan seterusnya, tantangan yang mereka hadapai bukan semakin kecil.
Julianto Simanjuntak
Sumber:
William Lederer, Don Jackson. The Mirages of Marriage. (New York: WW Norton & Co, 1968)

Sunday, August 21, 2011

Siapkah Anda Menikah? Jawab Dulu 4 Pertanyaan Ini

Kiki Oktaviani : Wolipop



wolipop - Jakarta, Merencanakan pernikahan bukan sekadar membeli gaun atau memilih kartu undangan saja. Menikah juga terkait berbagai faktor dari diri Anda sendiri.

Sebelum memutuskan untuk menikah, ada beberapa pertanyaan yang harus Anda jawab sendiri. Pertanyaan yang dirangkum dari about berikut ini untuk meyakinkan kesiapan Anda dalam membangun bahtera ruma tangga nantinya.

1. Apakah Anda percaya pada kekasih Anda, bahkan ketika bertengkar?
Ini merupakan pertanyaan dasar. Pikirkan baik-baik. Ketika Anda percaya pada kekasih dan mampu menangani masalah pada saat pacaran, maka akan membantu Anda bila nantinya mengalami masa sulit di masa depan bersama si dia.

2. Pernahkah membicarakan soal anak?
Ketika Anda membahas soal anak, maka Anda dan pasangan sama-sama mengetahui bagaimana menjalani hidup di masa mendatang. Jika Anda tidak pernah membahasnya, Anda tidak pernah tahu apa yang diinginkannya dan bagaimana tanggapan si dia akan pembahasan ini.

3. Apakah Anda pernah melalui masa-masa berat dalam hidup?
Jika Anda mampu menangani kesulitan dalam hidup, maka Anda merupakan pribadi yang kuat untuk melawan stres. Masalah hidup memang tidak bisa dihindari, jika Anda saat ini merasa masih lemah dan kurang bisa menangani persoalan hidup, bagaimana nantinya jika berumah tangga? Karena kehidupan rumah tangga tidak selamanya tenang, pasti ada saja konflik. Sehingga dibutuhkan sosok wanita yang mampu menangani masalah dan berkomunikasi dengan baik.

4. Bisakah Anda membicarakan tentang uang secara terbuka dan jujur?
Setiap orang memiliki perbedaan dalam mengurus uang. Tidak peduli Anda orang yang boros atau sangat hemat, tapi Anda sebaiknya bisa membicarakan masalah uang pada kekasih dengan terbuka dan jujur. Ini membuktikan Anda tidak ingin adanya kecurangan dalam masalah uang saat menikah nanti.
build-access-manage on www.dayaciptamandiri.com

Saturday, August 20, 2011

Kisah Nyata dari Singapura tentang Penghormatan kepada Orangtua






Terlampir di bawah ini adalah Kisah Nyata dari Negeri tetangga beberapa
dekade lalu yang cukup menghebohkan hingga Perdana Menteri saat itu, Lee
Kwan Yew senior turun tangan dan mengeluarkan dekrit tentang orang
lansia di Singapura.

Dikisahkan ada orang kaya raya di sana mantan Pengusaha sukses yang
mengundurkan diri dari dinia bisnis ketika istrinya meninggal dunia.
Jadilah ia single parent yang berusaha membesarkan dan mendidik dengan
baik anak laki-laki satu-satunya hingga mampu mandiri dan menjadi
seorang Sarjana.
Kemudian setelah anak semata wayangnya tersebut menikah, ia minta ijin
kepada ayahnya untuk tinggal bersama di Apartemen Ayahnya yang mewah dan
besar. Dan ayahnya pun dengan senang hati mengijinkan anak menantunya
tinggal ber-sama2 dengannya. Terbayang dibenak orangtua tersebut bahwa
apartment nya yang luas dan mewah tersebut tidak akan sepi, terlebih
jika ia mempunya cucu. Betapa bahagianya hati bapak tersebut bisa
berkumpul dan membagi kebahagiaan dengan anak dan menantunya.
Pada mulanya terjadi komunikasi yang sangat baik antara
Ayah-Anak-Menantu yang membuat Ayahnya yang sangat mencintai anak
tunggalnya itu tersebut tanpa sedikitpun ragu-ragu menghibahkan seluruh
harta kekayaan termasuk apartment yang mereka tinggali, dibaliknamakan
ke anaknya itu melalui Notaris terkenal di sana.
Tahun-tahun berlalu, seperti biasa, masalah klasik dalam rumah tangga,
jika anak menantu tinggal seatap dengan orang tua, entah sebab mengapa,
suatu hari mereka bertengkar hebat, yang pada akhirnya, anaknya tega
mengusir sang Ayah keluar dari apartment mereka yang ia warisi dari Ayahnya.
Karena seluruh hartanya, Apartemen, Saham, Deposito, Emas dan uang tunai
sudah diberikan kepada anaknya, mulai hari itu dia menjadi pengemis di
Orchard Rd. Bayangkan, orang kaya mantan pebisnis yang cukup terkenal di
Singapura tersebut, tiba-tiba menjadi pengemis!
Suatu hari, tanpa disengaja melintas mantan teman bisnisnya dulu dan
memberikan sedekah, dia langsung mengenali si ayah ini dan menanyakan
kepadanya, apakah ia teman bisnisnya dulu. Tentu saja, si ayah malu dan
menjawab bukan, mungkin Anda salah orang, katanya.
Akan tetapi temannya curiga dan yakin, bahwa orang tua yang mengemis di
Orchad Road itu adalah temannya yang sudah beberapa lama tidak ada kabar
beritanya. Kemudian, temannya ini mengabarkan hal ini kepada teman2-nya
yang lain, dan mereka akhirnya bersama-sama mendatangi si Ayah.
Semua mantan sahabat karibnya tersebut langsung yakin bahwa pengemis tua
itu adalah Mantan pebisnis kaya yang dulu mereka kenal. Dan dihadapan
para sahabatnya, si ayah dengan menangis ter-sedu2, dia menceritakan
semua kejadian yang sudah dialaminya. Maka, terjadilah kegemparan di
sana, karena semua orangtua di sana merasa sangat marah terhadap anak
yang sangat tidak bermoral itu.
Kegemparan berita tersebut akhirnya terdengar sampai ke telinga PM Lee
Kwan Yew Senior.
PM Lee sangat marah dan langsung memanggil anak dan menantu durhaka
tersebut. K Mereka dimaki-maki dan dimarahi habis-habisan oleh PM Lee
dan PM Lee mengatakan "Sungguh sangat memalukan bahwa di Singapura ada
anak durhaka seperti mereka" .
Lalu PM Lee memanggil sang Notaris dan saat itu juga surat hibah itu
dibatalkan demi hukum! Dan surat hibah yang sudah baliknama ke atas nama
anaknya tersebut disobek-sobek oleh PM Lee. Sehingga semua harta milik
yang sudah dihibahkan tersebut kembali ke atas nama Ayahnya, bahkan anak
menantu itu sejak saat itu dilarang masuk ke Apartment ayahnya.
Mr Lee Kwan Yew ini ternyata terkenal sebagai orang yang sangat berbakti
kepada orangtuanya dan menghargai para lanjut usia (lansia). Sehingga,
agar kejadian serupa tidak terulang lagi, Mr Lee mengeluarkan
Kebijakan/Dekrit yaitu "Larangan kepada para orangtua untuk tidak
menghibahkan harta bendanya kepada siapapun sebelum mereka meninggal.
Kemudian, agar para lansia itu tetap dihormati dan dihargai hingga akhir
hayatnya, maka dia buat Kebijakan berupa Dekrit lagi, yaitu agar semua
Perusahaan Negara dan swasta di Singapura memberi pekerjaan kepada para
lansia. Agar para lansia ini tidak tergantung kepada anak menantunya dan
mempunyai penghasilan sendiri dan mereka sangat bangga bisa memberi
angpao kepada cucu-cucunya dari hasil keringat mereka sendiri selama 1
th bekerja.
Anda tidak perlu heran jika Anda pergi ke Toilet di Changi Airport,
Mall, Restaurant, Petugas cleaning service adalah para lansia. Jadi
selain para lansia itu juga bahagia karena di usia tua mereka masih bisa
bekerja, juga mereka bisa bersosialisasi dan sehat karena banyak bergerak.
Satu lagi sebagaimana di negeri maju lainnya, PM Lee juga memberikan
pendidikan sosial yang sangat bagus buat anak2 dan remaja di sana, bahwa
pekerjaan membersihkan toilet, meja makan diresto dsbnya itu bukan
pekerjaan hina, sehingga anak2 tsb dari kecil diajarkan untuk tahu
menghargai orang yang lebih tua, siapapun mereka dan apapun profesinya.
Sebaliknya, Anak di sana dididik menjadi bijak dan terus memelihara rasa
hormat dan sayang kepada orangtuanya, apapun kondisi orangtuanya.
Meskipun orangtua mereka sudah tidak sanggup duduk atau berdiri,atau
mungkin sudah selamanya terbaring diatas tempat tidur, mereka harus
tetap menghormatinya dengan cara merawatnya.
Mereka, warganegara Singapura seolah diingatkan oleh PM Lee agar selalu
mengenang saat mereka masih balita, orangtua mereka-lah yang
membersihkan tubuh mereka dari semua bentuk kotoran, memberi pula yang
memberi makan dan kadang menyuapinya dengan tangan mereka sendiri, dan
menggendongnya kala mereka menangis meski dini hari dan merawatnya
ketika mereka sakit.

Wednesday, August 17, 2011

How to Sync Any Desktop Calendar with Google Calendar



As of yesterday's announcement of CalDAV support in Google Calendar, you can now sync your Google Calendar with virtually any popular desktop calendar for free. Not only can you enjoy your favorite desktop calendar software and still get the benefit of the web interface, but you can also sync any desktop calendar with any other across platforms using GCal as a go-between. Let's take a comprehensive look at how to set up bidirectional syncing between Google Calendar and your favorite desktop calendar—from Outlook and iCal to Sunbird and Thunderbird—for free.
Remember, this doesn't mean that you can sync Google Calendar with just one desktop calendar. It means that no matter what you're using—Outlook at work and iCal at home, for example—you can always stick to desktop calendars if that's what you prefer. Google Calendar now works as both a great web application and a dedicated syncing tool. It's the cloud, and once it's set up, you don't ever have to access your calendar through the web again if you don't feel like it. But when you're not at a desktop, you can fire up GCal from any web browser, make changes, and still be confident your desktop is completely in sync next time you fire it up. Let's get started.

Sync Microsoft Outlook with Google Calendar

Syncing calendar events between Outlook and Google Calendar has been a cinch ever since Google came out with Google Calendar Sync, a free application that provides bidirectional syncing between the two. (It also supports one-way sync in either direction, if for some reason you don't want two-way syncing.) Assuming you're using a supported setup (Outlook 2003 or 2007 and either Vista or XP), here's how to get it working.

  1. Download and install Google Calendar Sync.
  2. Enter your Google account email address and password.
  3. Select your sync method (most likely you want two-way syncing) and the sync frequency you prefer. It defaults to syncing every 120 minutes, which seems a little long for most.
  4. Hit Save and you're done. Easy, right?
sync-now-gcal-outlook.pngIf you've added a new item to your calendar and you want to force a new sync rather than waiting for Google Calendar Sync to run its next sync, just right-click the system tray app and choose Sync. It doesn't get much simpler than that.

Sync iCal with Google Calendar

UPDATE: Since this post was written, Google released a new utility called Calaboration that handles iCal-to-Gcal sync setup with even more ease. (Original post)
As of yesterday, Google Calendar supports two-way synchronization with iCal through the CalDAV remote calendar standard. Setting up iCal with GCal varies slightly based on whether or not you're using your default GCal calendar or a secondary calendar. First, here's how to set up your Google Calendar default with iCal:
  1. gcal-to-ical-setup.pngOpen iCal, then fire up your iCal Preferences (iCal -> Preferences or Cmd-,).
  2. Click on the Accounts tab, and then click the '+' button to add a new remote calendar to iCal.
  3. Call the calendar whatever you want (I went with 'Personal' for my main calendar), then enter the Google account username (which is normally your Gmail address) and password.
  4. Click on Server options to display the Account URL text box. For your default calendar, enter the following URL:
    https://www.google.com/calendar/dav/youremail@gmail.com/user
    ...replacing youremail@gmail.com with your actual email address.
  5. Once you've done that, just hit Add and you're finished. Give iCal a few minutes to download all your events and you're good to go.
calendar-settings.pngIf you want to add a secondary calendar, the steps are exactly the same as above with one small difference. Instead of inserting your email address in the Account URL as described in step 4, you need to grab the calendar ID for that specific calendar. You can find it by opening GCal, clicking the arrow next to the calendar you want to sync, and selecting Calendar settings. In the settings, find the Calendar Address section near the bottom of the window, then just copy and paste the Calendar ID (which is formatted like an email address) in place of youremail@gmail.com in the URL above.

You can refresh iCal to make sure you've synced the latest-and-greatest at any time by selecting Calendar -> Refresh or hitting Cmd-R. (Original post)

Sync Mozilla Sunbird or Thunderbird with Google Calendar

thunderbird-with-lightning.pngWhether you're using Mozilla's standalone calendar application Sunbird or Thunderbird with the Lightning extension installed (Lightning integrates Sunbird into Thunderbird), bidirectional calendar syncing between either application and Google Calendar is a breeze. The special sauce in this sync is the Provider for Google Calendar extension. Installing Provider in either Sunbird or Thunderbird is basically the same procedure, and here's how it works:
  1. Download and install the Provider extension by saving it to your desktop, opening the Add-ons dialog in either Sunbird or Thunderbird, and dragging the file you just downloaded into the Add-ons dialog. Once installed, make sure to restart the application.
  2. Now that Provider is installed, you have to add your new Google Calendar. In Sunbird, go to File -> New Calendar; in Thunderbird, it's File -> New -> Calendar when you're in the calendar view.
  3. You're now looking at the Create new calendar wizard. Select "On the Network" and hit Continue.
  4. new-calendar-t-bird.pngChoose Google Calendar as the calendar type. The Location field requires the XML flavor of your calendar's Private Address, which you can get by opening GCal and choosing Calendar settings from the drop-down next to the calendar you want to access.
    At the bottom of the settings page you'll see the Private Address section. Copy the XML link and paste it into the Location field in Sunbird or T-bird.
  5. When you hit Continue, you'll be asked for your Google Calendar username (again, your Gmail address) and password. Enter it, give your new calendar a name, and hit Continue. You're done.
From now on, any event you add to that calendar will automatically sync to GCal and vice versa. You can reload the calendar to get the most up-to-date information at any time by clicking the Reload button in your toolbar. (The button is installed in the toolbar by default in Thunderbird, but you may have to customize your Sunbird calendar to add it to the toolbar.)

Sync Your Mobile Device with Google Calendar

If you're interested in syncing your mobile device with Google Calendar, you've also got a ton of great and free options. BlackBerry users can check out Google Sync, a BlackBerry app made by Google specifically for Gcal-to-BlackBerry syncing.
gcalsync.pngAlternatively, the free, open-source application GCalSync does bidirectional syncing between Gcal and tons of supported phones. (Original post)
If you're an iPhone or iPod touch user, you can set up automatic, two-way syncing between your Google Calendar (and Gmail contacts) with web site NuevaSync. (Original post)
Finally, if your phone supports SyncML, web application GooSync can handle Gcal syncing without installing anything.

Other Options

If you're not happy with the methods detailed above—which I selected because each represents the easiest and cheapest (read: free) option—there are still tons of other tools to sync Google Calendar with your desktop calendar. First, we've covered how to sync Google Calendar and Gmail contacts with the more technical GCALDaemon. Also, the cross-platform Calgoo just went free, with both Outlook and iCal syncing capabilities.
On a somewhat unrelated but still useful note, you can also now sync Google contacts with your Mac OS X Address Book.
How do you like to get your GCal on your desktop? Let us know in the comments.
Adam Pash is a senior editor for Lifehacker who isn't happy until everything syncs. His special feature Hack Attack appears every Tuesday on Lifehacker. Subscribe to the Hack Attack RSS feed to get new installments in your newsreader.

Tuesday, August 16, 2011

Sudahkah Anda Memiliki Mentalitas Elang?

Sudahkah Anda Memiliki Mentalitas Elang?

KOMPAS.com - Dunia kita memang penuh ketidakpastian. Seperti halnya cuaca yang belakangan ini sulit ditebak, apakah akan cerah, mendung, hujan, atau badai, sepak terjang dalam dunia ekonomi, bisnis, politik maupun dinamika di tempat kerja pun kerap sulit diramal.

click to enlarge

Seorang teman bercerita, ia pernah menghadapi "badai" dalam kariernya. Ketika baru saja dinobatkan sebagai the best employee untuk yang kesekian kalinya, tiba-tiba ia dipanggil oleh atasan dan mendapat vonis yang membuat ia shock, yaitu dibebastugaskan dari posisinya yang sekarang dan diminta standby untuk penugasan berikutnya. Di saat ia berharap diganjar promosi atas prestasinya yang baik, kenyataan yang terjadi malah sebaliknya. Di saat rekan lain yang berprestasi mendapat jabatan baru, ia malah merosot. Siapa yang tidak terpuruk menghadapi kenyataan seperti itu?

Dalam situasi seperti ini, sangat wajar bila kita merasa frustrasi. Ada yang mengklaim bahwa mereka sudah lelah dan tidak bisa melihat titik terang lagi. Kita juga bisa saja mencari alasan pembenaran diri atau memilih untuk berhenti dan tidak melakukan sesuatu. Dalam situasi gagal dan terpuruk tak jarang juga kita melihat ada orang yang menyalahkan kebijakan dan peraturan yang ada, menyalahkan atasan, pemegang saham, ataupun situasi monopoli yang dihadapi.

Teman saya yang dijegal kariernya mengatakan bahwa atasan barunya merasa tidak terlalu cocok dengan dirinya. Meski sempat jatuh terpuruk, namun ia kemudian memberi batas waktu pada masa meratapnya. Teman kita ini kemudian berusaha menelaah ke dalam diri pribadinya. "Saya banyak bermawas diri. Saya sadar saya mempunyai beberapa kekuatan, tetapi kelemahan saya pun ada. Mungkin selama ini saya terlalu congkak dan tidak siap menghadapi benturan", demikian ujarnya.

Ketika 6 bulan kemudian ia diberi penugasan baru, ia sudah siap dengan sikap mental yang lebih rendah hati, tetapi dengan semangat yang berlipat ganda. Sekadar karena ia sudah menggarap dirinya dan siap menggenjot kapasitasnya lagi.

Individu dengan mentalitas seperti teman kita ini, kondisinya bisa kita samakan dengan seekor elang. Pada saat ia merasa bahwa bulu-bulunya tidak kuat lagi, ia akan berdiri tegak di sebuah batu karang, di mana angin bertiup kencang merontokkan bulu-bulunya. Sesudah itu, ia akan bersembunyi di antara batu-batu dan menunggu sampai bulu baru tumbuh kembali.

Terbang "di atas" badai
Badai karier, badai ekonomi, atau badai rumah tangga, bisa dialami siapa saja. Situasi seperti ini pasti tidak disukai oleh kita. Namun, kita bisa belajar dari seekor elang, yang justru bisa memanfaatkan badai. Situasi yang sama ada di dalam filosofi China, di mana kata "krisis" mengandung makna yang sama dengan "kesempatan". Jadi, badai adalah kesempatan.

Bagi elang, hewan pemangsa berdarah panas yang mempunyai sayap dan tubuh diselubungi bulu pelepah, badai dianggap sebagai "kendaraan" untuk maju. Ia bisa terbang sama cepat dengan badai, sehingga akhirnya angin badai bisa mengusung dirinya untuk terbang lebih tinggi lagi. Di dalam dunia kerja, bisnis dan politik, kita tahu bahwa kemampuan untuk "terbang tinggi" memberi kita kesempatan untuk melihat situasi dari atas, sehingga kita bisa mempunyai visi yang lebih jelas dan kuat.

Tentunya tidak mudah bagi kita mulai mengganti paradigma untuk memandang masalah sebagai titik awal dari suatu kemenangan. Padahal seninya terletak pada pengaturan enerji dan menjaga kestabilan kekuatan, justru pada saat orang lain atau kompetitor sedang kehabisan nafas atau bahkan sudah tidak berniat mengejar lagi. Dari elang, kita bisa belajar untuk mengatur energi  dan kewaspadaan kita dalam menghadapi segala situasi, bahkan melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Seekor elang mempunyai hobi terbang tinggi, tidak kenal lelah, tidak pernah menunggu, dan tetap mencari kesempatan. Orang bermental elang adalah orang yang bisa menghempaskan kinerjanya dan memberi kontribusi yang berdampak besar, tidak tanggung-tanggung.

Obsesi pada peluang
Banyak dari kita terbiasa terpaku pada kelemahan diri (weaknesses) atau pada ancaman (threat) yang ada di sekitar kita. Keinginan untuk membuka bisnis baru atau melakukan langkah terobosan tak jarang terhambat karena kita sudah dipenuhi kekhawatiran tidak bisa bersaing dengan kompetitor, kekurangan modal, terhambat oleh policy, atau tidak punya SDM yang handal.

Jadi, kita memang perlu berhati-hati agar tidak berkutat dengan melihat kekurangan demi kekurangan sehingga kemudian merasa lemah dan tidak berdaya. Menganalisis kelemahan dan menghitung risiko memang diperlukan, namun yang lebih penting lagi adalah mengidentifikasi dan memfokuskan kekuatan diri dan peluang yang bisa menghasilkan energi dan daya dorong yang lebih besar bagi diri kita.

Orang dengan mentalitas elang, terobsesi pada kesempatan demi kesempatan yang ada. Ia pun sangat mengandalkan kekuatannya. Bila dulu kita familiar dengan konsep analisa SWOT (Strength – Weakness – Opportunity – Threat), kita juga perlu mulai berlatih untuk berpikir dengan konsep SOAR: Strengths – Opportunity – Aspiration – Result. Konsep yang ditawarkan oleh Stavros, Cooperrider, dan Kelly ini berorientasi "appreciative inquiry", yaitu menghargai dan menggali hal-hal positif dan kekuatan yang terlihat maupun tersembunyi dalam diri kita. Para ahli ini berpendapat: "Allow your thoughts to take you to heights of greatness".

Dengan pola pikir ini, kita mengisi diri kita dengan obsesi terhadap aspirasi dan kesempatan sehingga dengan sendirinya akan membawa kita dipenuhi optimisme untuk terus maju.

(Eileen Rachman/Sy
build-access-manage on www.dayaciptamandiri.com