Translate

Thursday, April 30, 2020

BUILD THE MUTUAL TRUST WITH YOUR TEAM DURING THE CRISIS

Pagi itu saya bersiap-siap untuk Video Call dengan kolega saya, handphone saya berdering …
“Apa kabar , Mas Pam?”, suara itu terdengar manja di ujung sana. Sebut saja Namanya Rininta, seorang HR Director di sebuah perusahaan ternama di negeri ini. Seperti kita semua, Rininta juga harus bekerja di rumah, meskipun tanggung jawabnya juga semakin bertambah. Krisis ini membawa workload tambahan buat HR seperti Rininta. 
“Lama kita gak dinner ya … I miss our discussion …, can we do Zoom this evening?” katanya. Dan malam itu pun kami berdiskusi dengan Zoom sambil makan malam masing-masing. Lucunya, kami memesan makanan dan minuman yang sama dari restaurant yang sama. Jadi seolah-olah kami benar-benar sedang dinner bareng. Malam itu Rininta masih memakai baju kantornya, setelan berwarna Terakota yang menambah anggun wajahnya yang bermake-up tipis pada malam itu. Untungnya saya masih berpakaian rapi juga 😊

Setelah berbasa basi, Rininta memulai ceritanya,”Sekarang ini di perusahaanku semuanya sudah Working from Home. So far so good. Tapi boss-boss di perusahaanku tuh susah banget percaya sama anak buahnya. Dikit-didik dicek. Dikit-dikit ditelp, di e-mail. Bahkan aku sebagai HR disuruh bikin proses untuk mengaudit pelaksanaan Working From Home. Lama-lama kan anak buahnya pada stress dan protes. Mereka bilang, kerja di rumah sudah stress, capek, bosen, jenuh, eh masih ditambah boss-boss yang micro-manage begini. What should I do?”

Hal yang disampaikan Rininta sangat wajar, dan dialami banyak orang. Karena kita memang belum terbiasa dengan concept Remote-Working. Padahal saya sudah melakukan hal ini sejak tahun 2000 waktu saya set up sebuah team di Asia Pacific, di mana saya bekerja di Singapore, dan saya harus me-manage 12 anak buah saya di 12 negara. Bahkan tahun 2010 saya bekerja di Munich dan harus me-manage remotely anak-anak buah saya di lima benua.
Pada saat anda bekerja sama dalam sebuah team, TRUST menjadi penting. Tanpa TRUST, team anda tidak akan mampu perform dengan baik! Dan pada saat team anda harus bekerja remotely (virtual) TRUST bahkan menjadi lebih penting lagi.
Tapi ingat level TRUST akan berbanding lurus dengan level of performance.

“Terus bagaimana dong mas? Bagaimana ngomongnya sama boss-boss di perusahaanku?” tanya Rininta sambil tersenyum manis. Ahhhh, kapan Corona ini segera berlalu, agar dinner ini bukan hanya melalui Zoom saja!

“Harus pelan-pelan Rin. Mereka itu bukannya belum “BISA”. Jangan salahkan mereka. Mereka itu hanya belum “TERBIASA”. Seperti hanya waktu kita belajar naik sepeda. Umur berapa Rininta belajar naik sepeda pertama kali?”

Mulut Rininta masih penuh mengunyah Carbonara, jadi dengan lucunya dia menggunakan jari-jarinya untuk menjawab “Enam tahun”.
“Nah, waktu itu Rininta kan juga belum langsung bisa kan? Harus belajar pelan-pelan, harus jatuh dulu, dan kemudian baru akhirnya naik sepeda dengan lancar. TRUST is the same thing. TRUST is not given. You need to work (hard) to get the trust. And it will take time!”
Jadi pelan-pelan Rininta harus menyampaikan, mengkomunikasikan, mengajari dan mengingatkan pentingya untuk saling mempercayai dalam sebuah team.
Seperti seorang ibu yang tidak henti-hentinya menyuruh anaknya sikat gigi. Pada awalnya susah. Kemudian ibunya dengan sabar menyampaikan mengapa harus sikat gigi, mengingatkan , menyuruh, mempengaruhi, berulang-ulang setiap hari. Sampai akhirnya anaknya akan terbiasa sikat gigi, bahkan merasa ada yang janggal kalau belum sikat gigi.

Nah, HR juga harus melakukan hal yang sama. This is a new thing for everyone. This is the new “NORMAL”. Dan HR harus menjadi change agent yang melakukan untuk diri sendiri, dan kemudian menyebarkan energy positive kepada yang lain.

Apakah yang harus disampaikan tentang TRUST kepada semua orang?
Theis Sondergaard, seorang start-up founder yang sangat sukses dari Denmark,  menyampaikan 4 hal tentang TRUST yang sangat menginspirasi …

a) TRUST IS GROWTH HORMONE

TRUST mampu menambah confidence dan akan mampu meningkatkan performance. Saya teringat waktu saya mau tes masuk perguruan tinggi, dan juga tes beasiswa ke luar neger. Saya gak merasa percaya diri (maklum lulusan SMA Magetan yang harus bersaing dengan lulusan SMA favorite di kota-kota besar). Saya bilang ke ayah saya “Tahun ini saya lihat medan dulu ya Pak. Tahun depan saya yakin akan berhasil.” Ayah saya bilang,”Saya tahu kemampuan anak saya, Dan saya yakin tahun ini kamu sudah berhasil”. Kata-kata itu membakar semangat saya, meningkatkan confidence saya, dan membuat saya masuk ke Perguran Tinggi terbaik di negeri ini, dan mendapatkan beasiswa ke Perancis. Saya melakukan hal yang sama ke anak saya. It worked. Saya menyampaikan hal yang sama ke team saya, coachee saya dan mentee saya, it worked.
Leaders… ingat level of trust anda akan berbanding lurus dengan level of performance team anda. You want your team to succeed, trus them, it is as simple as that!

b) TRUST IS OIL

Trust ternyata juga adalah minyak pelumas yang akan melancarkan dan mempercepat jalannya mesin (Organisasi) anda. Tanpa trust, mesin anda akan berjalan lambat, tidak lancar, bahkan lama-lama bisa karatan. Semua mobil memerlukan oli (lubricant) agar berjalan lancar. Semua high performing team memerlukan TRUST untuk mempercepat dan meningkatkan performance-nya.

c) TRUST IS LUCK

Sometimes life is abut luck. Anda bisa saja bekerja keras, tapi kadang-kadang keberuntungan (Dewi Fortuna) belum juga menyapa, dan anda belum berhasil. Kadang-kadang anda mempercayai seseorang, partner anda, anak buah anda, atau siapapun, dan kadang-kadang kepercayaan anda disalahgunakan, atau dikhianati. Pernahkah saya mengalaminya? Pernah! Semua orang mungkin pernah mengalaminya. It’s ok. Bukan berarti karena dulu pernah dikhianati atau disalahgunakan, kemudian kita tidak lagi mempercayai seseorang. Trust them. And learn from your previous experiences. Dan anda akan semakin mahir “mempercayai” seseorang, dalam arti mempercayai, dan hanya kadang-kadang mengontrol, tidak setiap kali, tidak macro-manage. Pada akhirnya adalah balancing antara trust your team, achieving the team objectives, letting work on their own, and helping them to grow with every assignment.

d) TRUST IS MIRROR

Terakhir, ingatlah bahwa trust (kepercayaan) itu mutual (dua arah!). Rininta juga harus bilang kepada teman-temannya, untuk jangan Cuma complain. Kalau boss mereka belum percaya ke mereka, mungkin juga ada hal-hal yang harus diperbaiki dari mereka sendiri. Trust is not given, you need to work (hard) to achieve your trust. Dan sampaikan kepada boss dan anakbuahnya sekaligus, bahwa trust itu dua arah, kalau mereka ingin dipercayai, mereka juga harus belajar untuk mempercayai. Bisasanya ini adalah mirror effect, semakin kita mempercayai seseorang, dengan berjalannya waktu, maka kita juga akan semakin dipercaya!


Malam sudah larut, dan masih ada satu pekerjaan yang saya selesaikan malam itu. Saya pun pamit.
“Makasih Mas Pam, kapan-kapan kita Zoom lagi ya?”, ada binar di matanya yang bening.
Dan malam itu pun berakhir dengan 4 take-away ini … just remember …

a) TRUST IS GROWTH HORMONE
b) TRUST IS OIL
c) TRUST IS LUCK 
d) TRUST IS MIRROR

Salam Hangat,

Pambudi Sunarsihanto