Translate

Saturday, March 19, 2022

GIG Economy perlu Skill Terbaik

  Dalam persiapan kami meluncurkan layanan JASATIK, sebuah app yang bisa membantu masyarakat untuk bisa menemukan dan menggunakan jasa tenaga instalasi di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK), ada pertanyaan besar , apakah teknisi yang nanti di dalam platform adalah orang terbaik di bidangnya?

Dalam dunia GIG Economy, tiap orang punya kesempatan yang sama untuk bisa mengembangkan diri, dan mendapatkan kesempatan yang sama juga untuk bisa mengambil keuntungan atas skill / kemampuan yang dimilikinya. Bila tidak memiliki skill yang diperlukan, maka apa yang harus dilakukan ?

Kedua pertanyaan itu selalu menjadi momok bagi dunia industri pada umumnya, karena sekolah, kampus memang tidak mencetak sesuai dengan kebutuhan industri, sehingga diperlukan adanya akselerasi. Dan upaya akselerasi ini sudah dipahami pemerintah kita sejak lama, sehingga pemerintah membentuk Badan Nasional Standarisasi Profesi (BNSP). Melaluinya dikeluarkan beragam sertifikasi profesi yang dikerjakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Para asesor dibina dan dipersiapkan untuk bisa melakukan asesi atas peserta yang ikut program sertifikasi LSP. Hal ini cukup membantu, meskipun bila dibandingkan di bidang TIK, sertifikasi dari produk atau industri akan lebih dominan dikenal perusahaan dan instansi. 

GIG Economy yang kami akan segera coba fasilitasi dalam platform JASATIK dimulai dengan installer CCTV. Dan rekan-rekan installer CCTV telah memiliki sertifikasi PEMASANGAN CCTV (Close Circuit Television), dimana didukung oleh Asosiasi Sistem Integrator dan Sekuriti Indonesia (ASISINDO) dan Komunitas Installer Nasional (KOIN). 

Kegiatan Uji Kompetensi LSP Elektronika (Koleksi Pribadi)

Dalam kegiatan uji kompetensi yang dilakukan, maka outputnya adalah teknisi bersertifikasi LSP terkait dengan Pemasangan CCTV. Ini sangat penting memiliki sertifikasi yang tepat sehingga masyarakat pengguna jasa dapat mendapatkan kenyamanan dan keamanan terkait dengan installer yang melakukan pekerjaan pemasangan. 

Dalam platform App JASATIK yang dipersiapkan, kegiatan jasa teknologi informasi dan komunikasi akan ditampung di dalam platform itu. Sehingga semua orang yang memiliki skill baik dapat mendaftarkan diri untuk bisa dilakukan test / interview serta proses pendampingan yang diperlukan sebelum masuk ke dalam platform. Untuk menjaga kualitas layanan platform, maka tim JASATIK akan melakukan penyaringan teknisi yang masuk, misalnya berdasarkan pengalaman kerja dan sertifikasi yang dimiliki.

App JASATIK yang tersedia di platform (Koleksi pribadi)

Ini salah satu tugas terberat tim JASATIK, memastikan GIG Economy bisa berjalan memang harus perhatikan skill dan kemampuang teknisi yang bergabung. 

Maka dalam waktu dekat di minggu depan, tim JASATIK akan melakukan pelatihan (workshop) untuk teknisi CCTV dasar, dan instalasi NMS (Network Monitoring System) dasar. Dari hasil pelatihan ini, maka dapat dipilih teknisi tertentu yang siap masuk ke dalam platform. 

Pelatihan JASATIK, upaya capai skill terbaik di Gig Economy (Koleksi Pribadi)

Pastikan anda siapkan diri untuk bisa bergabung menjadi teknisi JASATIK, sehingga ikut bisa berpartisipasi dalam memberikan jasa layanan teknologi informasi dan komunikasi terbaik untuk masyarat. Bagi anda installer CCTV, silahkan bergabung dalam kegiatan workshop gratis ini.

SUMBER: 

Mengenal Sertifikasi PEMASANGAN CCTV, modal dasar teknisi pasang CCTV

  Semenjak beberapa tahun belakangan ini, pemasangan CCTV meningkat tajam di seluruh tanah air Indonesia. Namun tidak banyak pelatihan , workshop untuk para tenaga installer CCTV pada awalnya. Namun bersyukur, sekarang ini telah ada sertifikasi BNSP terkait dengan Pemasangan CCTV. Dan sudah mulai dilakukan pelatihan dan uji kompetensinya. 

Bila kita melihat isi dari uji kompetensi terkait pemasangan CCTV, maka berikut informasinya.

Daftar Unit : PEMASANGAN CCTV (Closed Circuit Television)

#KODE UNITNAMA UNITTAHUN
1IJE.PM01.001.01Menerapkan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja2010
2IJE.PM01.002.01Menerapkan Komunikasi Di Tempat Kerja2010
3IJE.PM01.004.01Mempersiapkan Peralatan Dan Material2010
4J.611000.001.01Mengumpulkan Kebutuhan Teknis Pengguna yang Menggunakan Jaringan2016
5J.611000.002.01Mengumpulkan Data Peralatan Jaringan Dengan Teknologi yang Sesuai2016
6J.611000.003.02Merancang Topologi Jaringan2016
7J.611000.004.01Merancang Pengalamatan Jaringan2016
8J.611000.005.02Menentukan Spesifikasi Perangkat Jaringan2016
9J.611000.010.02Memasang Jaringan Nirkabel2016
10J.611000.011.02Memasang Perangkat Jaringan ke dalam Sistem Jaringan2016
11J.611000.012.02Mengkonfigurasi Switch pada Jaringan2016
12J.611000.013.02Mengkonfigurasi Routing pada Perangkat Jaringan dalam Satu Autonomous System2016
13J.611000.015.01Memonitor Keamanan dan Pengaturan Akun Pengguna dalam Jaringan Komputer2016
14J.611000.022.01Melakukan Backup dan Restore Konfigurasi Perangkat Jaringan2016
15J.611000.023.01Mengganti Perangkat Jaringan Sesuai dengan Kebutuhan Baru2016
16J.612000.035.01Menunjukkan Internet of Things (IoT) dan Smart City Technology2015
sumber: https://sidia.kemenperin.go.id/competency/scheme/index/534/lsp-elektroteknika

Terkait dengan ini, maka sangat penting mempersiapkan tenaga teknisi CCTV agar bisa memiliki pengetahuan yang cukup terkait dengan bahan diatas. 

Maka JASATIK yang merupakan platform Teknisi IT Indonesia menyediakan pelatihan-pelatihan yang bisa membantu banyak orang memahami tentang dasar teknis pemasangan CCTV. 

Silahkan ikut dalam kegiatan pelatihan terdekat dari JASATIK, yang akan diadakan pada 23 Maret 2022 secara offline di area expo IndoBuildTech di ICE BSD Jakarta. 



Silahkan daftarkan diri anda segera ke https://bit.ly/workshop23mar 

Dan lakukan konfirmasi ke WA 0811-1472-260
Kami tunggu kehadiran anda.

Ikuti webinar untuk Optimalkan investasi CCTV Anda, bersama QLUE & DCM - 24 Mar 2022

 Ikuti webinar untuk Optimalkan investasi CCTV Anda, bersama QLUE & DCM

Semua perusahaan dan instansi telah memiliki CCTV terpasang, dan bahkan jumlahnya meningkat terus. Salah satu teknologi yang sekarang banyak diimplementasikan adalah Artificial Intelligence, juga terkait dengan CCTV.



Solusi dari Qlue dan DCM membantu anda memaksimalkan instalasi CCTV berbasis IP yang telah anda miliki, dengan langkah mudah, semua CCTV anda dapat digunakan untuk melakukan deteksi muka (face recognition), menghitung orang (people counting) dan banyak penerapan lainnya.

Ikuti pembahasannya secara hybrid di lokasi Expo IndoBuildTech – ICE BSD, Rabu 24 Maret 2022 jam 14-15 WIB, dan secara online dengan mendaftar di: https://bit.ly/solusiAI24mar
Pembicara :
– Fanky Christian – Ketua APTIKNAS DKI JKT / Direktur KOLABIN IAIS
– Maya Arvini – President Qlue
Kami tunggu kehadiran anda segera, di lokasi expo IndoBuildTech dan online Zoom. Free dan bersertifikat.

#aptiknas #iais #artificialintelligence #cctv #qlue #dcmsolusi #indobuildtech #webinar #facedetection

Monday, March 07, 2022

Pertolongan Pertama Pada Kehidupan (P3K)

Pertolongan Pertama Pada Kehidupan (P3K)

Sediakan kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kehidupan) dalam kehidupan kita. Di dalamnya, ada 7 benda :

1. Tusuk Gigi 
Jangan suka mencongkel-congkel keburukan hati orang. Sebaliknya, carilah kebaikan orang lain yang terselip, yang tidak kelihatan selama ini.

2. Penghapus 
Hapus semua kesalahan orang yang menyebabkan kita sakit hati.

3. Pensil 
Tulis dalam hati: berkah/anugerah yang kita terima setiap hari.

4. Plester
Semua luka hati dapat disembuhkan, selama kita mengizinkannya.

5. Karet Gelang 
Bersikaplah fleksibel, bahwa tidak semua yang kita inginkan dapat terwujud.

6. Permen Karet
Bila kita sudah berkomitmen, lakukan semua dengan ikhlas dan selalu setia, seperti permen karet yang terus menempel.

7. Permen 
Berilah senyum manis ke setiap orang yang kita jumpai, karena senyum seperti permen, semua orang menyukainya.

Ingatlah : Waktu seperti sungai, kita tidak bisa menyentuh air yang sama untuk kedua kalinya, karena air yang telah mengalir akan terus berlalu dan tidak akan pernah kembali.

Semangat pagi

Sunday, March 06, 2022

HOAX: Numbers in World War

HOAX 
Himpunan
Olahan
Asbun
Xtreme

Atau
KB ?
Kebetulan
Berpihak


WW1
28/7/1914
28+7+19+14=68
2+8+7+1+9+1+4=32

WW2
1/9/1939
1+9+19+39=68
1+9+1+9+3+9=32

WW3?
Russia invaded Ukraine
24/2/2022
24+2+20+22=68
24+2+2+0+2+2=32

Saturday, March 05, 2022

KISAH MISIONARIS YANG MENGALAMI KEPAHITAN TERHADAP TUHAN



Pada tahun 1921, dua pasang suami istri dari Stockholm (Swedia), menjawab panggilan Tuhan untuk melayani misi penginjilan di Afrika. Kedua pasang suami istri ini menyerahkan hidupnya untuk mengabarkan Injil dalam suatu kebaktian pengutusan Injil. Mereka terbeban untuk melayani negara Belgian Kongo, yang sekarang bernama Zaire. 

Mereka adalah David Flood & isterinya Svea, serta Joel Erickson & isterinya Bertha.

Setelah tiba di Zaire, mereka melapor ke kantor Misi setempat. Lalu dengan menggunakan parang, mereka membuka jalan melalui hutan pedalaman yang dipenuhi nyamuk malaria. David dan Svea membawa anaknya David Jr. yang masih berumur 2 tahun. Dalam perjalanan, David Jr. terkena penyakit malaria. 

Namun mereka pantang menyerah dan rela mati untuk Pekerjaan Injil. Tiba di tengah hutan, mereka menemukan sebuah desa di pedalaman. Namun penduduk desa ini tidak mengijinkan mereka memasuki desanya. "Tak boleh ada orang kulit putih yang boleh masuk ke desa. Dewa-dewa kami akan marah," demikian kata penduduk desa itu.

Di desa N'dolera itu mereka ditentang habis oleh kepala suku yang khawatir kehadiran orang-orang putih ini membuat dewa-dewa setempat murka. Jadi didirikan sebuah pondok dari lumpur, kira-kira 750 meter di luar desa.

Karena tidak menemukan desa lain, mereka akhirnya terpaksa tinggal di hutan dekat desa tersebut. Setelah beberapa bulan tinggal di tempat itu, mereka menderita kesepian dan kekurangan gizi. Selain itu, mereka juga jarang mendapat kesempatan untuk berhubungan dengan penduduk desa. Setelah enam bulan berlalu, keluarga Erickson memutuskan untuk kembali ke kantor misi. 

Namun keluarga Flood memilih untuk tetap tinggal, apalagi karena saat itu Svea baru hamil dan sedang menderita malaria yang cukup buruk. Di samping itu David juga menginginkan agar anaknya lahir di Afrika dan ia sudah bertekad untuk memberikan hidupnya untuk melayani di tempat tersebut.

Selama beberapa bulan Svea mencoba bertahan melawan demamnya yang semakin memburuk. Namun di tengah keadaan seperti itu ia masih menyediakan waktunya untuk melakukan bimbingan rohani kepada seorang anak kecil penduduk asli dari desa tersebut. 

Anak kecil itulah satu-satuya kontak dengan penduduk lokal yang diijinkan menjual telur dan daging ayam seminggu dua kali, dan kemudian disambut dengan senang hati, dibimbing kepada Kristus.

Dapat dikatakan anak kecil itu adalah satu-satunya hasil pelayanan Injil melalui keluarga Flood ini. Saat Svea melayaninya, anak kecil ini hanya tersenyum kepadanya. Penyakit malaria yang diderita Svea semakin memburuk sampai ia hanya bisa berbaring saja. Tapi bersyukur bayi perempuannya berhasil lahir dengan selamat tidak kurang suatu apa. 

Namun Svea tidak mampu bertahan. Seminggu kemudian keadaannya sangat buruk dan menjelang kepergiannya, ia berbisik kepada David, "Berikan nama Aina pada anak kita," lalu ia meninggal. 

David amat sangat terpukul dengan kematian istrinya. Ia membuat peti mati buat Svea, lalu menguburkannya. Saat dia berdiri di samping kuburan, ia memandang pada anak laki-lakinya sambil mendengar tangis bayi perempuannya dari dalam gubuk yang terbuat dari lumpur. Timbul kekecewaan yang sangat dalam di hatinya. 

Dengan emosi yang tidak terkontrol David berseru: 
"Tuhan, mengapa Kau ijinkan hal ini terjadi? Bukankah kami datang kemari untuk memberikan hidup kami dan melayani Engkau?! Istriku yang cantik dan pandai, sekarang telah tiada. Anak sulungku kini baru berumur 3 tahun dan nyaris tidak terurus, apalagi si kecil yang baru lahir. Setahun lebih kami ada di hutan ini dan kami hanya memenangkan seorang anak kecil yang bahkan mungkin belum cukup memahami berita Injil yang kami ceritakan. Kau telah mengecewakan aku, Tuhan. Betapa sia-sianya hidupku!" 

Kemudian David kembali ke kantor misi Afrika. Saat itu David bertemu lagi dengan keluarga Erickson. David berteriak dengan penuh kejengkelan: 
"Saya akan kembali ke Swedia! Saya tidak mampu lagi mengurus anak ini. Saya ingin titipkan bayi perempuanku kepadamu." 

Kemudian David memberikan Aina kepada keluarga Erickson untuk dibesarkan. Sepanjang perjalanan ke Stockholm, David Flood berdiri di atas dek kapal. Ia merasa sangat kesal kepada Tuhan. Ia menceritakan kepada semua orang tentang pengalaman pahitnya, bahwa ia telah mengorbankan segalanya tetapi berakhir dengan kekecewaan. Ia yakin bahwa ia sudah berlaku setia tetapi Tuhan membalas hal itu dengan cara tidak mempedulikannya.

Setelah tiba di Stockholm, David Flood memutuskan untuk memulai usaha di bidang import. Ia mengingatkan semua orang untuk tidak menyebut nama Tuhan didepannya. Jika mereka melakukan itu, segera ia naik pitam dan marah. David akhirnya terjatuh pada kebiasaan minum-minuman keras. 

Tidak lama setelah David Flood meninggalkan Afrika, pasangan suami-istri Erickson yang merawat Aina meninggal karena diracun oleh kepala suku dari daerah dimana mereka layani. 

Selanjutnya si kecil Aina diasuh oleh Arthur & Anna Berg. Keluarga ini membawa Aina ke sebuah desa yang bernama Masisi, Utara Kongo. Di sana Aina dipanggil "Aggie". Si kecil Aggie segera belajar bahasa Swahili dan bermain dengan anak-anak Kongo. 

Pada saat-saat sendirian si Aggie sering bermain dengan khayalan. Ia sering membayangkan bahwa ia memiliki empat saudara laki-laki dan satu saudara perempuan, dan ia memberi nama kepada masing-masing saudara khayalannya.

Kadang-kadang ia menyediakan meja untuk bercakap-cakap dengan saudara khayalannya. Dalam khayalannya ia melihat bahwa saudara perempuannya selalu memandang dirinya. Keluarga Berg akhirnya kembali ke Amerika dan menetap di Minneapolis. 

Saat Aggie beranjak dewasa ia mendapat kiriman majalah Kristen dengan berbahasa Swedia di kotak suratnya. Saat ia melihat sebuah halaman di majalah tersebut ia  terhenti  kaget karena foto-foto yang ada di majalah tersebut. Ada sebuah kuburan primitif dengan salib putih dan di salib tertulis nama Svea Flood. Aggie pun spontan beranjak ke mobilnya dan pergi menemui seseorang yang bisa menerjemahkan artikel berbahasa Swedia tersebut. 

Kemudian penerjemah itu membacakan dengan ringkas bahwa dulu ada pasangan suami isteri misionaris yang datang ke Afrika yang memperkenalkan Yesus kepada seorang bocah laki-laki. Suami isteri ini dikaruniai seorang anak perempuan tapi ibunya meninggal dunia setelah beberapa hari. Namun melalui anak kecil yang pernah dibimbing Svea Flood, Tuhan telah menyelamatkan 600 orang Zaire. Ketika si bocah tersebut beranjak dewasa ia mendirikan sekolah di desanya tersebut dan oleh semangat belas kasihan Kristus yang ia peroleh dari Svea kini ia telah menjadi Pemimpin dari Gereja Pentakosta di Zaire dan memimpin 110.000 orang-orang Kristen di Zaire. 

Sejak itu Aggie pun berusaha mencari tahu keberadaan ayahnya tapi sia-sia. 

Aggie menikah dengan Dewey Hurst, yang kemudian menjadi presiden dari sekolah Alkitab Northwest Bible College. Sampai saat itu Aggie tidak mengetahui bahwa ayahnya telah menikah lagi dengan adik Svea, yang tidak mengasihi Allah dan telah mempunyai anak lima, empat putra dan satu putri (tepat seperti khayalan Aggie). 

Suatu ketika Sekolah Alkitab memberikan tiket pada Aggie dan suaminya untuk pergi ke Swedia. Ini merupakan kesempatan bagi Aggie untuk mencari ayahnya. Saat tiba di London, Aggie dan suaminya berjalan kaki di dekat Royal Albert Hall. Ditengah jalan mereka melihat ada suatu pertemuan penginjilan. Lalu mereka masuk dan mendengarkan seorang pengkotbah kulit hitam yang sedang bersaksi bahwa Tuhan sedang melakukan perkara besar di Zaire. Hati Aggie terperanjat.

Setelah selesai acara ia mendekati pengkotbah itu dan bertanya, "Pernahkah anda mengetahui pasangan penginjil yang bernama David dan Svea Flood?" 

Pengkotbah kulit hitam ini menjawab, "Ya, Svea adalah orang yang membimbing saya kepada Tuhan waktu saya masih anak-anak. Mereka memiliki bayi perempuan tetapi saya tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang." 
Aggie segera berseru: "Sayalah bayi perempuan itu! Saya adalah Aggie - Aina!" 

Mendengar seruan itu Ruhigita Ndagora si Pengkotbah kulit hitam itu segera menggenggam tangan Aggie dan memeluk sambil menangis dengan sukacita. Aggie tidak percaya bahwa orang ini adalah bocah yang dilayani ibunya. Ia bertumbuh menjadi seorang penginjil yang melayani bangsanya dan pekerjaan Tuhan berkembang pesat dengan 110.000 orang Kristen, 32 Pos penginjilan, beberapa sekolah Alkitab dan sebuah rumah sakit dengan 120 tempat tidur.

Esok harinya Aggie meneruskan perjalanan ke Stockholm dan berita telah tersebar luas bahwa mereka akan datang. Setibanya di hotel ketiga saudaranya telah menunggu mereka di sana dan akhirnya Aggie mengetahui bahwa ia benar-benar memiliki saudara lima orang. 

Ia bertanya kepada mereka: "Dimana David kakakku ?" Mereka menunjuk seorang laki-laki yang duduk sendirian di lobi. David Jr. adalah pria yang nampak kering lesu dan berambut putih. Seperti ayahnya, iapun dipenuhi oleh kekecewaan, kepahitan dan hidup yang berantakan karena alkohol. 

Ketika Aggie bertanya tentang kabar ayahnya, David Jr. menjadi marah. Ternyata semua saudaranya membenci ayahnya dan sudah bertahun-tahun tidak membicarakan ayahnya. Lalu Aggie bertanya: "Bagaimana dengan saudaraku perempuan?" 

Tak lama kemudian  saudara perempuannya datang ke hotel itu dan memeluk Aggie dan berkata:
"Sepanjang hidupku aku telah merindukanmu. Biasanya aku membuka peta dunia dan menaruh sebuah mobil mainan yang berjalan di atasnya, seolah-olah aku sedang mengendarai mobil itu untuk mencarimu kemana-mana." 

Saudara perempuannya itu juga telah menjauhi ayahnya, tetapi ia berjanji untuk membantu Aggie mencari ayahnya. Lalu mereka memasuki sebuah bangunan tidak terawat. Setelah mengetuk pintu datanglah seorang wanita dan mempersilahkan mereka masuk. Di dalam ruangan itu penuh dengan botol minuman, tapi di sudut ruangan nampak seorang terbaring di ranjang kecil, yaitu ayahnya yang dulunya seorang penginjil. 

Ia berumur 73 tahun dan menderita diabetes, stroke dan katarak yang menutupi kedua matanya. Aggie jatuh di sisinya dan menangis, "Ayah, aku adalah si kecil yang kau tinggalkan di Afrika." Sesaat orang tua itu menoleh dan memandangnya. Air mata membasahi matanya, lalu ia menjawab, "Aku tak pernah bermaksud membuangmu, aku hanya tidak mampu untuk mengasuhnya lagi." Aggie menjawab, "Tidak apa-apa, Ayah. Tuhan telah memelihara aku".

Tiba-tiba, wajah ayahnya menjadi gelap, "Tuhan tidak memeliharamu!" Ia mengamuk. "Ia telah menghancurkan seluruh keluarga kita! Ia membawa kita ke Afrika lalu meninggalkan kita. Tidak ada satupun hasil di sana. Semuanya sia-sia belaka!" 

Aggie kemudian menceritakan pertemuannya dengan seorang pengkotbah kulit hitam dan bagaimana perkembangan penginjilan di Zaire. Penginjil itulah si anak kecil yang dahulu pernah dilayani oleh ayah dan ibunya. "Sekarang semua orang mengenal anak kecil, si pengkotbah itu. Dan kisahnya telah dimuat di semua surat kabar." 

Saat itu Roh Kudus turun ke atas David Flood. Ia sadar dan tidak sanggup menahan air mata lalu bertobat. Tak lama setelah pertemuan itu David Flood meninggal, tetapi Tuhan telah memulihkan semuanya, kepahitan hatinya dan kekecewaannya.

Pesan ini ditujukan kepada semua orang yang merasa bahwa ia berhak untuk marah kepada Tuhan!

Mungkin awalnya di mata David Flood, ia dan istrinya telah gagal sebagai seorang misionaris. Namun jerih payah di dalam Tuhan tidak pernah sia-sia. Terbukti bahwa belas kasihan dan kepedulian yang disertai pemberitaan Injil terhadap satu orang melahirkan 600 orang yang bertobat dan dimuridkan. 

Beberapa tahun kemudian Aggie dan suami mengunjungi desa N'dolera tersebut. Disambut riuh rendah penuh sukacita, mereka berziarah juga ke kubur Svea Flood. 

Aggie berlutut mengucap syukur di sana, dan pendeta setempat membacakan 2 ayat berikut:

*Yohanes 12:24* _*Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.*_

*Mazmur 126:5* _*Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorai-sorai.*_

[Dikutip dari buku Aggie Hurst: The Inspiring Story of A Girl Without A Country]