Translate

Monday, December 26, 2016

BE NO. 1, BEHAVE LIKE NO. 2

BE NO. 1, BEHAVE LIKE NO. 2

(JADILAH YANG NO. 1 TAPI BERTINDAKLAH SEPERTI NO. 2)

"Perusahaan saya sedang menjadi No.1. Tetapi justru saya takut kami akan hancur karenanya," begitu kata Ardi.
Malam itu saya dinner di sebuah Yunan Restaurant di Shanghai bersama Ardi (bukan nama sebenarnya), seorang teman lama yang bekerja sebagai Marketing Director aebuah perusahaan retail di China, based di Shanghai.
Saya ikut bangga mempunyai teman seperti Ardi yang bekerja di China dan mampu membawa bendera Indonesia di pentas dunia.
Saya berharap agar kita akan melahirkan banyak Ardi-Ardi yang lain di Indonesia.

Anyway, malam itu Ardi menceritakan challenge business yang dia hadapi.
Intinya perusahaannya sekarang sedang menjadi market leader di China sejak belasan tahun yang lalu, which is great.
Masalahnya adalah ....
menurut Ardi, timnya sama sekali tidak competitive lagi.
Bahkan cenderung malas, hanya meneruskan business as usual, hanya menjalankan order taking, dan tidak berinovasi lagi (product, process, cara penjualan ...dll).
Seolah-olah Ardi melihat mereka berkata,"Kan kita sudah menjadi market leader".

Padahal Ardi melihat bahwa meskipun mereka adalah market leader seharusnya mereka harus tetap "lapar", tetap competitive dan terus menerus berinovasi.
Apalagi Ardi melihat bahwa jarak market share antara mereka dengan competitor mereka makin lama makin tipis.
Dan kalau ini dibiarkan, lama lama competitor bisa menyalip kita.
Ardi mulai panik tapi kebingungan apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan  bisnisnya di jangka panjang .
Karena memang secara jangka pendek kelihatannya OK, tapi di jangka panjang kelihatannya beresiko sekali.
Ardi menghela nafas sambil meminum teh hijau di depannya.

Menurut saya, Ardi benar. Sangat benar. Meskipun anda nomer satu, Anda tetap harus bertindak secara sangat kompetitive.
Padahal memang itu susah. Kita mengenal namanya "champion syndrome".
Kalau kita sedang di posisi kedua atau ketiga hidup kita semangat.
Karena tiap kali kita bangun pagi, kita datang ke kantor dengan semangat untuk mengalahkan juara bertahan.
Kita selalu terobsesi dan melihat ke depan.
Lha kalau kita jadi Juara 1 gimana?
Di depan kita gak ada siapa siapa.
Kita mau.melihat kompetitor, mereka ada di belakang kita. Nanti jatuh kalau berlari ke depan tapi terlalu banyak melihat ke depan.
Padahal kita tahu, menjadi no. 1 sekarang bukan jaminan akan selalu sukses di masa depan. Begitu banyak perusahaan yang menjadi No.1 tapi kemudian lengah dan akhirnya binasa.
Semoga hal ini menjadi pelajaran bagi perusahaan perusahaan yang sekarang menjadi No. 1.

Terus bagaimana dong?

Intinya adalah....
- Become No. 1, but behave like No. 2
Harus tetap selalu semangat dan competitive setiap hari!
- Kalau di depan anda tidak ada competitor (karena anda sudah menjadi No. 1), ciptakan musuh bayangan di depan anda.
Your enemy will be yourself.
- Selalu bandingkan performance anda tahun ini dengan performance anda tahun lalu.
Perbesar growth anda dari tahun ke tahun

Terus secara kongkrit, apa yang kita  bisa lakukan bersama dengan tim kita di perusahaan.

1. Focus on your customers

Selalu amati apa yang customer anda lakukan. Siao siap berinovasi untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Ingat, Kodak tidak pernah kalah dari competitor mereka. Tapi Kodak gagal mengantisipasi bahwa customer mereka gak pernah mencetak mereka foto lagi.
Look, watch, observe and analyze your customer.
Tidak boleh lengah, selalu amati mereka, dan berikan apa yang terbaik (dan paling relevant) untuk mereka.

2. Be paranoid, scare yourself, scare your team

Memang enak kalau kita menjadi pemenang. Masalahnya bisnis kita ini bukan seperti lari 100 meter (sprint). Bisnis kita ini bisa diibaratkan seperti marathon.
Perlombaan lari yang sangat panjang.
Memerlukan stamina yang tinggi.
Competitor anda akan selalu bersiap siap untuk mengejar dan menyalip anda.
Scare yourself. Scare your team. Wake up. Send the sense of urgency.

3. Build a challenger mindset

Bersikaplah seperti nomor dua atau tiga
Kalau perlu undang mereka yang sedang menjadi challenger di industry lain dan tanyakan apa saja yang mereka lakukan agar competitive.
Undang juga seorang market leader yang lama berada di posisi puncak di Industri lain dan tanyakan bagaimana mereka mempertahankan diri sekian lama.

4. Don't use the market share, use the gaps between you and each competitor

Okay, market share anda sudah paling hebat. Jangan gunakan lagi sebagai tolok ukur.
Tapi gunakan "jarak" market share anda dengan competitor anda sebagai ukuran.
Ukur gap itu setiap 3 bulan.
Dan usahakan agar jarak itu makin lama makin membesar.

5. Make a plan to widen the gaps between you and each competitor
Create a plan untuk memperlebar jarak (market share ) anda dengan compeitor.

6. Implement your plan with strong execution discipline
Setelah plan, sekarang waktunya untuk mengeksekusi plan anda dengan disiplin.
Monitor the progress, follow up and act accordingly.

7. Reward your "most competitive" team members

Jangan lupa untuk menghargai mereka yang competitive (mereka ini yang paling lapar dan menghormati rule of the game).
Hargai mereka, reward mereka. Dan gunakan mereka sebagai contoh bagi yang lain.
Use them as your change agent.

Jadi ingat ya .... to continuously stay in top position, you have to behave like  No. 2.
Dan inilah yang bisa dilakukan ...

1. Look, watch, observe and analyze your competitors
2. Be paranoid, scare yourself, scare your team
3. Build a challenger mindset
4. Don't use the market share, use the gaps between you and each competitor
5. Make a plan to widen the gaps between you and each competitor
6. Implement your plan with strong execution discipline
7. Reward your "most competitive" team member

Remember, in the end of the day, you have to be No. 1, and bg behaving like No.2, it will help you to stay as No.1

Salam Hangat, 

Pambudi Sunarsihanto