Translate

Wednesday, December 07, 2016

BECAUSE YOU ARE HIRED AS A TROUBLESHOOTERS

Pambudi Sunarsihanto:
BECAUSE YOU ARE HIRED AS A TROUBLESHOOTERS

(Karena anda direkrut untuk menyelesaikan masalah)

Hari Minggu saya reuni dengan beberapa teman kuliah saya pergi ke Tasikmalaya.
Kulinernya keren banget. 
Nah siang harinya, tiba tiba seorang teman saya mendekati dan mengajak ngobrol.
Sebut saja namanya Rahman (bukan nama sebenarnya).
Rahman sedang menjalani masa transisi baik secara profesional maupun keluarga, karena dia baru saja memindahkan keluarganya dari Solo ke Bogor.
Yang tentunya penuh dengan dinamika change management dengan istri dan anak anaknya.

Rahman juga saat ini sedang menjalani proses recruitment di sebuah peruahaan manufacturing sebagai Senior Manager di Operations division.
Dia menyebut nama perusahaannya, menerangkan performance  bisnisnya dan challenge yang harus dihadapinya (yang sangat berat !).
Kemudian dia menanyakan ke saya, apakah dengan tantangan seberat itu dia harus tetap meneruskan proses rekruitmennya. Pekerjaannya kan berat?

Saya seringkali menerima pertanyaan seperti ini.
Bahkan kita juga sering kali ikut  berkomentar, pada saat teman kita berada pada senior level, dan pindah ke sebuah tempat , dan teman temannya bilang,"Mengapa dia pindah ke situ ya? Bukankah di sana lagi banyak masalah ....."

Kita bahas masalah ini yuk ....

First thing first ...
Kita harus menyadari bahwa pada level senioritas tertentu, mereka hanya akan merekrut anda kalau sedang ada challenge yang susah.
Ya iyalah, kalau enggak, buat apa mereka merekrut anda. Bukannya lebih baik mereka mempertahankan orang yang lama?
Atau kalaupun orang lamanya dipromosi, bukankah lebih baik bagi mereka untuk mempromosikan orang dalam?
Berarti seandainya mereka memulai proses recruitment untuk mencari orang, itu berarti dua hal:
1) Orang lamanya nggak bagus (atau secara diplomatis saya  bisa bilang, the incumbent did not meet the stakeholder's expectations)
2) Orang yang lama dipromosi dan anak buahnya nggak bagus (atau the team members are not ready to succeed the incumbent yet).

Tapi satu hal yang jelas, ya mereka pasti dalam masalah besar. Kalau enggak, ya mereka nggak akan pernah memanggil anda untuk diinterview sekalipun (apalagi diterima).

Next, kenapa Rahman (atau anda) mesti takut dengan challenge?
Bukankah mestinya semakin senior level anda  berarti semakin besar challenge yang anda hadapi?
Dan  bukankah semakin  besar challenge yang akan anda selesaikan, berarti dalam 3 tahun lagi CV anda akan kelihatan lebih bagus, dan berarti posisi (dan gaji) anda akan lebih tinggi?
Mengapa takut dengan challenge yang lebih besar?
Kalau anda takut dengan challenge yang lebih besar, jangan komplain kalau posisi (dan gaji) anda nggak naik naik.
Ibaratnya seorang dokter (yang mestinya dipanggil untuk menyembuhkan penyakit), terus waktu anda jalan ke rumah pasien, tiba tiba teman anda bilang,"Ngapain ke rumah bapak itu? Kan dia sakit?"
Heiyyyy , that's your job!

Remember, you will  be hired to solve a problem, to fix challenges and to improve the situation!

Jadi bagaimana dong? Apakah berarti kita harus meneruskan semua proses dan mengambil semua tawaran job yang ada?
Ya enggak juga!
Be selective!
Karena proses seleksi adalah mutual selection.
Perusahaan harus menyeleksi kandidat  dan sekaligus kandidat harus menyeleksi perusahaan.
Kalau enggak selektif, meskipun kelihatannya gajinya lebih besar, ternyata anda nggak betah dan akan nangis nangis setelah 3 bulan.

Di bawah ini adalah beberapa tips untuk menyeleksi your next job ...

1. Learn about the industry, is it growing?

Pertama, lihat industry di mana perusahaan itu beroperasi. Apakah masih berkembang? Apakah kompetisinya masih sehat? Apakah substitute productnya masih terkontrol? Apakah peraturan dan regulasiny mendukung?
Ibaratnya ikan, perusahaan anda memerlukan kolam yang jernih untuk berenang dan tumbuh dengan baik.

2. Learn about the company, shareholders and leadership, are they committed?
Pelajari tentang perusahaan itu. Bagaimana shareholders and leaderhip teamnya? Masih proessional? Masih committed? Masih bisa diharapkan?
Ibaratnya bus, mereka adalah sopirnua, apakah mer

eka masih bisa diharapkan untuk mengemudikan busnya dengan baik?

3. Learn about the company culture, will you be able to adapt.
Bagaimana  budaya kerja perusahaan itu?
Budaya kerja tidak hanya ditentukan oleh top management, tetapi juga middle management dan semua karyawan di situ.
Ibaratnya  bus, dan anda salah satu penumpang yang harus melakukan tugas penting. Tapi apakah penumpang lain tidak gaduh dan terus terusan mengganggu anda?
Anda memang harus mempengaruhi secara positive, tapi kalau secara keseluruhan kolamnya kotor dan berlumpur, ikan (anda) pun tidak akan bisa renang di situ. Jangan jangan ikannya malah mati.

4. Understand their challenges, will your competences be relevant?
Sekarang waktunya melihat challenge yang mereka hadapi. Apakah competence anda relevant?
Seorang pembalap Formula 1 pun tidak akan bisa menyopir angkot di tengah keramaian terminal Kampung Melayu, dan sebaliknya.
Analisa dan pastikan bahwa kompetensi anda memang cocok dan dibutuhkan oleh mereka, dan akan membantu mereka.


5. Go ahead, be persistent, test your resiliance.
Kalau ternyata jawaban dari pertanyaan 1 sampai 4 adalah positive, berarti anda harus meneruskan dan mengambil tawaran itu.
Bukan berarti akan mudah. Tetapi at least, challenge nya bisa anda selesaikan karena memang anda punya competence yang relevant.
Perjalanan masih panjang. dan akan banyak tantangan.
Be strong, be persistent and perservernce, supaya anda benar benar perform di posisi baru tersebut.

Ingat, anda itu direkruit, untuk menjadi troubleshooter, untuk memecahkan masalah dan untuk memperbaiki situasi!

Salam Hangat

Pambudi Sunarsihanto